Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Ada kencenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa


anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.Belajar
akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya,bukan
mengetahuinya.Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek tetapi gagal
dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka
panjang.

Pendekatan konstektual merupakan konsep belajar yang membantu guru


mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari .Dengan
konsep itu,hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa,Proses pembelajaran alamiah berlangsung dalam bentuk kegiatan
siswa  bekerja dan mengalami,bukan mentrasfer pengetahuan dari guru
kesiswa .Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Latar Belakang CTL
2. Bagaimana Pengertian CTL
3. Bagaimana Tujuan Model Pembelajaran CTL
4. Bagaimana Strategi-Strategi Pembelajaran CTL

5. Bagaimana Landasan Filosofi Model Pembelajaran CTL


6. Bagaimana Komponen-Komponen Pembelajaran CTL
7. Bagaimana Langkah-Langkah Pembelajaran CTL

1|Page
8. Bagaimana Implementasi CTL
9. Bagaimana Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran
Matematika

10. Bagaimana Kelebihan Dan Kelemahan CTL

C. Tujuan
1. Menjelaskan Latar Belakang CTL
2. Menjelaskan Pengertian CTL
3. Menjelaskan Tujuan Model Pembelajaran CTL
4. Menjelaskan Strategi-Strategi Pembelajaran CTL
5. Menelaskan Filosofi Model Pembelajaran CTL
6. Menjelaskan Komponen-Komponen Pembelajaran CTL
7. Menjelaskan Langkah-Langkah Pembelajaran CTL
8. Menjelaskan Implementasi CTL
9. Menjelaskan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran
Matematika
10. Menjelaskan Kelebihan Dan Kelemahan CTL

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang CTL


1. Belajar lebih bermakna jika anak “mengalami”, dan bukan
“mengetahui”.
2. Strategi belajar lebih penting dari pada hasil.
3. Mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna.

B. Pengertian CTL
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsep
belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Menurut Nur Hadi CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru
untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia
nyata siswa.
Menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses pendidikan yang
bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna
didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka.
Jadi pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita
simpulkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru
mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

3|Page
C. Tujuan Model Pembelajaran CTL
1. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa
untuk memahami makna materi  pelajaran yang dipelajarinya
dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu
ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari
permasalahan kepermasalahan lainya.
2. Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak
hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman.
3. Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat
pengalaman siswa.
4. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar
dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan
agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya sendiri dan orang lain.
5. Model pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih
produktif dan bermakna.
6. Model pembelajaran nodel CTL ini bertujuan untuk mengajak anak
pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan
konteks jehidupan sehari-hari.
7. Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara
indinidu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi
komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya
sendiri.

D. Strategi-Strategi Pembelajaran CTL


Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru
secara konstektual antara lain:
1. Pembelajaran berbasis masalah.

4|Page
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa
ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkan .
2. Menggunakan konteks yang beragam.
Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga
makna yang diperoleh siswa menjadi berkualitas.
3. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa.
Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan
individual dan social seyogianya  dibermaknakan menjadi mesin
penggerak untuk belajar  saling menghormati dan toleransi untuk
mewujudkan ketrampilan interpersonal.
4. Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri.
Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa
untuk menguasai cara belajar untuk belajar mandiri dikemudian
hari.
5. Belajar melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol
dibandingkan dengan koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan
sebagai fasilitator dalam kelompoknya.
6. Menggunakan penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung
secara terpadu dan konstektual dan memberi kesempatan pada
siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
7. Mengejar standar tinggi
Setiap seyogianya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu
kewaktu terus ditingkatkan  dan setiap sekolah hendaknya
melakukan Benchmarking dengan melukan study banding
keberbagai sekolah dan luar negeri.

5|Page
Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD)
Penerapan strategi pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:

1. Relating

Belajar dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata ,konteks


merupakan kerangka kerja yang dirancang guru  untuk membantu peserta
didik agar yang dipelajarinya bermakna.

2. Experiencing

Belajar adalah kegiatan “mengalami “peserta didik diproses secara aktif


dengan hal yang dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi
terhadap hal yang dikaji,berusaha menemukan dan menciptakan hal yang
baru dari apa yang dipelajarinya.

