Anda di halaman 1dari 12

PERLAWANAN RADEN MAS SAID TERHADAP BELANDA

DI MATARAM TAHUN 1742-1757

Tahrir Musthofa, Wakidi, Yustina Sri Ekwandari


FKIP Unila Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
Telepon (0721) 704 947 faximile (0721) 704 624
e-mail: tahrirmustofa459@yahoo.com
Hp. 085769323661

The aim of this research was to find out the impact of resistance conducted by Raden
Mas Saleh against the Dutch authority in Mataram in the year of 1742-1757. The
method used in this research was history method and data collecting technique used was
literature and documentation. The data were analyzed qualitatively. The result showed
that the effort of resistance against the Dutch was impacted on the development of
economy-politic. As an agricultural country the Mataram kingdom was able to increase
the economy growth so that it will give an impact on agricultural sector and it can
attract the entry of private capitalism. Mataram established the cooperation with
neighbor kingdom so it can be successfully expanding territorial area through political
marriage system.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak perlawanan yang dilakukan
oleh Raden Mas Said terhadap kekuasaan Belanda di Mataram Tahun 1742-1757.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan dan teknik dokumentasi,
sedangkan untuk menganalisis data menggunakan analisis data kualitatif. Hasil dari
penelitian ini yaitu dalam usahanya melakukan perlawanan terhadap Belanda
berdampak pada kemajuan Ekonomi-Politik. Sebagai Negara agraris Kerajaan Mataram
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat memberikan dampak
dalam sektor pertanian dan menarik masuknya kapitalisme swasta. Mataram menjalin
kerjasama dengan kerajaan tetangga sehingga berhasil memperluas wilayah kekuasaan
yang menggunakan sistem perkawinan politik.

Kata kunci : belanda, mataram, perlawanan raden mas said


PENDAHULUAN turut dengan gelar dan nama: R.M
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Martakusuma dan R.M Wiryakusuma,
Arya Mangkunegara I alias Pangeran masing-masing diberi gaduhan tanah
Sambernyawa alias Raden Mas Said seluas 100 bahu.
(lahir di Kraton Kartasura, 7 April “Wilayah Mataram merupakan
1725- meninggal di Surakarta, 28 pusat kerajaan yang menguasai
Desember 1795 pada umur 70 tahun), hampir seluruh Jawa. Kerajaan ini
adalah pendiri Praja Mangkunegara, makmur dan memiliki peradaban
sebuah Kadipaten Agung di wilayah luar biasa yang mampu
Jawa Tengah bagian timur dan membangun candi-candi kuno
Pahlawan Nasional Indonesia. Ayahnya dengan arsitektur yang megah,
bernama Pangeran Arya Mangkunegara misalnya Candi Prambanan dan
Kartasura dan ibunya bernama R.A. Borobudur. Kerajaan Mataram
Wulan. Nama Sahid itu pemberian dari terkena dampak letusan Gunung
neneknya Amangkurat IV, beberapa Merapi yang sangat dahsyat
waktu sebelum wafat. Maksud pemberia sehingga pusat kerajaan
nama Sahid itu ialah bahwa Sri Sunan dipindahkan ke Jawa Timur.
masih menyaksikan lahirnya cucu yang Rakyat Mataram pun kemudian
terakhir dalam masa hidupnya. Julukan meninggalkan tempat tersebut
Pangeran Sambernyawa diberikan oleh berbondong-bondong, sehingga
Nicolaas Hartingh, gubernur VOC, wilayah itu lambat laun kembali
karena di dalam peperangan RM. Said menjadi hutan lebat” (Ardian
selalu membawa kematian bagi musuh- Kresna, 2011: 21).
musuhnya.
Dimasa kecilnya Raden Mas Sahid Untuk selanjutnya, kata yang
mengalami penderitaan hidup yang merujuk pada nama Kerajaan Mataram
sangat berat. Ketika berusia tiga tahun, dalam penelitian ini merupakan
beliau kehilangan ibunya, karena pulang Kesultanan Mataram. Kesultanan
kerahmatullah. Tahun berikutnya beliau Mataram ialah Kerajaan yang terletak di
ditinggalkan oleh ayahnya, karena sang Pulau Jawa yang pernah berdiri pada
ayah atas perintah Pakubuwuno II di abad ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu
Kartasura disingkirkan dari ibu kota dinasti keturunan Ki Ageng Pemanahan,
Kerajaan Mataram ke Betawi, dan tiga yang asal-usulnya ialah suatu kadipaten
tahun kemudian di asingkan ke di bawah Kesultanan Pajang, berpusat
Kaaspstad seumur hidup. Raden Mas di “Bumi Mentaok” yang diberikan
Sahid dan beberapa adiknya dibawa ke kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai
keraton sebagai anak piatu, dan hadiah atas jasanya dalam membantu
mendapat pendidikan. Setelah beliau mengatasi pemberontakan Arya
mencapai usia remaja, diangkat sebagai Penangsang. Kerajaan Mataram ini
pegawai keraton dengan pangkat Mantri pernah mencapai zaman kejayaan ketika
Gandek Anom dengan sebutan dan dipimpin oleh Sultan Agung yang
nama R.M Suryakusuma dan diberi memiliki nama asli Mas Rangsang.
