Anda di halaman 1dari 4

a.

Masa Kerajaan Sriwijaya


Pada abad ke VII, berdirilah kerajaan sriwijaya dibawah kekuasaan bangsa syailendra di
sumatra. Kerajaan yang berbahasa melayu kuno dan menggunakan huruf pallawa tersebut
dikenal juga sebagai kerajaan maritim yang mengandalkan jalur perhubungan laut.
Kekuasaan Sriwijaya menguasai selat sunda (686), kemudian selat malaka (775). Sistem
perdangan telah diatur dengan baik, dimana pemerintah melalui pegawai raja membentuk
suatu badan yang dapat mengumpulkan hasil kerajinan rakyat sehingga rakyat mengalami
kemudahan dalam pemasarannya. Dalam sistem pemerintahan sudah terdapat pegawai
pengurus pajak, harta benda kerajaan, kehaniawan yang manjadi pegawai teknis
pembangungan gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga saat itu kerajaan dapat
menjalankan sistem negaranya dengan nilai-nilai ketuhanan (kaelan, 1999, 27).
Pada zaman sriwijaya telah didirikan Universitas agama Budha yang sudah dikenal di Asia.
Pelajar dari Universitas ini dapat melanjutkan studi ke india, banyak guru-guru tamu
mengajar di sini dari ini India, seperti Dharmakitri. Cita-cita kesejahteraan bersama dalam
suatu negara telah tercemin pada kerajaan Sriwijaya, sebagimana tersebut dalam
perkataan”marvuat vannua criwijaya siddhayatra subhiksa” ( suatu cita-cita negara yang adil
dan makmur). (Kaelan, 1999; 27).

Unsur-unsur yang terdapat didalam pancasila,yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,


tata pemerintahan atas dasar musyawarah dan keadilan sosial telah terdapat sebagai asas-
asas yang menjiwai bangsa Indonesia , yang dihayati serta dilaksanakan pada waktu itu,
hanya saja belum dirumuskan secara konkret. Dokumen tertulisyang membutikkan
terdapatnya unsur-unsur tersebut ialah prasasti-prasasti di Talaga Batu,kedukan Bukti,
Karang Brahi, Talang Tuo, dan Kota Kapur (Darmodiharjo, 1974-23).

Pada hakikatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa kejayaan Sriwijaya telah menunjukkan
nilai-nilai Pancasila,yaitu sebagai berikut.
a. Nilai sila pertama,terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu hidup
berdampingan secara damai. Pada kerajaan sriwijaya terjadat pusat kegiatan
pembinaan dan pengembangan agama Budha.
b. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti Harsha).
Pengiriman para pemuda untuk belajar di India. Telah tumbuh nilai-nilai politik luar
negeri yang bebas dan aktif.
c. Nilai sila ketiga, sebagai negara maritim, Sriwijaya telah menerapkan konsep negara
kepulauan sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara.
d. Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas,
meliputi(Indonesi sekarang) Siam, dan Semenanjung Melayu.
e. Nilai sila kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan, sehingga
kehidupan rakyatnya sangat makmur.
majapahit

Sebelum kerajaan Majapahit berdiri telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah


dan di Jawa Timur secara silih berganti, yaitu Kerajaan Kalingga(abad ke VII) dan
Sanjaya(abad ke VIII), sebagai refleksi puncak budaya dari kerajaan tersebut adalah
dibangunnya candi Brobudur(candi agama Budha pada abad ke IX) dan candi
prambanan(candi agama Hindu pada abad ke X).

Dijawa Timur muncul pula kerajaan-kerajaan, yaitu Isana (abad ke IX), Dhamawangsa
(abad ke X), Dan Airlangga (abad ke XII). Agama yang diakui kerajaan adalah agama Budha,
agama Wisnu, dan agama Swiya yang telah hidup berdampingan secara damai. Nilai-nila
kemanusiaan telah tercemin dalam kerajaan ini, terbukti menurut prasasti kelagen bahwa
Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama dengan Benggala,
Chola, Champa. Nila-nilai sila keempat telah terwujud, yaitu dengan diangkatnya Airlangga
sebagai raja melalui musyawarah antara pengikut Airlangga dengan rakyat dan kaum
Brahmana. Sedangkan nilai-nilai keadilan sosial terwujud pada saat Raja Airlangga
memerintahkan untuk membuat tangguldan waduk demi kesejahteraan rakyat(Aziz
Toyibin,1997;28-29).

pada abad ke-XIII, berdiri kerajaan singgasari di kediri, Jawa Timur, yang ada
hubungannya dengan berdirinya kerajaan Majapahit (1293). Zaman keemasan Majapahit
terjadi pada pemerintahan Rajam Hayam Wuruk dengan Majapahit Gajah Mada. Wilayah
kekuasaan Majapahit semasa jayanya membentang dari Semenanjung Melayu sampai ke
Irian Jaya.

Pengalaman sila ketuhanan Yang Maha Esa telah terbukti pada waktu agama Hindu dan
Budha hidup berdampingan secara damai. Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365)
yang didalamnya telah terdapat istilah pancasila. Empu Tantular mengarang buku
Sutasomadimana dalam buku itu terdpat seloka persatuan nasional yang berbunyi
“Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”, artinya walaupun berdeda-beda, namun
satu jua dan tidak beragama saat itu. Seloka toleransi ini juga diterima oleh kerajaan Pasai di
sumatera sebgai bagian kerajaan Majapahit yang telah memeluk agama Islam.

Sila kemanusiaan telah terwujud, yaitu hubungan Raja Hayam Wuruk dengan baik
dengan kerajaan Tiongkong, Ayoda , Champa, dan Kamboja. Di samping itu juga
mengadakan persahabatan dengan negara-negara tetangga atas dasar Mitreka Satasa.

Perwujudan nilai-nilai sila Persatuan Indonesia telah terwujud dengan keutuhan


Kerajaan, khususnya Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada yang diucapkannya
pda sidang Ratu menteri-menteri pada tahun 1331 yang berisi cita-cita mempersatukan
seluruh nusantra raya yang berbunyi: “Saya baru akan berhenti berpuasa makan palapa,
jika seluruh nusantara bertakluk dibawah kekuasaan negara, jika gurun, seram, Tanjung,
Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan.”(Muh.
Yamin, 1960:60).
Sila kerakyatan( keempat) sebagai nilai-nilai musyawarah dan mufakat juga telah
dilakukan oleh sistem pemerintahan Kerajaan Majapahit. Menurut prasasti Brumbung
(1329), dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat
kerajaan, seperti Rakyam I Hino, I Halu yang berarti memberikan nasihat kepada raja.
Kerukunan dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan adat
bermusyawarah untuk munfakat dalam memutuskan masalah bersama. Sedangkan
perwujudan sila keadilan sosial adalah sebagai wujud dari berdirinya kerajaan beberapa
abad yang tentunya ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

Berdasarkan uraian diatas dapat kita pahami bahwa zaman Sriwijaya dan Majapahit
adalah sebagai tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-citanya.

Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan


Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang melimpah,terutama rempah-rempah
yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara diluar Indonesia

2.Masa Kerajaan Majapahit

A. Nilai-Nilai Pancasila pada Masa Kerajaan


1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan Kerajaan tertua di Indonesia berdasarkan umur
peninggalan Kerajaan tersebut. Kerajaan ini berada di tepi Sungai Mahakam Kalimantan
Timur. Sumber sejarah kerajaan Kutai adalah tujuh buah prasasti yang ditulis dengan
istilah yupa. Prasasti ini diperkirakan ditulis pada abad ke- 4 Masehi. Kerajaan Kutai tidak
meninggalkan sumber sejarah lainnya.
Raja pertama yang memerintahkan kerajaan Kutai adalah Kudungga Raja
Kudungga memiliki putera bernama Asmawarman. Dalam salah satu parasti,
Asmawarman dianggap sebagai pembentuk keluarga .Raja Asmawarman mempunyai
tiga orang putera, yang terkenal di antaranya adalah Mulawarman.

Raja Mulawarman raja yang sangat mulia dan baik budinya. Kebaikan raja itu di
wujudkan dalam pemberian hadiah atau sedekah yang berlimpah. Besarnya hadiah
Mulawarman itu tercantum dalam yupa. Dalam prsasti itu disebutkan bahwa Raja
Mulawarman mengadakan kenduri dan memberikan sedekah 20.000 ekor sapi kepada para
brahmana dan para brahmana membangun yupa itu sebagai tanda terima kasih kepada
Sang raja (Sumadio, 1977: 33).

Dalam kehidupan sosial, masyarakat mengenal kasta-kasta kerena pengaruh India.


Keluarga kundungga pernah melakukan upacara Vratyastom, yaitu upacara penyucian diri
untuk masuk pada kasta ksatria. Berdasarkan prasasti kutai, dikerajaan kutai hidup
sekelompok kaum Brahmana yang dihormati oleh raja, karena merekalah yang mengatur
segala upacara keagamaan. Selain mengatur upacara-upacara keagamaan, para brahmana
itulah yang menyebarkan agama serta kebudayaan Hindu kutai.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat kutai membuka zaman
sejarah di Indonesia pertama kalinya dengan menampilkan nilai-nilai sosial politik dan
ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri serta sedekah kepada kaum Brahmana. Nilai-
nilai tersebut telah di artikulasi dalam sila-sila pancasila pada saat ini.

Kerajaan kutai mengalami kemunduran diperkirakan karena penganut Hindu semakin


berkurang, dan munculnya gangguan keamanan dari bajak laut.

Anda mungkin juga menyukai