3. Applying

Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang


dimiliki dengan dalam konteks dan pemanfaatanya.

4. Cooperative

Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan


kelompok,komunikasi interpersonal atau hubunngan intersubjektif

5. Trasfering

Belajar menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan


pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.

E. Landasan Filosofi Model Pembelajaran CTL

Menurut JONHSON (2004) tiga pilar dalam system CTL antara lain :

6|Page
1. CTL mencerminkan prinsip kesaling ketergantungan

Kesaling ketergantungan mewujudkan diri.Misalnya ketika para siswa


bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru
mengadakan pertemuan dengan rekanya .Hal ini tampak jelas  ketika
subyek yang berbeda dihubungkan dan ketika kenitraan
menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.

2. CTL mencerminkan prinsip berdeferensiasi

Ketika CTL menentang para siswa untuk saling menghormati keunikan


masing-masing ,untuk menghormati perbedaan,untuk menjadi
kreatif,untuk bekerja sama ,untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru
yang berbeda ,dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tabda
kemantapan dan kekuatan.

3. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri

Pengorganisasian diri terlihat para siswa mencari dan menemukan


kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda ,mendapat
manfaat dari umpan balik yang diberiakan oleh penilaian
autentik,mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang
jelas dan standar yang tinggi dan berperan serta dalam kegiatan-
kegiatan yang berpusat pada sisiwa yang membuat hati mereka
bernyanyi

Landasan filosofi CTL adalah kontruktivisme,yaitu filosofi belajar 


yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar
menghafal .siswaharus mengkontruksi pengetahuan dibenak mereka
sendiri.Pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta atau
proposisi yang terpisah ,tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat
diterapkan.Kontruktivisme berakar pada filsafat pragmatiisme yang

7|Page
digagas John Dewey pada awal abad ke-20 yaitu sebuah filosofi belajar
yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa.

Anak akan belajar belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan


alamiah.Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya bukan hanya mengetahuinya.

F. Komponen-Komponen Pembelajaran CTL

Komponen-komponen model pembelajaran CTL ini antara lain :

1. Kontruktivisme

Kontruktivisme adalah proses membangun dan menyusun


pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman.Pembelajaran ini harus dikemas menjadi
proses”mengkontruksi”bukan menerima pengetahuan.

2. Inquiry

Inquiry adalah proses pembelajaran yang didasrkan pada proses


pencarian penemuan melalui proses berfikir secara
sistematis.Merupakan proses pemindahan dari pengamatan menjadi
pemahaman sehingga siswa belajar mengunakan ketrampilan
berfikir kritis.

Langkah-langkah dalam proses inquiry antara lain :

a. Merumuskan masalah
b. Mengajukan hipotesis
c. Mengumpilkan data
d. Menuji hipotesis
e. Membuat kesimpulan

8|Page
3. Bertanya

Bertanya dalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan .

4. Masyarakat belajar

Menurut Vygotsky dalam masyarakat belajar  ini pengetahuan dan


pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang
lain.

5. Pemodelan

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan


sebagai sustu contoh yang dapat ditiru oleh siswa.

6. Refleksi

Refleksi adalah proses pengengalaman yang telah dipelajari dengan


cara mengerutkan dan mengevalusi kembali kejadian atau peristiwa
pembelajaran telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman
yang dicapai baik yang bersifat positif maupun bernilai negative.

7. Penilaian nyata

Penilaian nyata adalah proses yang dilukan oleh guru untuk


mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan oleh siswa.

G. Langkah-Langkah Pembelajaran CTL

Langkah-langkah pembelajaran CTL antara lain :

1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih


bermakna dengan cara bekerja sendiri,menemukan sendiri ,dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.