“Gaduhan” (hak pakai) sawah di “Setelah naik takhta, Mas Rangsang
Ngawen seluasa 50 jung (=200 bahu). bergelar Kanjeng Sultan Agung
Dua orang adiknya bernama R.M Senapati Ing Alaga Ngaburachman
Ambiya dan R.M Sabar juga diangkat Sayidin Panatagama. Ia bertekat untuk
menjadi Mantri Gandek Anom berturut- mengantarkan Kerajaan Mataram
menuju puncak kejayaan” (Ardian bibit-bibit perpecahan di antara keluarga
Kresna, 2011: 41). kerajaan, putera-putera keturunan
“Sultan Agung (1613-1645), Amangkurat I sendiri masing-masing
merupakan raja terbesar dari mengaku berhak atas tahta kerajaan
Mataram. Sesungguhnya ia tidak yaitu Pangeran Adipati Anom
memakai gelar “Sultan” sampai (Amangkurat II) yang berselisih dengan
tahun 1641. Mula-mula ia bergelar Pangeran Puger (kelak menjadi
“Pangeran” atau “Panembahan” Susuhunan Pakubuwono I). Sesekali
dan sesudah tahun 1624 bergelar perselisihan antara kedua pangeran
“Susuhunan” (atau sering disingkat tersebut pernah didamaikan oleh pihak
“Sunan”, suatu gelar yang juga Belanda, namun persaingan di antara
diberikan kepada sembilan wali). keduanya masih tetap berlanjut.
Namun demikian ia disebut Sultan “Semakin hari Amangkurat II
Agung sepanjang masa semakin kehilangan pamor dan
pemerintahannya dalam kronik- wibawanya, sehingga sulit untuk
kronik Jawa dan biasanya gelar ini mengembalikan pengaruhnya di
dapat diterima oleh para sejarawan. wilayah timur Jawa. Sementara itu
Dia adalah raja terbesar di antara di istana Kartasura sendiri terjadi
raja-raja pejuang dari Jawa” (M.C. perpecahan, karena para pangeran,
Ricklefs, 2008: 84). bangsawan istana dan keluarga
Pada masa ini kekuasaan Mataram curiga mencurigai, ternyata
mencapai puncak kejayaan. Kesultanan perdamaian antara Amangkurat II
Mataram di bawah pemerintahan Sultan dan Pangeran Puger hanyalah
Agung berekspansi untuk mencari semu. Kedua belah pihak tidak
pengaruh di Jawa. Namun setelah benar-benar saling memaafkan,
Sultan Agung turun tahta, perlahan sehingga dari tahun ke tahun
namun pasti Kerajaan Mataram justru hubungan keluarga tersebut
mengalami kemunduran yang semakin memburuk” (Ardian
disebabkan oleh perebutan kekuasaan Kresna, 2011: 87).
dan konflik keluarga keraton sendiri, Setelah Pakubuwono I wafat,
yang dampaknya kemudian menjadi kedudukan raja digantikan oleh putera
berlarut-larut. Secara berturut-turut raja- mahkota yaitu Pangeran Adipati Anom
raja yang memerintah ke Kesultanan Mangkubumi yang bergelar
Mataram sebelum kerajaan ini Amangkurat IV atau sering disebut
dipindahkan di Kartasura adalah Mangkurat Jawi. Raja ini memiliki
Susuhunan Aamangkurat I, Susuhunan banyak anak dari istri-istrinya, yang
Aamangkurat II, dan Pangeran Puger. tertua adalah KPA Mangkunegara.
Pada masa ini keraton pindah ke Secara hak waris, seharusnya yang
Kartasura karena terjadi pemberontakan menggantikan Amangkurat IV ketika ia
yang dilakukan oleh Trunojoyo. sudah wafat adalah KPA
Pada masa pemberontakan Mangkunegara, akan tetapi tidak
Trunojoyo, kedudukan keraton demikian yang terjadi. Belanda justru
dipindahkan ke Kartasura yang terletak mengangkat adik dari KPA
5 KM di sebelah barat Pajang. Mangkunegara yaitu Adipati Anom
Walaupun kerajaan berhasil untuk menggantikan Amangkurat IV,
diselamatkan dari tangan pemberontak, sedangkan KPA Mangkunegara sendiri
namun pada masa pemerintahan justru diasingkan ke Afrika Selatan
Amangkurat II inilah mulai timbul karena tidak terima atas keputusan
pihak Belanda yang semena-mena “Pasca Perjanjian Giyanti, perang
mengangkat adik KPA Mangkunegara yang terjadi di Jawa (dikenal
menjadi raja, karena itu KPA dengan istilah Perang Suksesi)
Mangkunegara melakukan perlawanan, yang terjadi beruntun, sehingga
adanya campur tangan Belada dalam meremukkan sendi-sendi kehidupan
pergantian tampuk pemerintahan di sosial dan perekonomian
Mataram tersebut.Maka timbulah masyarakat Jawa selama hampir
peselisihan dan konflik yang terjadi di setengah abad itupun berangsur-
keluarga kerajaan yang terjadi di angsur mereda. Bersama dengan
Kesultanan Mataram hingga turun- datangnya masa perdamaian, kedua
temurun. Keraton Mataram mulai menata
Akibat tindakan kesewenang- kehidupan dan mengembangkan
wenangan yang dilakukan Belanda, peradaban” (Ardian Kresna, 20011:
Raden Mas Said yang merupakan putera 126).
dari KPA Mangkunegara yang dibuang Raden Mas Said atau
oleh Belanda ke Afrika Selatan juga Mangkunegara tetap menolak berunding
melakukan perlawanan terhadap dengan Belanda dan melanjutkan
Belanda. Dalam peristiwa ini Pangeran perjuangan dalam menuntut haknya.
Mangkubumi yang diminta oleh Paku Kini, ia tidak hanya berperang melawan
Buwono III untuk meredam Belanda, melainkan juga menghadapi
pemberontakan Raden Mas Said, justru pasukan Sultan Hamengkubuwono I
menggabungkan diri kepada Raden Mas (Mangkubumi) yang dulu sempat
Said untuk melakukan perlawanan menggabungkan diri dengannya, serta
kepada Belanda dan pihak kerajaan. menghadapi pihak Kasunanan
Akhirnya pada tahun 1755 diadakan Surakarta. Dengan demikian Raden Mas
sebuah perjanjian di Desa Giyanti, Said menghadapi tiga gabungan
dalam perjanjian tersebut Mataram kekuatan sekaligus. Mangkunegara
dipecah menjadi dua, maka timbulah berperang sepanjang 16 tahun melawan
Kesultanan Mataram Yogyakarta yang kekuasaan Mataram dan Belanda.
diberikan kepada Pangeran Selama tahun 1741-1742, ia memimpin
Mangkubumi dan Kesunanan Mataram laskar Cina melawan Belanda (dikenal
Surakarta diberikan kepada dengan peristiwa Geger Pecinan),
Pakubuwono III. kemudian bergabung dengan Pangeran
“Nama Giyanti diambil dari lokasi Mangkubumi selama sembilan tahun
penandatanganan perjanjian ini, melawan Mataram dan Belanda, 1743-
yaitu di Desa Giyanti (ejaan 1752.
Belanda, sekarang tempat tersebut Selanjutnya, ia berjuang sendirian
berlokasi di Dukuh Kerten, Desa memimpin pasukan melawan dua
Jantiharjo), sebelah tenggara Kota kerajaan dan pasukan Kompeni, 1752-
Karanganyar, Jawa Tengah” 1757. Berkali-kali Mangkunegara lolos
(Ardian Kresna, 2011: 126). dari sergapan pasukan gabungan
Berdasarkan tujuannya, Perjanjian Mataram dan Belanda. Ia dikenal
Giyanti memiliki tujuan untuk sebagai panglima perang yang berhasil
menghentikan kerusuhan yang terjadi di membina pasukan yang militan. Dari
Kerajaan Mataram, akan tetapi ternyata sinilah ia dijuluki Pangeran
perjanjian tersebut belum bisa Sambernyawa, karena dianggap oleh
meredakan konflik yang terjadi di musuh-musuhnya sebagai penyebar
Mataram. maut. Keahlian dalam siasat perang
yang dimiliki oleh Raden Mas Said evaluasi yang objektif dari data yang
(Mangkunegara atau Pangeran berhubungan dengan kejadian masa
Sambernyawa), benar-benar membuat lampau untuk memahami kejadian atau
kepanikan di pihak lawan. keadaan baik masa lalu maupun masa
Pada tahun 1757, akhirnya Belanda sekarang.
berhasil membujuk Raden Mas Said Tujuan dari Penelitian Historis
untuk melakukan perundingan. adalah untuk membuat rekonstruksi
Perjanjian tersebut dikenal dengan masa lampau secara sistematis dan
Perjanjian Salatiga, dimana objektif dengan cara mengumpulkan,
berdasarkan perjanjian tersebut wilayah memverifikasikan, mensintesakan
kekuasaan Kasunanan Surakarta dibagi bukti- bukti untuk menegakkan fakta
menjadi dua, yakni Kasunanan dan memperoleh kesimpulan yang kuat.
Surakarta (dipimpin oleh trah “dalam penelitian historis” tergantung
Pakubuwono) dan Mangkunegaran kepada dua macam data, yaitu data
diberikan kepada Raden Mas Said atau sekunder dan data primer. Data primer
Mangkunegara. dari sumber primer, yaitu peneliti secara
Dari uraian di atas, maka peneliti langsung melakukan observasi atau
tertarik untuk mengkaji lebih dalam penyaksian kejadian- kejadian yang
tentang Dampak perlawanan Raden Mas dituliskan.
Said terhadap Belanda di Mataram Data sekunder diperoleh dari
tahun 1742-1757. sumber sekunder, yaitu peneliti
melaporkan hasil obeservasi orang lain
METODE PENELITIAN yang satu kali atau lebih telah terlepas
Metode yang digunakan dalam dari kejadian aslinya. diantara kedua
penelitian ini adalah metode penelitian sumber itu, sumber primer dipandang
historis, karena penelitian ini sebagai memiliki otoritas sebagai bukti
mengambil objek dari peristiwa- tangan pertama, dan diberikan prioritas
peristiwa yang terjadi pada masa lalu. dalam pengumpulan data.
Metode historis adalah proses menguji Dapat disimpulkan bahwa setiap
dan menganalisa secara kritis rekaman penelitian, harus dilihat sifat-sifat
dan peninggalan masa lalu. Selain itu penelitian yang dipakai. Dengan
para ahli juga mengatakan bahwa: demikian sifat Penelitian Historis
Menurut pendapat Louis Gottschalk adalah sifat data yang ditentukan oleh
yang dikutip Herimanto, menyatakan sumber yang diperoleh seperti data
bahwa metode penelitian historis adalah primer dan data sekunder.
proses menguji dan menganalisis secara Data- data ini dikumpulkan lalu
kritis rekaman dan peninggalan masa diklafikasikan, tidak hanya itu saja
lampau. data-data yang telah teruji dan dalam setiap penelitian dibutuhkan
dianalisis tersebut, tersusun menjadi langkah-langkah dalam mengolah data
sebuah kisah sejarah (Herimanto, 2009: menjadi sebuah tulisan.
61). Variabel penelitian ini adalah
Dengan demikian dapat dikatakan merupakan konsep dari gejala yang
bahwa penelitian historis adalah cara bervariasi yaitu objek penelitian.
yang digunakan untuk menyelesaikan “Variabel adalah sesuatu yang menjadi
suatu masalah dengan menganalisis objek penelitian atau faktor-faktor yang
secara kritis peninggalan masa lampau berperan dalam peristiwa atau gejala
berupa data dan fakta atau dokumen yang akan diteliti (Suharsimi Arikunto,
yang disusun secara sistematis, dari 1989: 78).”
Tehnik dalam pengumpulan data ini Raden Mas Said yang dikenal di
diartikan sebagai metode atau cara kalangan rakyat Mataram dengan
peneliti dalam mengumpulkan data-data sebutan Pangeran Sambenyowo
atau sumber-sumber informasi untuk (Pangeran Penyebar Maut) dilahirkan di
mendapatkan data yang valid sesuai Keraton Kartosuro pada hari minggu
dengan tema penelitian ini, dengan Legi tanggal 4 Ruwah tahun Jimakir
demikian peneliti perlu menggunakan 1650 atau tanggal 7 April 1725.
beberapa metode dalam mengumpulkan Ayahnya bernama Kanjeng Pangeran
sumber-sumber bahan antara lain Aryo Mangkunegoro yang dibuang oleh
melalui tehnik kepustakaan dan tehnik Belanda ke Srilangka (Ceylon). Ibunya
dokumentasi. bernama R.A. Wulan, Putri dari
Penelitian ini adalah penelitian Pangeran Blitar.
kualitatif maka data yang terdapat Pangeran Sambernyowo adalah
dalam penelitian ini adalah data tokoh keraton tradisional yang gemar
kualitatif, dengan demikian tehnik hidup di tengah-tengah masyarakat
analisis data yang digunakan dalam Mataram yang agamis. Sepanjang
penelitian ini adalah tehnik analisis data hidupnya mengalami penderitaan dan
kualitatif, yang berupa fenomena- penghinaan dalam hubungannya dengan
fenomena dan kasus- kasus dalam penjajah Belanda, yang selalu
bentuk laporan dan karangan sejarawan, mencampuri urusan Kerajaan Mataram.
sehingga memerlukan pemikiran yang Baginya Belanda adalah sumber
teliti dalam menyelesaikan masalah kemelut yang menimbulkan
penelitian dan mendapatkan pertentangan dalam keluarga keraton
kesimpulan. Mataram dan penyebab timbulnya
kemelaratan di kalangan rakyat
HASIL DAN PEMBAHASAN Mataram.
A. Hasil Perjuangan RM Said dimulai
1. Letak Geografis Kerajaan bersamaan dengan pemberontakan
Mataram Laskar Tionghoa di Kartosuro pada 30
Kerajaan Mataram berdiri pada Juni 1742 yang dipimpin oleh Raden
tahun 1582. Kerajaan Mataram terletak Mas Garendi (juga disebut "Sunan
di sebelah tenggara kota Yogyakarta, Kuning"), mengakibatkan tembok
yakni di Kotagede. Menurut berita- Benteng Kraton Kartasura setinggi 4
berita kuno tentang Mataram, meter roboh. Pakubuwono II, Raja
wilayahnya Di daerah aliran Sungai Mataram ketika itu melarikan diri ke
Opak dan Progo yang bermuara di Laut Ponorogo, ketika itu RM Said berumur
Selatan. Membentang antara Tugu 19 tahun. Dia bergabung bersama-sama
sebagai batas utara dan Panggung untuk menuntut keadilan dan kebenaran
Krapyak di batas selatan, antara Sungai atas harkat dan martabat orang orang
Code di timur dan Sungai Winongo Tionghoa dan rakyat Mataram, yang
sebelah barat. Antara Gunung Merapi ketika itu tertindas oleh Kompeni
dan Laut Selatan, Kraton dalam pikiran Belanda (VOC) dan Rajanya sendiri
masyarakat Jawa, diartikan sebagai Pakubuwono II.Geger pecinan ini
pusat dunia yang digambarkan sebagai berawal dari pemberontakan orang-
pusat jagad. orang Cina terhadap VOC di Batavia,
kemudian mereka menggempur
2. Sejarah Singkat Perjuangan Kartasura, yang dianggap sebagai
Raden Mas Said kerajaan boneka dari Belanda.
Pangeran Mangkubumi lalu yang akan menghadapi di medan
bergabung dengan Mangkunegoro, perang”.
yang bergerilya melawan Belanda
di pedalaman Yogyakarta, Pemerintahan Mataram Yogyakarta
Mangkunegara dalam usia 22 berpusat di Kotagede itu tidak diakui
tahun, dinikahkan untuk kedua Belanda. Setelah selama sembilan tahun
kalinya dengan Raden Ayu Inten, berjuang bersama melawan kekuasaan
Puteri Mangkubumi. Sejak saat Mataram dan VOC, Mangkubumi dan
itulah RM Said memakai gelar Mangkunegara berselisih paham,
Pangeran Adipati Mangkunegara pangkal konflik bermula dari wafatnya
Senopati Panoto Baris Lelono Paku Buwono II. Raja menyerahkan
Adikareng Noto. Nama tahta Mataram kepada Belanda.
Mangkunegara diambil dari nama Pangeran Adipati Anom, putera
ayahnya, Pangeran Arya Mahkota Paku Buwono II, dinobatkan
Mangkunegara Kartasura, yang sebagai Raja Mataram oleh Belanda,
dibuang Belanda ke Sri Langka. dengan gelar Paku buwuno III, pada
(Ardian kresna, 2011 : 111). akhir 1749.
