Kabupaten Kaur
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Semantik bahasa
Indonesia
Dosen Pengampu: Eli rustinar,S.Pd.M.Hum
Disusun Oleh:
Celi Alodia (2188201068)
Pembahasan
Pangeran Cungkai berasal dari kota Pasemah tempat dimana berawal komunitas Suku Pasemah,
sedangkan komunitas suku Pasemah dibagi atas dua (2) suku yaitu Semendo Darat, Semendo
Lembak Menurut Masyarakat Kaur, Cungkai berarti nilai lebih atau Sakti. Pangeran Cungkai
memiliki kelebihan , bisa berjalan dengan perantaraan cahaya, sehingga pangeran ini lebih
dikenal dengan Cungkai Dilangit. Pangeran Cungkai berasal dari Sembilan Jurai (Pasemah) dari
keturunan Puyang Serunting Sakti. Berdiam pertama di Kaur disekitar Sungai Muara Sambat,
tepatnya di Desa Mata Ginjang.
Berdasarkan silsilah Pangeran Cungkai pertama yaitu Puyang Jungguh, dia adalah raja
pertama di distrik Kaur, yang sempat melawan Perancis dan menjadikan Desa Mata Ginjang
sebagai pusat pemerintahan dan istana hingga keturunan ke enam. Ketika terjadi musibah
melanda Desa Mata Ginjang, dimana Sungai Muara Sambat meluap dan terjadi banjir yang
sangat dahsyat, sehingga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit pada masyarakatnya.
Mengingat hal itu, kemudian pangeran ke Tujuh memindahkan pusat pemerintahan dan istananya
ke Parda Suka (Sakal), Kecamatan Maje (dekat benteng pertahanan raja-raja). Kata Parda Suka
berasal dari kata-kata suka tinggal di sana sehabis banjir yang telah melanda daerah ini.
Wilayah kekuasaannya dari Hujan Mas Marga Haji Muara Dua, Lewa, Bengkunat,
Belimbing di daerah Lampung Barat sekarang berikut Rejang dan Manna itu di dalam
pengawasannya (Pangeran Cungkai) Pangeran Cungkai yang sangat terkenal adalah Pangeran
cungkai keturunan ke tiga, bernama Lampung (Cungkai Dilangit) dikenal juga dengan julukan
Sejagat. Gelar itu diperolehnya karena memiliki panca indra ke enam dan mampu melihat apa
yang akan terjadi pada masa depan . Pada masa pangeran ke tiga inilah Masyarakat Kaur
melakukan perlawanan terhadap lnggris.
Dalam melaksanakan roda pemerintahan kerajaan, Muara Sambat ditunjuk sebagai
tempat pengumpulan sibe I pusaka para raja), yang pada setiap bulan Muharam dilaksanakan
pemotongan kerbau, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan membaca Zikir Asma Al lah bertahlil
bersama atau Ratib dilanjutkan dengan berdoa. Kemudian Pinang Tawar dijadikan sebagai
tempat persidangan untuk memutuskan sesuatu yang akan di lakukan oleh kerajaan seperti
perang terhadap penjajah, menghadapi perkara terhadap penjajah, untuk menghapus kejahatan,
perampokan, pemerasan terhadap penduduk, kejahatan yang lainnya bersifat meresahkan
masyarakat, pengusiran seluruh orang Rejang yang berada diwilayah kekuasaan Pangeran
Cungkai.
Menurut informasi yang diperoleh dari keluarga Pangeran Cungkai, bahwa Pangeran
memiliki tiga bersaudara yaitu:
1. Lampung bergelar Pangeran Cungkai Bermata Sejagat
2. Kalung bergelar Pangeran Cungkai Raja Negara
3. Putri Dayang Pandan bergelar Ratu lntan Dirajo
Ketiga saudara dari Pangeran Cungkai tersebut memiliki masing-masing tugas
dan tanggung jawab yang berbeda, seperti:
a. Pangeran Cungkai Bermata Sejagat
Pangeran ini bertugas melaksanakan pemasangan tonggak perbatasan Distrik Kaur
dengan wilayah daerah Lampung. Tonggak tersebut dipasang ditengah lautan sebanyak
tiga batang tonggak di sebelah laut Cina tingginya ±. 3 M dari permukaan laut dan
dipinggir Pantai Bengkunat (didirikan) pondok berasal dari batu.
b. Kalung Bergelar Pangeran Cungkai Raja Negara
Pangeran ini bertugas meluaskan wilayah kerajaan ke Kasui (Lampung Utara) dengan
mengambil alih kekuasaan Kerajaan Tulang Bawang dan menjadikan satu dengan
kekuasaan Pangeran Cungkai, Cerita selanjutnya belum diketahui, hingga sekarang
c. Dayang Pandan Bergelar Ratu lntan Dirajo
Putri Dayang Pandan pertamanya belum ada gelar atau (kedudukan jabatan) setelah ada
tali perkawinan dengan seorang bernama Jimat berasal dari Banten, yang bertempat di
Desa Bandar, setelah jadi suami istri, Putri Dayang Pandan, mendapat kedudukan dalam
kerajaan dari kakaknya yang bergelar Pangeran Cungkai, dengan gelar Putri Dayang
Pandan bergelar Ratu lntan Dirajo, kekuasaannya di wilayah Bandar hanya selebar
Serampe Labu Jawe dengan wilayah kekuasannya dari Sedaya Buntu hingga ke Kasuk.