9|Page
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua
topic.
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Menciptakan masyarakat belajar.
5. Menghadirkan model sebagia contoh belajar
6. Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
7. Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Ciri kelas yang menggunakan pendekatan konstektual

a. Pengalaman nyata
b. Kerja sama, saling menunjang
c. Gembira, belajar dengan bergairah
d. Pembelajaran terintegrasi
e. Menggunakan berbagai sumber
f. Siswa aktif dan kritis
g. Menyenangkan ,tidak membosankan
h. Sharing dengan teman
i. Guru kreatif

H. Implementasi CTL

Sesuai dengan faktor kebutuhan individual siswa, maka untuk dapat


mengimplementasikan pembelajaran dan pengajaran kontekstual guru
seharusnya :

1. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan


mental (developmentally appropriate) siswa.
2. Membentuk group belajar yang saling tergantung
(interdependent learning groups).
3. Mempertimbangan keragaman siswa (disversity of students).
4. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran
mandiri (self-regulated learning) dengan 3 karakteristik

10 | P a g e
umumnya (kesadaran berpikir, penggunaan strategi dan
motivasi berkelanjutan).
5. Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelli-gences)
siswa.
6. Menggunakan teknik bertanya (quesioning) yang
meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan
masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
7. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih
bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan,
dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru
(contructivism).
8. Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui
penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah fakta).

9. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan


pertanyaan (quesioning).
10. Menciptakan masyarakat belajar (learning community) dengan
membangun kerjasama antar siswa.
11. Memodelkan (modelling) sesuatu agar siswa dapat menirunya
untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.
12. Mengarahkan siswa untuk merefleksikan tentang apa yang
sudah dipelajari.
13. Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).

Sedangkan berkaitan dengan faktor peran guru, agar proses pengajaran


kontekstual dapat lebih efektif, maka guru seharusnya :

1. Mengkaji konsep atau teori (materi ajar) yang akan dipelajari oleh siswa.
2. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses
pengkajian secara seksama.

11 | P a g e
3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya
memilih dan mengkaitkannya dengan konsep atau teori yang akan dibahas.
4. Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang
dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman siswa dan lingkungan
kehidupannya.
5. Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk
mengkaitkan apa yang sedang dipelajari dengan
pengetahuan/pengalaman sebelumnya dan fenomena kehidupan sehari-
hari, serta mendorong siswa untuk membangun kesimpulan yang
merupakan pemahaman siswa terhadap konsep atau teori yang sedang
dipelajarinya.
6. Melakukan penilaian autentik (authentic assessment) yang memungkinkan
siswa untuk menunjukkan penguasaan tujuan dan pemahaman yang
mendalam terhadap pembelajarannya, sekaligus pada saat yang bersamaan
dapat meningkatkan dan menemukan cara untuk peningkatan
pengetahuannya.

I. Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Matematika


Pendekatan pembelajaran matematika di sekolah yang diduga akan sejalan
dengan harapan dari kurikulum dan dapat meningkatkan berpikir kritis
siswa adalah pendekatan kontekstual. Dalam pembelajaran yang
menggunakan pendekatan kontekstual materi disajikan melalui konteks
yang bervariasi dan berhubungan dengan kehidupan siswa baik di rumah,
di sekolah maupun di masyarakat secara luas, dan pengetahuan didapat
oleh siswa secara konstruktivis.

Salah satu tujuan diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar


dan menengah, yaitu untuk “Mempersiapkan siswa agar dapat
menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan
sehari-hari …” (Depdikbud 1994:1). Selain itu juga diharapkan agar siswa

12 | P a g e
dapat menggunakan matematika sebagai cara bernalar (berpikir logis,
kritis, sistematis, dan objektif).

Dikatakan pula oleh Gagne (Ruseffendi, 1988: 165), bahwa objek tidak
langsung dari mempelajari matematika adalah agar siswa memiliki
kemampuan memecahkan masalah. Dari pendapat Gagne dan tujuan
Kurikulum Matematika, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk dapat
memecahkan suatu masalah, para siswa perlu memiliki kemampuan
bernalar yang dapat diperoleh melalui pembelajaran matematika.

Kemampuan berpikir kritis seseorang dalam suatu bidang studi tidak dapat
terlepas dari pemahamannya terhadap materi bidang studi tersebut.
Menurut Meyers (1986) seseorang tak mungkin dapat berpikir kritis dalam
suatu bidang studi tertentu tanpa pengetahuan mengenai isi dan teori
bidang studi tersebut. Dengan demikian agar siswa dapat berpikir kritis
dalam matematika, maka dia harus memahami matematika dengan baik.

