KUNANTI
DIGUNUNG PARANG
(Sasakala Sukabumi, Jawa Barat)
Naskah :
ROSYID E.ABBY
XII IPA 1
Zaman dahulu, wilayah Priangan Barat termasuk ke dalam wilayah Kadatuan Pamingkis,
dengan datu/bupatinya Ranggah Bitung, dan istrinya bernama Nyi Raden Puntang Mayang.
Pada waktu Kesultanan Banten (dibantu Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak)
menyerbu Kerajaan Pajajaran, wilayah Pamingkis terkena imbasnya, karena wilayah
Pamingkis ini masih berada di bawah kekuasaan Pajajaran Tengah.
Dalam penyerbuan itu, Bupati Ranggah Bitung terbunuh, sedangkan istrinya yang tengah
hamil diselamatkan Jaro (Lurah) Ki Loa Kulud beserta istrinya. Nini Tumpay Ranggeuy
Ringsang. Dalam perjalanan menyelamatkan Nyi Raden Puntang Mayang, mereka
menemukan seorang bayi laki-laki. Bayi itu kemudian diberi nama Wangsa Suta. Sedangkan
bayi yang dilahirkan oleh Nyi Puntang Mayang adalah perempuan, dan diberinya nama Nyai
Raden Pudak Arum Saloyang.
Ketika beranjak dewasa, di antara keduanya ada rasa saling ketertarikan. Malah kedua
orangtua mereka telah sepakat untuk menjodohkan mereka. Namun, perkawinan mereka
tertunda, karena Wangsa Suta hendak berkelana dulu untuk menimba ilmu keagamaan dan
kesaktian pada seorang resi berilmu tinggi Saradea.
Cukup lama Wangsa Suta berguru pada Resi Saradea, hingga akhirnya kecantikan Nyai
Pudak Arum yang tiada tara, menyebar ke berbagai pelosok. Banyak bangsawan dan
saudagar yang berminat memperistrinya. Bahkan diantara mereka ada pula Demang (Lurah).
Bagaimana pun kuatnya Nyai Pudak Arum dan keluarga menolak, kehendak seorang Demang
sulit ditolak.
Akhirnya pernikahan terjadi juga. Namun belum juga duduk dipelaminan, pengantin laki-laki
tiba-tiba saja tewas mendadak. Demikian berulang-ulang, tiap hendak dinikahi, pengantin
laki-laki sudah tewas sebelum menempuh malam pengantin.
Akhirnya Nyai Pudak Arum ditangkap oleh Demang Mangkalaya (daerah Cisaat kini),
hendak dijatuhi hukuman pancung di Alun-alun Kademangan, dengan tuduhan Nyai Pudak
Arum adalah seorang perempuan terkutuk, penganut ilmu hitam, dsb. Namun nyawa Pudak
Arum berhasil diselamatkan Wangsa Suta yang pulang berguru. Wangsa Suta berbisik pada
Pudak Arum, agar segera meninggalkan tempat itu, dan berpesan agar menunggunya di kaki
Gunung Parang, di bawah pohon pakujajar berdahan lima yang condong ke selatan.
MAKA…..
(Cast : Panglima Kesultanan Banten, Panglima Kadatuan Pamigkis, para prajurit kedua
belah pihak, Bupati Ranggah Bitung, Nyai Raden Puntang Mayang, Jaro Loa Kutud, Nini
Tumpay Ranggeuy Ringsang)
(OPENING)
Menyerang pajajaran
PANGLIMA BANTEN
(BERTERIAK KE ARAH KEDATON)
Hai, Ranggah bitung, Bupati Pamingkis! Cepat keluar! Menyerahlah segera. Kerajaan
Pajajaran panutan kalian itu sudah hancur porak poranda. Ketahuilah, hai Ranggah Bitung,
Puseur dayeuh Pakuan Pajajaran telah jatuh di tangan kami, prajurit pinilih Kesultanan
Banten!
RANGGAH BITUANG
Tidak! Tak sudi aku bertekuk lutut pada kalian.
Pasukan ( YA KAMI TAK SUDI !!)
(pasukan bernyanyi)
Kalian telah berhasil menguasai puseur dayeuh Pakuan Pajajaran
kalian telah menumpas prajuritku
tapi jangan harap bisa menaklukkanku!
PANGLIMA BANTEN
(PADA PASUKANNYA)
Prajurit!!! cepat cari warga pajajaran yang masih hidup!!!
(bernyanyi)
Oh Kakang suamiku….
Tak kusangka engkau pergi secepat ini
Oh kakang suamiku…
Kau tinggalkan aku dan anak dalam kandunganku
Tapi ku harap kau pergi dengan tenang damai
Kan ku besarkan anak kita
Hingga dia tumbuh dewasa
Ku berjanji pada semesta
Bahwa ia bagja selamanya
(bernyanyi)
Hati dan rasa sedih, Nyi Raden Puntang Mayang pergi.
Meninggalkan mayat suaminya Bersama ki jaro lua kutud
Dan nini tumpay ranggeuy ringsang
2.
