Anda di halaman 1dari 10

BAGIAN KETIGA

DIMENSI KESASTRAAN DALAM SANDUR MANDURO


1. TRANSKRIPSI Lakon Sandur Adalah sebuah sketsa-sketsa, demikian kali pertama yang kami yakini ketika menyaksikan cerita dalam Sandu. Dalam satu pertunjukan antarcerita tak berhubungan. Tak bertalian. Tak betautan dan tak berkesinambungan dalam membentuk satu kesatuan tematik. Tentu ini sebuah keunikan. Artinya, sebuah cerita yang menurut teori barat yang musti mencerminkan kesatuan cerita tiba-tba ambruk oleh keberadaan lakon Sandur Manduro yang ndesani, tetapi mampu merepresentasikan serentetan cerita yang gardanis dan syarat akan konsep-konsep dekonstruksi atas kode-kode kesastraan. Sumber cerita tak jauh dari denyut kehidupan masyarakat dengan segala aktifitasnya sehari-hari. Persoalan pertanian, perburuan, ingon-ingon binatang, sampai dengan perselingkuhan seorang pejabat kampung menjadi aspek tematik yang gayeng untuk dibicarakan. Apalagi kesemuanya dikemas dan disajikan dalam bentuk dagelan-dagelan yang segar, komikal, cerdas. nggemesi, dan kurang ajar (baca: kasar) Sebuah kisah tentang Lurah Klepek dan Byang Konthing merupakan lakon populis di kalangan masyarakat Manduro. Cerita ini menurut beberapa narasumber yang kami ajak jagongan diyakini sebagai cerita yang tertua dalam sebuah pertunjukan Sandur Manduro. Sedangkan cerita-cerita lain seperti Sogol. Cino Ngajak Celeng, Jaran Sebrani, Manuk Tengkek, dan Sinder dianggap berusia lebih muda dari lakon Lurah Klepek-Byang Konthing. Tentang waktu penciptaan cerita-cerita tersebut terus terang kami tidak berhasil untuk mengungkapkan kapan persisnya, kerana keseluruhan cerita itu turun temurun dari para sesepuh Sandur yang sudah almarhum dan proses transformasianya pun kala itu dilakukan dari mulut ke mulut. Masing-masing generasi selanjutnya mengembangkannya dalam bentuk pendialogan yang berbeda-beda. Jelasnya, secara garis besar sinopsis ceritanya tetap alias sama. Di bawah ini kami sampaikan beberapa sinopsis cerita yang kami peroleh dari para sesepuh Sandur Mandura yang berhasil kami wawancarai. Beberapa lakon cerita tersebut, meliputi:

a. Sogol
Cerita ini lebih dikenal sebagai cerita tentang Bapak Tani dan dipertunjukkan pada bagian Sogolan. Diceritakan dalam bagian ini bahwa ada seorang sosok buruh tani dari seorang juragan kaya di sebuah kampung yang miskin. Buruh tani itu bernama Sogol. Suatu kala, Sogol mendapat tugas membajak sawah juragannya tersebut. Sogol mengerjakan pekerjaan itu dengan tak sepenuh hati atawa bermalas-malasan serta seenak udelnya sendiri. Tentu saja hasilnya sungguh sangat mengecewakan Juragannya yang cerewet itu. Maka, tak salah bila Sogol dibombardir dengan sejumlah petitih dan

revitalisasi sandur manduro

pitutur yang memuakkan. Sekeranjang petitih dan pitutur dinafikan. Ibaratnya nasehat itu mendal di pilingannya dan tak sempat menelusupi lubang telinganya yang lebar.
Karena jengkel, juragannya tersebut lantas memberi contoh cara membajak sawah yang benar. Dalam benak juragan itu terbesit pikiran siapa tahu dengan cara seperti ini Sogol jadi dong (baca: mengerti). Namun celakalah, justru Sang Juragan harus terjengkangjengkang dan jatuh bangun kerana tak kuasa mengendalikan sapi, penarik bajak itu. Melihat kejadian ini Sogol tertawa ngakak menyaksikan juragannya berlepotan tanah. Marahkah juragannya? Tentu. Tentu dia amat sangat marah melihat perilaku Sogol yang dianggapnya kurang ajar itu. Akhirnya Sogol purik dan yang rugi adalah sang juragannya itu. Dicarilah Sogol oleh juragannya itu. Setelah ketemu Sogol mau bekerja kembali jika dituruti kemaua-kemauannya, diantaranya yakni minta beberapa kue-kue yang dipajang di atas panggung.