Ketika RM Said masih berusia dua Raden Mas Said berjuang sendirian
tahun, Arya Mangkunegara ditangkap memimpin pasukan melawan dua
karena melawan kekuasaan Amangkurat Kerajaan Pakubuwono III &
IV (Paku Buwono I) yang dilindungi Hamengkubuwono I (yaitu P.
VOC dan akibat fitnah keji dari Patih Mangkubumi, Pamannya sekaligus
Danureja. Mungkin karena itulah, Said mertua Beliau yang dianggapnya
berjuang mati-matian melawan Belanda. berkhianat dan dirajakan oleh VOC),
Melawan Mataram dan Belanda secara serta pasukan Kompeni (VOC), pada
bergerilya, Mangkunegara harus tahun 1752-1757. Selama kurun waktu
berpindah-pindah tempat. Ketika berada 16 tahun, pasukan Mangkunegara
di pedalaman Yogyakarta ia mendengar melakukan pertempuran sebanyak 250
kabar bahwa Paku Buwono II wafat. Ia kali.
menemui Mangkubumi, dan meminta Dalam membina kesatuan bala
mertuanya itu bersedia diangkat tentaranya, Said memiliki motto tiji
menjadi Raja Mataram. tibèh, yang merupakan kependekan
dari mati siji, mati kabèh; mukti
Mangkunegoro diangkat sebagai siji, mukti kabèh (gugur satu, gugur
Patih perdana menteri sekaligus semua; sejahtera satu, sejahtera
panglima perang dan istrinya, semua). Dengan motto ini, rasa
Raden Ayu Inten, diganti namanya kebersamaan pasukannya terjaga.
menjadi Kanjeng Ratu Bandoro. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati
Dalam upacara penobatan itu, Arya Mangkunegara I alias Pangeran
Mangkunegara berdiri di samping Sambernyowo alias Mas Said adalah
Mangkubumi. Dengan suara pendiri Praja Mangkunegaran, sebuah
lantang ia berseru, “Wahai kalian Kadipaten Agung di wilayah Jawa
para Bupati dan Prajurit, sekarang Tengah bagian timur. Ayahnya bernama
aku hendak mengangkat Ayah Pangeran Arya Mangkunegara
Pangeran Mangkubumi menjadi Kartosuro dan ibunya bernama Raden
raja Yogya Mataram. Siapa dia Ayu Wulan (Ardian Kresna, 2011 :
antara kalian menentang, akulah 155).
3. Proses Perlawanan Raden Mas Akhirnya beliau mengambil keputusan :
Said mau berontak, menentang pemerintahan
Raden Mas Said dilahirkan di Pakubuwono II, untuk merebut bagian
Keraton Kartasura pada 17 April dari Kerajaan Mataram bagi diri pribadi.
1725.Ayahnya bernama Kanjeng Beliau mengambil dua orang pembantu
Pangeran Arya Mangkoenagoro dan utama yang merupakan bahu kiri dan
ibunya Raden Ayu Wulan, puteri dari kanannya, ialah : Wiradiwangsa,
pangeran Belitar.Ayahnya dikenal pamannya sendiri berassal dari Laroh.
sebagai pangeran yang cerdik berkat Sutawijaya, anak almarhum
pengetahuannya yang mendalam Tumenggung Wirasuta yang tidak dapat
tentang sastra dan tradisi Jawa. Itulah mengganti kedudukan ayahnya, tetapi
sebabnya ia dianggap pantas menerima banyak uang dan harta benda
menggantikan tahta ayahnya yaitu peninggalan ayahnya.
Amangkurat IV. Namun suasana politik Pemuda-pemuda Kartasura yang
Keraton Kartasura tidak terlalu nyaman menggabungkan diri pada gerakan R.M
bagi sang pangeran. Sejak adiknya naik Sahid, mula-mula ada 18 orang.Atas
tahta dengan gelar Pakubuwana II, ia nasehat Ki Wiradiwangsa, maka R.M
malahan dianggap duri dalam daging Sahid beserta pembantu-pembantunya
bagi klik kerajaan yaitu bunda raja, dan pemuda-pemuda pengikutnya
Gusti Kangjeng Ratu Ageng dan Patih berpindah ke Tanah Laroh, yaitu asal
Danureja. Ia pun difitnah dan akhirnya leluhur R.M sahid dari pihak neneknya
dibuang ke Sri Langka sampai ke bernama R. Ayu Sumanarsa.Disini
Kaapstad. beliau mendapat simpati dari pihak
Sejak pembuangan ayahnya Raden rakyat sehingga dalam waktu yang tidak
Mas Said dan adiknya Raden Mas lama belio mempunyai pengikut banyak
Ambia dan Raden Mas Sabar hidup sekali.Segera diadakan peraturan secara
menyedihkan.Mereka sebelumnya organisasi perjuangan yang baik dan
juga telah ditinggal ibunya.Ketiga praktis.
