Anda di halaman 1dari 4

https://www.facebook.com/kikamal.kamaludin.

Asal - usul Sukabumi dari Suka bumen bumen:


SUKABUMI;SENANG TINGGAL DI RUMAH ( 1 )
(Disusun :Kikamal Kamaludin)
Dalam lirik sebuah lagu kawih Sunda karya Ki Rakean Puraga Sastra alias Anis Jatisunda, sebenarnya
terdapat kandungan makna asal usul nama Sukabumi. Lirik atau rumpaka, sbb. :
" Nyusuk catur munday carita karuhun
Pagadungan papantunan
Pajajaran seseleh kana papasten
Teungteuingeun musuh taya rasrasan
Deudeuh teuing nu geulis Nyi Pudak Arum
Pasini henteu ngajadi
Pakujajar di Gunung Parang gugupay
Ngaharewos talatah Ki Wangsa Suta
Tegal kole waris salin ngaran
Sukabumi dayeuh manggung.
( Tafsir :
Mencari berita, mengambil cerita lisan dari nenek moyang terdahulu.
Pagadungan yang menjadi sumber cerita
Kerajaan Pajajaran berserah kepada Taqdir Maha Penentu.
Disesalkan bahwa musuhnya tidak berperasaan berperikemanusiaan
Duh kasihan yang cantik rupawan Nyi Pudak Arum
Harapan tak kunjung datang
Pakujajar di Gunung Parang melambai menanti nanti
Terdengar pesan Ki Wangsa Suta
Tegal kole akan berubah nama
Sukabumi kota berprestasi *)
Cerita ini terjadi kira kira masa Kerajaan Pajajaran jatuh ke tangan musuh musuhnya sewaktu diserang
Demak, Cirebon, dan Banten hingga taun peperangan berakhir 1579.
Sukabumi saat itu masih belum disebut Sukabumi. Lokasi memang terletak diantara kaki Gunung Gede
dan Gunung Salak, yang disebut " Papanah Awatan Pagadungan ", wilayah ini termasuk Kadatuan
Pamingkis yg beribukota di kaki Gunung Walat Cibadak yg dijadikan Kabuyutan di masa Prabu
Darmaksiksa yakni dimasa Kerajaaan Sunda Galuh Kuno (lihat prasasti Cicatih Cibadak ---di Blog)
Tahun 1579 ketika Pajajaran digempur oleh Cirebon, Demak, dan Banten itu, ibu kota Pakuan berhasil
direbut Banten.
Uforia bumi hangus sampai juga ke Kadatuan Pamingkis, atau Kadatuan atau Kabupatian Pamingkis atau
Kabupaten Pagadungan pun tidak luput dari gempuran gempuran musuh, yang pada saat itu yang
menjadi "bupati " atau "datu " yaitu Ki Rangah Bitung serta istrinya bernama Nyi Raden Puntang
Mayang.
Kadatuan Rangah Bitung diserang dan dibakar musuh hingga habis. Dalam peperangan melawan
musuhnya, Rangah Bitung gugur, dimana pada saat itu istrinya Nyi Raden Puntang Mayang sedang
mengandung.
Untuk menyelamatkan Nyi Raden Puntang Mayang maka seorang "jaro "/ lurah kadatuan bernama Ki
Loa Kutud dan istrinya ( Nini Rumpay Tanggeuy Ringsang ), mereka membawanya untuk mengungsi,
yang semula ke Gunung Bongkok (masih sekitar Cibadak) ketika di sana ada bersama seorang Resi Tutug
Windu yg memberikan nasihat, bahwa Nyi Raden Puntang Mayang harus dibawa ke Gunung Sunda yang
terletak tidak jauh yaitu ke sekitar Pelabuanratu. Di mana keadaan Gunung Sunda di Palabanratu di kala
itu masih hutan belantara dan sangat tepat untuk persembunyian di kala itu .