b. Jaran Sebrani
Ini sebuah cerita tentang dua pengembala kuda yang sangat komikal dan cerdas. Kedua pengembala itu saling silang pendapat. Berebut dan bertengkar oyok-oyokan untuk dapat mengembalakan seekor kuda yang bernama Sebrani. Wal hasil, kuda yang hanya satu ekor terbelah menjadi dua. Satu mendapat kepala kuda dan yang lainnya badan kuda yang masih bisa beraktifitas. Terus? Cerita berakhir dan terserah penonton.

c. Cino Ngajak Celeng Cerita berawal dari sebuah perjalanan seorang Cina yang masuk kampung keluar kampung,- Njajah milangkori,- begitu kata orang Jawa. Keperluanya hanya untuk mencari seseorang yang mau mbaturi berburu celeng di tengah hutan. Setelah bertanya ke sana ke mari, bertemulah dia dengan seorang yang bernama Pak Parmo. Kerana ditawari fee yang menggiurkan, Pak Parmo selanjutnya menemani Cina tersebut ke hutan untuk melaksanakan niatnya.
Buruan celeng pun dimulai. Setiap Celeng yang melintas dan sempat terekam penglihatannya selalu berakhir apes di moncong senapan Sang Cina. Kerana banyaknya buruan, Pak parmo disuruh mengangkat celeng-celeng apes itu. Karena terlalu berat, maka Pak Parmo bermaksud meminta tambahan fee. Ketika proses tawar-menawar berlangsung, datanglah seseorang yang lain untuk membantu Sang Cina dalam mengangkat celeng-celeng apes hasil buruannya. Seseorang lain itu tertarik kerana jumlah fee yang menggiurkan. Perburuan pun terus berlangsung. Moncong senapan memuntahkan timah-timah panas. Celeng-celeng pun berjatuhan.

d. Manuk Tengkek Ini adalah sebuah kisah tentang burungnya Pak Manis. Burung Pak Manis bernama Burung Tengkek. Burung Pak Manis dikenal pandai kerana dapat berbicara seperti manusia. Pak Manis jadi bangga akan kepandaian burungnya. Dia pamerkan burungnya itu kepada siapa saja yang dijumpainya. Suatu kala, bertemulah Pak Manis dengan sahabat kethok kunir-nya. Karena kesombongan Pak Manis, sahabatnya itu merasa tersinggung. Selanjutnya, sahabatnya itu menantang Pak Manis agar burungnya dapat diadu dengan binatang piaraannya. Tawaran diterima. Maka terjadilah perhelatan dua binatang yang seru dan mendebarkan. Burung Pak Manis kalah dan kecewalah Pak Manis.

revitalisasi sandur manduro

10

e. Lurah Klepek (LK)


