DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
HASMAYANTI : 14120170078
Tuntutan kepada dipenuhinya kebutuhan akan tenaga kerja yang ahli dan terampil
pada bidangnya, membawa perubahan yang cukup signifikan pada dunia pendidikan.
Para ahli dibidang pendidikan berupaya untuk memenuhi kebutuhan itu dengan
mempersiapkan tenaga-tenaga yang mempunyai kemampuan skill yang mumpuni. Untuk
keperluan tersebut maka harus dibutuhkan strategi pembelajaran yang jitu dalam menciptakan
sumber daya manusia yang memang dibutuhkan oleh dunia kerja.
Kata contextual berasal dari kata context yang berarti “ hubungan, konteks, suasana,
atau keadaan”. Dengan demikian contextual diartikan “ yang berhubungan dengan suasana
(konteks)”, sehingga CTL dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan
dengan suasana tertentu.
Strategi belajar kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan mahasiswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong mahasiswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual pertama kali diajukan pada awal abad ke-20 di
USA oleh John Dewey. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari
makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi
melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami.
1. CTL menekankan kepada proses keterlibatan mahasiswa untuk menemukan
materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara
langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar mahasiswa
hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri
materi pelajaran.
2. CTL mendorong agar mahasiswa dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya mahasiswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajarnya dengan kehidupan nyata. Hal
ini sangat penting, sebab dengan mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi mahasiswa materi yang dipelajarinya akan
tertanam erat dalam memori, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
3. CTL mendorong mahasiswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupannya,
artinya CTL bukan hanya mengharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL
bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal
mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses
pembelajaran yang mengguanakan pendekatan CTL.
1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activing knowledge), artinya sesuatu yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan
yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah
pengetahuan yang utuh memiliki keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah
pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara
deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian
memperhatikan detailnya.
Diterapkannya strategi pembelajaran kontekstual ini adalah bahwa peserta didik tidak
sekedar mendengar dan mencatat pelajaran yang diberikan melainkan harus mengalaminya
sendiri secara langsung.Pengalaman langsung ini menuntut adanya labolatorium atau ruang
praktik pembelajaran.
Desain (skenario) pendekatan pembelajaran CTL, menurut Rusman (2010: 200) pada
intinya pengembangan setiap komponen CTL dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai
berikut:
7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada
setiap peserta didik.
Pertama, peserta didik harus dipandang sebagai manusia yag sedang berkembang dan bukan
sebagai orang dewasa dalam ukuran kecil. Kemampuan belajar sangat dipengaruhi oleh level
perkembangan peserta didik sehingga kita tidak boleh memberikan pelajaran yang tidak
sesuai dengan level perkembangannya. Dengan demikian,pengajar tidak bertindak sebagai
penguasa dalam sebuah pembelajaran, namun ia berperan sebagai pembimbing peserta didik
dalam membimbing mereka sesuai dengan level perkembangannya.
Kedua, setiap orang memiliki kecenderungan untuk mencoba hal yang baru. Mereka akan
senang jika mendapat tantangan-tantangan yang baru. Oleh karena itu, pengajar berperan
sebagai pemilih objek baru dan menantang yang akan dipelajari oleh peserta didik.
Ketiga, belajar bagi peserta didik adalah mengaitkan hal-hal yang telah dikuasi dengan
informasi baru yang mereka dapatkan. Dengan demikian tugas pengajar adalah untuk
mengaitkan informasi yang telah ada pada peserta dengan hal baru yang ia pelajari.
Keempat, belajar merupakan proses penyempurnaan skema yang sudah ada pada diri
peserta (asimilasi) dan membuat skema yang baru (akomodasi). Dengan demikian pengajar
bertugas untuk membantu melakukan proses asimilasi dan akomodasi.
5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati
partisipasinya dalam pembelajaran.
Prosedur dalam mencapai tujuan pembelajaran CTL menurut Johnson (Mochrat Sanusi,
2002: 189) untuk mencapai tujuan pembelajaran CTL ada delapan komponen yaitu:
sedangkan menurut Rusman (2011: 199) upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan, dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual hendaknya:
3. Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan digunakan untuk
mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.
4. Rumusan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan dalam melakukan
proses pembelajarannya.
