Pada hakikatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa kejayaan Sriwijaya telah menunjukkan
nilai-nilai Pancasila,yaitu sebagai berikut.
a. Nilai sila pertama,terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu hidup
berdampingan secara damai. Pada kerajaan sriwijaya terjadat pusat kegiatan
pembinaan dan pengembangan agama Budha.
b. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti Harsha).
Pengiriman para pemuda untuk belajar di India. Telah tumbuh nilai-nilai politik luar
negeri yang bebas dan aktif.
c. Nilai sila ketiga, sebagai negara maritim, Sriwijaya telah menerapkan konsep negara
kepulauan sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara.
d. Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas,
meliputi(Indonesi sekarang) Siam, dan Semenanjung Melayu.
e. Nilai sila kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan, sehingga
kehidupan rakyatnya sangat makmur.
majapahit
Dijawa Timur muncul pula kerajaan-kerajaan, yaitu Isana (abad ke IX), Dhamawangsa
(abad ke X), Dan Airlangga (abad ke XII). Agama yang diakui kerajaan adalah agama Budha,
agama Wisnu, dan agama Swiya yang telah hidup berdampingan secara damai. Nilai-nila
kemanusiaan telah tercemin dalam kerajaan ini, terbukti menurut prasasti kelagen bahwa
Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama dengan Benggala,
Chola, Champa. Nila-nilai sila keempat telah terwujud, yaitu dengan diangkatnya Airlangga
sebagai raja melalui musyawarah antara pengikut Airlangga dengan rakyat dan kaum
Brahmana. Sedangkan nilai-nilai keadilan sosial terwujud pada saat Raja Airlangga
memerintahkan untuk membuat tangguldan waduk demi kesejahteraan rakyat(Aziz
Toyibin,1997;28-29).
pada abad ke-XIII, berdiri kerajaan singgasari di kediri, Jawa Timur, yang ada
hubungannya dengan berdirinya kerajaan Majapahit (1293). Zaman keemasan Majapahit
terjadi pada pemerintahan Rajam Hayam Wuruk dengan Majapahit Gajah Mada. Wilayah
kekuasaan Majapahit semasa jayanya membentang dari Semenanjung Melayu sampai ke
Irian Jaya.
Pengalaman sila ketuhanan Yang Maha Esa telah terbukti pada waktu agama Hindu dan
Budha hidup berdampingan secara damai. Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365)
yang didalamnya telah terdapat istilah pancasila. Empu Tantular mengarang buku
Sutasomadimana dalam buku itu terdpat seloka persatuan nasional yang berbunyi
“Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”, artinya walaupun berdeda-beda, namun
satu jua dan tidak beragama saat itu. Seloka toleransi ini juga diterima oleh kerajaan Pasai di
sumatera sebgai bagian kerajaan Majapahit yang telah memeluk agama Islam.
Sila kemanusiaan telah terwujud, yaitu hubungan Raja Hayam Wuruk dengan baik
dengan kerajaan Tiongkong, Ayoda , Champa, dan Kamboja. Di samping itu juga
mengadakan persahabatan dengan negara-negara tetangga atas dasar Mitreka Satasa.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita pahami bahwa zaman Sriwijaya dan Majapahit
adalah sebagai tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-citanya.
Raja Mulawarman raja yang sangat mulia dan baik budinya. Kebaikan raja itu di
wujudkan dalam pemberian hadiah atau sedekah yang berlimpah. Besarnya hadiah
Mulawarman itu tercantum dalam yupa. Dalam prsasti itu disebutkan bahwa Raja
Mulawarman mengadakan kenduri dan memberikan sedekah 20.000 ekor sapi kepada para
brahmana dan para brahmana membangun yupa itu sebagai tanda terima kasih kepada
Sang raja (Sumadio, 1977: 33).