Kemudian atas nasihat Sang Resi Tutug Windu berangkatlah mereka bersama Ki Jaro Kadatuan ( yaitu
Ki Loa Kutud dan istrinya Nini Rumpay Tanggeuy Ringsang), dan tanpa disangka ketika di tengah hutan
di perjalanan kebetulan Ki Jaro mendapatkan seorang anak laki -laki usia sekitar 6-7 tahun. Yang ketika
ditanya dari mana ia berasal. Namun anak itu tidak mau menjelaskan, ia hanya mengatakan ia berada di
hutan ini karena ada yang membawanya ketika rumah di kampungnya dibakar musuh.
( ke bag. 2 )
Asal -usul Sukabumi : Suka bumen bumen
SUKABUMI; SENANG TINGGAL DI RUMAH ( 2 )
( Disusun ku :Kikamal Kamaludin)
Ki Jaro (Ki Loa Kutud) mempunyai keyakinan bahwa anak itu bukan anak orang kebanyakan.Kemudian
anak itu dibawanya pergi mengungsi bersamanya menuju Gunung Sunda yang masih merupakan hutan
lebat.
Dalam pengungsiannya di Gunung Sunda Ki Jaro dan Nini Rumpay Tanggeuy Ringsang selalu menjaga
dan memanjakan Nyai Raden Puntang Mayang. Yang kemudian tibalah saatnya Nyi Raden Puntang
Mayang melahirkan seorang putri yang setelah remaja diberi nama Nyai Arum Pudak Saloyang (atau
menurut versi Sumberwangi *. Disebut Nyai Raden Pudak Arum , -----Pudak = nama bunga jaksi; Arum =
harum **Pudak Arum = bunga jaksi yang harum)
Anak yang diketemukan diperjalananpun diberi nama setelah dewasa ia diberi nama WANGSA SUTA .
Bersama lamanya waktu, karena Nyai Arum Pudak Saloyang dan Wangsa Suta hidup dan dibesarkan
pada tempat yang sama, maka setelah dewasa timbulah perasaan saling menyayangi antara kedua anak
itu, yang kemudian terjadi mereka saling mengikat janji.
Akan tetapi meski telah mengikat janji dengan Nyai Arum Pudak Saloyang ,
Wangsa Suta mempunyai keinginan untuk berkelana mencari ilmu. Dan Wangsa Suta pun pergilah
setelah mendapat ijin dari Ki Jaro /Ki Loa Kutud .
Wangsa Suta pergi dan menyusur hutan, setelah berbulan bulan tiba ia di sebuah hutan di sebelah
Selatan Gunung Walat dekat daerah Cikembar. Ia bertemu seorang resi yaitu Resi Saradea namanya.
Setelah diterima menjadi murid ia pun diberi pelajaran, ilmu pengetahuan, ilmu kesaktian, ilmu perang,
ilmu membangun, dan ilmu lainnya yang diperlukan dalam menggayuh kehidupan dan sebagainya.
Suatu ketika Resi Saradea berpesan kepada Wangsa Suta bahwa sebelum ia kawin dengan Nyai Arum
Pudak Saloyang, ia diharuskan membuat sebuah kampung dahulu. Adapun letak /lokasi kampung yang
harus ia bangun yaitu di tempat yang terdapat 'pohon kiara kembar 'yang ada di Gunung Parang. Dan
tanda - tandanya yaitu ketika permulaan membuka hutan harus di tempat yang ada tumbuh
pohon"pakujajar bercabang lima " , dan di pelataran tempatnya yang miring ke Selatan dengan ciri ciri
lainnya, yaitu banyak tumbuh pisang kole (pisang hutan) dan terdapat di 'tegal kole ', dan pohon pisang
kole yang berdaun ungu serta berbunga hijau ' .
Rupanya dahulu di sana merupakan hutan kole (pisang hutan) maka Wangsa Suta pun kemudian
membuka hutan untuk membuat kampung.
Kita tunda dulu cerita Wangsa Suta membuat kampung. Mari kita kembali ke Nyai Arum Pudak
Saloyang atau Pudak Arum yang kecantikannya terdengar dan tersebar ke mana -mana. Sehingga banyak
para bangsawan dan pembesar yang ingin mempersuntingnya.
Pada suatu waktu datanglah seorang utusan dari Demang Sukamukti dan disuruh meminang *melamar
PUDAK ARUM yang dijadikannya selir. Tentu saja Ki Jaro (Ki Loa Kutud ) dan Nini Rumpay Tanggeuy
Ringsang tidak dapat berbuat apa apa, mereka menyerahkannya kepada Ibunda Nyi Raden Puntang
Mayang dan kepada putranya Nyai Pudak Arum.
Pinangan itu ternyata tidak diterima, akan tetapi Nyai Pudak Arum dipaksa maka terjadilah adu mulut
disertai perkelahian dengan Pudak Arum. Karena Pudak Arum adalah seorang perempuan yang tomboy
dan memiliki kesaktian waktu diserang urusan tadi keris utusan itu dilengkung lengkungkan oleh tangan
Pudak Arum hingga keris itu hampir patah. Utusan Demang Sukamukti merasa dipermalukan, namun
akhirnya dengan seloroh silat lidah mereka Pudak Arum dapat ditawan dan dibawa ke kediaman
Demang Sukamukti.
Demang Sukamukti hendak memperistrinya,akan tetapi tiba tiba secara mendadak ia mati, sehingga
Nyai Pudak Arum selamat dan tetap sebagai seorang gadis.
Berita kecantikan dan peristiwa kematian Demang Sukamukti semakin melebar dan terdengar oleh
bangsawan bangsawan kaya yang tinggal di Padabeunghar sekarang. Tempat ini dinamakan
Padabeunghar mungkin karena dahulunya banyak bangsawan kaya (beunghar =kaya /agniya) yang
tinggal di sana.
Hal kematian seperti yang menimpa Demang Sukamukti terjadi pula. Setiap orang yang hendak
memperistri Nyai Pudak Arum pasti mati.
Ada lagi seorang kaya yang merasa penasaran dengan berita kejadian itu. Ia adalah Ki Puru Sastra
namanya, dan memang berhasil mempersuntingnya , namun ketika mereka tidur Ki Puru Sastra mati
pula dengan tiba tiba.
Semakin banyak yang melamar semakin banyak yang mati, berita itu terdengar pula oleh HAJI IJAML
'AN namanya. Haji Ijamal 'an sudah beristri lebih dari 20 orang rupanya tidak merasa puas juga.
Memang pada waktu itu sudah ada yang haji karena pengaruh Islam sudah masuk sebelum keruntuhan
Pajajaran.
Ketika Haji Ijamal'an mau melamar.. ( hanca ke seri 3 )
Asal -usul Sukabumi :Suka bumen bumen
SUKABUMI; SENANG TINGGAL DI RUMAH (3 )
(Disusun : Kikamal Kamaludin )
Ketika Haji Ijamal'an hendak melamar Pudak Arum di tengah perjalanannya tiba tiba ia disambar petir
sehingga meninggal dengan tubuh rapuh terbakar api kilat jilatan petir.
Demikianlah seterusnya sampai suatu hari terdengar berita itu oleh DEMANG KARTALA seorang
Demang Mangkalaya yaitu di daerah Cisaat Sukabumi (sekarang) kebetulan Demang Kartala ini
mempunyai seorang penasehat yaitu orang Jawa bernama SAKATANA.
Mendengar adanya seorang perempuan yang sangar, angker (pembawa celaka) yang menurut
Sakatana bahwa katanya :" Lebih baik kita bunuh saja perempuan itu !" Jawab Demang Kartala, "biarlah
kita baktikan saja dan berikan kepada Sultan Demak sebagai persembahan dari kita.
"Walau dia si Pudak Arum ini kita baktikan sebagai persembahan untuk Sultan Demak pasti orang
Demak akan meludahi kita, kata Sakatana.
