Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP/SMA

Dosen Pengampu:
Dr. H. Ahmad Mansur, MA

PEMBELAJARAN BERBASIS KONSTEKTUAL DALAM


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

Disusun Oleh Kelompok 10 :


1. Adi Putra
2. Moh. Khabib yahya

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
UNIVERSITAS NAHDLOTUL ULAMA
SUNAN GIRI BOJONEGORO
2021 M
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Pendidikan Islam bertugas mempertahankan, menanamkan, dan
mengembangkan kelangsungan berfungsinya   nilai-nilai islami yang
bersumber dari kitab suci Al-Qur’an an Hadits. Oleh sebab itu pendidikan
Islam bertugas di samping menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi)
nilai-nilai islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu melakukan
pengamalan nilai-nilai itu secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas
konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Hal ini berarti bahwa pendidikan Islam
secara optimal harus mampu mendidik  anak didik agar memiliki “kedewasaan
dan kematangan” dalam beriman, dan mengamalkan hasil pendidikan yang
diperoleh sehingga menjadi pemikir sekaligus pengamal ajaran Islam.

Tujuan pendidikan sebagaimana di sebut di atas harus dicapai dengan


baik oleh pendidik dengan berbagai strategi yang relevan. Beberapa strategi
penajaran yang diterapkan guru di sekolah memiliki kelebihan dan
kekurangan sesuai kebutuhan siswa dan tujuan yang diharapkan. Namun ada
kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil
dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali
anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL)
merupakan salah satu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari
guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.

Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai


tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas
(siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa
kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan
kontekstual.

Atas dasar pemikiran di atas jelas bahwa pembelajara Agama Islam


membutuhkan strategi yang relevan dengan kebutuhan siswa dan tujuan
pembelajaran PAI di sekolah-sekolah. Untuk itu dalam makalah ini kita akan
membahas tentang pembelajaran berbasis kontekstual dalam PAI di Sekolah.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pembelajaran kontekstual?
2. Bagaimana asas-asas pembelajaran kontekstual?
3. Bagaimana pembelajaran berbasis kontekstual implementasinya dalam
PAI di Sekolah?
Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi seorang guru
2. Agar mengerti Kedudukan guru Pendidikan islam
3. Memahami kompetensi-kompoetensi seorang guru
4. Mengetahui syarat-syarat pendidik
Manfaat:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah
2. menambah pengetahuan mengenai Guru Dalam Perspektif Islam
3. Memahami tugas dan fungsi seorang guru
4. menjadi sumber referensi dalam penulisan makalah berikutnya.

BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran konstektual merupakan salah satu strategi pembelajaran baru


yang diterapkan kepada peserta didik. Pembelajaran Konstektual atau
Contextual Teaching and Learning (selanjtnya, akan disingkat CTL)
didefinisikan sebagai sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka.

Pembelajaran kontekstual juga dimaknai sebagai suatu konsep yang


membantu guru untuk mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi nyata
dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga
negara dan tenaga kerja.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsep pembelajaran CTL


merupakan sebuah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan dapat mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dari beberapa konsep tersebut, Wina Sanjaya dalam buku Strategi


Pembelajaran, menyebutkan tiga hal yang terkandung dalam pembelajaran
CTL, yaitu:

1. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan


materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman
secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak
mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses
mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

2. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi


yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sehingga tidak akan mudah dilupakan.

CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya


CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks
CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi
segala bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

B. Asas-Asas Pembelajaran Kontekstual

1. Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru


dalam struktur kognisi siswa berdasarkan pengalaman. Menurut
konstruktivisme, pengalaman itu memang berasal dari luar, akan tetapi
dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengalaman
terbentuk oleh dua faktor penting yaitu obyek yang menjadi bahan
pengamatan dan kemampuan subyek untuk menginterpretasi obyek tersebut.

2. Inquiry   

Asas kedua dalam pembelajaran kontekstual adalah inkuiri. Artinya, proses


pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses
berpikir secara sistematis.Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari
mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian
dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi
yang harus dihafal,akan tetapi meransang pembelajaran yang memungkinkan
siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

Penggunaan teknik ini memiliki tujuan agar siswa terangsang oleh tugas dan
aktif mencari serta meniliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber
sendiri dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Diharapkan juga siswa
mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulannya.

3. Bertanya
Belajar pada dasarnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya
dapat dianggap sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu,sedangkan
menjawab pertanyaam mencerminkan kemampuan sesorang dalam berpikir.
Dalam proses pembelajaran CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu
saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu
peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru
dapat membimbng dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi
yang dipelajarinya.

Kemampuan bertanya memiliki pengaruh yang sangat berarti, tidak hanya


pada hasil belajar siswa, tetapi juga pada suasana kelas baik sosial maupun
emosional. Dengan bertanya akan membantu siswa belajar dengan kawannya,
membantu siswa lebih dalam menerima informasi atau dapat mengembangkan
keterampilan kognitif tingkat tinggi.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Dalam CTL penerapan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan


menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen baik dilihat dari
kemampuan belajar dan kecepatan belajarnya. Biarkan dalam kelompoknya
mereka saling membelajarkan, yang cepat didorong untuk membantu yang
lambat belajar.