Wilayah ini berada diantara Bandar dengan Bandar lama. Sedangkan daerah yang berada
diantara Kasuk Baru dengan Sedai Buntu terdapat Marga Bintuhan . Kemudian daerah
Senehak di Bandar dibentuk marga Bandar . Sehingga kekuasaan Putri Oayang Pandan
bergelar Ratu lntan Dirajo menjadi 2 (dua) marga, yaitu marga Bandar Bintuhan
kemudian dilakukan perluasan wilayah kekuasaan ke Sedaya Buntu sampai ke Kasuk
Baru Tetap, namun pemerintahan Putri Dayang Pandan di bawah pengawasan Pangeran
Cungkai mengawasi seluruh daerah Distrik Kaur. Setelah Putri Dayang Pandan tidak
berkuasa lagi, roda pemerintahan diserahkan kepada anak kandungnya bemama Jebat
Pertama dan diteruskan secara turun temurun hingga ke Jebat terakhir, yang dipimpin
oleh Oatuk Jebat lntan Dirajo.
A. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini berupaya mendeskripsikan dan memberikan penjelasan tentang Sejarah
Rumah Adat Pangeran Cungkai di Kabupaten Kaur. Alasan yang mendasari digunakan
pendekatan kualitatif, karena kajian penelitian ini memfokuskan kapada kajian Historis dan yang
membutuhkan deskriptif untuk memperoleh gambaran yang jelas. Secara analisis ditelusuri
bagaimana Sejarah Rumah Adat Pangeran Cungkai di Kabupaten Kaur.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), Penelitian lapangan
merupakan penelitian Kualitatif deskriptif dimana peneliti berpartisipasi secara langsung dalam
penelitian sekala sosial kecil (partisipasi dalam pengamatan masyarakat) dan mengamati. Dalam
penelitian lapangan, penelitian secara individu berbicara dan mengamati secara langsung orang-
orang yang sedang ditelitinya dan penelitian juga mengungkap fakta, keadaan, fenomena,
variabel dan keadaan yang terjadi pada saat penelitian berjalan.
2. Penjelasan Judul Peneliti
Untuk menghindari kekeliruan pembaca tentang makna judul penelitian ini, ada beberapa
hal yang ingin penulisan jelasan tentang judul ini. Pertama tentang Peran yang berarti aspek
dinamis dari kedudukan (status) yang dimiliki oleh seorang. Pengertian Peran juga bisa berarti
tindakan atau prilaku yang dilakukan oleh seorang yang menepati suatu posisi dalam status sosial
atau suatu konsep prilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh individu-individu dalam masyarakat
sebagai organisasi.
Sejarah Rumah Adat Pangeran Cungkai dalam Pengertian judul ini adalah seorang tokoh
atau Raja yang bernama Pangeran Cungkai dalam masyarakat di Kaur. Sedangkan yang
dimaksud dengan Rumah Adat adalah bagaimana Sejarah Rumah Adat itu bisa Diketahuibanyak
orang di tengah masyarakat Kaur dengan Sejarah Seorang tokoh yaitu Pangeran Cungkai dan
meninggalkan jejak arkeologi yang masih ada pada saat ini. Sedangkan pengertian Cungkai juga
bisa dikatakan tinggi atau sakti dikarenakan dalam tokoh ini seorang raja yang memimpin
kerajaanya yang sangat sakti maka dikatakan cungkai dilangit (seorang raja yang sakti).
4. Subjek/Informasi Penelitian
Setelah penelitian menemukan topik yang menjadi garapan, maka penelitian akan
mencari tahu tentang siapa saja yang akan dijadikan sumber informasi. Sebelum melakukan
penelitian penulis telah melaukan surve awal lokasi penelitian, Tujuan untuk mengetahui
bagaiman lokasi yang akan diteliti dan bagaimana perkembangan Islam disana, serta mencari
keturunan tokoh dan masyarakat yang mengetahui tentang tokoh yang diteliti.