anak itu hidup dalam suasana R.M Sahid menjadi pemimpin
kemelaratan dan tersisih dari utama, Ki Wiradiwangsa diangkat
kehidupan istana.Tidak ada lagi menjadi pepatihnya, diberi gelar
pada mereka terpancar gambaran dan nama Kyai Ngabehi
sebagai putera calon raja. Namun Kudanawarsa dan R.M Sutawijaya
pada sisi lain melalui kehidupan menjadi pemimpin pasukan tempur,
yang penuh penderitaan ini ia diberi gelar dan nama Kyai
sangat akrab dengan rakyat kecil. Ngabehi Rangga
Teman dekat mereka yang selalu Panambangan.Pemuda-pemuda
menemani adalah Raden berasal dari Kartasura yang semula
Sutawijaya dan Raden 18 orang banyaknya, kemudian
Suradiwangsa. bertambah menjadi 24 orang,
Dengan meningkatnya usia dan merupakan barisan inti, disebut
kesadarannya, maka R.M Suryakusuma “Punggawa “. Namanya diganti
(Sahid) merasakan nasibnya yang buruk semua menjadi nama dengan
menjadi berat. Perlakuan tidak adil dan permulaan : “Jaya “misalnya Jaya
sewenang-wenang yang dikenakan Panantang, Jaya Pamenang, Jaya
kepada ayahnya (almarhum Pangeran Prawira dsb. “Jaya “artinya = sakti
Mangkunagara Kendang) menggigit atau menang (Sumarsono, 1993 :
jantung pemuda R.M Suryakusuma. 212)
Sejak 1741 Raden Mas Said beberapa bulan saja sudah merupakan
mengobarkan perlawanan terhadap pasukan tempur yang digembleng jiwa
Belanda selama 16 tahun. Periode raganya, sedang jumlahnya tidak
perang pertama (1741-1742) bergabung sedikit. Mereka semua bersemangat
dengan Sunan Kuning di Randu tinggi, ingin selekas mungkin diajukan
Lawang.Periode kedua selama sembilan ke medan pertempuran.
tahun (1743-1752) bersama dengan Setelah beberapa kali terjadi
Pangeran Mangkubumi. Periode ketiga perlawanan di Kartasura, Kartasura
selama lima tahun (1752-1757) Raden dianggap tidak layak sebagai ibu kota
Mas Said berjuang sendiri melawan kerajaan sehingga pusat pemerintahan
VOC, Sultan Hamengku Buwana I dan dipindahkan ke Surakarta. Makin
Pakubuwana III. Selama perjuangannya bercokolnya VOC di Mataram
yang sangat panjang, berpindah-pindah menyebabkan pada masa Paku Buwono
medan pertempuran, dan melelahkan itu II ini juga terjadi perlawanan lagi di
Raden Mas Said selalu didampingi oleh bawah pimpinan Raden Mas Said (putra
neneknya Raden Ajeng Sumanarsa, Pangeran Mangkunegoro) dan
kedua istrinya (Kangjeng Ratu Bendara menduduki Sukowati. Oleh Paku
dan Mas Ayu Matah Ati), putra- Buwono II dikeluarkan semacam
putranya serta pengikut setianya. sayembara, siapa yang dapat merebut
Mereka semua terlatih duduk di atas daerah Sukowati akan mendapat daerah
punggung kuda, naik-turun pegunungan itu sebagai imbalannya. Pangeran
dan lembah, serta pandai dalam Mangkubumi, adik Paku Buwono II
bertahan hidup.Kesatuan mereka yang berhasil merebut Sukowati, tetapi
selalu berhasil dijaga karena semangat ternyata daerah itu tidak diberikan.
TIJI-TIBEH. Keteguhan Raden Mas Pangeran Mangkubumi meninggalkan
Said dalam berjuang akhirnya berhasil kota dan bergabung dengan Raden Mas
memaksakan perjanjian politik dengan Said melakukan perlawanan.
Pakubuwana III di Salatiga yang
mendasari berdirinya pemerintahan 4. Usaha-Usaha Raden Mas Said
Mangkunegaran. Melakukan Perlawanan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Ma Kesempatan untuk melawan
s_Garendi) Belanda terbuka ketika pada tahun 1740
Tiap hari diadakan latihan perang, di Kartosuro terjadi perlawanan rakyat
cara menyerang, menangkis dan terhadap Belanda. Waktu itu Raden
membela diri. Tiap malam diadakan Mas Said telah berumur 14 tahun.
bermacam-macam latihan rohani Dalam usia semuda itu ia telah berhasil
misalnya : Menyepi ditempat-tempat menjalin kerjasama dengan beberapa
yang gawat dan keramat, bertirakat, orang temannya, dan secara bersama-
bertarak brata, mohon kepada Tuhan sama mereka ikut bertempur dalam
agar tercapai cita-citanya : ada pula barisan rakyat. Pada waktu Belanda
yang merendam diri di sendang atau di berhasil kembali menguasai keadaan,
dalam lubuk yang angker. Para pengikut untuk beberapa waktu lamanya, Raden
R.M Sahid itu semua juga digembleng Mas Said tetap tinggal di Keraton. Akan
jiwa dan semangatnya dengan diberi tetapi pada 21 Juni 1741 ia bersama dua
wejangan-wejangan oleh para kyai adiknya (R.M. Ambia dan R.M. Sabar)
antara lain oleh Kyai Nuriman, modin dan teman-temannya meninggalkan
di Laroh. Dengan demikian para Kartosuro untuk menyusun kekuatan di
pengikut R.M Sahid dalam waktu luar keraton. Pada mulanya Raden Mas
Said mempersiapkan diri bersama membina pasukan yang militan. Dari
pengikutnya di Nglaroh dengan latihan sinilah ia dijuluki “Pangeran
perang-perangan. Setelah persiapan Sambernyawa”, karena dianggap oleh
dirasa cukup, ia menggabungkan diri musuh-musuhnya sebagai penyebar
dengan Sunan Kuning (Raden Mas maut :
Garendi) di Randulawang melakukan A. Pasukan Said bertempur melawan
perlawanan terhadap Belanda. pasukan Mangkubumi (Sultan
(http://pahlawancenter.com/) Hamengkubuwono I) di Desa
Pangeran Sambernyowo (Raden Kasatriyan, barat daya Kota
Mas Said) sebagai cikal bakal Ponorogo, Jawa Timur. Perang itu
Mangkunegaran telah memulai terjadi pada hari Jumat Kliwon,
berperang sepanjang 16 tahun melawan tanggal 16 tahun 1678 (Jawa) atau
kekuasaan Mataram dan Belanda. 1752 Masehi. Desa Kasatriyan
Selama tahun 1741-1742, ia memimpin merupakan benteng pertahanan Said
Laskar Tionghoa melawan Belanda, setelah berhasil menguasai daerah
kemudian bergabung dengan Pangeran Madiun, Magetan, dan Ponorogo.
