Disusun oleh :
Muhammad Rifki Maulana (18140052)
Hanifah Muhimmatul Ulya (18140060)
Mauliddiyah Ma’rifatul Jannah (18140067)
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita sehingga kelompok kami bisa
menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ‘Strategi Pembelajaran MI/SD’
ini dalam waktu yang tepat. Tidak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan
kita Nabi Agung Muhammad SAW. Yang telah menuntun kita dari kegelapan menuju jalan
yang terang benderang yakni agama Islam.
Kami mengakui bahwa dalam proses penulisan makalah ini tidak terlepas dari
kekurangan, walaupun upaya-upaya untuk meminimalisir kekurangan tersebut telah kami
usahakan secara maksimal. Kami mengharap masukan dan kritik dari pembaca untuk
perbaikan laporan ini. Kami juga berharap bahwa laporan ini bisa bermanfaat bagi kita
semua.
Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Dalam wacana pendidikan ada dua hal yang dibutuhkan yakni teori dan
praktik. Semua teori akan diturunkan dari teori yang ada pada tiga kategori ilmu,
yaitu humaniora, ilmu alam, dan ilmu social. Ada tiga prinsip yang merupakan
definisi pembelajaran, yaitu: pertama, belajar menghasilkan perubahan perilaku anak
didik yang permanen. Kedua, anak didik memiliki potensi dan kemampuan yang
merupakan benih kodrati yang mampu dikembangkan tanpa henti. Ketiga, perubahan
dan pencapaian kualitas ideal itu tidak akan tumbuh linear sejalan dengan proses
kehidupan.
Untuk memahami teori dan implementasinya dalam dunia pendidikan, ada
empat konsep yang saling terkait yaitu teaching, learning, instruction, dan
curriculum. Dengan merujuk pada keempat hal tersebut dalam CTL guru berperan
sebagai fasilitator, yakni membantu siswa menemukan makna (pengetahuan). Setiap
materi disajikan memiliki makna yang beragam, yakni dengan menghubungkan
materi dengan lingkungan.
Pembelajaran dan pengajaran kontekstual (CTL, Contextual Teaching and
Learning) adalah salah satu topic hangat dalam dunia pensisikan saat ini. CTL
memiliki potensi untuk menjadi lebih dari sekedar noktah pada praktik di ruang
kelas. CTL menawarkan jalan yang dapat diikuti oleh seluruh siswa menuju
keunggulan akademis. Hal ini karena CTL sesuai dengan cara kerja otak dan sesuai
dengan prinsip-prinsip yang mendukung system kehidupan. CTL justru menyatukan
konsep dan praktik.
Penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana cara pandang baru yang
muncul dari pengetahuan, mengubah sikap kita dari pendidikan. Pendidikan
tradisional menekankan pada penguasaan dan manipulasi isi. Para siswa
menghapalkan fakta, angka, nama , tanggal, tampat, dan kejadian; mempelajari mata
pelajaran secara terpisah satu sama lain; dan berlatih dengan cara yang sama untuk
memperoleh kemampuan dasar dan berhitung.
Oleh karena itu pada abad ke-20 yang beranggapan bahwa kenyataan ada
dalam hubungan-hubungan yang melihat bahwa suatu kesatuan melebihi jumlah dari
bagian-bagiannya, para pendidik sekarang merasa perlu berpikir ulang tentang cara
mengajar. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual sebagai sebuah system mengajar
didasarkan pada pikiran bahwa makna muncul dari hubungan antara isi dan
konteksnya. Konteks memberikan makna pada isi. Semakin banyak keterkaitan yang
ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin bermaknalah isinya bagi
mereka. Jadi, sebagian besar tugas seorang guru adalah menyediakan konteks.
Semakin mampu siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademis dengan konteks ini,
semakin banyak siswa mendapatkan makna dari pelajaran tersebut. Pencarian makna
merupakan hal ilmiah. Seperti sebuah system kerja otak yang terus menerus mencari
makna dan menyimpan hal-hal yang bermakna, proses mengajar harus melibatkan
siswa dalam pencarian makna.1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari CTL (Contextual Teaching and Learning)?