TABEL 1.1
DATA INFORMAN
No Nama Usia Alamat Pekerjaan Keterangan
1 Zulkarnain Said 64 Palak Pasar Tani Keturunan
Pangeran
Cungkai
2 Saiful Amri 51 Linau Tani Keturunan
Pangeran
Cungkai
3 M.Mursi 79 Bakal Wirausaha Keturungan
Pangeran
Cungkai
4 M.Jafar 70 Muara Tetap Swasta Tokoh
Adat
B. Hasil Penelitian
1. Biografi dan Riwayat Hidup Pangeran Cungkai
Pangeran adalah gelar yang diberikan pada keturunan Raja. Pangeran Cungai atau sering
disebut dengan Pangeran Sungkai lahir di Banten, diperkirakan kelahiranyaa pada abad ke-15 M,
nama kakeknya adalah Puyang Semberani atau sering dipanggil Raja Lewi mempunyai anak
Puyang Jungguh atau Puyang Bala Seribu bin semberani Pangeran Cungkai ke satu, beliau
mempunyai keturunan bernama Putri Rio Kincir binti Puyang Jungguh, Putri Rio Kincir
mempunyai tiga orang anak yang bernama Lampung bergelar Pangeran Cungkai Bermata
Sejagat, Kalung bergelar Pangeran Cungkai Raja Negara dan yang ketiga Putri Dayang Pandan
bergelar Ratu Intan di Rajo binti Rio kincir, penerus Putri Rio Kincir anaknya bernama
Lampung, Lampung mempunyai enam orang anak salah satunya bernama Alam binti Lampung
sebagai penerusnya.
Alam mempunyai dua orang anak bernama Lampung dan Berita binti Alam, penerus
kekuasaaan Alam adalah Lampung , Lampung mempunyai dua belas orang anak, dari kedua
belas orang anak Lampung yang mewarisinya adalah Arip binti Lampung yang disebut pesirah
dan dan masih banyak lagi keturunan silsilah yang masih terlampir dalam tambo keturunan.
Pangeran Cungkai ketiga dan ke dua saudaranya belajar ilmu Agama dari seorang ulama
tokoh Agama yang bernama Syekh Embacang yang dikenal sebutan Syekh Radhi dengan
beliaulah mereka bersama-sama mendalami ilmu Agama Islam dan sampai meneruskan ajaran
yang di ajarkan gurunya agar memperluas wawasan Islam yang dimana para ulama juga berperan
didalamya seperti H. Husain, Nurdi dan Mukhtar danpara ulam lain yang ikut mengembangkan
dan menyebarkan Islam di Kaur.
Rumah peninggalan pangeran cungkai yang sekarang bagunan ini sudah beberapakali
direnopasi keluarga besar pangeran cungkai, bangunan rumah Pangeran Cungkai merupakan
rumah panggung dg tinggi 4,5 cm dan lebar 6x7 m. rumah ini terbuat dari kayu dengan beratap
seng warna putih, dengan pagar bambu. Rumah ini berjarah dari kota Bintuhan 4 km, rumah
Pangeran Cungkai ini terletak di jalan lintas Sumatra Selatan bertepatan di desa bakal Makmur.
Bukti tambo /silsilah keturuanan pangeran cungkai, mulai dari keturunan pertama sampai
keturunan sekarang dngan ditulis dari kakeknya sampai cicitnya sekarang.
Tikar pandan, bubu, dan kinjar pangera cungkai, tikar untuk duduk, bubu untuk mencari
ikan, dan kinjar untuk membawa sesuatu barang atau puntung /kayu bakar, yang diman
bahanyang digunakan cukup sederhana dengan bambu kecing dan dengan kepandaian bias
membuat suatu kerajinan tangan yang bias digunakan.
Penjara jaman belanda yang sudah direnopasi yang sekarang menjadi cagar budaya.
Penjara ini berbentuk sebuah persegi panjang yang terbuat dari kayu asli pada masa penjajahan
yang berdiameter 2 cm, yang terletak di jalan lintas Saung.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis memahami dari hasil penelitian tentang Pangeran Cungkai dalam
mengembangkan Islam di Kaur, maka dapat disimpulkan?
Masyarakat Kaur sudah memiliki aturan adat istiadat meskipun tidak tertulis,
adapun aturan adat yang ada pada saat itu yakni percaya dengan roh, sebagai kekuatan
yang ada di luar diri manusia yang dikenal anisme, setelah kedatangan Agama Islam
maka masyarakat mulai membentu Agama Islam yang perkembanganya cukup pesat
sampai saat ini penduduk Kaur memeluk Agama Islam.
Pangeran Cungkai merupakan anak dari raja pertama Kaur yaitu Raja Lewi yang
sering disebut puyang Sembrani yang mempunyai tiga saudara yaitu :
1. Lampung bergelar Pangeran Cungkai bermata sejagat.
2. Kalung bergelar Pangeran Cungkai raja negara.
3. Putri dayang pandan bergelar ratu intan di raja.