Disusun oleh :
Yolan Saharul
Edi suanto
Firdaus
Hendri Hapiz
H. Nyemput
“nyemput” atau dalam etimologinya adalah suatu kegiatan menjemut /
mengajak seseorang untuk kembali kesuatu tempat. Nah dalam hal
kegiatan nyemput ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh keluarga
pengantin perempuan (istri) pasca akad nikah untuk menjemput sang
pengantin pria (suami) untuk pulang kerumah sang istri, biasanya nyemput
dilakukan oleh beberapa orang anggota keluarga dan tetua adat minimal 3
hari setelah pelaksanaan akad nikah dan maksimalnya tergantung kepada
perjanjian antara kedua belah pihak keluarga pengantin.
Daam hal nyemput ini, dimaksudkan sang istri benar-benar
mempersiapkan dirinya dan keluarga untuk menerima sang suami secara
matang dan kepada sang suami agar besiap diri untuk berpisah dengan
sang keluarganya karena mulai saat ini ia telah menempuh jalan hidup
yang baru dengan memiliki keluarganya sendiri. Serta pokok utama dari
kegiatan ini adalah sebagai tanda sopan santun dari sang suami kepada
keluarga sang istri karena dirinya (suami) benar-benar akan merengggut
salah satu anak gadis mereka.
I. Nyalang
Nyalang adalah salah satu kegiatan yang rutin dilakukan oleh
masyarakat cermin nan gedang hal ini dilakukan oleh sepasang pengantin
baru ketika beberapa hari/minggu pacsa pernikahan, nyalang adalah pergi
bersilaturahmi kerumah/kediaman keluarga terdekat sang istri untuk
mengenalakan anggota keluarga kepada sang suami.
Ketika melakukan kegiatan nyalang ini biasanya sepasang pengantin
baru akan mengantarkan tingkat yang berisikan jadah seperti nasi, gulai,
kue dan berbagai macam makanan lainya kerumah kerabat dekat tersebut
dan pada umumnya kegiatan ini lebih sering dilakukan oleh para
pengantin baru ketika adanya momentum yang bertepatan dengan acara
silaturahmii seperti saat hari raya idul fitri dan idul adha.
IV. Adat istiadat ketka datangnya kematian.
A. Melayat
Ketika datangnya musibah kematian maka semua masyarakat
diharuskan untuk datang menjenguk,membantu, dan mempersiapkan
segala keperluan agar terselenggaranya pemakaman yang layak bagi sang
mayit.
Bagi para laki-laki ketika pergi melayat mereka tidak datang kerumah
duka langsung melainkan pergi ke area pemakaman dengan maksud untuk
membantu penggalian makam saang jenazah, dan hal ini dilakukan secara
sukarela bagi siapa saja yang ingin membantu tanpa dipungut biaya
sepeserpun.
Dan para perempuan mereka datang melayat kerumah duka dengan
membawa tingkat/rantang dengan berbagai macam isian seperti beras,
gula, kopi, teh ataupun yang lainya sebebagai sedekah yang diberikan
kepada ahli musibah yang diberikan secara iklas dan sukarela tanpa ada
takaran atau patokan khusus. Dengan maksud membantu secara material
ekonomi keluarga untuk mengadakan persedekahan atau yasinan pada
malam pertama sampai malam ke-7 dari meninggalnya si mayit.
V. Penutup.
Sepucuk adat serumpun pseko adalah kata yang tertulis pada pita dalam
lambang kabupaten sarolangun, kata-kata “serumpun” ini merupakan gambaran
singkat mengenai kumpulan dari banyaknya ragam adat dan budaya yang ada di
kabupaten sarolangun dan kata “pseko” yang memiliki arti barang pusaka, atau
barang antik yang menggambarkan adat dan budaya yang di turunkan oleh
leluhur secara turun temurun dan hal ini harus dilestarikan oleh kita semua
sebagai suatu ciri khas yang unik dalam kultur kehidupan masyarakat kita.
Maka kita selaku generasi penerus para leluhur, yang memiliki tugas dan
tanggung jawab dalam menjaga dan melestarikan pseko antik atau adat dan
budaya ini jangan sampai terjadi “ko’ nolam jangan di ondam, ko’ ingan
jangan di anyut, dek lingah ngimak ayik anyut di tpiyan”, .