PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Latar Belakang CTL
2. Bagaimana Pengertian CTL
3. Bagaimana Tujuan Model Pembelajaran CTL
4. Bagaimana Strategi-Strategi Pembelajaran CTL
1|Page
8. Bagaimana Implementasi CTL
9. Bagaimana Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran
Matematika
C. Tujuan
1. Menjelaskan Latar Belakang CTL
2. Menjelaskan Pengertian CTL
3. Menjelaskan Tujuan Model Pembelajaran CTL
4. Menjelaskan Strategi-Strategi Pembelajaran CTL
5. Menelaskan Filosofi Model Pembelajaran CTL
6. Menjelaskan Komponen-Komponen Pembelajaran CTL
7. Menjelaskan Langkah-Langkah Pembelajaran CTL
8. Menjelaskan Implementasi CTL
9. Menjelaskan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran
Matematika
10. Menjelaskan Kelebihan Dan Kelemahan CTL
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengertian CTL
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsep
belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Menurut Nur Hadi CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru
untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia
nyata siswa.
Menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses pendidikan yang
bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna
didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka.
Jadi pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita
simpulkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru
mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
3|Page
C. Tujuan Model Pembelajaran CTL
1. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya
dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu
ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari
permasalahan kepermasalahan lainya.
2. Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak
hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman.
3. Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat
pengalaman siswa.
4. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar
dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan
agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya sendiri dan orang lain.
5. Model pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih
produktif dan bermakna.
6. Model pembelajaran nodel CTL ini bertujuan untuk mengajak anak
pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan
konteks jehidupan sehari-hari.
7. Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara
indinidu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi
komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya
sendiri.
4|Page
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa
ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkan .
2. Menggunakan konteks yang beragam.
Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga
makna yang diperoleh siswa menjadi berkualitas.
3. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa.
Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan
individual dan social seyogianya dibermaknakan menjadi mesin
penggerak untuk belajar saling menghormati dan toleransi untuk
mewujudkan ketrampilan interpersonal.
4. Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri.
Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa
untuk menguasai cara belajar untuk belajar mandiri dikemudian
hari.
5. Belajar melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol
dibandingkan dengan koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan
sebagai fasilitator dalam kelompoknya.
6. Menggunakan penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung
secara terpadu dan konstektual dan memberi kesempatan pada
siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
7. Mengejar standar tinggi
Setiap seyogianya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu
kewaktu terus ditingkatkan dan setiap sekolah hendaknya
melakukan Benchmarking dengan melukan study banding
keberbagai sekolah dan luar negeri.
5|Page
Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD)
Penerapan strategi pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:
1. Relating
2. Experiencing
3. Applying
4. Cooperative
5. Trasfering
Menurut JONHSON (2004) tiga pilar dalam system CTL antara lain :
6|Page
1. CTL mencerminkan prinsip kesaling ketergantungan
7|Page
digagas John Dewey pada awal abad ke-20 yaitu sebuah filosofi belajar
yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa.
1. Kontruktivisme
2. Inquiry
a. Merumuskan masalah
b. Mengajukan hipotesis
c. Mengumpilkan data
d. Menuji hipotesis
e. Membuat kesimpulan
8|Page
3. Bertanya
4. Masyarakat belajar
5. Pemodelan
6. Refleksi
7. Penilaian nyata
9|Page
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua
topic.
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Menciptakan masyarakat belajar.
5. Menghadirkan model sebagia contoh belajar
6. Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
7. Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara.
a. Pengalaman nyata
b. Kerja sama, saling menunjang
c. Gembira, belajar dengan bergairah
d. Pembelajaran terintegrasi
e. Menggunakan berbagai sumber
f. Siswa aktif dan kritis
g. Menyenangkan ,tidak membosankan
h. Sharing dengan teman
i. Guru kreatif
H. Implementasi CTL
10 | P a g e
umumnya (kesadaran berpikir, penggunaan strategi dan
motivasi berkelanjutan).
5. Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelli-gences)
siswa.
