Oleh :
1. Adhitya Cahya (01)
2. Mochammad Novel Miftachul F (21)
3. Naila Putri Amalia (27)
4 .Zhafira Salwa Asahy (36)
X TPFL 1
SMK N 7 SEMARANG
A. Awal berdirinya Kesultanan Mataram Islam
Bidang Politik
Kemajuan politik yang dicapai Sultan Agung adalah menyatukan kerajaan-
kerajaan Islam di Jawa dan menyerang Belanda di Batavia.
Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam
Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.
Usaha ini dimulai dengan menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan,
Sumenep, Sampang, Pasuruhan, kemudian Surabaya. Salah satu usahanya
mempersatukan kerajaan Islam di Pulau Jawa ini ada yang dilakukan
dengan ikatan perkawinan. Sultan Agung mengambil menantu Bupati
Surabaya Pangeran Pekik dijodohkan dengan putrinya yaitu Ratu
Wandansari.
Anti penjajah Belanda
Sultan Agung adalah raja yang sangat benci terhadap penjajah Belanda.
Hal ini terbukti dengan dua kali menyerang Belanda ke Batavia, yaitu yang
pertama tahun 1628 dan yang kedua tahun 1629. Kedua penyerangan ini
mengalami kegagalan. Adapun penyebab kegagalannya, antara lain:
1. Jarak yang terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit
mataram. Mereka harus menempuh jalan kaki selama satu bulan
dengan medan yang sangat sulit.
2. Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan prajurit
Mataram di Batavia menjadi lemah.
3. Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjataa yang dimiliki
kompeni Belanda yang serba modern.
4. Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal,
sehingga semakin memperlemah kekuatan.
5. Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia
lewat laut, sedangkan Mataram lewat darat. Ternyata Portugis
mengingkari. Akhirnya Mataram dalam menghadapai Belanda tanpa
bantuan Portugis.
6. Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak menadakan kerja sama
dengan Banten dalam menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling
bersaing.
7. Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut
dengan angkatan darat. Ternyata angkatan laut mengadakan
penyerangan lebih awalm sehingga rencana penyerangan Mataram
ini diketahui Belanda.
8. Akibat penghianatan oleh salah seorang pribumi, sehingga rencana
penyerangan ini diketahui Belanda sebelumnya.
Bidang Ekonomi
Kemajuan dalam bidang ekonomi meliputi hal-hal berikut ini:
1. Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi
beras dengan memanfaatkan beberapa sungai di Jawa sebagai
irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan penduduk
(transmigrasi) dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan
irigasi yang baik. Dengan usaha tersebut, Mataram banyak
mengekspor beras ke Malaka.
2. Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa tidak hanya
menambah kekuatan politik, tetapi juga kekuatan ekonomi. Dengan
demikian ekonomi Mataram tidak semata-mata tergantung
ekonomi agraris, tetapi juga karena pelayaran dan perdagangan.
Bidang Sosial dan Budaya
Kemajuan dalam bidang sosial budaya meliputi hal-hal berikut:
1. Timbulnya kebudayaan kejawen
Unsur ini merupakan akulturasi dan asimilasi antara kebudayaan asli Jawa
dengan Islam. Misalnya upacara Grebeg yang semula merupakan
pemujaan roh nenek moyang. Kemudian, dilakukan dengan doa-doa
agama Islam. Saampai kini, di jawa kita kenal sebagai Grebeg Syawal,
Grebeg Maulud dan sebagainya.
ISI PERJANJIAN
pangeran Sumbernyawa mendapat separuh wilayah Surakarta
(4000 karya, mencakup beberapa daerah yang sekarang termasuk
dalam kabupaten Karangayar, eksklave di wilayah Yogyakarta i
ngawen dan menjadi penguasa kadipaten Mangkunegaran
menggunakan gelar Mangkunegara 1. Dn penguasa dari wilayah
Mangkunegaran tidak berhak mendapat gelar Sunan atau Sultan
dan hanya berhak atas gelar Pangeran Adipati .
3.Bangsal duda
Di sinilah tempat peziarah mendapatkan informasi dari jurukunci
makam yang berasal dari Kraton Surakarta dan Kraton Yogyakarta.
Di tempat ini jugalah peziarah menanggalkan pakaiannya untuk
berganti pakaian peranakan jika hendak memasuki komplek
makam.
4.Kalang Obong
Upacara tradisional kematian orang Kalang, upacara ini seperti
Ngaben di Bali, tetapi kalau upacara Kalang Obong ini bukan
mayatnya yang dibakar melainkan pakaian dan barang-barang
peninggalannya.
5. Pasar Kotagede
Tata kota kerajaan Jawa biasanya menempatkan kraton, alun-alun
dan pasar dalam poros selatan - utara. Kitab Nagarakertagama yang
ditulis pada masa Kerajaan Majapahit (abad ke-14) menyebutkan
bahwa pola ini sudah digunakan pada masa itu. Pasar tradisional
yang sudah ada sejak jaman Panembahan Senopati masih aktif
hingga kini. Setiap pagi legi dalam kalender Jawa, penjual, pembeli,
dan barang dagangan tumpah ruah di pasar ini.