Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI BELAJAR KONTEKSTUAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

IRNA SAKINAH MUKNUR : 14120170070

MAYA ASTIKA PUTERI : 14120170073

BESSE WAHYUNI : 14120170074

HASMAYANTI : 14120170078

SRI RESKY AMALIA : 14120170102

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


2017/2018
KONSEP DASAR

STRATEGI BELAJAR KONTEKSTUAL

Tuntutan kepada dipenuhinya kebutuhan akan tenaga kerja yang ahli dan terampil
pada bidangnya, membawa perubahan yang cukup signifikan pada dunia pendidikan.
Para ahli dibidang pendidikan berupaya untuk memenuhi kebutuhan itu dengan
mempersiapkan tenaga-tenaga yang mempunyai kemampuan skill yang mumpuni. Untuk
keperluan tersebut maka harus dibutuhkan strategi pembelajaran yang jitu dalam menciptakan
sumber daya manusia yang memang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Strategi pembelajaran kontekstual salah satunya dapat digunakan untuk


menghasilkan para tamatan sekolah dengan skill yang dibutuhkan atau bersentuhan langsung
dengan dunia kerja. Karena dalam strategi CTL materi pelajaran diterapkan dan disesuaikan
dengan konteks (keadaan) yang sesuai dilingkungan tempat tinggal peserta didik. Atau
dengan kata lain kelas diatur menjadi miniatur lingkungan mini, dimana di dalamnya terjadi
dialog antara teori dan praktik atau identitas dan realitas.

Kata contextual berasal dari kata context yang berarti “ hubungan, konteks, suasana,
atau keadaan”. Dengan demikian contextual diartikan “ yang berhubungan dengan suasana
(konteks)”, sehingga CTL dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan
dengan suasana tertentu.

Strategi belajar kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan mahasiswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong mahasiswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual pertama kali diajukan pada awal abad ke-20 di
USA oleh John Dewey. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari
makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi
melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat.

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami.
1. CTL menekankan kepada proses keterlibatan mahasiswa untuk menemukan
materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara
langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar mahasiswa
hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri
materi pelajaran.
2. CTL mendorong agar mahasiswa dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya mahasiswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajarnya dengan kehidupan nyata. Hal
ini sangat penting, sebab dengan mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi mahasiswa materi yang dipelajarinya akan
tertanam erat dalam memori, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
3. CTL mendorong mahasiswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupannya,
artinya CTL bukan hanya mengharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL
bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal
mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses
pembelajaran yang mengguanakan pendekatan CTL.
1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activing knowledge), artinya sesuatu yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan
yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah
pengetahuan yang utuh memiliki keterkaitan satu sama lain.

2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah
pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara
deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian
memperhatikan detailnya.

3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh


bukan untuk dihafal, akan tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta
tanggapan dari yang lain tentang pegetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan
tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.

4. Memparaktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya


pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan
mahasiswa, sehingga tampak ada perubahan pada perilaku mahasiswa tersebut.

5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal


ini dilakukan sebagai umpan balik (feed back) untuk proses perbaikan dan penyempurnaan
strategi.

Diterapkannya strategi pembelajaran kontekstual ini adalah bahwa peserta didik tidak
sekedar mendengar dan mencatat pelajaran yang diberikan melainkan harus mengalaminya
sendiri secara langsung.Pengalaman langsung ini menuntut adanya labolatorium atau ruang
praktik pembelajaran.

Peserta didik diisyaratkan mampu menyuun sendiri atau mengkontruksi pengetahuan


yang diterimanya. Artinya materi pelajaran bukan untuk dihafalkan melainkan untuk
dikontruksi secara langsung melalui pengalaman hidup sehari-hari. Semakin banyak
pengalaman atau praktik,semakin banyak pengetahuan yang berhasil dikontruksi pesetra
didik. Sebaliknya, sedikit pengalaman walaupun banyak teori yang didapatkan tidak akan
mampu menambah kekayaan intelektual peserta didik.
PROSEDUR PELAKSANAAN
STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Desain (skenario) pendekatan pembelajaran CTL, menurut Rusman (2010: 200) pada
intinya pengembangan setiap komponen CTL dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai
berikut:

1. Mengembangkan pemikiran peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar lebih


bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya.