6. Menggunakan teknik bertanya (quesioning) yang
meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan
masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
7. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih
bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan,
dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru
(contructivism).
8. Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui
penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah fakta).
1. Mengkaji konsep atau teori (materi ajar) yang akan dipelajari oleh siswa.
2. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses
pengkajian secara seksama.
11 | P a g e
3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya
memilih dan mengkaitkannya dengan konsep atau teori yang akan dibahas.
4. Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang
dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman siswa dan lingkungan
kehidupannya.
5. Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk
mengkaitkan apa yang sedang dipelajari dengan
pengetahuan/pengalaman sebelumnya dan fenomena kehidupan sehari-
hari, serta mendorong siswa untuk membangun kesimpulan yang
merupakan pemahaman siswa terhadap konsep atau teori yang sedang
dipelajarinya.
6. Melakukan penilaian autentik (authentic assessment) yang memungkinkan
siswa untuk menunjukkan penguasaan tujuan dan pemahaman yang
mendalam terhadap pembelajarannya, sekaligus pada saat yang bersamaan
dapat meningkatkan dan menemukan cara untuk peningkatan
pengetahuannya.
12 | P a g e
dapat menggunakan matematika sebagai cara bernalar (berpikir logis,
kritis, sistematis, dan objektif).
Dikatakan pula oleh Gagne (Ruseffendi, 1988: 165), bahwa objek tidak
langsung dari mempelajari matematika adalah agar siswa memiliki
kemampuan memecahkan masalah. Dari pendapat Gagne dan tujuan
Kurikulum Matematika, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk dapat
memecahkan suatu masalah, para siswa perlu memiliki kemampuan
bernalar yang dapat diperoleh melalui pembelajaran matematika.
Kemampuan berpikir kritis seseorang dalam suatu bidang studi tidak dapat
terlepas dari pemahamannya terhadap materi bidang studi tersebut.
Menurut Meyers (1986) seseorang tak mungkin dapat berpikir kritis dalam
suatu bidang studi tertentu tanpa pengetahuan mengenai isi dan teori
bidang studi tersebut. Dengan demikian agar siswa dapat berpikir kritis
dalam matematika, maka dia harus memahami matematika dengan baik.
13 | P a g e
matematika belum tercapai secara optimal. Agar tujuan tersebut dapat
tercapai sesuai dengan yang diinginkan, salah satu caranya adalah dengan
melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas.
Pada pembelajaran ini guru berfungsi sebagai pusat atau sumber materi
guru yang aktif dalam pembelajaran, sedangkan siswa hanya menerima
materi. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas
pemahaman siswa terhadap matematika (Zulkardi,2001; IMSTEP-JICA,
1999). Siswa menyelesaikan banyak soal tanpa pemahaman yang
mendalam. Akibatnya kemampuan penalaran (berpikir kritis) dan
kompetensi strategis siswa tidak berkembang.
14 | P a g e
1. Kelebihan dari model pembelajaran CTL
15 | P a g e
d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran
dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk
mengejar ketertinggalan, karena dalam model
pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari
keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik
mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak
akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami
kesulitan.
e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan
diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki
dengan penggunaan model CTL ini.
f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang
memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit
untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan
mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih
mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill
daripada kemampuan intelektualnya.
g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan
berbeda-beda dan tidak merata.
h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena
dalam CTL ini peran guru hanya sebagai pengarah dan
pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif
dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati
fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di
lapangan.
16 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
http://staibntegal.wordpress.com/2010/02/15/contextual-teaching-learning/
http://education-mantap.blogspot.com/2010/06/karakteristik-pembelajaran-ctl.html
http://www.scribd.com/doc/3951685/PENDEKATAN-KONTEKSTUAL-DALAM-
PEMBELAJARAN
http://www.sekolahdasar.net/2011/01/pendekatan-kontekstual-
dalam.html#ixzz4aS4rGylo
Sugiyanto.Modul PLPG
www.koranpendidikan.com
kihariyadi.jogja.bloghi.com
18 | P a g e