Anda di halaman 1dari 3

PESONA SINDEN JIMBE

Sinden dalam bahasa jawa adalah sebutan bagi wanita yang bernyanyi mengiringi alunan gamelan,biasa
nya sebagai penyanyi satu-satu nya. Sinden yang baik harus mempunyai kemampuan komunikasi yang
luas dan keahlian vokal yang bagus dalam menyanyikan tembang.

Definisi sinden menurut para dalang kondang nusantara salah satu nya Ki mujoko raharjo mengatakan
bahwa sinden berasal dari kata “ pasindhian “ yang berarti yang kaya atau banyak melantunkan lagu.
Sinden juga di sebut “waranggana “ dari kata Wara adalah berjenis kelamin wanita dan anggana berarti
sendiri. Pada jaman dulu waranggana adalah satu-satu nya wanita dalam panggung pagelaran wayang
atau klenengan. Namun di era Ki narto sabdo banyak pengembangan tentang sinden.

Menurut kitab negarakertagama pupuh 61, jimbe di sebut-sebut sebagai salah satu tempat utama yang
di kunjungi oleh raja majapahit ke empat yaitu baginda raja hayamwuruk. “ tahun saka tiga badan dari
bulan (1283) waisaka,baginda raja berangkat menyekar ke palah,dan mengunjungi Jimbe untuk
menghibur hati, di lawing wentar menentramkan cita “ kutipan terjemah dari kitab negarakertagama
pupuh 61. Sinden di jaman raja hayamwuruk berbeda dengan di jaman sekarang, sinden dulu adalah
seorang penembang dan penari di saat pejabat-pejabat besar datang di suatu desa bawahan nya.

Kata djembe atau jimbe mempunyai arti luas akan tetapi arti yang pas untuk penamaan sebuah daerah
yaitu berkumpul nya orang-orang dalam sebuah momen acara dengan hati damai,sejahtera dan
bersuka. Dari makna ini dapat di artikan jelas bahwa desa jimbe dari jaman raja hayamwuruk sudah
menjadi tempat yang sesuai dengan nama nya. Sedang kan tata letak jimbe berada di kecamatan
kademangan,dan arti dari kademangan itu sendiri adalah daerah perwakilan suatu kerajaan,yang di
dalamnya kademangan selalu ada tempat berupa sebuah pendopo besar untuk di gunakan para
demang-demang di seluruh daerah kekuasaan berkumpul dan mengeluarkan segala uneg-uneg kepada
raja nya. Jadi jika di tarik sebuah kesepakatan maka kademangan dan jimbe adalah tempat untuk
berkumpulnya pajabat-pejabat kerajaan yang akan menyampaikan segala uneg-uneg nya kepada
raja,tanpa ada rasa kebencian akan tetapi dengan damai berdiskusi,di sertai tarian-tarian sinden sebagai
pelengkap sebuah acara serta penyambutan raja yang turun ke daerah-daerah kekuasaan nya.

Di saat sinden menembangkan tembang-tembang dan menari menyambut kedatangan para pejabat
daerah dan Raja,mempunyai kesakralan tersendiri bagi semua yang hadir di dalam acara tersebut.

Kecamatan kademangan kabupaten blitar mempunyai desa unik bernama jimbe,desa tersebut menyimpan sebuah
cerita yang melegenda di kawasan blitar. Karena unik nya nama desa ini membuat persepsi-persepsi orang semakin
liar,sehingga menimbulkan banyak versi sejarah desa jimbe ini.

Dari banyak nya versi yang meluas di media online atau dari tutur tinular orang-orang yang datang ke
jimbe,membuat sejarah semakin tidak beraturan. Akan tetapi dari semua versi cerita sejarah tersebut,semua nya
mengerucut kearah perjalanan seorang empu tersohor yaitu empu supo. Keris kyai sengkelat,kyai carubuk,keris
conten dan kyai nogososro adalah karya dari empu supo,pusaka-pusaka keramat tersebut salah satu nya di berikan
kepada salah satu anggota wali songo,beliau adalah kanjeng sunan kalijaga. Selain sebagai seorang anggota wali
songo,beliau juga ipar dan guru bagi empu supo anom.

Melihat banyak nya cerita tentang sejarah desa jimbe,maka kami pun mulai melakukan penelitian di lapangan untuk
ikut mengkaji sejarah desa jimbe,dari hasil penelitian kami secara tutur tinular mayarakat,kami mendapatkan banyak
versi cerita,ada yang menceritakan jimbe adalah sinden,jimbe adalah nama keris,jimbe adalah kendang dan masih
banyak lagi. Dari semua cerita tersebut kami selaraskan dengan literasi yang sudah ada tentang penyataan kisah-
kisah yang ada. Kami melakukan penelitian kedua dengan mencari beberapa sumber data dari internet,serat-
serat,babad dan karya buku sebagai pembanding dan penguat tentang 2 versi cerita tersebut. Di internet kami
mencari tentang empu supo,tentang karya empu supo dan tentang keberadaan era empu supo.

Kami menemukan beberapa data di antara nya di sebutkan ada empu supo sepuh dan empu supo anom (di era
kewalian),melihat dari cerita tutur yang tersebar luas,maka kami menarik kesimpulan pertama bahwa empu supo
anom yang mereka bicarakan selama ini sebagai cikal bakal sejarah desa jimbe. Kami pun melanjutkan penelitian
dengan cara spiritual,salah satu metode penelitian yang bagi sejarawan mungkin paling lemah daya kekuatan nya
untuk di yakini,tetapi kami selalu melakukan 3 metode untuk mencari sejarah desa agar tidak kesasar kemana-mana
sejarah nya.