5. Pemodelan (Modelling)

Yang dimaksud dengan asas pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan


memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat
asing.guru olahraga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola dan
lain sebagainya.
6. Refleksi (reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang


dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah dilaluinya.Melalui refleksi pengalaman belajar itu
akan dimasukkan dalam struktur kognisi siswa yang pada akhirnya akan
menjadi bagian dari pengetahuan yang telah dibentuknya.

7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

Penilaian nyata (authentic assesement ) adalah proses yang dilakukan guru


untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan
siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar
belajar atau tidak. Apakah pengetahuan belajar siswa mempunyai pengaruh
yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.

Penilaian yang autentik dilakukan secara inetgrasi dengan proses


pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada
proses belajar bukan hasil belajar.

C. Pembelajaran Berbasis Kontekstual Implementasinya dalam PAI di


Sekolah

1) Aspek Keimanan/Aqidah

Diantara cara yang perlu ditempuh untuk mengembangkan pembelajaran PAI


aspek keimanan melalui pendekatan kontekstual adalah dengan mengajak
peserta didik untuk mengamati dan mengkaji peristiwa-peristiwa kehidupan
(sebagai laboratorium PAI), baik yang berkaitan dengan fenomena alam,
fenomena sosial, psikologi dan budaya.
Dari hasil pengamatan dan kajian peristiwa-peristiwa kehidupan tersebut pada
gilirannya terjadi proses internalisasi nilai-nilai keimanan, untuk selanjutnya
akan menumbuhkan motivasi dalam diri seseorang untuk menjalankan dan
mentaati nilai-nilai dasar agama yang telah terinternalisasikan dalam dirinya.

2) Aspek Al-Qur’an dan Hadis

Adanya kandungan makna redaksi ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis yang zanny
ad-dalalah, yaitu kandungan makna ayat atau hadis yang bersifat tidak pasti
(relatif) karena masih terbuka kemungkinan makna yang lain, sehingga akan
memberi peluang untuk mengembangkan pembelajaran PAI (aspek Al-Qur’an
dan Hadis) dengan pendekatan kontekstual.

3) Aspek Fiqih (Hukum Islam)

Penggunaan pedekatan kontekstual dalam mata pelajaran PAI pada aspek fiqh
bersifat lebih kontekstual, lebih dipengaruhi situasi dan kondisi, sejalan
dengan tuntutan zaman dan kemaslahatan. Masalah fiqh memiliki korelasi
dengan perkembangan masyarakat, karena bagaimanapun lengkapnya dalil-
dalil yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadis tidak mungkin
secara terperinci menjelaskan segala persoalan kemasyarakatan yang terus
berkembang dari zaman ke zaman, dari satu daerah ke daerah lain, dari satu
tingkat peradaban ke peradaban yang lain.

4) Aspek Akhlaq

Agar tumbuhnya kesadaran akan sanksi dari luar dan dari dalam dimiliki oleh
peserta didik, maka perlu dikembangkan pembelajaran akhlaq dengan
pendekatan kontekstual. Terapannya bisa dengan menggunakan pendekatan
moral reasoning dan internalisasi dengan tekhnik peneladanan, pembiasaan
dan pemotivasian.

5) Aspek Sejarah Islam


Pembelajaran sejarah Islam akan sangat menarik bila guru menekankan juga
pada pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa-peristiwa tersebut. Dengan
perkataan lain, pembelajaran sejarah Islam bukan hanya menekankan pada
peristiwa secara tekstual, tetapi perlu dikaitkan dengan konteksnya yang bisa
ditarik hukum-hukum umum serta pelajaran-pelajaran yang berharga bagi
pembinaan pribadi peserta didik.

BAB III

Penutup

A.    Kesimpulan

Pada dasarnya pembelajaran konstektual merupakan salah satu strategi


pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan dapat mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tiga hal yang
terkandung dalam pembelajaran CTL, yaitu: menekankan kepada proses
keterlibatan siswa untuk menemukan materi, mendorong agar siswa
dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan
situasi kehidupan nyata dan mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan.
Asas-asas yang digunakan dalam pembelajaran kontekstual adalah:
Konstruktivisme, Inquiry, Bertanya, Masyarakat Belajar (Learning
Community), Pemodelan (Modelling), Refleksi (reflection), Penilaian
Nyata (Authentic Assessment).

Serta implementasi pembelajaran berbasis kontekstual dalam pai di


sekolah meliputi: aspek keimanan/aqidah, aspek al-qur’an dan
hadis, aspek fiqih (hukum islam), aspek akhlaq, aspek sejarah islam.

Daftar Pustaka

Arifin, Muzayyin. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara)

Djamarah, Syaifal Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interkasi


Edukatif. (Jakarta: Rineka Cipta)

Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam. (Jakarta: Rajawali Pers)

N.K, Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta)

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. (Jakarta: Kencana)

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inofativ-Progresif. (Jakarta:


Kencana)

Anda mungkin juga menyukai