Mangkubumi selama sembilan tahun 2. Mangkoenagoro bertempur melawan
melawan Mataram dan Belanda, 1743- dua detasemen VOC dengan
1752. Perjanjian Giyanti pada 13 komandan Kapten Van der Pol dan
Februari 1755, sebagai hasil rekayasa Kapten Beiman di sebelah selatan
Belanda berhasil membelah bumi negeri Rembang, tepatnya dihutan
Mataram menjadi dua, Surakarta dan Sitakepyak .
Yogyakarta, merupakan perjanjian yang 3. Penyerbuan Benteng Vredeburg
sangat ditentang oleh RM Said karena Belanda dan Keraton Yogya-
bersifat memecah belah rakyat Mataram (Kamis 3 Sapar, tahun
Mataram. Jumakir 1682 J / 1757 M).Peristiwa
Selanjutnya, ia berjuang sendirian itu dipicu oleh kekalutan tentara
memimpin pasukan melawan dua VOC yang mengejar Mangkunegara
Kerajaan Pakubuwono III & sambil membakar dan menjarah
Hamengkubuwono I (yaitu harta benda penduduk desa.
P.Mangkubumi, Pamannya sekaligus (http://pahlawancenter.com/pangeran
mertua beliau yang dianggapnya -sambernyowo-k-g-p-
berkhianat dan dirajakan oleh VOC), mangkunegoro/).
serta pasukan Kumpeni (VOC), pada
tahun 1752-1757. Selama kurun waktu Selanjutnya pasukan Mangku-
16 tahun, pasukan Mangkoenagoro negoro menyerang Keraton Yogyakarta.
melakukan pertempuran sebanyak 250 Pertempuran ini berlangsung sehari
kali. Dalam membina kesatuan bala penuh Mangkunegoro baru menarik
tentaranya, Said memiliki motto tiji mundur pasukannya menjelang malam.
tibèh, yang merupakan kependekan dari Serbuan Mangkunegoro ke Keraton
mati siji, mati kabèh; mukti siji, mukti Yogyakarta mengundang amarah Sultan
kabèh (gugur satu, gugur semua; Hamengku Buwono I. Ia menawarkan
sejahtera satu, sejahtera semua). Dengan hadiah 500 real, serta kedudukan
motto ini, rasa kebersamaan pasukannya sebagai bupati kepada siapa saja yang
terjaga. dapat menangkap Mangkunegara.
Tiga pertempuran dahsyat terjadi Sultan gagal menangkap Mangkunegoro
pada periode 1752-1757.Ia dikenal yang masih keponakan dan juga
sebagai panglima perang yang berhasil menantunya itu. VOC, yang tidak
berhasil membujuk Mangkunegoro ke dianggapnya menjadi dalang utama
meja perundingan, menjanjikan hadiah yang telah membuat kerajaan menjadi
1.000 real bagi semua yang dapat kacau akibat persekutuan yang
membunuh Mangkunegoro. dilakukan. Mas Said pergi menuju
Nglaroh untuk memulai perlawanan.
5. Perjanjian Raden Mas Said Kini sebutan Mas Said yang dikenal
Perjanjian Salatiga adalah masyarakat yakni Pangeran
perjanjian bersejarah yang Sambernyawa. Pada tahun 1745
ditandatangani pada tanggal 17 Maret Pakubuwana II mengumumkan barang
1757 di Salatiga. Perjanjian ini adalah siapa yang dapat memadamkan
penyelesaian dari serentetan pecahnya perlawanan Mas Said akan diberi
konflik perebutan kekuasaan yang hadiah sebidang tanah di Sukowati (di
mengakhiri Kesultanan Mataram. wilayah Sragen sekarang). Mas Said
Dengan berat hati Hamengku Buwono I tidak menghiraukan apa yang dilakukan
dan Paku Buwono III melepaskan Pakubuwana II di istana, ia terus
beberapa wilayahnya untuk Raden Mas melancarkan perlawanan kepada
Said (Pangeran Sambernyawa). Ngawen kerajaan maupun VOC.