Selain itu , ada pula beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan secara
kontekstual antara lain:
a. Pembelajaran berbasis masalah
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,peserta didik ditantang untuk berfikir
kritis untuk memecahkan.
b. Menggunakan konteks yang beragam
Dalam CTL pengajar membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh
menjadi berkualitas.
c. Mempertimbangkan kebhinekaan
Pengajar mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan sosial
dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati dan toleransi
untuk mewujudkan keterampilan interpersonal.
d. Memberdayakan peerta didik untuk belajar sendiri
Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi peserta didik untuk menguasai cara
belajar untuk belajar mandiri.
e. Belajar melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada peserta didik yang menonjol dibandingkan dengan
koleganya dan peserta didik ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya.
f. Menggunakan penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan
konstektual dan memberi kesempatan pada peserta untuk dapat maju terus sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
Sementara berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD)
Penerapan strategi pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:
a. Relating
Belajar dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata, konteks merupakan kerangka
kerja yang dirancang pengajar untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya
bermakna.
b. Experiencing
Belajar adalah kegiatan “mengalami “peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang
dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,berusaha
menemukan dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajarinya.
c. Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan
dalam konteks dan pemanfaatanya.
d. Cooperative
Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan kelompok, komunikasi
interpersonal atau hubunngan intersubjektif.
e. Trasfering
Belajar menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam
situasi atau konteks baru.
Setelah mengetahui apa yang menjadi karakteristik dalam menggunakan pendekatan
CTL, diharapkandalam membuat desain pendekatan CTL lebih tararah dan peserta akan
mudah dalam menerima dan menguasai materi pelajaran.
1. Konstruktivisme
2. Inkuiri
Inkiri merupakan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui
proses berfikir secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan dalam beberapa langkah:
1. Merumuskan masalah
2. Mengajukan hipotesis
3. Mengumpulkan data
5. Membuat kesimpulan
3. Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat
dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab
pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:
5. Pemodelan (Modeling)
6. Refleksi (Reflection)
Penilaian nyata merupakan proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi
tentang perkembangan belajar yang dilakukan peserta didik
untuk mencapai tujuan kompetensi, perlu diterapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:
1. Pendahuluan
2. Inti
3. Penutup
Pada CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, peserta didik diarahkan
untuk mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat
untuk mencatat atau menerima informasi, akan tetapi kelas digunakan untuk saling
membelajarkan.
Untuk itu ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi
pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas peserta didik secara
penuh, baik fisik maupun mental.
2. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman
dalam kehidupan nyata.
3. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi,
akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.
Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya peserta didik dituntut untuk
dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di kelas dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi peserta materi itu akan berfungsi
secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada
peserts karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana
seorang peserta didik dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui
landasan filosofis konstruktivisme peserta didik diharapkan belajar melalui
”mengalami” bukan ”menghafal”.
Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas belajar
secara penuh, baik fisik maupun mental
Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di
lapangan
Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh peserta, bukan hasil pemberian dari
pengajar
Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
bermakna.
a. Pendahuluan
1)Pengajar menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
2).Pengajar menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual (CTL);
- Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok
- Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi
- Melalui observasi, pesera didik ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang di temukan
3).Dibuka sesi tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
b. Inti
Di lapangan:
1. Peserta didik melakukan observasi ke lapangan sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
2. Mencatat hal-hal yang ditemuka sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan
sebelumnya.
Di dalam kelas:
1. Dengan bantuan pengajar, peserta didik menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah
sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.
2. Pengajar menugaskan peserta didik untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar
mereka dengan tema “Menjaga Pola Makan”.
4. Materi pelajaran ditemukan oleh peserta didik sendiri, bukan hasil dari orang lain.
Sumber :
http://www.karyatulisku.com/2016/04/penerapan-model-pemebelajaran_22.html
http://education-mantap.blogspot.co.id/2010/08/prosedur-pembelajaran-kontekstual.html
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/06/desain-dan-prosedur-pelaksanaan.html
http://fuadhasansuccen.blogspot.co.id/2012/01/strategi-pembelajaran-kontekstual.html
http://s3s3p.wordpress.com/2010/03/10/strategi-pembelajaran-kontekstual/
https://rumahmakalalah.blogspot.co.id/2016/04/kasus-strategi-pembelajaran-
kontekstual.html