Anda di halaman 1dari 9

Makalah Kerajaan Mataram Islam

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kerajaan Mataram Islam merupakan salah satu kerajaan islam terbersar yang ada ditanah air
khususnya di pulau jawa. Kerajaan Mataram adalah kerajaan Islam terbesar di Jawa yang hingga
kini masih mampu bertahan melewati masa-masa berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di
Indonesia, walaupun dalam wujud yang berbeda dengan terbaginya kerajaan ini menjadi empat
pemerintahan swa-praja, yaitu Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Puro
Mangkunegaran dan Puro Pakualaman. Sebelumnya memang ada kerajaan-kerajaan Islam di
Jawa (Tengah) yang lain yang mendahului, seperti Demak dan Pajang. Namun sejak runtuhnya
dua kerajaan itu, Mataramlah yang hingga puluhan tahun tetap eksis dan memiliki banyak kisah
dan mitos yang selalu menyertai perkembangannya. Paling tidak Mataram berkembang dengan
diringi oleh mitos perebutan kekuasaan yang panjang. Karena itu informasi tentang kerajaan
mataram islam tidak begitu sulit kita dapat karena himgga saat ini kerajaan tersebut masih eksis
di tanah Jawa walaupun dengan konteks yang berbeda.
B. TUJUAN
Karya ini disusun bertujuan untuk mengulas kembali tentang kerajaan Mataram Islam yang
ada di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah. Juga untuk memberikan gambaran bagaimana
keadaan kehidupan masyarakat Jawa Tengah pada masa kerajaan Mataram Islam, bagaimana
kehidupan social, budaya, maupun politiknya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PROPIL KERAJAAN
Kerajaan Mataram Islam adalah kerajaan Islam yang berada di pulau Jawa yang berkuasa dari
abad ke-16 hingga abad ke-18. Pendirinya adalah Danang Sutawijaya atau panembahan Senopati.
Kerajaan ini mencapai puncaknya ketika diperintah oleh Sultan Agung (1613-1645 M)
B. LUAS WILAYAH
Kesultanan yang menyatukan sebagian besar pulau Jawa, Madura, dan Sukadana
(Kalimantan Barat) serta Pulau Sumatera (Palembang dan Jambi). Kesultanan ini terdiri dari wilayah
kutagara, nagaragung, mancanagara, pasisiran dan sejumlah kerajaan vasal
C. Raja-Rajanya
• Danang Sutawijaya (1586-1601 M)
Masa pemerintahannya ditandai dengan adanya perang terus menerus untuk
mengalahkan para Bupati yang ingin melepaskan diri dari kesultanan Mataram
• Raden Mas Jolang (1601-1613 M)
Kekuasaan Danang jatuh kepada tangan putranya, Mas Jolang dengan gelar
Sultan Anyakrawati. Pada masanya, Bupati Jawa Timur banyak yang
melepaskan diri sehingga Mas Jolang berusaha mengalahkan mereka, tetapi
wafat, sebelum upayanya berhasil di daerah Krapyak

• Sultan Agung (1613-1645)


Mas Rangsang (Sultan Agung) Di bawah kekuasaan Sultan Agung, kerajaan
Mataram Islam berhasil mencapai puncak keemasannya. Pada tahun 1633,
Sultan Agung berhasil menggantikan perhitungan tahun Hindu dengan tahun
Islam. Pada masanya pemerintah Sultan Agung berusaha mengusir Belanda
dari Jawa

•Amangkurat I (1646-1677 M)
Mas Sayidin dinobatkan sebagai penerus Sultan Agung. Namun, Mas Sayidin
(Amangkurat I) sangat lemah terhadap Belanda sehingga terjadi kemunduran.
Kekacauan terjadi ketika Trunojoyo, putra penguasa Madura, menyerang pada
tahun 1670-an. Pada tahun 1677, Mas Sayidin meninggal dan putranya, Adipati
Anom terpaksa kerjasama dengan VOC dalam mengakhiri Trunojoyo.
Kerajaan dibagi menjadi dua kawasan, kasunan Surakarta dan kasultanan
Yogyakarta.

D. KEMAJUAN

Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung. Wilayah
Mataram bertambah luas meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat. Sultan
Agung di samping dikenal sebagai raaja juga pemimpin agama. Kehidupan beragama mendapat
perhatian dan pengembangan yang sangat pesat. Sultan Agung dikenal juga sebagai pahlawan
nasional karena perannya dalam mengusir penjajah Belanda. Pengaruh Mataram saampai ke
Palembang, Jambi, Banjarmasin, dan ke timur sampai Gowa Makasar. Pengaruh ini ditandai adanya
hubungan kerja sama dan saling mengirim utusan antara daerah-daerah tersebut dengan Mataram.
Kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan Sultan Agung meliputi kemajuan di bidang politik,
ekonomi, sosial, dan budaya.

• Bidang Politik

Kemajuan politik yang dicapai Sultan Agung adalah menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa
dan menyerang Belanda di Batavia.
Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam

Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Usaha ini dimulai dengan
menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan, Sumenep, Sampang, Pasuruhan, kemudian

Surabaya. Salah satu usahanya mempersatukan kerajaan Islam di Pulau Jawa ini ada yang dilakukan
dengan ikatan perkawinan. Sultan Agung mengambil menantu Bupati Surabaya Pangeran Pekik
dijodohkan dengan putrinya yaitu Ratu Wandansari.

Anti penjajah Belanda

Sultan Agung adalah raja yang sangat benci terhadap penjajah Belanda. Hal ini terbukti dengan dua
kali menyerang Belanda ke Batavia, yaitu yang pertama tahun 1628 dan yang kedua tahun 1629.
Kedua penyerangan ini mengalami kegagalan. Adapun penyebab kegagalannya, antara lain:

-Jarak yang terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram. Mereka harus menempuh
jalan kaki selama satu bulan dengan medan yang sangat sulit.

-Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di Batavia menjadi


lemah.

-Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjataa yang dimiliki kompeni Belanda yang serba
modern.

-Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga semakin memperlemah
kekuatan.

-Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia lewat laut, sedangkan Mataram
lewat darat. Ternyata Portugis mengingkari. Akhirnya Mataram dalam menghadapai Belanda tanpa
bantuan Portugis.

-Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak menadakan kerja sama dengan Banten dalam
menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling bersaing.

-Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut dengan angkatan darat. Ternyata
angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awalm sehingga rencana penyerangan Mataram ini
diketahui Belanda.

-Akibat penghianatan oleh salah seorang pribumi, sehingga rencana penyerangan ini diketahui
Belanda sebelumnya.

• Bidang Ekonomi

Kemajuan dalam bidang ekonomi meliputi hal-hal berikut ini:


-Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan
beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan penduduk
(transmigrasi) dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik. Dengan usaha
tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke Malaka.

-Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan politik, tetapi
juga kekuatan ekonomi. Dengan demikian ekonomi Mataram tidak semata-mata tergantung ekonomi
agraris, tetapi juga karena pelayaran dan perdagangan.

• Bidang Sosial Budaya

Kemajuan dalam bidang sosial budaya meliputi hal-hal berikut:

-Timbulnya kebudayaan kejawen

Unsur ini merupakan akulturasi dan asimilasi antara kebudayaan asli Jawa dengan Islam. Misalnya
upacara Grebeg yang semula merupakan pemujaan roh nenek moyang. Kemudian, dilakukan dengan
doa-doa agama Islam. Saampai kini, di jawa kita kenal sebagai Grebeg Syawal, Grebeg Maulud dan
sebagainya.

-Perhitungan Tarikh Jawa

Sultan Agung berhasil menyusun tarikh Jawa. Sebelum tahun 1633 M, Mataram menggunakan
tarikh Hindu yang didasarkan peredaran matahari (tarikh syamsiyah). Sejak tahun 1633 M (1555
Hindu), tarikh Hindu diubah ke tarikh Islam berdasarkan peredaran bulan (tarikh komariah).
Caranya, tahun 1555 diteruskan tetapi dengan perhitungan baru berdasarkan tarikh komariah. Tahun
perhitungan Sultan Agung ini kemudian dikenal sebagai “tahun Jawa”.

-Berkembangnya Kesusastraan Jawa

Pada zaman kejayaan Sultan Agung, ilmu pengetahuan dan seni berkembang pesat, termasuk di
dalamnya kesusastraan Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang kitab yang berjudul Sastra Gending
yang merupakan kitab filsafat kehidupan dan kenegaraan. Kitab-kitab yang lain adalah Nitisruti,
Nitisastra, dan Astrabata. Kitab-kitab ini berisi tentang ajaran-ajaran budi pekerti yang baik.

Pengaruh Mataram mulai memudar setelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 M.
Selanjutnya, Mataram pecah menjadi dua, sebagaimana isi Perjanian Giyanti (1755) berikut:

• Mataram Timur yang dikenal Kesunanan Surakarta di bawah kekuasaan Paku Buwono III
dengan pusat pemerintahan di Surakarta.

• Mataram Barat yang dikenal dengan Kesultanan Yogyakarta di bawah kekuasaan


Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat pemerintahannya di
Yogyakarta.
Perkembangan berikutnya, Kesunanan Surakarta pecah menjadi dua yaitu Kesunanan dan
Mangkunegaran (Perjanjian Salatiga 1757). Kesultanan Yogyakarta juga terbagi atas Kesultanan dan
Paku Alaman. Perpecahan ini terjadi karena campur tangan Belanda dalam usahanya memperlemah
kekuatan Mataram, sehingga mudah untuk di kuasai.

E. KERUNTUHAN
Keruntuhan Kerajaan Mataram Islam dimulai pada saat kekalahan Sultan Agung dalam misi
merebut Batavia serta menguasai seluruh Jawa dari Belanda.
Kemudian setelah kekalahan tersebut, kehidupan ekonomi masyarakat kerajaan dilalaikan sebab
masyarakat sebagian besarnya dikerahkan untuk menghadapi perang.
Rasa dendam dan juga permusuhan dari Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus menerus berlanjut
hingga Wangsa Isana berkuasa.
Sewaktu Mpu Sindok memulai periode pemerinatahannya di Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang
untuk menyerangnya.
Pertempuran tak dapat dielakan dan terjadi di daerah Anjukladang yang sekarang dikenal dengan
Nganjuk, Jawa Timur, dan kemudian pertempuran tersebut dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.

BAB III
KESIMPULAN

A. SIMPULAN
Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri
pada abad ke-17. Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan
tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di
Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya
malah harus menerima bantuan VOC pada masa-masa akhir menjelang
keruntuhannya.
Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara
maritim. La meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini,
seperti kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa
Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di
Pasundan, serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih berlaku hingga
sekarang.
BAB IV
PENUTUP

A. LAMPIRAN GAMBAR BUKTI SEJARAH

1. Masjid Kotagede

2. Meriam Segara Wana dan Syuh Brata


3. Pertapaan Kembang Lampir

4. Kitab Sastra Gending

5. Pasar Legi Kotagede


6. Rumah Tradisional

7. Masjid Agung Gedhe Kauman


8. Masjid Pathok Negara Sulthoni Plosokuning

9. Masjid Agung Surakarta

Anda mungkin juga menyukai