di wilayah Yogyakarta dan sebagian Ada dualisme dalam birokrasi di
Surakarta menjadi kekuasaan Pangeran kerajaan.Oleh karena itu, Raja Jawa
Sambernyawa. Perjanjian ini memanggil residen selaku Wakil
ditandatangani oleh Raden Mas Said, Gubernur Jenderal Hindia Belanda
Sunan Paku Buwono III, VOC, dan dengan istilah Bapa (Vader) dan
Sultan Hamengku Buwono I di gedung Gubernur Jenderal dipanggil dengan
VOC yang sekarang digunakan sebagai sebutan Eyang (Groot Vader). Dalam
kantor Walikota Kota Salatiga. pemerintahan Belanda juga mengangkat
raja sebagai perwira dengan pangkat
PEMBAHASAN Jenderal Mayor. Pada masa itu raja di
A. Dampak perlawanan Raden Mas pandang oleh masyarakat sebagai orang
Said terhadap Belanda di yang memiliki kedudukan sangat tinggi,
Mataram tahun 1742-1757. namun sebenarnya tidak pernah menjadi
Munculnya perlawan Raden Mas orang yang bebas.Wewenang raja
Said terhadap VOC, bermula ketika ia terhadap rakyatnya didasarkan pada
ingin meminta kepada punggawa hubungan kawula-gusti. Raja dianggap
kerajaan, untuk dinaikkan pangkat sebagai Wewakiling Pangeran Kang
jabatannya. Hal ini didasari oleh Ageng (wakil Tuhan Yang Maha Besar)
pengalamannya pada usia 14 tahun 1. Politik
Raden Mas said sudah diangkat sebagai Pada waktu itu struktur
gandek kraton (pegawai rendahan di pemerintahan masih sederhana,
Istana) dan diberi gelar R.M.Ng. mengingat lahan yang dikuasai
Suryokusumo. Merasa sudah berstatus tanah lungguh dari Kasunanan
berpengalaman, Raden Mas said Surakarta. Ada dua jabatan Pepatih
kemudian mengajukan permohonan Dalem, masing-masing bertanggung
untuk mendapatkan kenaikan pangkat. jawab untuk urusan istana dan
Namun permintaannya tidak dipenuhi, pemerintahan wilayah. Raden Mas Said
permohonan Raden Mas Said justru merupakan Mangkunegara I. Penguasa
mendapat cercaan dan hinaan dari Mangkunegaran berkedudukan di Pura
keluarga kepatihan. Akibatnya, Mas Mangkunegaran, yang terletak di Kota
Said sakit hati kepada VOC yang Surakarta. Penguasa Mangkunegaran,
berdasarkan perjanjian Mataram, serta berdampak positif dan
pembentukannya, berhak menyandang negatif pada tatanan kehidupan
gelar Adipati (secara formal disebut masyarakat Mataram.
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Perlawanan Raden Mas said
Mangkunegara Senopati Ing Ayudha membawa pengaruh besar yang
Sudibyaningprang) tetapi tidak berhak berdampak negatif bagi kemajuan
menyandang gelar Sunan atau pun dalam bidang politik, karena setelah
Sultan. Mangkunegaran merupakan Mas Said melakukan perlawanan
Kadipaten, sehingga posisinya lebih banyak sekali terjadi perubahan dalam
rendah dari pada Kasunanan dan kepemimpinan di Kerajaan Mataram.
Kasultanan. Status yang berbeda ini Pada waktu itu struktur pemerintahan
tercermin dalam beberapa tradisi yang masih sederhana, mengingat lahan yang
masih berlaku hingga sekarang. Namun, dikuasai berstatus tanah lungguh dari
berbeda dari Kadipaten pada masa-masa Kasunanan Surakarta. Ada dua jabatan
sebelumnya, Mangkunegaran memiliki Pepatih Dalem, masing-masing
otonomi yang sangat luas karena berhak bertanggung jawab untuk urusan istana
memiliki tentara sendiri yang dan pemerintahan wilayah. Namun pada
independen dari Kasunanan. perlawanan Raden Mas Said juga
membawa dampak positif bagi
2. Ekonomi pemerintahan di Mataram, mampu
Kerajaan Mataram yang makin jauh menjalin kerjasama dengan kerajaan
di daerah pedalaman, merupakan tetangga sehingga berhasil memperluas
sebuah kerajaan agraris dengan hasil wilayah kekuasaan yang menggunakan
utamanya ialah beras. Pada masa Sultan sistem perkawinan politik, sehingga
Agung, kehidupan masyarakat Mataram Mataram mampu menciptakan dan
mengalami perkembangan pesat. Pada mengembangkan otonomi yang sangat
masa ini hasil bumi Mataram cukup luas, karena berhak memiliki tentara
melimpah. Sebagai negara agraris, sendiri yang independen dari
Mataram mampu meningkatkan Kasunanan.
produksi beras dengan memanfaatkan
beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi. DAFTAR PUSTAKA
Mataram juga mengadakan pemindahan
Arikunto, Suharsimi. 1989. Variabel
penduduk (transmigrasi) dari daerah
Penelitian. Jakarta: Fajar Agung.
yang kering ke daerah yang subur
Herimanto. 2009. Metode Penelitian
dengan irigasi yang baik. Historis. Yogyakarta: Gajah Mada
University.
KESIMPULAN Hugiono, dan Poerwantana. P.K. 1987.
Berdasarkan hasil pembahasan Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta:
dapat disimpulkan bahwa perlawanan Bina Aksara.
pangeran Raden Mas Said berakhir Kresna, Ardian. 2011. Sejarah Panjang
setelah VOC mematahkan perlawanan Mataram. Yogyakarta: Diva Press.
Raden Mas Said dengan menggunakan Ricklefs, M. C. 2008. Sejarah Indonesia
politik “devide et Impera” yang Modern 1200-2008. Jakarta:
berakhir dengan perjanjian Salatiga Serambi.
pada tahun 1757. Perlawanan Raden Sumarsono. 1993. Babad KGPAA
Mas Said terhadap Belanda di Mataram Mangkunegara I. Jakarta: Kamajaya.
memiliki pengaruh besar terhadap Olthof, W.L. 2012. Babad Tanah Jawi.
kemajuan ekonomi-politik di Kerajaan Narasi: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai