LUTUNG KASARUNG
PELAKU :
Narator :
Prabu Tapa Agung :
Purbararang :
Purbadewata :
Purbaendah :
Purbakancana :
Purbamanik ;
Purbaleuih :
Purbasari ;
Guruminda /Lutung Kasarung :
Raden Indrajaya :
Sunam Ambu :
Uwak Batara Lengser :
Aki Panyumpit :
Penonton dan Piguran :
BABAK I
Narator : Dahulu ada seorang raja yang adil dan bijaksana Prabu Tapa Agung
namanya. Beliau dianugrahi tujuh orang putri. Berturut-turut mereka itu
adalah Purbararang, Purbadewata, Purbaendah, Purbakancana,
Purbamanik, Purbaleuih, dan si bungsu Purbasari. Ketujuh putri itu sudah
menikah remaja dan semuanya cantik-cantik. Yang paling cantik dan
paling manis budinya adalah Purbasari. Ia menjadi buah hati seluruh
rakyat Kerajaan Pasir Batang.
Narator : Sang Prabu merasa sebagai putri sulung, Perangai Purbararang tidak
sesuai dengan yang diharapkan dari seorang pemimpin kerajaan.
Purbararang mempunyai sifat angkuh dan kejam, sedangkan Indrajaya
adalah seorang pesolek. Bangsawan muda itu akan lebih banyak
memikirkan pakaian dan perhiasan dirinya daripada mengurus keamanan
dan kesejahteraan rakyat kerajaan.
Namun, kiranya kerisauan dan kebingungan raja yang baik itu diketahui
oleh Sunan Ambu yang bersemayam di kahyangan atau Buana Pada. Pada
suatu malam, ketika Prabu Tapa Agung tidur, beliau bermimpi.
Di dalam mimpinya itu Sunan Ambu hadir dan berkata
Sunan : “Wahai Raja yang baik, janganlah risau. Sudah saatnya kamu beristirahat.
Ambu Tinggalkanlah istana. Tinggalkanlah tahta kepada putri bungsu Purbasari.
Laksanakanlah keinginanmu untuk jadi pertapa.”
Berita itu diterima dengan gembira oleh kebanyakan isi istana, kecuali
oleh Purbararang dan Indrajaya. Mereka pura-pura setuju, walaupun
didalam hati mereka marah dan mulai mencari akal bagaimana merebut
tahta dari Purbasari.
Akal itu segera mereka dapatkan. Sehari setelah ayah bunda mereka tidak
berada di istana, Purbararang dengan bantuan Indrajaya menyemburkan
boreh, yaitu zat berwara hitam yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan, ke
wajah dan badan Purbasari.
Akibatnya Purbasari menjadi hitam kelam dan orang Pasir Batang tidak
mengenalinya lagi. Itulah sebabnya putri bungsu itu tidak ada yang
menolong ketika diusir dari istana.
Tak ada yang percaya ketika dia mengatakan bahwa ia Purbasari, Ratu
Pasir Batang yang baru. Di samping itu, mereka yang tahu dan menduga
bahwa gadis hitam kelam itu adalah Purbasari, tidak berani pula
menolong.
Mereka takut akan Purbararang yang terkenal kejam. Bahkan Uwak
Batara Lengser tidak berdaya mencegah tindakan Purbararang itu.
Ketika ia disuruh membawa Purbasari ke hutan, ia menurut. Akan tetapi
setiba di hutan, Uwak Batara Lengser membuatkan gubuk yang kuat bagi
putri bungsu itu. Ia pun menasehatinya dengan kata-kata lembut,
Uwak : “Tuan Putri bersabarlah. Jadikanlah pembuangan ini sebagai kesempatan
Batara bertapa untuk memohon perlindungan dan kasih sayang para penghuni
Lengser kahyangan
Narator Nasehat Uwak Batara Lengser itu mengurangi kesedihan Putri Purbasari.
Ia setuju bahwa ia akan melakukan tapa.
Uwak ““Bagus, Tuan Putri. Janganlah khawatir, Uwak akan sering datang kesini
Batara menengok dan mengirim persediaan.”
Lengser
BABAK
II
Narator Selagi didunia atau Buana Panca Tengah terjadi peristiwa pengusiran dan
pembuangan Purbasari kedalam hutan, di Kahyangan atau Buana Pada
terjadi peristiwa lain.
Sunan : “Ibu sadar, sekarang kau sudah remaja. Usiamu tujuh belas tahun. Adakah
Ambu bidadari yang menarik hatimu. Katakanlah pada Ibu siapa dia. Nanti Ibu
akan memperkenalkanmu kepadanya.”
“Guruminda, berkatalah, “
Guruminda : “Saya tidak ingin diperkenalkan dengan bidadari manapun, kecuali yang
secantik Ibunda,”
Narator : Mendengar perkataan putranya itu Sunan Ambu terkejut. Akan tetapi,
sebagai wanita yang arif beliau tidak kehilangan akal apalagi marah.
Beliau arif bahwa putranya sedang menghadapi persoalan.
Sunan : “Guruminda, gadis yang serupa dengan Ibunda tidak ada di Buana Pada
Ambu ini. Ia berada di Buana Panca Tengah. Pergilah kamu ke sana. Akan tetapi
tidak sebagai Guruminda. Kamu harus menyamar sebagai seekor kera
atau lutung.”
Narator : Setelah Sunan Ambu berkata begitu, berubahlah Guruminda menjadi
seekor kera atau lutung.
Sunan : “Pergilah anakku, ke Buana Panca Tengah, kasih sayangku akan selalu
Ambu bersamamu. Kini namamu Lutung Kasarung.”
Narator : Guruminda sangat terkejut dan sedih ketika menyadari bahwa dia sudah
menjadi lutung. Ia beranggapan bahwa ia telah dihukum oleh Ibunda
Sunan Ambu karena kelancangannya. Ia cuma menunduk.
: Guruminda sadar bahwa menjadi lutung adalah sudah nasibnya dan ia pun
mengundurkan diri dari hadapan ibundanya. Dengan harapan akan
bertemu gadis yang serupa dengan ibundanya, ia meninggalkan Buana
Pada. Ia melompat dari awan ke awan hingga akhirnya tiba di bumi.
Guruminda mencari tempat yang cocok untuk turun. Ketika melihat
sebuah hutan, ia pun melompat ke bumi. Ia melompat dari pohon ke
pohon. Lutung-lutung dan monyet-monyet mengelilinginya. Karena
mereka menyadari bahwa Guruminda, yang berganti nama menjadi
Lutung Kasarung, lebih besar dan cerdas, mereka menerimanya sebagai
pemimpin. Demikianlah Lutung Kasarung mengembara di dalam hutan
belantara, mencari gadis yang sama cantiknya dengan ibunda Sunan
Ambu.
BABAK III
Narator : Tersebutlah di kerajaan Pasir Batang, Ratu Purbararang hendak
melaksanakan upacara. Dalam upacara itu diperlukan kurban binatang. Ratu
Purbararang memanggil Aki Panyumpit. “Aki!” katanya,
Ratu : “Aki!”
Purbalarang
Aki : “ Ya Nyi Ratu”….
Panyumpit
Ratu : “Tangkaplah seekor hewan untuk dijadikan kurban dalam upacara. Kalau
Purbalarang kamu tidak mendapatkannya nanti siang, kamu sendiri jadi gantinya.”
Narator : Dengan ketakutan yang luar biasa Aki Panyumpit tergesa-gesa masuk hutan
belantara. Akan tetapi, tidak seekor bajingpun ia temukan. Binatang-binatang
sudah diberi tahu oleh Lutung Kasarung agar bersembunyi. Lalu, berjalanlah
Aki Panyumpit kian kemari di dalam hutan itu hingga kelelahan.
Ia pun duduk dibawah pohon dan menangis karena putus asa. Pada saat
itulah Lutung Kasarung turun dari pohon dan duduk dihadapan Aki
Panyumpit. Aki Panyumpit segera mengambil sumpitnya dan membidik
kearah Lutung Kasarung.
Lutung : “Janganlah menyumpit saya karena saya tidak akan mengganggumu. Saya
Kasarung datang kesini karena melihat kakek bersedih.”
Narator : Aki Panyumpit terkejut mendengar lutung dapat berbicara.
Lutung : “Mengapa kakek bersedih?”
Kasarung
Narator : Ditanya demikian, Aki Panyumpit menceritakan apa yang dialaminya
Lutung : “Kalau begitu bawalah saya ke istana,kakek,”
Kasarung
Aki : “Tetapi kamu akan dijadikan kurban!”
Panyumpit “Saya tidak rela kamu dijadikan kurban,”
Lutung : “Tetapi kalau kakek tidak berhasil membawa hewan, kakek sendiri yang
Kasarung akan disembelih sebagai kurban,”
Narator : Aki Panyumpit tidak dapat berkata-kata lagi karena bingung.
Uwak Batara Lengser adalah orang tua yang bijaksana, walaupun sudah tua
tetap gagah berani. Ia berjalan menuju Lutung Kasarung dan berdiri di
dekatnya. Ternyata, Lutung Kasarung tidak memperlihatkan sikap
permusuhan kepadanya
Uwak : “Kemarilah Lutung, janganlah kamu nakal dan menakut-nakuti orang, kamu
Batara anak yang baik.”
Lengser
Narator : Pada saat itu beberapa orang prajurit mencoba menyergap Lutung Kasarung.
Namun, Lutung Kasarung selalu waspada. Ia menyerang balik, mencakar,
dan menggigit mereka. Mereka tunggang langgang melarikan diri dan tidak
berani muncul kembali. Setelah itu Lutung Kasarung kembali kepada Uwak
Batara Lengser dan seperti seorang anak yang baik, duduk didekat kaki
orang tua itu.
Purbararang yang melihat pemandangan itu dari jauh, timbul niat jahatnya.
Lutung yang besar dan jahat itu sebaiknya dikirim kehutan tempat Purbasari
berada, pikirnya. Kalau Purbasari tewas diterkam lutung itu, maka ia akan
tenang menduduki tahta Kerajaan Pasir Batang. Cara mengirim lutung itu
tampaknya dapat dilaksanakan melalui Uwak Batara Lengser karena lutung
itu tidak memperlihatkan sikap permusuhan terhadap Uwak Batara Lengser.
BABAK IV
Narator : Sampai di hutan, Uwak Batara Lengser berseru kepada Purbasari
memberitahukan kedatangannya. Purbasari keluar dari gubuk
dengan gembira. Lutung Kasarung melihat seorang gadis yang
kulitnya hitam kelam di celup boreh.
Uwak Batara Lengser : “Itu Putri Purbasari. Ia gadis yang manis dan baik hati. Kamu
harus menjaganya.”
Lutung Kasarung : “Ya,”
Narator : Uwak Batara Lengser dan Purbasari keheranan.
Uwak Batara Lengser : “Semoga kedatanganmu ke Pasir Batang dikirim Kahyangan
untuk kebaikan semua.”
Narator : Setelah Uwak Batara Lengser pergi, Lutung Kasarung meminta
bantuan kawan-kawannya untuk mengumpulkan buah-buahan
dan bunga-bungaan untuk Purbasari. Putri itu benar-benar
terhibur dalam kesedihannya. Ia pun tidak kesunyian lagi. Bukan
saja Lutung Kasarung selalu ada didekatnya, tetapi binatang-
binatang lain seperti rusa, bajing, dan burung-burung berbagai
jenis, berkumpul dekat gubuknya.
Lutung Kasarung : “Jamban Salaka dan pakaian yang tersedia di dalamnya adalah
hadiah dari Buana Pada bagi Tuan Putri,”
Purbasari : “Kau sendiri adalah hadiah dari Buana Pada bagiku, Lutung,”
BABAK V
Narator : Peristiwa didalam hutan itu akhirnya terdengar oleh Purbararang.
Rakyat Kerajaan Pasir Batang yang biasa mencari buah-buahan
atau berburu kehutan membawa kabar aneh. Mereka bercerita
tentang hutan yang berubah menjadi taman, tentang gubuk gadis
hitam yang berubah menjadi istana kecil, tentang tempat mandi
yang sangat indah, dan pimpinan seekor lutung yang sangat
besar. Seekor lutung besar menyebabkan mereka tidak berani
memasuki taman itu.
Narator : Di tengah huma itu berdiri Uwak Batara Lengser dan Lutung
Kasarung
Uwak Batara Lengser : “Gusti Ratu,”
“Inilah huma Putri Purbasari.”
Narator : Untuk beberapa lama tidak ada yang menjawab. Mereka bingung
dan terkejut. Purbararang pun membentak,
Ratu Purbalarang : “Dengarkanlah, Purbasari. Sekarang kamu tidak bisa lolos. Kita
akan bertanding membandingkan ketampanan calon suami.
Calon suamiku adalah Indrajaya yang tampan dan gagah itu.
Siapakah calon suamimu itu?”
Ratu Purbalarang : “Siapa lagi calon suamimu kecuali lutung besar itu?”
“ha…… ha…… ha…… ha…… ha…… ha……