Singkat cerita, akhirnya Nyi Pudak Arum ditangkap dan diikat dan disandarkan pada bongkahan batu
untuk kemudian nantinya akan dipenggal lehernya dihukum mati di Mangkalaya. *) sambil menunggu
algojo yang akan memenggal leher Nyi Pudak Arum kita kembali kepada kisah Wangsa Suta yang sibuk
membangun perkampungan di Gunung Parang.
Pada suatu malam tiba tiba Wangsa Suta merasa tidak enak hati seperti merasa bingung apa yang
harus diperbuat. Dalam perasaan gundah gulana ini ia menunda pekerjaannya Dan untuk
menghilangkan kejenuhannya ia pergi keluar berjalan jalan sekedar penghilang kepenatannya, namun
tanpa disadarinya kemudian ia sampai ke Cisaat, yang kebetulan sekali waktu itu Nyai Pudak Arum akan
dipenggal lehernya oleh beberapa orang algojo. Wangsa Suta segera menolongnya sambil
membisikan :" Tunggulah di Gunung Parang, dibawah pohon pakujajar yang bercabang lima. Di sana
adalah suatu tempat yang sedang saya buka dibuat perkampungan, tunggulah di sana. !" Setelah
berbisik demikian Wangsa Suta terus berkelahi dengan salah seorang algojo. Ketika Wangsa Suta
berkelahi tidak diketahuinya Nyi Pudak Arum ditangkap lagi oleh dua algojo yang lain. Pudak Arum diikat
dan dimasukkan kedalam karung yang kemudian karung itu diikatnya dan akan dibawa ke Palabuan
Sunda Kalapa untuk dijual ke Pulau Putri di Kalapa (Teluk Jakarta. )***
Wangsa Suta yang sedang berkelahi mengira bahwa Nyi Pudak Arum sudah ada di Gunung Parang.
Setelah membunuh seorang algojo dalam perkelahian itu Wangsa Suta menyusul ke sana ke Gunung
Parang, yang ternyata Nyi Pudak Arum tidak ada, tidak ditemukan Wangsa Suta. Terpaksa Wangsa Suta
memanggil gurunya Resi Saradea yang saat itu Resi Saradea sudah pindah ke Gunung Arca dekat Pasir
Bedil di sebelah Barat Cijangkar di seberang Sungai Cimandiri.
Resi Saradea pun datang memenuhi panggilan muridnya dan dengan lemah lembut ia berkata :"
Wangsa Suta, bukan dalam jaman ini dan bukan di alam ini engkau dapat bersatu dengan Nyi Pudak
Arum . Tetapi suatu saat nanti jika Nyi Pudak Arum diutus waktu, dan kamu harus menunggu saatnya ia
Nya Pudak Arum kembali. Nanti ia Nyi Pudak Arum akan kembali ke Gunung Parang menemui engkau
dengan ciri ciri atau tanda tandanya bila di Gunung Parang telah penuh dengan rumah. Dan Tegal
Koleksi jika sudah menjadi kota. Dan pada waktu itulah akan ada seorang perempuan yang suka
membimbing masyarakat yang sedang menderita sambil membesarkan hati perempuan yang disakiti
suaminya. Dialah titisan Nyi Pudak Arum, dan pada waktu itulah kamu dapat bersatu dengan dia. !" ****
Begitulah legenda kota Sukabumi. Wangsa Sutalah yang mula mula membuka kampung Tegal Kole
sehingga banyak orang berdatangan dan membuat rumah di sana hingga sekarang menjadi kota.
Wangsa Suta tetap menunggu karena ia selalu teringat pesan Resmi Saradea, bahwa kata Resi Saradea
kelak di kemudian hari tempat itu akan diberi nama dengan "senang tinggal di rumah ", yang kemudian
tidak asing hingga juni orang menyebut "Sukabumi "(senang tinggal di rumah) suka =senang, bumi
=rumah.
Betul atau tidaknya menurut ramalan tukang pantun, entahlah. Dan pertemuan Wangsa Suta dengan
Nyai Pudak Arum setelah Gunung Parang penuh dengan rumah rumah, serta Tegal Kole telah menjadi
kota. Wallahu 'alam. ***

Anda mungkin juga menyukai