Dari hasil spiritual yang sudah kami lakukan,dan kami padukan dengan sumber-sumber tutur dan literasi . begini
versi dari kami, untuk ikut mengungkap mengkaji sejarah desa yang belum terkuak.

Eyang mpu supo anom yang kala itu sedang melakukan perjalanan menuju ke demak bintoro atas undangan dari
kanjeng sunan kalijaga,dengan sendiko dawuh sebagai seorang ipar dan juga murid nya,beliau berangkat menuju ke
barat memenuhi undangan dari kanjeng sunan kalijaga,dengan membawa perbekalan dan bahan-bahan untuk
membuat keris. Karena di dalam undangan kanjeng sunan,beliau meminta mpu supo anom datang ke kadilangu
demak untuk membuatkan sebuah keris yang bagus. Di perjalanan nya mpu supo menyisir lewat selatan,karena
beliau tidak ingin perjalanan nya ke barat ada orang yang mengetahui nya. Sedangkan pada saat itu dari pelosok
mana pun kesohoran nama mpu supo sangat lah dikenal,sehingga hampir semua orang mengenalnya. Di setiap
tempat yang beliau lewati,ada beberapa yang beliau beri tanda karena di tempat tersebut beliau sempat menetap
untuk istirahat. Salah satu tempat yang di singgahi beliau untuk menetap beberapa waktu adalah desa jimbe
kademangan di kadipaten kanigoro.

Di jimbe ini beliau bertemu dengan beberapa orang,beliau menetap untuk istirahat sebelum meneruskan perjalanan.
Keunikan desa jimbe membuat mpu supo betah/nyaman di daerah tersebut, tradisi di jimbe yang unik salah satu nya
adalah banyak wanita yang menjadi penyambut tamu dengan cara menembang dan menari,keluwesan tarian
mereka mampu menghipnotis siapa saja yang menontonnya. Tarian sakral sebagai tradisi adat jimbe menjadi ruh
karakteristik desa itu. Mpu supo sejenak menikmati hiburan yang di suguhkan oleh masyarakat jimbe. Setelah
beberapa hari menetap di jimbe,mpu supo merasa semakin betah karena keramahan masyarakat nya,beliau
memutuskan untuk naik ke atas bukit yang berada di sisi selatan pendopo besar yang mana pendopo itu di tandai
dengan batu peripih besar di tengah-tengah pendopo nya . Ketika ada salah seorang warga yang naik ke bukit dan
melihat di atas ada orang,maka warga itu pun bertanya kepada mpu supo,perihal apa yang beliau lakukan dan
siapakah beliau itu,maka mpu supo menjawab nama nya ki ageng bungkul,beliau di situ sedang membuat keris
untuk gurunya. Karena kanjeng sunan bepesan untuk di buatkan keris yang istimewa dengan pamor dan daya
positip kemakmuran,maka mpu supo atau ki ageng bungkul bertapa di bukit mencari petunjuk tuhan,agar
mendapatkan ridhoNya. Tempaan beliau di jimbe membuat keris kemakmuran pesanan sunan kali menjadi sangat
terkenal,dengan bentuk keris yang mempunyai karakter dua sosok pertapa di atas gonjo nya,dan di setiap tempaan
nya terselip mantra-mantra kebaikan,maka keris tersebut di beri nama keris omhyang dari jimbe.

Keris omhyang jimbe bermakna keris yang suara penempaan nya menyelaras dengan semesta karena dengungan
nya,omhyang juga mempunyai makna keheningan semesta berselaras dengan Sang pencipta dan jimbe adalah
lokasi pembuatan keris nya,nama jimbe sudah ada saat mpu supo datang ke tempat itu.

Fungsi pendopo jimbe menjadi tempat seorang raja atau adipati penguasa kadipaten mendengarkan satu persatu
jogoboyo nya mencurhatkan tentang keadaan dusun-dusun nya. Desa jimbe yang arti nya berkumpul dengan hati
suka gembira,damai dan tenang yang berlokasi di wilayah kademangan,dan makna kademangan adalah tempat
yang di sediakan oleh kadipaten berupa pendopo besar dengan peripih batu di tengah-tengahnya digunakan sebagai
tempat untuk mengungkapkan semua keluh kesah masyarakat nya dan juga sebagai tempat jogoboyo wilayah
dusun-dusun mencurahkan keadaan wilayah nya masing-masing.

Setelah selesai membuat keris tersebut,beliau meneruskan perjalan ke barat dengan membawa keris yang di pesan
oleh kanjeng sunan kaijaga. Sampai sekarang keris omhyang jimbe buatan mpu supo di letakan di lumbung ndalem
kadilangu,di sebelah sumur panguripan demak kadilangu.

Semua keris buatan mpu supo yang di berikan kepada kanjeng sunan kalijaga di jaga di rawat dengan baik oleh
keluarga besar ndalem kadilangu,bukti bhakti putra wayah kepada leluhur nya. Melihat dari sejarah perjalanan mpu
supo ini,maka bisa kita simpulkan bahwa keberadaan jimbe dan kadilangu demak masih bisa di katakan
berhubungan secara batini.

Hasil penelitian tim kami tentang desa jimbe untuk melengkapi banyak nya versi yang sudah ada.

Catatan –

1. Jimbe nama sebuah desa


2. Kademangan nama desa
3. Ki ageng bungkul nama mpu supo penyamaran
4. Omhyang nama keris
5. Sinden penyambut raja

Anda mungkin juga menyukai