KESULTANAN MATARAM
Anggota: Caroline-XA/03
Jenifer-XA/16
Jonathan-XA/17
Billi-XA/26
Veldy-XA/35
Howen-XA/36
A. Judul
Kesultanan Mataram
B. Wilayah Kekuasaan
Pada masa pemerintahan Sultan Agung daerah pesisir seperi Surabaya dan
Madura berhasil ditaklukan. Pada kurun waktu 1613 sampai 1645 wilayah
kekuasaan Mataram Islam meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian
Jawa Barat.
Menjelang tahun 1645 Sultan Agung merasa ajalnya sudah dekat. Dia
membangun Astana Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga raja-raja
Kesultanan Mataram mulai dari dirinya. Sultan juga menuliskan serat Sastra
Gending sebagai tuntunan hidup trah Mataram. Sesuai dengan wasiatnya,
Sultan Agung yang meninggal dunia tahun 1645 digantikan oleh putranya yang
bernama Raden Mas Sayidin sebagai raja Mataram.
7.Pakubuwana I (1705-1719)
Sunan Pakubuwana I atau Pangeran Puger terlahir dengan nama Raden Mas
Darajat, ia adalah putra Amangkurat 1 dan cucu dari Sultan Agung. Ayahnya
merupakan raja Mataram keempat, Pangeran Puger terlahir dari permaisuri
kedua, Ratu Wetan. Ratu Wetan berasal dari keluarga Kajoran, keturunan
Pajang.
Pangeran Puger pernah diangkat sebagai putra mahkota (adipati anom) ketika
terjadi konflik antara ayahnya, Amangkurat I dengan Raden Mas Rahmat
(kemudian bergelar Amangkurat 2). Raden Mas Rahmat adalah saudara tiri
Pangeran Puger, lahir dari Ratu Kulon (permaisuri pertama Amangkurat I).
Amangkurat I melepaskan gelar putra mahkota dari Raden Mas Rahmat dan
menyerahkannya kepada Raden Mas Darajat. Namun, ketika keluarga Kajoran
terbukti mendukung pemberontakan Trunajaya pada tahun 1674, Amangkurat I
terpaksa mencabut gelar putra mahkota (adipati anom) dari Raden Mas Darajat
Untuk memperkokoh kedudukannya, Pakubuwono I terlibat perjanjian baru
dengan Belanda, yang salah satu isinya menyatakan bahwa Mataram harus
mengirim 13.000 ton beras setiap tahunnya. Berkat kerjasama tersebut, periode
pemerintahannya pun tergolong aman, karena semua pergolakan yang
mengancam takhtanya dapat ditumpas dengan bantuan Belanda. Di saat yang
sama, Pakubuwono I juga menjaga hubungan baik dengan para kerabat keraton.
Oleh karena itu, naskah babad Tanah Jawi menyebutnya sebagai raja agung
yang bijaksana
Di samping itu, raja juga berperan sebagai panatagama atau pengatur kehidupan
beragama Islam. Untuk menjalankan tugasnya, raja Kerajaan Mataram Islam
dibantu oleh beberapa pejabat tinggi kerajaan, misalnya tumenggung, patih,
adipati, serta bupati untuk mengurus berbagai kebutuhan pemerintahan,
peradilan, maupun perang.
F. Puncak Kejayaan
Kerajaan Mataram Islam mengalami masa keemasan ketika dipimpin oleh raja
ketiganya, yaitu Sultan Agung alias Raden Mas Rangsang. Ia adalah putra dari
Prabu Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Tatkala menaiki tampuk
kepemimpinan, Sultan Agung masih berusia belia, yakni 20 tahun. Namun, meski
usianya masih sangat muda, ia berhasil membawa Mataram Islam pada puncak
kejayaan dengan sifat tegas dan disiplin.
Pada masanya, sang Sultan membangun angkatan perang yang kuat nan
tangguh. Ia memerintahkan pasukan itu untuk segera bergerak menguasai Jawa
Timur. Ekspansi tersebut kemudian terus dilanjutkan ke Jawa Barat ke arah
Banten. Secara singkat, wilayah kekuasaan Mataram Islam masa Sultan Agung
begitu luas. Terhitung Pulau Jawa secara penuh dikuasainya, kecuali Batavia
dan Banten. Berbagai daerah di luar Jawa pun juga takluk, di antaranya
Palembang dan Sukadana. Setelah masa pemerintahan Sultan Agung berakhir,
banyak daerah yang mulai melepaskan diri. Hal ini menjadi salah satu faktor
alasan kejayaan Mataram Islam berangsur-angsur turun setelahnya.
Sultan Agung memindahkan ibukota kerajaan dari Kotagede ke Kerto (saat ini
bernama Padukuhan Kerto, Kalurahan/Desa Pleret, Kapanewon/Kecamatan
Pleret Kabupaten Bantul) yang berjarak sekitar 8 kilometer dari Kotagede.
Ekspansi ke arah timur dilakukan pada tahun 1613-1925 yang berakhir dengan
takluknya Madura pada tahun 1624 dan Surabaya pada tahun 1925. Sedangkan
ekspansi ke arah barat dilakukan pada tahun 1625-1636, titik puncaknya pada
tahun 1628-1629, pada saat dilakukannya pengepungan Batavia hingga 2 kali,
kegagalan atas pengepungan pertama pada tahun 1628, membuat Sultan Agung
melakukan pengepungan yang kedua pada tahun 1629 sebelum akhirnya
Gubernur Jenderal Van Diemen mengajukan politik damai pada tahun 1636.
Dengan mengetahui secara detail berbagai perkembangan yang terjadi, hal itu
akan mengantarkan kita pada puncak kejayaan Kerajaan Mataram Islam di
bawah pimpinan Sultan Agung.
A. Bidang Politik
Dalam bidang politik, Sultan Agung adalah raja yang memiliki wawasan politik
yang luas dan jauh ke depan. Dengan kata lain, ia adalah seorang pemikir politik
yang hebat sekaligus praktisi politik yang tangguh. Karena itu, di bawah
kekuasaannya, Kerajaan Mataram Islam berhasil mencapai puncak kejayaannya.
Untuk wilayah bagian Barat, seluruh wilayah Pulau Jawa ke Barat berhasil
ditaklukkan oleh Sultan Agung, kecuali Banten yang tetap tidak mau menyerah
kepada Mataram. Selain Banten, wilayah di bagian Barat yang tidak bisa
ditaklukkan adalah Batavia, yang waktu itu dikuasai oleh VOC. Di samping
menguasai seluruh wilayah di Pulau Jawa, Sultan Agung juga berhasil
menguasai beberapa wilayah di luar pulau jawa, seperti Palembang, Jambi,
Banjarmasin, dan Makassar. Dengan dikuasainya daerah tersebut, maka
mataram pun semakin luas dan kokoh
B. Bidang ekonomi
1) Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras
dengan memanfaatkan beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga
berhasil melakukan pemindahan penduduk (transmigrasi) dari daerah yang
kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik. Dengan usaha tersebut,
Mataram banyak mengekspor beras ke Malaka.
2) Upacara Grebeg yang bersumber pada pemujaan roh nenek moyang berupa
kenduri gunungan yang merupakan tradisi sejak zaman Majapahit dijatuhkan
pada waktu perayaan hari besar Islam, sehingga muncul Grebeg Syawal pada
hari raya idul Fitri.; Grebeg Maulud pada bulan Rabiulawal. Hitungan tahun yang
sebelumnya
G. Keruntuhan
Terkenal sebagai salah satu kerajaan yang aktif melakukan perlawanan terhadap
VOC, namun menjelang keruntuhannya Kerajaan Mataram Islam justru meminta
bantuan terhadap VOC. Masa-masa keruntuhan Kerajaan Mataram Islam sudah
mulai terlihat ketika pemerintahan Sultan Agung berakhir dan dilanjutkan oleh
putranya yang bergelar Kanjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Agung atau
biasa disebut dengan Amangkurat I.
Sultan Agung adalah raja yang sangat anti kolonialisme dan tercatat dua kali
menyerang VOC di Batavia. Meski telah mengerahkan pasukan dalam skala
besar, serangan yang dilakukan pada 1628 dan 1629 itu mengalami kegagalan.
Akibat kekalahan tersebut, keadaan ekonomi rakyat Kerajaan Mataram Islam
menjadi susah dan menurun karena sebagian masyarakatnya dipaksa berangkat
berperang. Setelah periode Sultan Agung, Kerajaan Mataram Islam semakin
banyak menghadapi peperangan. Hal ini membuat bidang ekonominya kian
merosot dan penurunan penduduk di pedalaman tidak dapat dihindari. Selain
harus bertahan hidup di tengah kemiskinan dan kelaparan, masyarakatnya juga
menghadapi kegelisahan sosial. Pasalnya, kemunduran dalam bidang ekonomi
membuat kriminalitas semakin merajalela dan banyak orang telah kehilangan
akal.
H. Peninggalan
1. Keraton Yogyakarta atau Keraton Kasultanan Yogyakarta:
Dibangun pada tahun 1755 Masehi. Pada bagian utara keraton terdapat
alun-alun utara dan Masjid Agung di bagian sebelah barat. Sedangkan di bagian
selatan keraton, terdapat alun-alun selatan dengan ukuran lebih kecil
dibandingkan alun-alun utara.
2. Kompleks Makam Pajimatan Imogiri:
Kompleks Makam Imogiri terletak di Dusun Pajimatan, Girirejo, Kapanewon
Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Pendiri kompleks makam raja-raja Mataram Islam ini
adalah Sultan Agung pada tahun 1632. Kompleks ini digunakan sebagai makan
raja raja mataram dan keturunannya.
3. Taman sari:
Taman Sari merupakan situs bekas taman istana milik Keraton Yogyakarta yang
dibangun pada masa Sultan Hamangkubowono I pada tahun 1758-1765.
Sedangkan, penyelesaian pembangunan diperkirakan pada masa Sultan
Hamengkubuwono II. Taman Sari memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai tempat
istirahat, area meditasi, bengkel, area pertahanan, dan tempat persembunyian.
Lokasi pembangunan Taman Sari telah dikenal sebagai tempat pemandian yang
disebut Mata Air Pecethokan, sejak masa pemerintahan Sunan Amangkurat IV.
4. Kerajinan perak:
Saat Belanda masuk ke Indonesia melalui VOC, kerajinan perak tumbuh pesat
dengan adanya permintaan peralatan rumah tangga dari perak, emas, tembaga,
dan kuningan kualitas tinggi. (Penulis: Widya Lestari Ningsih, Editor: Nibras
Nada Nailufar dan Sri Nurul Utami)
I. Jalur Rempah
Kesultanan Mataram Islam memiliki beberapa wilayah di pulau Jawa yang
menjadi produsen utama rempah-rempah seperti cengkeh, lada, kayu manis,
dan lain-lain. Salah satu wilayah yang terkenal adalah daerah pegunungan di
sekitar Tengger, yang menjadi tempat produksi cengkeh yang sangat produktif.
Rempah-rempah dari wilayah produsen akan diangkut menggunakan
transportasi darat, seperti gerobak kerbau atau kuda, menuju pusat-pusat
perdagangan di Kesultanan Mataram, seperti Kota Yogyakarta, Surakarta (Solo),
atau pelabuhan-pelabuhan terdekat. Selain jalur darat ada jalur sungai dan laut.
Jalur sungai menjadi jalur utama transportasi perahu-perahu kecil. Di Kesultanan
Mataram memiliki sungai-sungai besar seperti Sungai Bengawan Solo dan
Sungai Brantas. Rempah-rempah dari wilayah produsen akan diangkut melalui
sungai-sungai menuju pelabuhan-pelabuhan penting seperti Pelabuhan Sunda
Kelapa (kini Jakarta), yang merupakan pusat perdagangan utama di wilayah
tersebut. Kemudian jalur laut menjadi jalur utama transportasi kapal-kapal besar
untuk mengirim ke luar negeri. Setelah sampai di pelabuhan, rempah-rempah
akan dimuat ke kapal-kapal dagang untuk dikirim ke pasar-pasar internasional.
Kesultanan Mataram Islam memiliki akses ke jalur perdagangan laut yang
menghubungkan Nusantara dengan pelabuhan-pelabuhan di Asia Tenggara,
Tiongkok, India, dan Eropa.
Fakta unik
1. Batik mulai dikembangkan pada masa kesultanan Mataram, kemudian
berlanjut di masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Batik awalnya hanya
digunakan dalam keraton untuk pakaian para raja dan keluarganya, tetapi
kemudian mulai diproduksi oleh masyarakat umum dan menjadi populer
sebagai pakaian.
2. Kesultanan mataram mempunyai tari tradisional yaitu tari topeng mataram
yang menggambarkan tentang cerita cerita dari zaman kerajaan.
3. Pada tahun 1613-1645, dibawah pimpinan sultan Agung. Kesultanan
mataram berhasil memperluas dan menguasai pulau Jawa kecuali Batavia
dan Banten.