Lurah Klepek mendapat undangan dari Karang Bolet, Gresik, untuk melaporkan keadaan rakyatnya. Pada saat melakukan perjalanan ke Gresik, di tengah jalan dia terdengar samara-samar alunan gamelan dari pojok sebuah kampung. Karena penasaran, dia bermaksud untuk mencari sumber alunan gamelan itu. Ternyata dilihatnya sebuah grup kesenian tayub yang salah satu tandaknya berparas elok yang mampu merogoh hatinya. Lurah Klepek jadi kesengsem setengah mati. Maka, bergabunglah dia ke arena tayuban tersebut. Adalah sebuah kenyataan bahwa siapa saja yang turun ke arena pementasan untuk menari dengan seorang tandak yang digandrungi musti mengeluarkan uang yang tidak sedikit jumlahnya. Semakin lama Lurah Klepek jadi lupa daratan tersihir oleh tandak yang berparas elok tersebut. Oh iya, nama tandak tersebut adalah Samera. Samera dengan gayanya yang kenes, geraknya yang gemulai, ucapnya yang sexy, menjadikan Lurah Klepek tidak tanggung-tanggung mengeluarkan uang agar dia bisa menari bersama. Sampai-sampai Lurah Klepek itu kehabisan uang sakunya. Tandak itu benar-benar Sang Penggoda, sudah tahu dia kehabisan uang, tetap saja Sang Tandak memprovokasi Lurah Klepek agar melepas pakaiannya satu persatu sebagai jasa pelayanan Sang tandak untuk menemaninya menari. Kini pakaian yang masih menempel di tubuhnya tinggal pakaian dalamnya saja dan Lurah Klepek pun kebandang tandak tersebut. Sementara istri Lurah Klepek, Byang Konthing, di rumah sedang merajut hari untuk menunggu kedatangan suami yang dicintainya. Kerana lama tak kunjung datang, diputuskanlah untuk menyusul suaminya itu. Sepanjang jalan dia mencari tahu akan keberadaan suaminya itu. Tak cukup dengan segala usaha, maka dukunpun didatangi untuk mencari titik temunya. Suatu ketika, ditemukanlah suaminya itu di rumah tandak tayub. Melihat hal ini, pertengkaranpun terjadi. Suaminya pun diajak pulang kembali dan Lurah Klepek menjadi sadar kembali. Cerita-cerita yang terdeskripsikan di atas dipentaskan secara keseluruhan, namun kadangkadang hanya beberapa bagian saja. Sewaktu kami menonton pertunjukan Sandur Mandura pada hari Jumat, 24 Desember 2004, lakon LK tidak dipertunjukkan karena tidak ada yang mampu memainkan tokoh Byang Konthing dan tandak. Sepuntene Pak, nek mentasaken lakon Lurah Klepek niku mboten enten sing dados peran wedokanipun. Kedah nglatih malih, Pak. Sak niki mboten wonten sing purun lare-lare wedok niku! demikian tutur Pak Daup penabuh kendang sembari beranjak dari tempat musiknya. 2. Faal dan Kesamaan Cerita Secara tekstual cerita kesenian Sandur berfungsi sebagai media pendidikan (penerangan), media penyaluran kritik sosial terhadap kepincangan-kepincangan yang terjadi di masyarakat. dan media hiburan bagi masyarakat. Cerita Sogol tercipta lantaran motivasi