2. Bagaimana latar belakang CTL dalam konteks pendidikan di Indonesia?
3. Apa saja langkah-langkah,komponen dan karakteristik dari CTL?
4. Bagaimana contoh dari model CTL?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari CTL (Contextual Teaching and Learning)
2. Mengetahui latar belakang CTL dalam konteks pendidikan di Indonesia
3. Mengetahui langkah-langkah,komponen dan karakteristik dari CTL
4. Mengetahui contoh dari model CTL
1
Elaine, Johnson. Contextual teaching & learning. (Bandung: MLC, 2007), hlm 31-59
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 37
tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan
menggunakan penilaian autentik3
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warga negara dan pekerja.4
2.2 Latar Belakang Munculnya Contextual Teaching and Learning
Contextual Teaching and Learning (CTL) tidak terlepas dari peran Amerika
Serikat. Pada tahun 1983 pemerintah Amerika Serikat mendesak adanya
reformasi dalam pendidikan melalui sebuah makalah berjudul A Nation at Risk:
The Imperative For Education Reform (Negara dalam Bahaya: Perlunya
Dilakukan Reformasi Pendidikan), dan berlanjut pada tahun 1989 di
Charlottesville, Virginia menetapkan target atau sasaran-sasaran yang harus
dicapai dalam pendidikan nasional Amerika di tahun 2000, yaitu:6
1. Semua anak di Amerika akan memulai sekolah dalam keadaan siap belajar.
2. Tingkat kelulusan sekolah menengah atas akan meningkat hingga setidaknya
90%.
3. Siswi-siswi Amerika harus lulus dari kelas IV, VIII, dan XII setelah
menunjukkan prestasi menonjol dalam pelajaran yang menantang termasuk
bahasa Inggris, matematika, ilmu pengetahuan, sejarah, dan geografi. Dan
setiap sekolah di Amerika akan menjamin semua siswa belajar menggunakan
3
Ibnu Setiawan. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Balajar –Mengajar
Mengasyikkan dan Bermakna, diterjemahkan dari karyar Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning:
what it is and why it is here to stay (Bandung: Mizan Learning Center (MLC), cet.3, 2007), hlm 67.
4
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi (Bandung: Refika Aditama
cet.3,2013) hlm 6.
5
Trianto, Model-model Pembelajaran Inofatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta, Prestasi Pustaka), hlm.
101
6
Syaifurahman, M.Pd dan Tri Ujiati, Manjemen dalam Pembelajaran, (Jakarta, PT Indeks), hlm. 88
pikirannyadengan baik untuk mempersiapkan diri menjadi warga negara yang
bertanggung jawab, untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, dan
agar bisa menjadi pekerja produktif di dalam ekonomi modern.
4. Siswa Amerika akan menjadi yang terunggul di dunia dalam prestasi ilmu
pengetahuan dan matematika.
5. Semua orang dewasa Amerika akan bisa baca tulis dan akan memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing di dalam
ekonomi global dan menjalankan hak serta tanggung jawab kewarganegaraan.
6. Semua sekolah di Amerika akan bebas narkoba dan bebas kekerasan, serta akan
memberikan lingkungan penuh displin yang kondusif untuk belajar.
\
2.4 Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)
Dalam pengajaran kontekstual ada lima bentuk belajar yang penting, yaitu:7
1. Mengaitkan (relating)
Mengaitkan strategi yang paling hebat yang merupakan inti konstruktivisme.
Guru menggunakan strategi ini ketika mengkaitkan konsep baru dengan
sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa
yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2. Mengalami (experiencing)
Merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan atau menghubungkan
informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan sebelumnya.
Belajar dapat terjadi ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan
serta melakukan bentuk-bentuk penelitian aktif.
3. Menerapkan (appliying)
Siswa menerapkan suatu konsep ketika siswa melakukan kegiatan pemecahan
masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang
realistis dan relevan.
4. Kerja sama (cooperating)
Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompoksering dapat
mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerja
sama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten
dengan dunia nyata.
5. Mentransfer (transferring)
Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan siswa untuk
mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki pada situasi
lain.
Menurut Blanchard dalam E. B. Johnson (2007) ciri-ciri pembelajran
kontekstual: 1) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2)
Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks. 3) Kegiatan belajar
dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong
siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri.
7
Ibid., hlm. 91-92
5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.
6) Menggunakan nilai otentik.
8
ibid., hlm.92-93
2.7 Penerapan Model Pembelajaran CTL dalam pembelajaran di kelas
Kompetensi dasar :
Proses pembelajarannya
a. Pendahuluan
3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.
b. Kegiatan inti
Dilapangan
Didalam kelas
c. Penutup
tentang fungsi dan jenis pasar sesuai dengan indicator belajr yang
dicapai.
9
Karya Tulisku, http://www.karyatulisku.com/2016/04/penerapan-model-pemebelajaran_22.html
(diakses pada 27 April 2019 pukul 19.45 wib)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Johnson, Contextual Teaching and Learning: what it is and why it is here to stay
Refika Aditama
Prestasi Pustaka
Syaifurahman, M.Pd dan Tri Ujiati, Manjemen dalam Pembelajaran, Jakarta, PT Indeks