2. Melaksanakan sejauh mungkin inquiry untuk semua topik yang diajarkan.

3. Mengembangkan sifat ingin tahu melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.

4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti malalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya


jawab, dan lain sebagainya.

5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model,


bahkan media yang sebenarnya.

6. Membiasakan peserta didik untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan


pembelajaran yang telah dilakukan.

7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada
setiap peserta didik.

Pembelajaran kontekstual dalam program pembelajaran merupakan rencana kegiatan


kelas yang direncanakan, yaitu dalam bentuk skenario tahap demi tahap tentang apa yang
akan dilakukan bersama peseta didik selama berlangsungnya proses pembelajaran.
Setiap orang memiliki gaya belajar sendiri. Bobbi Deporter (1992) menyebutkan hal itu
sebagai unsur modalitas belajar. Menurutnya ada tiga belajar pada tiap diri siswa dimana tiap
orang memiliki kecenderungan terhadap salah satunya. Ketiga hal itu adalah visual,
auditorial, dan kinestetis. Siswa yang memiliki kecenderungan visual akan cenderung belajar
dengan cara melihat. Peserta didik dengan kecenderungan auditorial akan lebih tertarik untuk
belajar dengan mendengarkan suara-suara. Sementara dengan karakter kinestetis akan lebih
tertarik untuk praktek dengan me-lakukan suatu kegiatan atau menyentuh secara langsung.

Dalam pembelajaran kontekstual, dituntut untuk dapat memahami karakteristik belajar


peserta didik sehingga dapat belajar dengan gayanya masing-masing. Dalam pembelajaran
konvensional, kita terkadang lupa memperhatikan hal ini. Sehingga yang terjadi adalah apa
yang dikatakan Oleh Paulo Freire sebagai pemaksaan kehendak.
Sehubungan dengan itu, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru ketika
akan menerapkan model belajar pembelajaran kontekstual, yakni :

Pertama, peserta didik harus dipandang sebagai manusia yag sedang berkembang dan bukan
sebagai orang dewasa dalam ukuran kecil. Kemampuan belajar sangat dipengaruhi oleh level
perkembangan peserta didik sehingga kita tidak boleh memberikan pelajaran yang tidak
sesuai dengan level perkembangannya. Dengan demikian,pengajar tidak bertindak sebagai
penguasa dalam sebuah pembelajaran, namun ia berperan sebagai pembimbing peserta didik
dalam membimbing mereka sesuai dengan level perkembangannya.

Kedua, setiap orang memiliki kecenderungan untuk mencoba hal yang baru. Mereka akan
senang jika mendapat tantangan-tantangan yang baru. Oleh karena itu, pengajar berperan
sebagai pemilih objek baru dan menantang yang akan dipelajari oleh peserta didik.

Ketiga, belajar bagi peserta didik adalah mengaitkan hal-hal yang telah dikuasi dengan
informasi baru yang mereka dapatkan. Dengan demikian tugas pengajar adalah untuk
mengaitkan informasi yang telah ada pada peserta dengan hal baru yang ia pelajari.

Keempat, belajar merupakan proses penyempurnaan skema yang sudah ada pada diri
peserta (asimilasi) dan membuat skema yang baru (akomodasi). Dengan demikian pengajar
bertugas untuk membantu melakukan proses asimilasi dan akomodasi.