revitalisasi sandur manduro

11

agar masyarakat Manduro yang sebagian besar bermatapencarian sebagai petani agar dapat membajak (mengolah) lahan pertaniannya dengan baik dan benar. Cerita Sogol juga sebagai media pendidikan bagi para buruh tani agar bekerja dengan benar dan sungguh-sungguh. Karena cerita dibungkus dalam bentuk komedi maka cerita Sogol juga dapat menghibur masyarakat manduro yang haus akan tontonan. Terhadap pendidikan remaja, cerita Jaran Sebrani telah menyiratkan bahwa sebagai seorang remaja atau anak agar tidak saling bertengkar dalam melaksanakan sebuah pekerjaan. Ini berarti bahwa masyarakat Manduro senantiasa mengingnkan adanya harmonisasi hubungan antaranggota masyarakat. Keharmonian hubungan sosial juga telah diamanatkan secara jelas dalam lakon Manuk Tengkek yang menceritakan sikap arogan dua sosok manusia yang membanggakan binatang piaraannya. Kerana sikap arogansi inilah selanjutnya memunculkan konflik antartokoh yang berakhir dengan sebuah kerugian yang amat besar. Gerakan untuk memobilisasi massa agar membasmi binatang-binatang yang merusak hasil tanaman pertaniannya tersirat dalam cerita Cino Mburu Celeng (CMC). Tradisi untuk memburu binatang perusak tanaman ini sampai sekarang masih berlanjut di Manduro. Di Dusun Matokan dan Gesing masyarakat memelihara anjing dengan maksud untuk memburu celeng dan tikus thonthong yang merusak tanaman padi atau palawija. Kemunculan tokoh Cina dalam lakon CMC dapat ditafsiri sebagai simbol masyarakat Manduro yang mempunyai lahan pertanian yang sangat luas, kaya raya, dan kaya raya. Hemat kami, penokohan orang Cina dimunculkan sebagai icon masyarakat yang berhasil dalam pemberdayaan ekonomi, atau justru hal ini bisa ditafsirkan sebagai kritik bagi masyarakat Manduro agar mempunyai kesadaran kritis terhadap keberadaannya yang terjajah secara ekonomi dari bangsa lain. Mengapa tokoh Cina bisa masuk dalam cerita Sandur? Ada dua asumsi yang kami yakini, yaitu pertama: Masyarakat Mandura,- meskipun tinggal di daerah yang terisolir,mempunyai sikap yang demokratis terhadap sesuatu yang datangnya dari luar. Hal ini terbukti dari bentuk kesenian Sandur yang dilahirkannya. Dalam kesenian Sandur terdapat pengaruh dari wayang kulit, panji, wayang topeng, besutan, ludruk, bahasa Jawa, dan tradisi ritual masyarakat Jawa dalam berkesenian. Pada zamannya kepemimpinan almarhum Bapak Saitun yang waktu itu sebagai kepala desa, beliau senantiasa menghimbau setiap penduduknya agar dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jawa. Akibatnya, masyarakat Manduro dewasa ini sudah mampu diajak komunikasi dengan bahasa Jawa, meskipun bahasa Jawa kromo. Kedua, dari aspek kesejarahan nenek moyang masyarakat Manduro yang berasal dari suku Madura mempunyai persinggungan yang intens dengan bangsa Cina ketika Trunojoyo mengadakan pemberontakan terhadap Mataram di bawah pimpinan Amangkurat I pada tahun 1678. Fungsi kritik sosial yang lain juga tercermin dalam lakon Lurah Klepek (LK). Secara tematik lakon ini menyoal tentang pengingkaran tangung jawab dan perselingkuhan seorang pejabat. Seorang pejabat publik mustinya mempunyai perilaku yang terpuji karena dia adalah sebagai panutan masyarakat yang dipimpinnya. Apa yang dilakukan