(Cast : Nyi Raden Puntang Mayang, Ki Loa Kutud, Nini Tumpay Ranggeuy Ringsang,
Bayi Nyi Pudak Arum, Bayi Wangsa Suta)
(bernyanyi)
Pergi ke tempat yang aman
Bertempat di kaki gunung bongkok
Tempat yang tersembunyi
Dan membentuk perkampungan baru
SIANAK
Disana ki, diperkampungan yang terbakar
(BARU TERSADAR) Eh, mana dunungan kita, Nyi Raden Puntang Mayang ?
3.
(Cast : Penduduk Perkampungan Gunung Sunda, Wangsa Suta, Nyai Pudak Arum)
PENDUDUK
(BERNYANYI RIANG)
Lihatlah, malam terang yang benderang
Disinari cahaya bulan purnama,
Marilah, kita mulai bersama-sama
Bermain di bawah cahaya bulan, oh senangnya
SESEORANG
Mari teman teman kita pulang, sudah malam
WANGSA SUTA
Nyai Pudak Arum!
WANGSA SUTA
Aku tak melamun oh nyai
Aku merasa Bahagia
hidup di kampung ini
Penduduknya sangat akur
Hidup aman dan damai
Silih asah, silih asih, silih asuh
bahagia sekaliku dibuatnya
WANGSA SUTA
Tapi, Nyai
WANGSA SUTA
Kampung ini sebentar lagi akan kutinggalkan
WANGSA SUTA
Karena itulah, Nyai!
Memang kita ini akan segera menikah
Dan sudah mendapatkan restu dari orangtua, orangtua kita
Tapi, sebagai suami
Kelak aku harus punya bekal ilmu yang cukup
Untuk hidup bersamamu kelak
WANGSA SUTA
Besok pagi aku akan pergi
Aku akan mengembara ke Selatan
Ke daerah Cikembar kudengar
di sana ada seorang Resi
Yang bernama Saradea
masagi dan luhung ilmunya, luhung ilmunya
WANGSA SUTA
Aku pun takkan beristri selain dengan dirimu
Kelak kalau ilmuku sudah dirasa cukup
Aku akan kembali
Ke kampung yang membesarkan kita ini
Jaga dirimu baik-baik
(bernyanyi)
Wangsa suta dengan ragu melangkah
Jangan pikirkan kami dan kampung ini
KEDUANYA BERPISAH DAN SALING MELAMBAIKAN TANGAN DENGAN
PERASAAN YANG TAK TERKIRA SEDIHNYA
4.
(Cast : Penduduk, Rombongan Kesenian/Arak-arakan, Ki Loa Kutud, Nini Tumpay
Ranggeuy Ringsang, Nyi Raden Puntang Mayang, Demanng Sukamukti, Raden
Padabeunghar, Ki Puru Sastra)
SESEORANG
Wah, wah mau ada hajatan rupanya,?
Sampai kalian pada sibuk lagi sibukk
Sibuk begini… sibuk begini sibuk begini
SESEORANG
Iiiiiiiiiya, kan siang ini ada nikahan
SESEORANG
Hah? Ada nikahan? Ada nikahan ? nikahan siapa?
SESEORANG
Eehhhhhh yang lain sudah pada tahu, darimana saja kamu masa kamu belum tahu, masa
kamu belum tahu?2x
SESEORANG
Kan sudah sepekan lamanya kami pergi berdagang.
Ini juga baru baru kembali
Baru kembali baru kembali
SESEORANG
Ohh.. Nyai Pudak Arum
siang ini mau naik pelaminan
SESEORANG
Hah? Dengan siapa? Dengan Wangsa Suta? 2x
SESEORANG
Hus, bukan. Bukan Wangsa Suta
Sedangkan wangsa suta belum kembali dari berguru
Nyai Pudak Arum mau dinikahi oleh Demang, Demang, Demang Sukamukti
SESEORANG
Hah? Hahhhhhhhhhh
Demang Sukamukti kan sudah beristri banyak?!
SESEORANG
Ssst…!! (MENEMPELKAN JARI TELUNJUKNYA DIMULUT)
Ngomongnya pelankan sedikit, nanti kena masalah
(MELIRIK KE SANA KEMARI, LALU SETELAH DIRASANYA AMAN, BERKATA
BERBISIK)
…..Nyai Pudak Arum mau dijadikan selir oleh demang sukamukti, demang sukamukti
SESEORANG
Hah? Selir lagi? Selir sudah sebegitu banyaknya,
mau diapakan lagi yang satu ini?!
SESEORANG
Ssttt..!! Hah-huh, hah-huh…!!
Kabarnya Nyai Pudak Arum juga tak mau
menerima pinangan Demang itu karena
sudah terikat sumpah dengan Wangsa Suta,
tapi Demang itu memaksanya sambil mengancam ibunya.
Dan Akhirnya….Akhirnya…Akhirnya
ARAK-ARAKAN
Awas, awas, jangan halangi jalan
Pengantin baru mau lewat
Kasih jalan menuju pelaminan
Ayo,ayo menyingkir semua
SEMUANYA
Hah Mati???
TABLO
BLACKOUT
SESEORANG
Wah, mau ada hajatan lagi rupanya, ya? Kali ini siapa yang mau naik pelaminan?
SESEORANG
Nyai Pudak Arum. Siapa lagi memangnya?
SESEORANG
Hah? Dengan siapa ??
SESEORANG
Ah, !! Pasti kamuuu!!! Baru pulang,
berdagang lagi iya kan,
sampai-sampai tidak tahu kabarnya
di kampung ini
SESEORANG
sudah sepekan ini kami
pergi berdagang ke daerah Kulon.
Ini juga baru kembali.
Jadi, ketinggalan berita
SESEORANG
Nyai Pudak Arum mau
menikah dengan Raden Padabeunghar
SESEORANG
Hah? Raden Padabeunghar?
SESEORANG
Hah-huh, hah-huh… Awas ya kalau “hah” lagi.
kabarnya dengan Raden Padabeungar ini pun, Nyai Pudak Arum tidak mau menerima
pinangannya.
Raden Padabeunghar kan sangat kaya raya,
dia mengerahkan semua anak buahnya untuk memaksa ibunya Nyai Pudak Arum dan akinya
Nyai Pudak Arum
ARAK-ARAKAN
Awas, awas, jangan halangi jalan
Pengantin baru mau lewat
Kasih jalan menuju pelaminan
Ayo,ayo menyingkir semua
SEMUANYA
Hah Mati???
TABLO
BLACKOUT
SESEORANG
Wah, ini upacara perkawinan siapa lagi sih?
Kok pada sibuk begini…
SESEORANG
Nyai Pudak Arum
SESEORANG
Hah? Nikah lagi dia? Kok tidak ada bosannya?
SESEORANG
Ih bukan tidak ada bosannya. Tapi keadaan yang memaksanya begitu.
SESEORANG
Meskipun sudah dua kali menikah, toh dia masih perawan tingting. Karena suami-suaminya
meninggal sebelum naik ranjang di malam pengantin
MEREKA TERTAWA BERSAMA
SESEORANG
Sutt sudah sudah kali ini mau nikah dengan siapa lagi, dia?
SESEORANG
Dengan Ki Puru Sastra, bangsawan kampung sebelah
SESEORANG
Hah?
SESEORANG
Hah-huh, hah-huh… Sudah ah, ganggu orang kerja saja!
ARAK-ARAKAN
Awas, awas, jangan halangi jalan
Pengantin baru mau lewat
Kasih jalan menuju pelaminan
Ayo,ayo menyingkir semua
SEMUANYA
Hah Mati???
DEMANG KARTELA
Algojo
Tangkap nyai pudak arum
5.
(Cast : Demang Kartela, Sakatana/Penasehat Demang Kartala, Nyai Pudak Arum,
Algojo, Wangsa Suta, Para Jurawa Kedemangan Mangkalaya, Penduduk)
(bernyanyi)
Nyi pudak arum
Setiap pria yang mengawininya
Mati secara tiba tiba tiba tiba
Mungkin dewata tak mengijinkan
Dia menikah dengan pria lain
Karna ia tlah berjanji
Dengan wangsa suta
DEMANG KARTALA
Saudara-saudara…
Tahukah kalian
Kenapa perempuan ini hendak kita jatuhi hukuman pati?
Karena perempuan ini sudah berdosa
Terhadap mereka yang menemui ajalnya
(pasukan bernyanyi)
Semua laki-laki yang di kawininya
Pasti akan bernasib sama,
mati secara mendadak
Sebelum malam pengantin tiba 2x
DEMANG KARTALA
(PADA SESEORANG YANG BERDIRI TAK JAUH DARINYA)
Hey, Sakatana….
Bagaimana dengan Ki Loa Kutud dan istrinya
Dan juga ibu perempuan sial ini
Sudah kau suruh orang-orangku
Untuk mengamankan mereka?
SAKATANA
Sudah, Tuan
Mereka sudah saya amankan
DEMANG KARTALA
Bagus!
Algojo, cepat penggal dia
WANGSA SUTA
Nyai, cepatlah pergi dari sini
Pergilah ke kaki Gunung Parang
Di sana akan kau temui pohon pakujajar berdahan lima
Tumbuh condong kearah Kidul
Cepatlah pergi
6.
(Cast : Nyai Pudak Arum, Para Jawara dari Dinas Rahasia Kademangan)
7.
WANGSA SUTA
(MEMANGGIL-MANGGIL)
Nyai Pudak Aruuuuum…. Nyai Pudak Aruuuuummmm…..
TABLO
WANGSA SUTA
Baiklah resi
(bernyanyi)
Wahai Wangsa Suta sudahlah
Jangan kau cari kekasihmu
Sebab dia sedang diutus waktu
Sebab dia sedang diperintah oleh zaman
SELESAI
PEMERAN
Frame 3
- Fitri
- Fadhila A
- Sakina Maya
- Disa Puja
- Lulu Fauziah
- Kartini
- Hanun
- Sesilia
20. Pohon-pohon
Hanun Zahra
Fadhila Amalia
Silvia Amelia
Yuliana Eka
Annisa Nur H
Aliya Rosyidah