Anda di halaman 1dari 8

1.

Sunan Gresik
Sunan Gresik memiliki nama asli Maulana
Malik Ibrahim merupakan walisongo pertama
yang menyebarkan Islam di pulau Jawa.
Sunan ini lahir di Campa (Kamboja) dan
ayahnya adalah seorang ulama besar di
Maghrib yang bernama Barakat Zainul Alam.
Sunan memiliki beberapa nama sebutan lain
seperti Syekh Maghribi atau Makhdum
Ibrahim al-Samarqandi dan Asmaraqandi.

Asmaraqandi adalah nama yang biasa disebut oleh masyarakat jawa untuk Sunan
Gresik. Pertama kali sunan datang ke daerah Gresik dengan ditemani oleh beberapa
sahabat. Tepatnya yaitu ke Desa Sembolo yang saat ini berganti nama menjadi
Desa Laren kecamatan Manyar. Desa ini berada sekitar 9 kilometer kota Gresik
bagian utara.

Sebelum berdakwah ke pulau Jawa, Sunan Gresik bermukim di daerah Champa


selama 13 tahun (sebuah negeri cermin dalam legenda). Disana sunan menikah
dengan putri raja dan memiliki dua orang putra.  Kedua putra tersebut bernama
Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan Rasyid Ali Murtadha atau Raden Santri.

Sunan Gresik mulai berdakwah di pulau Jawa tepatnya di daerah Gresik pada tahun
801 H/ 1329 M. Beliau juga mendirikan toko di sebuah desa yang terletak sekitar 3
km dari barat kota Gresik. Nama desa tersebut adalah Desa Romo, dimana sunan
mulai memperkenalkan barang yang dibawanya dari negeri sebelumnya.

Toko ini merupakan salah satu cara sunan untuk melakukan pendekatan kepada
masyarakat sekitar. Sunan menjual berbagai keperluan pokok dengan harga
terjangkau. Selain itu beliau juga menjadi tabib untuk mengobati warga dengan
gratis. Sunan juga mengajarkan cara-cara bercocok tanam kepada masyarakat di
daerah tersebut.

Islamisasi dilakukan dengan cara merangkul masyarakat bawah dengan melakukan


pendekatan dan perdagangan tersebut. Masyarakat bawah pada saat itu dibedakan
dengan masyarakat kelas atas pada komunitas Hindu. Sunan Gresik tidak memaksa
masyarakat untuk memeluk Islam secara terang-terangan. Namun dilakukan dengan
memperlihatkan indahnya agama Islam.

Beliau yang sangat ramah tamah tersebut membuat banyak masyarakat jadi tertarik
untuk mempelajari Islam. Setelah merasa cukup mapan Sunan Gresik sempat
melakukan kunjungan ke kerajaan Majapahit di Trowulan. Kunjungan tersebut
disambut baik oleh raja yang berbeda keyakinan dengan memberikan sebidang
tanah di Gresik (Gapura).

Setelah Sunan Gresik meninggal pada 1419 M, dimakamkan tidak jauh dari alun-
alun kota Gresik, provinsi Jawa Timur. Bagi Anda yang ingin berwisata religi di kota
Gresik dapat mengunjungi makam di Jl.Malik Ibrahim No.52-62, Gapura Sukolilo,
Bedilan.

2. Sunan Ampel
Raden Rahmat adalah nama asli Sunan
Ampel, merupakan seorang wali sesepuh.
Sunan Ampel menikah dengan dua
wanita yaitu Dewi Condrowati  (Nyai
Ageng Manila) dan Dewi Karimah binti Ki
Kembang Kuning. Dewi Condrowati
adalah salah satu putri dari adipati Tuban,
Arya Teja. Dari pernikahan dengan Dewi
Condrowati, sunan memiliki enam orang
anak.

Nama keenam anak tersebut adalah


Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Qasim (Sunan Derajat), Sunan
Sedayu, Siti Syari’ah, Siti Mutma’innah dan Siti Hafsah. Sedangkan pernikahan
dengan Dewi Karimah juga dikaruniai enam anak. Dua anaknya adlah istri sunan
yaitu Dewi Murtasiyah (istri Sunan Giri) dan Dewi Murtasimah / Dewi Asyiqah (istri
Raden Fatah).

Empat anak lainnya bernama Raden Hasamuddin atau Sunan Lamingan, Raden
Zaenal Abidin atau Sunan Demak, Pangeran Tumapel serta Raden Faqih atau
Sunan Ampel II. Jadi dari dua pernikahan tersebut Sunan Ampel memiliki total 12
orang anak laki-laki dan perempuan. Keluarga Sunan Ampel juga banyak yang
menjadi sunan selanjutnya.

Pada awalnya sunan datang ke pulau Jawa untuk mengunjungi bibinya yang
bernama Dwarawati. Bibinya adalah seorang putri negeri Champa yang menikah
dengan seorang raja Majapahit bernama Prabu Kertawijaya. Moh Limo merupakan
dakwah yang disampaikan Sunan Ampel dan sangat terkenal di masyarakat Jawa.

Moh Limo adalah dakwah yang dilakukan untuk memperbaiki berbagai kerusahakan
akhlak yang terjadi di dalam masyarakat Jawa. Moh Limo terdiri dari Moh Mabok
(tidak minum minuman keras), Moh Main (tidak berjudi, taruhan atau togel), Moh
Madon (tidak berzina, homo atau lesbian), Moh Madat (tidak mencuri) dan Moh
Maling (tidak korupsi atau mencuri serta lainnya).

Sunan Ampel juga sempat mendirikan sebuah masjid pada tahun 1479 M, yang
dikenal dengan masjid Agung Demak. Pesantrennya berada di Ampel Denta di kota
Surabaya. Makam Sunan Ampel juga terletak di kota Surabaya, Jawa Timur.
Tepatnya berada di Jalan Nyamplungan dan merupakan salah satu wisata religi
yang ramai dikunjungi serta berada di tengah kota.

3. Sunan Bonang
Raden Maulana Makhdum Ibrahim atau
Sunan Bonang lahir pada tahun 1465. Sunan
Bonang merupakan anak dari Sunan Ampel
dengan Dewi Condrowati. Bonang adalah
sebuah desa yang berada di wilayah
kabuoaten Rembang. Nama Sunan Bonang
diambil dari kata Bong Ang, nama marga
ayahnya yaitu Bong Swi Hoo atau Sunan
Ampel.

Sunan Bonang sempat menimba ilmu


sebelum kembali ke daerah Tuban dan mendirikan sebuah pesantren. Cara
berdakwah disesuaikan dengan budaya masyarakat pada saat itu, yaitu kesenian.
Masyarakat yang menyukai hiburan mendorong sunan untuk membuat alat musik
gamelan. Pertunjukan musik ini bertujan untuk menarik masyarakat agar tertarik
untuk belajar agama Islam.

Pesantren yang dibangun adalah basis untuk belajar agama Islam. Sunan Bonang
juga aktif berkeliling untuk berdakwah dengan alat musik. Cara berdakwah
menggunakan alat musik ini sangat menarik hati masyarakat pada saat itu. Beliau
juga mempelajari kesenian masyarakat Jawa seperti Bonang. Bonang merupakan
alat musik yang mengeluarkan suara merdu jika dipukul.

Setiap sunan melakukan pertunjukan, banyak masyarakat yang datang untuk


menonton. Setelah banyak masyarakat yang tertarik, sunan mulai menyelipkan
ajaran agama Islam. Keahliannya di bidang seni mampu menciptakan tembang yang
berisi ajaran Islam. Tembang tersebut juga disukai oleh masyarakat sehingga
dipelajari secara tidak langsung dan tanpa paksaan.

Sunan juga memiliki banyak ilmu yang diajarkan kepada murid-muridnya. Ilmu ini
merupakan cara yang digunakan untuk berdakwah. Sunan mengajarkan ilmu agar
muridnya dapat menghapal huruf hijaiyyah dan membaca Al-Qur’an. Salah satu ilmu
yang masih dilestarikan saat ini adalah Silat Tuhid Indonesia.

Tombo Ati adalah salah satu lagu ciptaan Sunan Bonang yang sangat terkenal
hingga saat ini. Makam Sunan Bonang dikatakan terdapat di tiga lokasi yaitu Tuban,
Rembang dan Pulau Bawean. Namun para ahli sejarah dan ulama setuju jika
makam tersebut terletak di Tuban. Tepatnya berada di sebelah barat masjid Agung
kota Tuban, Jawa Timur.
4.Sunan Derajat
Raden Qasim atau Sunan Drajat memiliki
nama kecil Syarifuddin. Sunan Drajat
merupakan putra bungsu Sunan Ampel
dengan Dewi Condrowati. Sunan ini
berdakwah untuk menyebarkan agama
Islam di Desa Paciran Lamongan.
Awalnya sunan berdakwah di pesisir
pantai Gresik atas perintah ayahnya,
namun akhirnya menetap di Lamongan.

Sebelum menetap di daerah tersebut, Sunan Derajat di antar oleh ayahnya (Sunan
Bonang) untuk meminta izin kepada sultan Demak. Sultan yang baik hati tersebut
memberi izin dan bahkan memberikan  tanah di daerah tersebut pada tahun 1486 H.
Sunan ini terkenal sebagai pendakwah yang berjiwa sosial tinggi, memperhatikan
fakir miskin dan mengutamakan kesejahteraan sosial.

Cara berdakwah yang dilakukannya menggunakan ajaran luhur dan tradisi lokal
tanpa paksaan. Sunan mengajarkan bahwa agama Islam merupakan agama yang
empati dan memiliki etos kerja. Etos kerja ini adalah kedermawanan dalam berbagai
kegiatan. Beliau mengajarkan tentang gotong royong, solidaritas, cara mengetaskan
kemiskinan dan berbagai usaha mencapai kemakmuran.

Makam Sunan Drajat terletak di Lamongan, Jawa Timur. Tepatnya di daerah Pacitan
yang dikelilingi perbukitan dan pepohonan luas. Di sekitar makam juga dibangun
Museum Sunan Derajat yang dapat dikunjungi dengan gratis. Museum berisi tentang
sejarah dan budaya untuk pendidikan, sehingga dapat dikunjungi dengan keluarga
Anda.

5. Sunan Kudus
Sunan Kudus lahir pada 9 September
1400 M atau 808 H di Palestina. Nama
aslinya adalah Ja’far Shadiq berasal dari
Al-Quds Yerussalem, Palestina. Ayahnya
bernama Raden Usman Haji dan ibunya
bernama Syarifah Ruhil. Sunan ini datang
ke pulau Jawa bersama ayah dan
kakeknya, jadi bukan merupakan warga
asli Kudus.

Ada juga cerita yang mengisahkan jika Sunan Kudus pendatang dari daerah Jipang
Panolan yaitu sebuah daerah di Blora Utara. Sunan ini belajar agama Islam melalui
Sunan Ampel dan Kyai Telingsing. Selama hidupnya Sunan Kudus banyak berperan
dalam kerajaan Islam Demak yaitu sebagai penasehat sultan Demak.

Awalnya Sunan Kudus merupakan seorang senopati kerajaan Demak yang hebat.
Beliau diketahui sebagai senopati yang menaklukkan kerajaan Majapahit. Hal ini
membuat kedudukan Ja’far Shadiq menjadi kuat dan disegani di kerajaan Demak.
Namun beliau meninggalkan kedudukan tersebut agar dapat hidup merdeka dan
menyebarkan agama Islam selama hidupnya.

Metode penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh sunan ini hampir sama
dengan Sunan Kalijaga. Persamaan ini dikarenakan Sunan Kudus memang belajar
agama Islam dengan Sunan Kalijaga. Cara berdakwah yang digunakan adalah
dengan mengapresiasi budaya kearifan lokal masyarakat daerah tersebut.

Saat itu sapi adalah hewan suci bagi agama Hindu dan Budha. Sunan Kudus
mengajarkan pengikutnya untuk tidak menyembelih sapi guna menghormati agama
lain. Sunan mengajarkan toleransi dalam beragama dalam berbagai bentuk seperti
diatas. Sehingga Sunan Kudus terkenal karena toleransinya dalam beragama dan
berbudaya.

Makam Sunan Kudus berada di kota Kudus, Jawa Tengah. Tepatnya tidak jauh dari
Masjid Kudus dengan menara yang berbentuk mirip candi agama Hindu. Makam
sunan ini juga dapat dikunjungi sebagai salah satu wisata walisongo.

6. Sunan Giri
Sunan Giri memiliki nama asli Raden Paku
dan diberi nama Joko Samudro oleh ibu
yang menemukannya di lautan. Kelahiran
Raden Paku dianggap kutukan oleh
kakeknya sehingga dibuang ke lautan.
Ayahnya bernama  Syekh Maulana Ishaq
yang merupakan seorang ulama dari
Gujarat. Ibunya bernama Dewi Sekardadu
yang merupakan putri raja Blambangan
beragama Hindu.

Setelah dewasa, ibu angkat Sunan Giri membawanya ke Ampel Denta untuk belajar
agama Islam kepada Sunan Ampel. Saat Sunan Ampel mengetahui identitas asli
Joko Samudro, maka beliau dikirim untuk berdakwah ke daerah Pasai. Sunan
berangkat dengan temannya yaitu Sunan Bonang. Sunan Giri berdakwah melalui
lagu dan permainan untuk mendekatkan Islam pada anak-anak.

Sunan juga menciptakan tembang yang berisi pelajaran tentang ketauhitan yang
dikenal dengan jelungan atau jitungan. Sunan juga membangun sebuah pesantren
yang terdapat di kota Gresik, tepatnya di desa Sidomukti. Karena berada di tempat
yang tinggi maka sunan diberi nama Sunan Giri yang berarti dataran tinggi atau
gunung.

Sunan mendirikan pesantren di daerah perbukitan Sisomukti, Kebomas, kota Gresik.


Pondok pesantren ini menjadi pesantren pertama yang didirikan di kota Gresik.
Lokasi pembangunan dipilih berdasarkan tafakkur yang dilakukan sunan. Tafakkur
ini adalah cara untuk meminta pertolongan Allah, dan lokasi pesantren ditunjukkan
dengan sebuah cahaya.

Setelah meninggal pada tahun 1506 M, Sunan Giri dimakamkan di kota Gresik.
Makamnya terletak di atas sebuah bukit pada daerah Kebomas, yaitu di Dusun Giri
Gajah. Desa Giri berada sekitar empat kilometer dari pusat kota Gresik. Makam ini
sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan hingga saat ini.

7. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga memiliki nama asli Raden Said
yang lahir pada tahun 1450. Ayahnya adalah
seorang adipati Tuban yang bernama
Tumenggung Wilatikta/ Raden Sahur. Nama
Kalijaga berasal dari sebuah desa di Cirebon.
Sebelum menjadi sunan, Raden Said sering
berdiam diri di sungai desa. Dalam bahasa
Jawa disebut dengan jogo kali dan akhirnya
menjadi Kalijaga.

Raden Said sangat peduli dan dekat dengan rakyat jelata. Sehingga ketika rakyat
berada dalam masa sulit, sunan mencuri untuk mereka. Hasil bumi yang dicuri
tersebut berasal dari gudang ayahnya yang akan disetorkan ke pemerintah pusat.
Pemerintah saat itu membuat rakyat membayar pajak tinggi untuk mengatasi
pembangunan.

Saat malam tiba Raden Said membagikan hasil curiannya secara sembunyi-
sembunyi kepada rakyat miskin. Namun perbuatan tersebut ketahuan oleh ayahnya.
Setelah bebas dari ayahnya, Raden Said kembali mencuri ke orang kaya pelit luar
istana. Hingga dijebak dan diusir oleh ayahnya dari daerah tersebut. Dari sinilah
kemudian Raden Said betemu dan berguru dengan Sunan Bonang.

Sunan Kalijaga memiliki perbedaan yang menonjol dari segi berpakaian. Sunan
berpakaian layaknya masyarakat Jawa, seperti menggunakan baju hitam dan
blangkon. Metode dakwah yang digunakan adalah dengan kesenian dan
kebudayaan. Kesenian tersebut seperti seni suara, seni ukir, wayang dan gamelan.
Beberapa tembang ciptaan sunan yang terkenal adalah Lir Ilir dan Gundul Pacul.

Sunan Kalijaga sangat terkenal dibanding sunan lainnya. Hal ini karena beliau
memiliki banyak ilmu dan kecerdasan. Sunan Kalijaga menguasai banyak ilmu yang
didapatkan dari Sunan Bonang. Ilmu tersebut dipercaya sangat bermanfaat untuk
membawa rejeki, kewibawaan dan perlindungan. Saat ini banyak yang mengunjungi
makam sunan untuk mendapatkan ilmu-ilmu tersebut.

Sunan Kalijaga dimakamkan di desa Kadilangu, kota Demak, Jawa Tengah. Makam
merupakan salah satu tempat wisata religi yang banyak dikunjungi.  Saat bulan
puasa makam hanya buka hingga hari Jumat saja. Bagi Anda yang menginginkan
ilmu sunan, sebaiknya gunakan untuk berbagai kegaitan positif.

8. Sunan Muria
Nama  Sunan Muria diberikan sesuai dengan
tempat tingganya, yaitu lereng Gunung Muria.
Raden Umar Said adalah nama asli sunan tersebut.
Ayahnya adalah Sunan Kalijaga, oleh sebab itu
cara berdakwahnya menggunakan metode yang sama. Metode tersebut adalah
dengan kesenian dan kebudayaan masyarakat Jawa.

Sunan Muria menyebarkan ajaran agama Islam di daerah sekitaran Gunung Muria.
Tempat tinggalnya berada di atas puncak gunung disebuah desa bernama Colo.
Untuk berdakwah, beliau lebih sering ke tempat terpencil yang jauh dari kota. Sunan
juga mengajarkan masyarakat cara bercocok tanam yang baik, cara berdagang dan
cara melaut.

Wilayah dakwah meliputi lereng dan gunung Muria. Selain itu wilayah dakwahnya
diperluas hingga ke daerah Tayu, Juwana dan Kudus. Sunan Muria, keluarganya
dan pengikutnya terkenal memiliki kondisi fisik yang kuat. Mereka mampu naik turun
gunung yang memiliki tinggi sekitar 750 meter, untuk melakukan perluasan wilayah
dakwah.

Gemelan dan wayang adalah kesenian yang sering digunakan sunan untuk
berdakwah. Beliau juga menciptakan tembang-tembang yang berisi amalan agama
Islam dan dikenal dengan topo ngeli. Sunan ini dikenal cerdas karena selain
berdakwah juga mampu memberikan penyelesaian terhadap bermacam masalah
dalam masyarakat.

Metode dakwah Sunan Muria cukup moderat hingga mampu masuk ke barbagai
tradisi masyarakat Jawa. Contohnya adat kenduri yang dilakukan setelah kematian
diganti dengan nelong dino (tiga harian) sampai nyewu (seratus harian). Masyarakat
juga sangat gemar membakar kemenyam dan memberi sesaji pada saat itu, namun
diganti dengan bersholawat dan berdoa.

Setelah wafat, Sunan Muria dimakamkan di puncak gunung Muria, utara kota Kudus.
Untuk mencapai ke makam, Anda harus melewati 700 anak tangga. Makamnya
berada persis di belakang masjid dengan nama Masjid Muria.

9. Sunan Gunung Jati


Syarif Hidayatullah adalah nama asli
Sunan Gunung Jati lahir pada tahun 1448
M. Sunan merupakan cucu dari Prabu
Siliwangi dan ayahnya adalah seorang raja
di Mesir. Saat dewasa sunan di daulat
untuk menggantikan ayahnya, namun
beliau menolak dan kembali ke pulau Jawa
untuk berdakwah. Syaifah Muda’imah
adalah ibunya yang kembali bersama ke
pulau Jawa.

Metode dakwah yang disampaikannya cenderung menggunakan cara Timur Tengah


yang mendekati masyarakat dengan lugas. Saat berusia 25 tahun beliau sudah
terkenal sebagai ulama dan pemimpin yang adil serta bijaksana. Beliau juga memiliki
banyak keahlian seperti ilmu kedokteran, bahasa dan strategi. Penyebaran wilayah
dakwahnya adalah sekitaran daerah Cirebon.
Sunan berhasil memuslimkan ribuan prajuritnya dan prajurit Cina. Beliau juga
menikahi seorang putri Cina yang bernama Nyi Ong Tin. Cara berdakwah sunan
dilakukan dengan pertunjukan kesenian. Jika seseorang ingin melihat pertunjukan
seni sunan maka sebelumnya harus melafalkan dua kalimat syahadat.

Pada tahun 1487, Sunan Gunung Jati diangkat menjadi seorang sultan di Cirebon.
Sunan memiliki pergaulan yang luas dengan walisongo lainnya. Saat menjadi sultan
di Cirebon, hubungan dengan Cina semakin erat. Sunan mengajarkan gerakan salat
yang memiliki manfaat yang sama dengen terapi akupuntur ringan. Akupuntur
pernah dipelajari ketika sunan mengembara ke Cina.

Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1569, tepatnya tanggal 19 September.
Usianya mencapai 121 dan dimakamkan di gunung Sembung. Gunung ini berada di
desa Astana, Cirebon. Makamnya juga merupakan salah satu wisata religi yang
banyak dikunjungi masyarakat hingga saat ini.

Kesembilan sunan / Wali Allah tersebut adalah tokoh sejarah yang memperjuangkan
agama Islam di nusantara, khususnya pulau Jawa.  Pengaruh ajaran tersebut masih
dapat dirasakan hingga saat ini. Makam walisongo merupakan salah satu wisata
religi yang banyak mendapat kunjungan ketika wisatawan berada dipulau Jawa.
sekarang anda telah mengetahui Siapa saja nama wali songo? Apa yang dimaksud
dengan wali songo? .

Anda mungkin juga menyukai