Namun sebagaimana kita ketahui bahwa matematika bersifat aksiomatik,


abstrak, formal, dan deduktif. Karenanya wajar jika matematika termasuk
mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa pada umumnya yang tahap
berpikirnya belum formal dengan bakat serta kemampuannya yang
bervariasi.
Di samping itu kenyataan menunjukkan bahwa bekal kemampuan materi
matematika dari guru SD masih kurang memadai sehingga tidaklah
mengherankan bila pembelajaran matematika yang dikelolanya menjadi
kurang maksimal (Sukayati, 2004). Oleh karena itu diperlukan model
pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan pendekatan nyata.

Masih rendahnya kualitas hasil pembelajaran siswa dalam matematika


merupakan indikasi bahwa tujuan yang ditentukan dalam kurikulum

13 | P a g e
matematika belum tercapai secara optimal. Agar tujuan tersebut dapat
tercapai sesuai dengan yang diinginkan, salah satu caranya adalah dengan
melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas.

Kualitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu


faktor yang mempengaruhinya adalah ketepatan pendekatan yang
digunakan. Pendekatan yang digunakan oleh para guru pada umumnya di
lapangan, merupakan pendekatan yang berpusat pada guru. Guru masih
menyampaikan materi pelajaran matematika dengan pendekatan
tradisional yang menekankan pada latihan pengerjaan soal-soal atau drill
and practice, prosedural, serta penggunaan rumus.

Pada pembelajaran ini guru berfungsi sebagai pusat atau sumber materi
guru yang aktif dalam pembelajaran, sedangkan siswa hanya menerima
materi. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas
pemahaman siswa terhadap matematika (Zulkardi,2001; IMSTEP-JICA,
1999). Siswa menyelesaikan banyak soal tanpa pemahaman yang
mendalam. Akibatnya kemampuan penalaran (berpikir kritis) dan
kompetensi strategis siswa tidak berkembang.

Contextual Teaching and Learning (CTL) membantu guru mengaitkan


materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan
keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.

J. Kelebihan Dan Kelemahan

14 | P a g e
1. Kelebihan dari model pembelajaran CTL

a. Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju


terus sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa
sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
b. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam
mengumpulkan data, memahami suatu isu dan
memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif
c. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak
ditentukan oleh guru.
e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak
membosankan.
f. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam
kelompok.
g. erbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu
maupun kelompok.

2. Kelemahan dari model pembelajarab CTL

a. Dalam pemilihan informasi atau materi  dikelas


didasarkan pada kebutuhan  siswa  padahal,dalam kelas
itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga
guru akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran
karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama.
b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak
lama dalam PBM.
c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan
nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan
tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang,
yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri
bagi siswa yang kurang kemampuannya.

15 | P a g e
d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran
dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk
mengejar ketertinggalan, karena dalam model
pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari
keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik
mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak
akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami
kesulitan.
e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan
diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki
dengan penggunaan model CTL ini.
f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang
memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit
untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan
mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih
mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill
daripada kemampuan intelektualnya.
g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan
berbeda-beda dan tidak merata.
h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena
dalam CTL ini peran guru hanya sebagai pengarah dan
pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif
dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati
fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di
lapangan.

16 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsep belajar


dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Jadi pengertian CTL adalah konsep belajar yang membantu guru
mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan pembelajaran matematika di sekolah yang diduga akan sejalan


dengan harapan dari kurikulum dan dapat meningkatkan berpikir kritis
siswa adalah pendekatan kontekstual. Dalam pembelajaran yang
menggunakan pendekatan kontekstual materi disajikan melalui konteks
yang bervariasi dan berhubungan dengan kehidupan siswa baik di rumah,
di sekolah maupun di masyarakat secara luas, dan pengetahuan didapat
oleh siswa secara konstruktivis.

17 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
http://staibntegal.wordpress.com/2010/02/15/contextual-teaching-learning/

http://education-mantap.blogspot.com/2010/06/karakteristik-pembelajaran-ctl.html

http://www.scribd.com/doc/3951685/PENDEKATAN-KONTEKSTUAL-DALAM-
PEMBELAJARAN

http://www.sekolahdasar.net/2011/01/pendekatan-kontekstual-
dalam.html#ixzz4aS4rGylo

Sugiyanto.Modul PLPG

www.koranpendidikan.com

kihariyadi.jogja.bloghi.com

18 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai