Disusun Oleh
Agnes Julia Kosim (01)
Albert Cahayadi (02)
Gabriel Evan (15)
Kevin Kristian (25)
Wesley Frederick Oh (35)
A. Tujuan Percobaan
• Mengetahui dan mempelajari cara merakit sel volta.
• Mengukur nilai dari potensial sel volta dari percobaan.
• Mengetahui daya reduksi dan oksidasi suatu elektroda.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Sel Volta atau Sel Galvani
Sel Volta atau Sel Galvani adalah sebuah percobaan atau sebuah
perangkat yang dibuat oleh dua ilmuwan ternama, yaitu Luigi Galvani dan
Alessandro Volta. Sel Volta atau Sel Galvani adalah sebuah percobaan yang
melibatkan sel elektrokimia sehingga dapat menghasilkan sebuah aliran atau
arus listrik. Arus listrik ini dihasilkan Sel Volta/Galvani melalui reaksi redoks
spontan yang terjadi pada katoda dan anoda, dimana terjadi transfer elektron
dari anoda ke katoda sehingga ada arus listrik yang mengalir.
3. Jembatan Garam
Karena terjadi transfer elektron, jumlah muatan dalam kedua
kompartemen tidak seimbang, dimana dalam anoda kelebihan muatan positif
dari kelebihan ion Zn2+ (karena melepas elektron) sedangkan dalam katoda
kelebihan muatan negatif SO42- (karena sebagian Cu2+ menangkap elektron
menjadi Cu yang menempel pada katoda).
Maka dibutuhkan bantuan alat yang disebut jembatan garam, umumnya
jembatan garam yang dapat digunakan adalah KCl, dimana K+ dari jembatan
garam akan pergi menuju katoda (yang kelebihan muatan negatif), sedangkan
Cl- akan pergi menuju anoda (yang kelebihan muatan positif). Tujuannya
adalah untuk menetralkan muatan pada kedua kompartemen tersebut dan
menjaga keberlangsungan reaksi sel. Tanpa jembatan garam, larutan di satu
kompartemen bermuatan positif sedangkan di kompartemen lainnya bermuatan
negatif, yang menyebabkan reaksi malah menjadi terhambat karena
tegangannya akan dibatalkan dan menyebabkan arus menjadi tidak mengalir.
D. Cara Kerja
1. Masukkan 40 mL larutan ZnSO4 1M ke dalam gelas kimia dan celupkan
sepotng lempeng logam seng (Zn) ke dalam larutan itu.
2. Masukkan 40 mL larutan CuSO4 1M ke dalam gelas kimia lain dan celupkan
sepotng lempeng logam tembaga (Cu) ke dalam larutan itu.
3. Hubungkan kedua larutan dengan jembatan garam.
4. Hubungkan kedua lempeng logam (Seng(Zn) dan Tembaga(Cu)) melalui
multitester dengan bantuan penjepit buaya.
5. Tembaga (Cu) berperan sebagai katoda, maka dihubungkan dengan kabel
berwarna merah, sedangkan seng (Zn) berperan sebagai anoda dihubungkan
dengan kabel berwarna hitam.
6. Jika jarum multitester bergerak ke arah negatif, segera putuskan rangkaian itu
dan ubah posisi kabel, yang awalnya berperan sebagai katoda berubah menjadi
anoda dan sebaliknya.
7. Jika bergerak ke arah positif, biarkan dan baca beda potensialnya. Catat beda
potensial itu pada tabel Pengamatan. Apabila menggunakan tegangan 10 V
langsung baca beda potensialnya, sedangkan kallau menggunakan tegangan
2,5 V konversikan dengan cara membagi 4 hasil bacaan beda potensialnya.
8. Lakukan langkah 1 sampai dengan 7 dengan pasangan setengah sel seperti
tercantum pada tabel pengamatan berikut. Setiap pergantian rangkaian,
jembatan garam dicuci terlebih dahulu dengan air di dalam gelas kimia 250
mL.
E. Hasil Percobaan
Setengah sel katode (+) A B C D
Setengah sel anode (-) Cu2+ | Cu Zn2+ | Zn Mg2+ | Mg Fe2+ | Fe
1. Cu | Cu2+ -1,075 Volt -1,75 Volt -0,7 Volt
2. Zn | Zn2+ +1,1 Volt -0,725 Volt + 0,425 Volt
3. Mg | Mg2+ +1,85 Volt +0,7 Volt +1,15 Volt
4. Fe | Fe2+ +0,7 Volt -0,4 Volt -1,1 Volt
F. Analisis Data
Kalau kita melihat data hasil percobaan, ada 12 rangkaian sel volta yang
dibentuk. Enam di antaranya berlangsung secara spontan dan enam di antaranya
berlangsung tidak spontan, ditinjau dari nilai E° sel. Nilai E° sel yang negatif ini
disebabkan karena elektroda yang sifatnya cenderung mudah terjadi oksidasi,
justru dipakai sebagai katoda yang cenderung mudah terjadi reduksi, ataupun
sebaliknya. Hal ini mungkin terjadi karena rumusan untuk E° sel sendiri adalah
E°sel = E°katoda - E°anoda.
Meninjau rumusan E° sel, akan ada kemungkinan E° sel bernilai negatif
apabila E°katoda < E°anoda. Dimana pada elektroda yang cenderung mudah
terjadi oksidasi, nilai E° sel standar (nilai E° sel standar didapatkan dari E° reduksi
di air pada suhu 25°C) akan bernilai negatif. Sedangkan, pada elektroda yang
cenderung mudah terjadi reduksi, nilai E° sel standar akan bernilai positif.
Sehingga, apabila ada elektroda yang akan dipakai sebagai katoda, tetapi
elektroda tersebut justru lebih mudah mengalami oksidasi, maka E° sel akan
bernilai negatif. Reaksi sel akan menjadi spontan (E° sel positif) apabila elektroda
yang mudah terjadi reduksi dipakai sebagai katoda, karena nilai E° sel positif dan
elektroda yang mudah terjadi oksidasi dipakai sebagai anoda, sebab nilai E° sel
negatif.
Pada tabel terdapat empat jenis elektroda yang merupakan logam, yaitu
tembaga (Cu), seng (Zn), magnesium (Mg), dan besi (Fe). Dari keempat jenis
elektroda tersebut akan dipakai dua elektroda untuk dipasangkan, sehingga ada 12
rangkaian sel volta. Namun, karena ada kemungkinan kedua elektroda yang
dipakai sama hanya berbeda pada pemasangan katoda dan anoda saja. Maka, pasti
ada nilai E° sel yang sama, namun tandanya berbeda. Misalnya pada sel 1-B dan
2-A sama-sama melibatkan elektroda Cu dan Zn. Hanya saja pada sel 1-B Zn
berperan sebagai katoda, sedangkan pada sel 2-A Zn berperan sebagai anoda.
Didapat nilai -1,075 Volt dan +1,1 Volt, terdapat persamaan nilai namun berbeda
tanda.
Tanda negatif menunjukkan bahwa rangkaian yang dipasang tidak spontan.
Artinya untuk mendapatkan nilai -1,075 Volt, Zn yang awalnya berperan sebagai
katoda akan diubah menjadi anoda supaya bisa terukur pada multitester. Sehingga,
rangkaian tersebut akan sama saja dengan sel 2-A. Perbedaan nilai bisa disebabkan
karena kesalahan dalam membaca nilai E° sel pada multitester, jembatan garam
yang kurang bagus, dan bahan yang kurang disiapkan seperti logam yang berkarat
ataupun larutan yang terkontaminasi.
Dari nilai E° sel juga kita bisa menentukan daya reduksi dan daya oksidasi
suatu elektroda. Dilihat pada tabel hasil percobaan, saat menggunakan Cu sebagai
katoda didapatkan semua nilai E° sel adalah positif. Artinya Cu merupakan
elektroda yang cenderung mudah terjadi reduksi. Dan pastinya saat Cu dipasang
sebagai anoda, nilai E° sel adalah negatif. Karena nilai E° sel pada Cu lebih besar
daripada E°katoda, sehingga menyebabkan kasus E°katoda < E°anoda.