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana


kegiatan kelas yang dirancang pengajar, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa
yang akan dilakukan bersama peserta sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya.
Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.Dalam konteks
itu, prosedur atau program yang dirancang benar-benar rencana pribadi tentang apa yang
akan dikerjakannya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program
pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual, yang
membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih
menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan
program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam prosedur atau penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut:

1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa


yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi
Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar,

2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya,

3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu,

4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa,

5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati
partisipasinya dalam pembelajaran.
Prosedur dalam mencapai tujuan pembelajaran CTL menurut Johnson (Mochrat Sanusi,
2002: 189) untuk mencapai tujuan pembelajaran CTL ada delapan komponen yaitu:

1. Membuat keterkaitan yang bermakna

2. Melakukan pekerjaan yang berarti

3. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri

4. Melakukan kerja sama

5. Berpikir kritis dan kreatif

6. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang

7. Mencapai standar yang tinggi

8. Menggunakan penilaian autentik.

sedangkan menurut Rusman (2011: 199) upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan, dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual hendaknya:

1. Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan yang


merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapain
hasil belajar.

2. Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajaran.

3. Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan digunakan untuk
mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.

4. Rumusan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan dalam melakukan
proses pembelajarannya.

5. Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada kemampuan


sebernarnya (proses) maupun setelah peserta didik tersebut selesai belajar.

Selain itu , ada pula beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan secara
kontekstual antara lain:
a. Pembelajaran berbasis masalah
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,peserta didik ditantang untuk berfikir
kritis untuk memecahkan.
b. Menggunakan konteks yang beragam
Dalam CTL pengajar membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh
menjadi berkualitas.
c. Mempertimbangkan kebhinekaan
Pengajar mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan sosial
dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati dan toleransi
untuk mewujudkan keterampilan interpersonal.
d. Memberdayakan peerta didik untuk belajar sendiri
Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi peserta didik untuk menguasai cara
belajar untuk belajar mandiri.
e. Belajar melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada peserta didik yang menonjol dibandingkan dengan
koleganya dan peserta didik ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya.
f. Menggunakan penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan
konstektual dan memberi kesempatan pada peserta untuk dapat maju terus sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
Sementara berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD)
Penerapan strategi pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:

a. Relating
Belajar dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata, konteks merupakan kerangka
kerja yang dirancang pengajar untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya
bermakna.
b. Experiencing
Belajar adalah kegiatan “mengalami “peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang
dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,berusaha
menemukan dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajarinya.
c. Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan
dalam konteks dan pemanfaatanya.
d. Cooperative
Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan kelompok, komunikasi
interpersonal atau hubunngan intersubjektif.
e. Trasfering
Belajar menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam
situasi atau konteks baru.
Setelah mengetahui apa yang menjadi karakteristik dalam menggunakan pendekatan
CTL, diharapkandalam membuat desain pendekatan CTL lebih tararah dan peserta akan
mudah dalam menerima dan menguasai materi pelajaran.

Asas-Asas Strategi Pembelajaran Kontekstual

Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagi suatu pendekatan pembelajaran


memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CTL,antara lain :

1. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupskan proses pembangunan baru dalam struktur kognitif siswa


berdasarkan pengalaman.

2. Inkuiri

Inkiri merupakan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui
proses berfikir secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan dalam beberapa langkah:

1. Merumuskan masalah

2. Mengajukan hipotesis

3. Mengumpulkan data

4. Menguji hipnotis berdasarkan data yang ditemukan

5. Membuat kesimpulan

3. Bertanya (Questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat
dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab
pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.

Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:

a) menggali informasi dan kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran

b) membangkitkan motvasi untuk belajar

c) merangsang keingintahuan terhadap sesuat

d) memfokuskan pada sesuatu yang diinginkan


e) membimbing peserta untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar


hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, asas ini
dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.

5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan (Modeling) merupakan proses pembelajarn dengan memperagakan


sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap peserta didik.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang


dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran
yang telah dilalui.

7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

Penilaian nyata merupakan proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi
tentang perkembangan belajar yang dilakukan peserta didik

Pola dan Tahapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

untuk mencapai tujuan kompetensi, perlu diterapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:

1. Pendahuluan

2. Inti

3. Penutup

Pada CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, peserta didik diarahkan
untuk mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat
untuk mencatat atau menerima informasi, akan tetapi kelas digunakan untuk saling
membelajarkan.

Untuk itu ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi
pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1. CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas peserta didik secara
penuh, baik fisik maupun mental.
2. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman
dalam kehidupan nyata.

3. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi,
akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Beberapa keunggulan dari pembelajaran Kontekstual,antara lain :

 Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya peserta didik dituntut untuk
dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di kelas dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi peserta materi itu akan berfungsi
secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
 Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada
peserts karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana
seorang peserta didik dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui
landasan filosofis konstruktivisme peserta didik diharapkan belajar melalui
”mengalami” bukan ”menghafal”.
 Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas belajar
secara penuh, baik fisik maupun mental
 Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di
lapangan
 Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh peserta, bukan hasil pemberian dari
pengajar
 Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
bermakna.

Kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah sebagai berikut:

 Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual


berlangsung.
 Jika pengajar tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas
yang kurang kondusif
 Pengajar lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL,pengajar
tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugasnya adalah mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan
yang baru bagi peserta didik. Peserta didik dipandang sebagai individu yang sedang
berkembang.Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran
pengajar bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak
melainkan pengajar adalah pembimbing peserta didik agar mereka dapat belajar
sesuai dengan tahap perkembangannya.
 Pengajar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak agar dengan menyadari dan dengan sadar
menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks
ini tentunya pengajar memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap
peserta didik agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
 Pengetahuan yang didapat oleh setiap peserta didik akan berbeda-beda dan tidak
merata.

CONTOH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL


Pada suatu hari pengajar akan membelajarkan tentang Pentingnya menjaga pola
makan dan gaya hidup sehat . Kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan untuk
memahami Pola makan. Untuk mencapai kompetensi tersebut dirumuskan beberapa indikator
hasil belajar, seperti:
-Menjelaskan pengertian pola makan dan gaya hidup sehat.
-Menjelaskan jenis-jenis makanan yang sehat.
- Menjelaskan perbedaan gaya hidup sehat dan tak sehat
- Menyimpulkan pentngnya menjaga pola makan
- Membuat karangan yang ada kaitannya dengan menjaga pola makan dan gaya hidup sehat.
Pola pembelajaran kontekstual (CTL)
Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan pembelajaran kontekstual,
guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini:

a. Pendahuluan
1)Pengajar menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
2).Pengajar menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual (CTL);
- Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok
- Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi
- Melalui observasi, pesera didik ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang di temukan

3).Dibuka sesi tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

b. Inti
Di lapangan:
1. Peserta didik melakukan observasi ke lapangan sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
2. Mencatat hal-hal yang ditemuka sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan
sebelumnya.

Di dalam kelas:

1. Mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.


2. Melaporkan hasil diskusi
3. Setiap kelompok menjawab dari setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
Penutup

1. Dengan bantuan pengajar, peserta didik menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah
sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.
2. Pengajar menugaskan peserta didik untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar
mereka dengan tema “Menjaga Pola Makan”.
4. Materi pelajaran ditemukan oleh peserta didik sendiri, bukan hasil dari orang lain.

Sumber :
http://www.karyatulisku.com/2016/04/penerapan-model-pemebelajaran_22.html
http://education-mantap.blogspot.co.id/2010/08/prosedur-pembelajaran-kontekstual.html
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/06/desain-dan-prosedur-pelaksanaan.html
http://fuadhasansuccen.blogspot.co.id/2012/01/strategi-pembelajaran-kontekstual.html

http://s3s3p.wordpress.com/2010/03/10/strategi-pembelajaran-kontekstual/

https://rumahmakalalah.blogspot.co.id/2016/04/kasus-strategi-pembelajaran-
kontekstual.html

Anda mungkin juga menyukai