revitalisasi sandur manduro

12

oleh tokoh utama, Lurah Klepek, tersebut dapat dijadikan pengilon dan sindiran bagi seorang pejabat publik dewasa ini. Menyimak lakon LK ini mengingatkan kami dengan cerita Besutan yang berjudul Besut Golek Peggawean (BGP). Secara struktur cerita kedua lakon tersebut tedapat sejumlah kesamaan. Dalam lakon BGP diceritakan bahwa Besut bermaksud mencari pekerjaan ke Surabaya karena perekonomian keluarganya carut marut. Setelah sukses dan menjadi orang kaya, dia melupakan istrinya, Rusmini, yang senantiasa menghitung hari di Jombang. Nampaknya Besut keblinger dengan seorang gadis cantik, bernama Santinet di Surabaya. Lantaran tak kunjung pulang, Rusmini dengan Man Gondo mencari ke Besut ke Surabaya. Melihat Besut di Surabaya telah kebandang wedoakan, Rusminipun jadi murka. Maka, konflik pun pecah tak terelakkan. Man Gondo harus ikut campur dalam urusan ini. Setelah segala daya telah diupayakan oleh Man Gondo, Besut pun jadi sadar akan kekeliruannya. Lakon LK juga mempunyai kesamaan dengan cerita dari Jepang yang telah diadaptasi Bengkel Muda Surabaya dengan judul Ninisumini. Nah, sekarang yang menjadi persoalan mengapa terjadi persamaan tersebut? Untuk menjawab persoalan ini dapat dijelaskan dengan dua kemungkinan, yakni pertama: bahwa setiap bentuk kesenian yang merupakan bagian dari kebudayaan di permukaan bumi ini mempunyai kemampuan untuk berevolusi. Oleh karenanya, masing-masing folk (baca: masyarakat Manduro, Jombang, dan Jepang) mempunyai kemampuan untuk melahirkan unsur-unsur kesenian yag sama dalam setiap taraf evolusi yang sama. Jadi, kalaupun ada motif cerita yang sama dari beberapa tempat,- meskipun itu dibatasi oleh samudra yang luas, padang pasir yang lebar, atau gunung yang menjulang tinggi, - maka hal itu disebabkan masing-masing tempat mempunyai kemampuan untuk menciptakan/menemukannya secara berdiri sendiri (independent invention) maupun sejajar(parallel invention). Kedua: Adanya kesamaan cerita di kedua tempat yang berbeda disebabkan karena adanya kesadaran bersama yang terpendam (collective unconscious) pada setiap manusia Manduro, Jombang, dan jepang, yang diwarisinya secara biologis. Lantaran setiap manusia mempunyai collective unconscious, yang berupa mimpi-mimpi yang universal, maka tidaklah aneh bila di ketiga daerah tersebut mempunyai persamaan cerita yang sama. meskipun waktunya berbeda ataupun bersamaan. 3. Pantun dalam sandur Seperti di dalam pertunjukan Besutan dan Ludruk, kesenian Sandur Manduro juga mempunyai serentetan pantun atau parikan. Parikan yang terdapat dalam Sandur dibawakan dengan cara dinyanyikan dalam irama yang berbeda-beda. Parikan tersebut biasanya dinyanyikan oleh para pemusik yang mengiringi pertunjukan tersebut. Parikan dalam Sandur menggunakan bahasa campuran: bahasa Madura dan Jawa. Pola estetiknya sama dengan Pantun Buhun di Sunda, pantun gaya Priangan, pantun Bogor yang bersumber dari Aki Uyut Baju Rambeng, pantun Gunung Sindur, pantun versi Onggol, pantun versi Cikaret. Perbedaannya yaitu pantun yang berkembang di jawa Barat tersebut berisi cerita atau dongeng yang utuh dan disampaikan secara lisan oleh juru pantun dengan diiringi peralatan musik kecapi perahu, kecrek, dan tarawangsa.

revitalisasi sandur manduro

13

Karena mempunyai pola yang sama, pantun yang terdapat dalam pertunjukan Sandur manduro mempunyai pola estetik: (a) bersajak silang; (b) terdiri dari empat larik dalam setiap baitnya; (c) larik pertama dan kedua disebut sampiran; (d) larik ketiga dan keempat disebut isi. Beberapa contoh pantun yang biasa dinyanyikan dalam pertunjukan Sandur Manduro, adalah seperti yang tertera di bawah ini:

Sini soleng situ soleng Soleng satu milang tujuh Sini Maling sana maling Maling satu mbukak slambu Wang awang mega mendung Trenggiling amba sisike Tega nyawang kula rak mendung Ling-eling kebecikan awake Ijo-ijo mlaku ngulon Kate mindo rak na iwake Duwe bojo, loro tendon Kepingin lara badan awake Damar peteng kintir kali Damar gantung ulukna Biyen banget saiki lali Durung untung jalukna Karang melok lama kasung Tuku tunjung tuku pulirang Tuku sumbo kampung loji Kula ngidung golek tombo ati
Pantun di atas kedudukannya sebagai lirik nyanyian dalam gending-gending transisi dalam pertunjukan Sandur Manduro. Ada juga pantun kilat atau karmina yang terdiri dua larik untuk setiap baitnya. Kerana terdiri dari dua larik, maka sajaknya adalah sama. Larik pertama disebut sampiran dan kedua disebut isi. Pantun kilat ini biasanya didialogkan antartokoh cerita, terutama dalam bagian cerita. Adapun contohnya ,sbb.:

Kembang ala lombok Celeng mati njaluk rokok Kembang ala gedang Celeng mati njaluk wedang Duwik bolong direntengi Tekok embong tak enteni

revitalisasi sandur manduro

14

RS adang telo tek-entekan Demen Cino tek-entekan


Keberadaan pantun dalam sandur berfungsi sebagai penguat hiburan penglipur lara agar pertunjukan semakin mempesonakan penonton yang melihat. Kadang juga untuk menyindir dan pendidikan moral. 4. Humor sandur Keseluruhan cerita yang terdapat dalam Sandur Manduro tergolong genre komedi kerana menceritakan kekonyolan tokoh-tokohnya yang menjadi bahan tertawaan. Lihat saja konyolnya tokoh Sogol dalam gerak-gerik di hadapan juragannya; tokoh pembantu Cina yang menembak-nembak binatang buruannya dengan perilaku yang irasional; dua tokoh pengembala yang saling berebut kuda Sebrani sampai-sampai kudanya pecah menjai dua dan masih bisa dipermainkannya secara komikal; Lurah Klepek yang culun untuk melepasi bajunya satu per satu demi tandak yang dicintainya.Penampilan cerita komedi dalam kesenian Sandur Manduro ini bertujuan untuk menghibur penonton dan menyadarkan para penonton akan kekonyolan-kekonyolan yang terdapat di sekelilingnya. Secara garis besar komedi yang terdapat dalam kesenian Sandur Manduro dapat digolongkan menjadi dua bagian. Yaitu komedia tinggi dan komedia rendah. Komedi tinggi dalam Sandur Manduro muncul, manakala: a. pendialogan antar tokoh tersebut berlangsung secara rapi dan bersih, tidak kasar dan cabul serta jelas sasarannya, tidak asal membanyol b. para tokohnya menampilkan actingnya dengan sikap tubuh yang wajar, tidak kasar, atau dilebih-lebihkan c. melibatkan masalah kelompok atau sekumpulan orang, seperti tatakrama, idioogi,dsb. d. melibatkan tokoh-tokoh yang mempunyai kedudukan yang penting di masyarakat e. sasarannya adalah senyum biasa, bukan tertawa yang terpingkal-pingkal Sedangkan komedi rendah yang muncul di dalam kesenian Sandur Manduro muncul, manakala: a. pendialoganya kasar dan cabul b. dibawakan oleh para pemain dengan sikap yang berlebih-lebihan c. masalah yang dimunculkannya adalah masalah cinta yang birahi d. sasarannya adalah tertawa terpingkal-pingkal rasa geli yang amat sangat e. melibatkan tokoh-tokoh yang kurang penting di masyarakat Yang jelas, kesenian Sandur Manduro adalah teater komedi dari segi bentuk lakon dengan unsur-unsur komikal-kocak sehingga orang tertawa terpingkal-pingkal. 5. Erotisme sandur Erotisme dalam lakon Sandur tidak hanya terbatas pada pengadeganan yang dilakukan masing-masing tokoh, melainkan juga terpantulkan pada cerita-cerita yang terdapat dalam kesenian Sandur. Dalam puisi lisan yang dibawakan oleh para pemusik, seperti yang tertera di bawah ini:

revitalisasi sandur manduro

15

Ijo-ijo mlaku ngulon Kate mindo rak na iwake Duwe bojo, loro tandon Kepingin lara badan awake
Apa yang tersirat dalam pantun di atas tak lain adalah sebuah adegan suami istri yang dilakukan seorang suami kerana harus njatah secara adil dan rutin kepada istri-istrinya itu secara adil. Maka tidak dapat dibayangkan bagaimana rasa capek yang menelusupi badannya tersebut lantaran hubungan suami istri tersebut yang dilakukan berkali-kali. Nada erotisme juga terdapat dalam pendialogan para tokoh dalam bagian Sogolan, seperti transkripsi di bawah ini: . Sogol : Sak piro bekakasmu? Juragan : Sak mene (Sambil menunjukkan melalui handprop pemukul yang telah dibawanya) Sogol : (Merebut handprop tersebut dan memukulkannya kea rah kemaluan Juragannya) Juragan : Bekakas tukang digepuk (Sambil kesakitan) . Dalam dialog tersebut di atas muncul kosa kata bekakas. Dalam kamus, kata bekakas digunakan dalam ragam percakapan menjadi perkakas. Kata ini termasuk jenis nomina, artinya segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat (seperti: untuk makan, bekerja di dapur, perang). Dalam konteks dialog tersebut makna bekakas, mengacu pada alat kemaluan laki-laki atau zakar. Hal ini bukan berarti bahwa pemain yang mengucapkan kata tersebut bukan tidak tahu nama alat kemaluan laki-laki, namun pemain sengaja menyamarkan alat kelamin laki-laki agar tidak dikata-katai orang sebagai pemain yang lekoh atau lucah (cabul). Walaupun dalam dialog tersebut menggunakan kata bekakas untuk menyebut alat kelamin laki-laki, namun percakapan di atas tetap mengandung nada erotis. Di bagian lain, juga terdapat dialog yang mengandung unsur erotisme seperti yang tertulis di bawah ini:

Sogol Juragan Sogol Juragan Sogol Juragan Sogol Juragan

nisor?

: Manukane nisor opo nduwur? : Manukan nduwur. : (melempar ke atas) : Kok diuncalno nang nduwur? : Jare sing nduwur. : Iyo-yo, kliru aku. Manuk sing nisor. Lho kok manukku sing : Manuk sing endi? : Yo manukane singkal iki lho!

Kata manuk bukan berarti burung yang sebenarnya, melainkan sama dengan kata bekakas dalam dialog tersebut di atas. Erotisme yang sengaja ditampilkan oleh para awak pentas ini sengaja dimunculkan kerana keinginan agar pertunjukannya syarat akan

revitalisasi sandur manduro

16

kelucuan atau humor supaya penonton betah menyaksikan pertunjukan Sandur tersebut. Ini berarti bahwa erotisme sengaja untuk dieksplotasi sebagai sarana untuk untuk meraih keuntungan. Dengan tujuan semacam ini, tidaklah mengherankan jika erotis yang disuguhkan biasanya demikian merangsangnya, kerana ia telah berperan sebagai barang dagangan. Sebaliknya, jika erotisme dipergunakan sebagai pintu masuk ke dunia kerokhanian, ke dunia religius, erotisme tentu disajikan secara tersamar dengan menggunakan bahasa-bahasaa simbol yang pekat, seperti dalam Nyanyi Sunyi-nya Amir Hamzah, Raja Penyair Pujangga Baru. Erotisme yang semacam ini lebih merangsang penonton terhadap proses pemahaman makna hidup yang sedalam-dalamnya. Dalam sandur hal ini muncul dalam pantun seperti tertera di bawah ini:

Sini soleng situ soleng Soleng satu milang tujuh Sini Maling sana maling Maling satu mbukak slambu
Isi pantun yang berbunyi Sini maling sana maling/ maling satu mbukak selambu bermakna bahwa yang diambil bukannya barang berharga atau uang melainkan sebuah keperawanan gadis yang telah direnggut oleh perjaka yang belum terikat oleh tali perkawinan. Karena belum terikat maka perjaka tersebut dijuluki maling karena mengambil sesuatu milik orang lain yang bukan haknya alias melanggar hukum (baca: zina). Ini berarti bahwa erotisme yang dimunculkan bermaksud untuk memperdalam makna hidup dalam artian untuk menggedor penonton dalam penghayatannya dalam bidang keagamaan. Bahwa hidup tidak dapat harmonis tanpa menafikan keberadaan hukum-hukum yang telah tersuratkan dan tersiratkan oleh agama. 6. Mitos dalam Sandur Sebagai sebuah kesenian rakyat, Sandur syarat akan adanya mitos. Beberapa mitos yang terdapat dalam kesenian Sandur, meliputi kepercayaan masyarakat di seputaran perbatasan kecamatan Jombang dan Tembelang. Menurut keterangan Pak Carik Karsono, Njalinan - Dukuh Klopo, bahwa ada kepercayaan yang berkembang di masyarakat bahwa Nanggap Sandur marahi mlarati. Pak Carik menuturkan bahwa di daerah sekitar Dukuh Klopo pernah ada orang menanggap Sandur dan setelah menanggap Sandur tersebut tiba-tiba orang tersebut jadi miskin, tak punya apa-apa lagi. Tentu saja berita ini cepat tersebar di sekitar desa tersebut dan diminani oleh masyarakat. Yang menjadi masalah sekarang mengapa muncul mitos seperti ini ? Ada dua asumsi yang kami yakini, yaitu: pertama , bahwa di daerah Tambak Beras terdapat sebuah pondok yang konon diyakini pada waktu itu sebagai pondok tertua di daerahJombang, yakni Pondok Selawe. Bagi masyarakat santri keberadaan Sandur dianggap sebagai salah satu kendala bagi proses penyebaran agama Islam kerana Sandur di anggap sebuah kesenian yang haram untuk ditanggap lantaran dapat menurunkan keimanan. Keberadaan Bor-Lebor, yang adegannya mirip tayuban mungkin menjadi salah satu pertimbangan. Juga ritual yang masih berbau kepercayaan teradap agama tertentu dianggap sebagai sebuah ancaman tersendiri dalam islamisasi masyarakat. Kedua , bisa jadi keberadaan Sandur dianggap sebagai