Sedangkan, saat menggunakan Mg sebagai katoda didapatkan semua nilai E°
sel adalah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa elektroda Mg cenderung mudah
terjadi oksidasi. Dan pastinya saat Mg dipasang sebagai anoda, nilai E° sel adalah
positif, karena nilai E° sel Mg bernilai paling kecil di antara elektroda lainnya.
Sehingga, apabila Mg digunakan sebagai anoda akan menyebabkan reaksi yang
spontan.
Kita juga bisa menyusun suatu deret volta dari percobaan ini. Semakin besar
nilai E° sel, maka akan semakin jauh juga jarak elektroda tersebut pada deret volta.
Misalnya kita meninjau sel 2-A, 3-A, dan 4-A. Nilai E° sel yang terbesar adalah
pada sel 3-A menunjukkan bahwa Mg terletak di paling kiri deret volta, sedangkan
Cu terletak di paling kanan deret volta karena saat dipakai sebagai katoda nilai E°
sel semuanya positif, menunjukkan Cu sebagai oksidator kuat. Nilai E° sel yang
terbesar kedua adalah sel 2-A menunjukkan bahwa Zn terletak di sebelah kanan
Mg, dan yang terakhir adalah elektroda Fe yang terletak di sebelah kanan Zn dan
sebalah kiri Cu.
Dari analisis di atas kita bisa menyusun deret volta dari keempat elektroda
tersebut, yaitu Mg – Zn – Fe – Cu. Semakin ke kiri deret, maka semakin mudah
terjadi oksidasi, sedangkan jika semakin ke kanan akan semakin mudah terjadi
reduksi. Dimana pada landasan teori juga sudah disebutkan deret volta lengkap
sebagai berikut: Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb H Cu Hg Ag
Pt Au. Terlihat bahwa susunan deret volta yang dibuat dengan analisis, sesuai
dengan teori deret volta yang ada.
Pada tabel hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa nilai E° sel antara satu
elektroda dengan elektroda yang lain berhubungan. Misalnya nilai E° sel pada sel
3-D bisa didapat dari perhitungan E° sel pada sel 3-A dan 1-D dengan perhitungan
sebagai berikut.
Mg | Mg2+ || Cu2+ | Cu E° = +1,75 V
Cu | Cu2+ || Fe2+ | Fe E° = - 0,7 V
---------------------------------------------------------- +
Mg | Mg2+ || Fe2+ | Fe E° = 1,05 V
Sedangkan, pada hasil percobaan nilai E° sel pada sel 3-D adalah +1,15 Volt.
Maka, perhitungan di atas sudah akurat karena hanya berbeda 0,1 Volt saja.
Selisih ini bisa disebabkan beberapa faktor seperti kesalahan dalam membaca nilai
E° sel pada multitester, jembatan garam yang kurang bagus, dan bahan yang
kurang disiapkan seperti logam yang berkarat ataupun larutan yang
terkontaminasi.
Jawaban Pertanyaan
1. Berikut diagram (notasi) sel pada sel 2-A, 3-A, dan 3-B
• Sel 2-A: Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu
• Sel 3-A: Mg | Mg2+ || Cu2+ | Cu
• Sel 3-B: Mg | Mg2+ || Zn2+ | Zn
Menurut tabel hasil percobaan, nilai E° dari notasi sel Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu
adalah +1,1 V. Maka, data yang didapatkan hampir akurat karena hanya
berselisih 0,075 V dari perhitungan diatas. Dapat disimpulkan bahwa
percobaan terbukti benar adanya.
3. Berikut adalah reaksi yang terjadi pada Cu (katoda) dan Zn (anoda) dengan E°
sel yang didapat dari buku data.
Menurut tabel hasil percobaan, nilai E° dari reaksi sel Cu2+(aq) + Zn(s) → Cu(s) +
Zn2+(aq) atau notasi sel Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu adalah +1,1 V. Maka, data yang
didapatkan sama dengan hasil percobaan. Dapat disimpulkan bahwa percobaan
sesuai dengan buku data.
4. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengetahui terlebih dahulu fungsi
jembatan garam pada Sel Galvani atau Sel Volta. Seperti yang sudah tertera
pada landasan teori, fungsi jembatan garam adalah untuk menetralkan muatan
positif dan negatif pada kedua kompartemen atau setengah sel. Jembatan garam
akan menyuplai anoda dengan ion positif. sedangkan katoda akan disuplai
dengan ion negatif. Tujuannya adalah untuk menetralkan kedua kompartemen
atau setengah selnya. Jika tidak ada jembatan garam, elektron tidak akan bisa
ditransfer dari anoda ke katoda karena sifat elektron yang tidak akan berpindah
meninggalkan larutan bermuatan positif menuju larutan bermuatan negatif.
Maka, sesuai dengan apa yang sudah dicoba, jarum pada multimeter langsung
menuju ke angka nol dengan instan begitu jembatan garam dicabut.
5. Juga sesuai dengan landasan teori, sel volta bekerja dengan adanya transfer
elektron sehingga ada aliran listrik. Adanya aliran listrik ini dibuktikan dari
terdeteksinya adanya listrik dari multimeter yang sudah disajikan pada tabel
hasil percobaan. Berdasarkan Deret Volta, logam yang menjadi anoda akan
teroksidasi dan melepas elektron sedangkan logam yang menjadi katoda
mengalami reduksi dan menerima elektron dari anoda melewati kabel.
Kompartemen anoda yang kehilangan elektron akan menjadi bermuatan positif
karena logam yang menempel dengan anoda sebagian bereaksi dan berubah
menjadi ion bermuatan positif, sedangkan kompartemen katoda yang
menerima elektron menjadi bermuatan negatif karena ion yang bermuatan
positif bereaksi dengan elektron menjadi bermuatan netral dan menempel
kembali pada logam katoda sehingga kelebihan ion SO42- yang bermuatan
negatif. Jembatan garam akan menyuplai anoda dengan ion positif. sedangkan
katoda akan disuplai dengan ion negatif agar muatan pada kedua kompartemen
seimbang dan reaksi dalam Sel Galvani/Volta dapat berjalan.
H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan sel volta yang sudah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa beberapa kesimpulan berikut:
1. Sel volta merupakan sel elektrokimia yang mengubah zat kimia menjadi listrik.
2. Pada katoda terjadi reaksi reduksi. Sedangkan, pada anoda terjadi reaksi
oksidasi. Apabila katoda yang dipakai cenderung mudah teroksidasi, maka E°
sel akan negatif atau reaksi sel tidak spontan.
3. Jembatan garam berperan sebagai penghubung larutan elektrolit yang
menetralkan muatan positif dan negatif pada kedua kompartemen atau
setengah sel.
4. Jika tidak ada jembatan garam, elektron tidak akan bisa ditransfer dari anoda
ke katoda karena sifat elektron yang tidak akan berpindah meninggalkan
larutan bermuatan positif menuju larutan bermuatan negatif.
5. Jika nilai E° sel > 0 (+) maka reaksi sel spontan (berlangsung).
6. Jika nilai E° sel < 0 (-) maka reaksi sel tidak spontan (tidak berlangsung).
7. Besar nilai E° sel dapat ditentukan melalui percobaan, perhitungan, dan deret
volta.
8. Besar nilai E° sel dapat menentukan daya reduksi atau oksidas suatu elektroda.
9. Pada sel volta, aliran elektron dari kutub negatif ke kutub positif, sedangkan
aliran arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Dwayne, dkk. (2015). “Are the reactions in galvanic cells always spontaneous?
Why?”. https://socratic.org/questions/are-the-reactions-in-galvanic-cells-always-
spontaneouswhy#:~:text=Hayek%20·%20Dwayne%20M.&text=Yes.,occurs%20
with%20no%20outside%20intervention. (Diunggah pada 9 Februari 2015 dan
diunduh 24 September 2022 pukul 09:23)
Tanda
No. Nama Tugas
Tangan
Mengerjakan hasil pengamatan
1. Agnes Julia Kosim dan lampiran foto (dokumentasi)
praktikum.