Penanggung Jawab:
Kepala Bagian Humas dan Protokol
Pemerintah Kota Tangerang
Penulis:
Editor:
Tim Humas Pemerintah Kota Tangerang
Diterbitkan oleh:
Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kota Tangerang
Gedung Pusat Pemerintahan Kota Tangerang
Jalan Satria Sudirman No. 1, Kota Tangerang
Konsultan Penerbitan:
PT Matair Rumah Kreatif
Gedung Tempo Lt. III
Jalan Palmerah Barat 8
Grogol Utara, Kebayoran Lama
Jakarta Selatan 12210
Sesuai dengan harapan masyarakat setempat khususnya dan Indonesia pada umumnya, maka engan
ini lahirlah buku cergam yang berjudul "Mula Jadi Kota Tangerang", suatu percikan sejarah setempat
yang diangkat dari Papakem Lengkong Sumedang (tersusun dalam bahasa Sunda khas Parahiyang) dan
digubah serta dilengkapi oleh catatan-catatan lain yang ada hubungannya dengan cerita itu.
Khusus mengenai Papakem Lengkong Sumedang itu, pada pertengahan tahun 1975 pernah beredar
dan diterbitkan dalam bahasa Indonesia di daerah Kota Tangerang dalam bentuk stensilan tapi jumlah
lembarnya amat terbatas sekali, sehingga tidak memenuhi harapan masyarakat. Oleh karena itu, maka
munculah buku yang berbentuk cergam ini.
Kepada para keluarga yang namanya tersebut dalam cerita ini dengan segala kerendahan hati kami
mohon maaf. Juga kepada para penulis yang hasil karyanya merasa terkutip dalam buku ini kami
mohon keridaannya, dan segala kritik demi untuk kebaikan akan kami terima dengan dada yang lapang
jua adanya.
Para penyusun
Daftar Isi
Prakata
Babad 5: Perundingan
Babad 1
Tanah Tak Bertuan
Alkisah, tersebutlah kerajaan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa yang bernama
Kesultanan Demak.Banten pun termasuk dalam daerah kekuasaannya. Namun gara-gara anggota
keluarga raja saling berebut takhta, pada 1568, kerajaan besar ini jatuh juga.
Akibatnya, Banten terlepas dan menjadi kerajaan sendiri. Selain itu, Prabu Pucuk Umun dari
Pajajaran Kulon mengosongkan daerah pertahanannya di Kadu Agung, yang meliputi daerah Adipati
Jasinga dan Adipati Balaraja.
Batas sebelah barat Kadu Agung berada di Cidurian, sedangkan batas timurnya di Cipamugas atau
sekarang dikenal sebagai Cisadane. Dengan begitu, Negeri Pajajaran menentukan batas wilayahnya,
yaitu hanya sampai Cipamugas, tempat Kadipaten Parahiyang (Periyang) berada.
Di luar itu, masih ada pasukan tempur Maka Kidang pun mampu
yang dipimpin oleh Tumenggung menghubungi bekas kawannya
Kidang dan Korawa-Cai (Pasukan bernama Raden Wirantaka
Air) yang dikepalai oleh Panewu bekas Demang Tanjung
Ajeg Wirasaba. Pertempuran pun Pura (Mataram) yang ketika
berlangsung sengit. ini diperbantukan pada
pertahanan Kompeni di
Semakin hari api peperangan makin Sudimara.
menyala-nyala. Dari jurusan utara, para
serdadu Ambon (Kompeni) berhasil 41 / Sketsa Hikayat Kota Tangerang
menyeberangi kali dengan memakai
rakit-rakit dari Sancego. Di bawah [ilustrasi]
pimpinan Letnan Petter Coins, mereka
akhirnya berhasil menduduki tepi
Cisadane sebelah barat. Di Sudimara, Raden Wirantaka
bersama 40 orang anak buahnya
mengadakan pemberontakan di
dalam markas menentang tuannya Perang berlanjut sampai fajar
sendiri (Kompeni). Mereka melarikan menyingsing. Kompeni pun tak
senjata dan alat-alat perlengkapan kuasa menghadapi serangan dua
ke Tajur (sebelah selatan markas). Di
sana mereka mendirikan Kesatuan Sketsa Hkzyst Kota Tangerang / 43
tersendiri dan menamakan dirinya
Panji Ulung.
arah ini. Mereka meninggalkan pos
Seterusnya, pekerjaan Panji Ulung itu pertahanannya dan lari tunggang-
tidak lain untuk merusak, merampok langgang ke utara menuju Benteng.
dan sabotase alat-alat perlengkapan
Kompeni. Mereka bekerja sama Padahal markas yang mereka
dengan pasukan Tumenggung Kidang tinggalkan itu adalah gudang senjata
untuk membawa rakyat daerah dan perlengkapan cadangan yang
pendudukan melawan Kompeni. berisi mesiu dan perbekalan. Menurut
rencana Kompeni, jika sektor utama
Terjadi pertempuran sengit antara atau tengah kehabisan perbekalan,
pasukan Tumenggung Kidang yang gudang itu sebagai sumber
dibantu oleh Rakyat Pendudukan. perlengkapannya.
Mereka melawan pertahanan Kompeni
di daerah Kunciran, yaitu markas Pertahanan Kompeni di Sukasari
Kompeni untuk sektor Sukasari Kidul. Kidul sudah jatuh, sehingga kemudian
diduduki oleh pasukan Kidang dan
Saat itu semua sektor sedang sibuk Wirasaba. Maka semua tentara Banten
menghadapi gempuran laskar. Pihak dari Kelapa Dua terus menyeberang
Kompeni melayani prajurit-prajurit dengan rakit-rakit yang dipimpin oleh
Banten yang melakukan serangan- Ngabei Tanujiwa untuk menduduki
serangan mendadak ke pertahanan daerah itu.
Benteng. Dengan begitu, Kompeni
tidak memiliki kesempatan untuk saling Sketsa Hkzyst Kota Tangerang / 44
membantu dari satu sektor ke sektor
lain. Mereka benar-benar kerepotan
melawan serangan Tumenggung Babad 5
Kidang dari arah timur. Perundingan
Selain itu, kegiatan barisan Panji Dengan perjanjian itu, api perang
Ulung di daerah pendudukan semakin yang berkobar selama 7 bulan