revitalisasi sandur manduro

17

saingan bagi para pimpinan kesenian yang lain dalam hal job (tanggapan). Jikalau asumsi ini benar maka mitos nanggap Sandur yang berkembang di masyarakat pada waktu itu berfungsi sebagai penopang dan pengesahan terhadap susunan masyarakat di sebuah daerah tertentu. Mitos lain dalam Sandur, juga tercermin dari perilaku awak Sandur dalam memberlakukan perangkat-perangkat pertunjukan Sandur, semisal topeng yang dikenakan oleh para pemain saat pertunjukan. Pada saat membuka kotak yang berisi topeng-topeng tersebut, pimpinan kesenian mengawalinya dengan pembacaan mantra yang disertai pembakaran dupa. Namun kami tidak berhasil mendapatkan bunyi mantra tersebut kerana tidak dizinkan oleh pemimpin Sandur tersebut. Ada kepercayaan pula bahwa saat pembukaan kotak tersebut harus disertai wajib bagi yang orang yang membukanya. Wajib itu berupa uang yang jumlahnya tidak ditentukan jumlahnya. Pada saat awal, wajib ini sekitar setengah ece. Tradisi ini merupakan pesan dari para nenek moyang pengembang Sandur kali ertama. Pemimpin Sandur akan enggan ketika kotak tersebut dibuka tanpa disertai dengan beberapa syarat tersebut. Menurut keterangan dari Pak Karlan, pemimpin Sandur sekarang, bahwa tradisi ini dimaksudkan untuk pernyataan izin kepada yang merohi topeng-topeng tersebut. Masih menurut Pak Karlan, bahwa pembukaan kotak topeng-topeng tersebut harus menjelang pertunjukan dimulai. Kegiatan ritual ini dilakukan dengan harapan agar awak sandur tidak kesiku oleh para leluhurnya. Fungsi mitos tersebut lebih bersifat mistik, artinya komunitas awak Sandur menyadarinya akan keajaiban dunia dan merasa takut menghadapi misteri yang dihadapinya. Dalam pertunjukan Sandur juga terdapat sesajen yang dipersiapkan dahulu sebelum pertunjukan dimulai. Hal ini dilakukan dengan maksud agar segala aktivitas yang akan dilakukan agar mendapat perlindungan dari para leluhur. Adapun rincian sesaji atau cok bakal akan dijelaskan dalam bagian keempat tulisan ini. Seain fungsi mistik, adanya mitos ini juga berfungsi sebagai pendidikan bagaimana cara hidup yang baik dalam segala macam situasi. Demikian beberapa mitos yang berkembang dalam cerita Sandur Manduro Jombang.

revitalisasi sandur manduro

18

Anda mungkin juga menyukai