Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN CTL

(CONTEXTUAL TEACHING LEARNING)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran MI/SD


Dosen pengampu : Vanissa Aviana Melinda, M.Pd

Disusun oleh :
Muhammad Rifki Maulana (18140052)
Hanifah Muhimmatul Ulya (18140060)
Mauliddiyah Ma’rifatul Jannah (18140067)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita sehingga kelompok kami bisa
menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ‘Strategi Pembelajaran MI/SD’
ini dalam waktu yang tepat. Tidak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan
kita Nabi Agung Muhammad SAW. Yang telah menuntun kita dari kegelapan menuju jalan
yang terang benderang yakni agama Islam.
Kami mengakui bahwa dalam proses penulisan makalah ini tidak terlepas dari
kekurangan, walaupun upaya-upaya untuk meminimalisir kekurangan tersebut telah kami
usahakan secara maksimal. Kami mengharap masukan dan kritik dari pembaca untuk
perbaikan laporan ini. Kami juga berharap bahwa laporan ini bisa bermanfaat bagi kita
semua.
Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

Malang, April 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Dalam wacana pendidikan ada dua hal yang dibutuhkan yakni teori dan
praktik. Semua teori akan diturunkan dari teori yang ada pada tiga kategori ilmu,
yaitu humaniora, ilmu alam, dan ilmu social. Ada tiga prinsip yang merupakan
definisi pembelajaran, yaitu: pertama, belajar menghasilkan perubahan perilaku anak
didik yang permanen. Kedua, anak didik memiliki potensi dan kemampuan yang
merupakan benih kodrati yang mampu dikembangkan tanpa henti. Ketiga, perubahan
dan pencapaian kualitas ideal itu tidak akan tumbuh linear sejalan dengan proses
kehidupan.
Untuk memahami teori dan implementasinya dalam dunia pendidikan, ada
empat konsep yang saling terkait yaitu teaching, learning, instruction, dan
curriculum. Dengan merujuk pada keempat hal tersebut dalam CTL guru berperan
sebagai fasilitator, yakni membantu siswa menemukan makna (pengetahuan). Setiap
materi disajikan memiliki makna yang beragam, yakni dengan menghubungkan
materi dengan lingkungan.
Pembelajaran dan pengajaran kontekstual (CTL, Contextual Teaching and
Learning) adalah salah satu topic hangat dalam dunia pensisikan saat ini. CTL
memiliki potensi untuk menjadi lebih dari sekedar noktah pada praktik di ruang
kelas. CTL menawarkan jalan yang dapat diikuti oleh seluruh siswa menuju
keunggulan akademis. Hal ini karena CTL sesuai dengan cara kerja otak dan sesuai
dengan prinsip-prinsip yang mendukung system kehidupan. CTL justru menyatukan
konsep dan praktik.
Penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana cara pandang baru yang
muncul dari pengetahuan, mengubah sikap kita dari pendidikan. Pendidikan
tradisional menekankan pada penguasaan dan manipulasi isi. Para siswa
menghapalkan fakta, angka, nama , tanggal, tampat, dan kejadian; mempelajari mata
pelajaran secara terpisah satu sama lain; dan berlatih dengan cara yang sama untuk
memperoleh kemampuan dasar dan berhitung.
Oleh karena itu pada abad ke-20 yang beranggapan bahwa kenyataan ada
dalam hubungan-hubungan yang melihat bahwa suatu kesatuan melebihi jumlah dari
bagian-bagiannya, para pendidik sekarang merasa perlu berpikir ulang tentang cara
mengajar. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual sebagai sebuah system mengajar
didasarkan pada pikiran bahwa makna muncul dari hubungan antara isi dan
konteksnya. Konteks memberikan makna pada isi. Semakin banyak keterkaitan yang
ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin bermaknalah isinya bagi
mereka. Jadi, sebagian besar tugas seorang guru adalah menyediakan konteks.
Semakin mampu siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademis dengan konteks ini,
semakin banyak siswa mendapatkan makna dari pelajaran tersebut. Pencarian makna
merupakan hal ilmiah. Seperti sebuah system kerja otak yang terus menerus mencari
makna dan menyimpan hal-hal yang bermakna, proses mengajar harus melibatkan
siswa dalam pencarian makna.1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari CTL (Contextual Teaching and Learning)?
2. Bagaimana latar belakang CTL dalam konteks pendidikan di Indonesia?
3. Apa saja langkah-langkah,komponen dan karakteristik dari CTL?
4. Bagaimana contoh dari model CTL?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari CTL (Contextual Teaching and Learning)
2. Mengetahui latar belakang CTL dalam konteks pendidikan di Indonesia
3. Mengetahui langkah-langkah,komponen dan karakteristik dari CTL
4. Mengetahui contoh dari model CTL

1
 Elaine, Johnson. Contextual teaching & learning. (Bandung: MLC, 2007), hlm 31-59
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran CTL


Pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) merupakan salah satu
model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk
mengefektifan dan menyukseskan impelementasi Kurikulum 1994.2 CTL
merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih memperhatikan karakteristik
siswa atau daerah tempat pembelajaran. Aplikasi pendekatan CTL
mengupayakan agar siswa dapat belajar dengan baik manakala apa yang
dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dengan kegiatan atau peristiwa
yang terjadi disekelilingnya.
Pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) adalah konsep
pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi pelajaran
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dialami siswa serta mendorong
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut
Elaine B. Johnson adalah:
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah proses
pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di
dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subyek-subyek akademik yang mereka pelajari
dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan
konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai
tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut:
membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan
yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan
kerjasama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk

2
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 37
tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan
menggunakan penilaian autentik3
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warga negara dan pekerja.4
2.2 Latar Belakang Munculnya Contextual Teaching and Learning

Trianto (2007) mengusulkan bahwa pembelajaran kontekstual bukan


merupakan suatu konsep baru. Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas-
kelas Amerika pertama kali diusulkan oleh John Dewey. Pada tahun 1916 John
Dewey mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi pembelajaran yang
dikaitkan dengan minat dan pengalaman siswa.5

Contextual Teaching and Learning (CTL) tidak terlepas dari peran Amerika
Serikat. Pada tahun 1983 pemerintah Amerika Serikat mendesak adanya
reformasi dalam pendidikan melalui sebuah makalah berjudul A Nation at Risk:
The Imperative For Education Reform (Negara dalam Bahaya: Perlunya
Dilakukan Reformasi Pendidikan), dan berlanjut pada tahun 1989 di
Charlottesville, Virginia menetapkan target atau sasaran-sasaran yang harus
dicapai dalam pendidikan nasional Amerika di tahun 2000, yaitu:6

1. Semua anak di Amerika akan memulai sekolah dalam keadaan siap belajar.
2. Tingkat kelulusan sekolah menengah atas akan meningkat hingga setidaknya
90%.
3. Siswi-siswi Amerika harus lulus dari kelas IV, VIII, dan XII setelah
menunjukkan prestasi menonjol dalam pelajaran yang menantang termasuk
bahasa Inggris, matematika, ilmu pengetahuan, sejarah, dan geografi. Dan
setiap sekolah di Amerika akan menjamin semua siswa belajar menggunakan

3
Ibnu Setiawan. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Balajar –Mengajar
Mengasyikkan dan Bermakna, diterjemahkan dari karyar Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning:
what it is and why it is here to stay (Bandung: Mizan Learning Center (MLC), cet.3, 2007), hlm 67.
4
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi (Bandung: Refika Aditama
cet.3,2013) hlm 6.
5
Trianto, Model-model Pembelajaran Inofatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta, Prestasi Pustaka), hlm.
101
6
Syaifurahman, M.Pd dan Tri Ujiati, Manjemen dalam Pembelajaran, (Jakarta, PT Indeks), hlm. 88
pikirannyadengan baik untuk mempersiapkan diri menjadi warga negara yang
bertanggung jawab, untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, dan
agar bisa menjadi pekerja produktif di dalam ekonomi modern.
4. Siswa Amerika akan menjadi yang terunggul di dunia dalam prestasi ilmu
pengetahuan dan matematika.
5. Semua orang dewasa Amerika akan bisa baca tulis dan akan memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing di dalam
ekonomi global dan menjalankan hak serta tanggung jawab kewarganegaraan.
6. Semua sekolah di Amerika akan bebas narkoba dan bebas kekerasan, serta akan
memberikan lingkungan penuh displin yang kondusif untuk belajar.

2.3 Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam konteks pendidikan di


Indonesia

Di Indonesia, Contextual Teaching and Learning (CTL) atau pembelajaran


kontekstual mulai dikenal pada awal tahun 2000. Pada tahun 2002, Badan
Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Depdiknas telah mendalami dan
menjadikan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai landasan
pembaruan kurikulum sistem pendidikan nasional. Langkah kongkritnya terlihat
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang diberlakukan serentak di
semua jenjang pendidikan pada tahun 2004. Sampai saat ini, pendidikan di
Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai utama
pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan
strategi belajar. Sehingga mengabaikan pengetahuan awal siswa, untuk itu
diperlukan suatu pendekatan belajar yang memberdayakan siswa yaitu pendekatan
kontekstual (CTL).

Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam


mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa.

\
2.4 Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)

Dalam pengajaran kontekstual ada lima bentuk belajar yang penting, yaitu:7

1. Mengaitkan (relating)
Mengaitkan strategi yang paling hebat yang merupakan inti konstruktivisme.
Guru menggunakan strategi ini ketika mengkaitkan konsep baru dengan
sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa
yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2. Mengalami (experiencing)
Merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan atau menghubungkan
informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan sebelumnya.
Belajar dapat terjadi ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan
serta melakukan bentuk-bentuk penelitian aktif.
3. Menerapkan (appliying)
Siswa menerapkan suatu konsep ketika siswa melakukan kegiatan pemecahan
masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang
realistis dan relevan.
4. Kerja sama (cooperating)
Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompoksering dapat
mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerja
sama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten
dengan dunia nyata.
5. Mentransfer (transferring)
Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan siswa untuk
mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki pada situasi
lain.
Menurut Blanchard dalam E. B. Johnson (2007) ciri-ciri pembelajran
kontekstual: 1) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2)
Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks. 3) Kegiatan belajar
dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong
siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri.

7
Ibid., hlm. 91-92
5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.
6) Menggunakan nilai otentik.

2.5 Komponen-komponen CTL


1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa
belajar tidak hanya menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan
suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental
membangun membangun pengetahuannya yang dilandasi struktur pengetahuan
yang dimilikinya.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta – fakta tetapi hasil dari menemukan
sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri
dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan
(hipotesis), pengumpulan data (data ghatering), penyimpulan (conclusion).
3. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu di mulai dari bertanya. Bertanya
adalah strategi utama pembelajaran berbasis konstektual. Kegiatan bertanya
berguna untuk: 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3)
membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana
pengetahuan siswa, 5) mengetahui hal – hal yang di ketahui siswa, 6)
memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7)
membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan
kembali pengetahuan siswa.
4. Masyarakat belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelaaran diperoleh dari
hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’ antar
teman, antar kelompok, dan antar rang tau ke belum tau. Masyarakat belom
terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat
dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
5. Pemodelan ( modeling )
Pemodelan pada dasarnya membahaskan yang dipikirkan, mendemonstrasi
bagaimana guru menginginkan siswnya untuk belajar dan melakukan apa yang
guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontektual,
guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan
siswa dan juga mendatangkan dari luar.
6. Refleksi ( reflection )
Refleksi merupakan cara berfikir atau berpose tentang apa yang baru dipelajari
atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.
Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang
diperoleh hari itu.
7. Penilaian yang sebenarnya ( authentic assessment )
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi
gambaran mengnai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis
CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar
memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus
penelitian adalah pada penyelesaian tugas yang releven dan kontekstual, serta
penelitian dilakukan terhadap proses maupun hasil.8
2.6 Langkah-langkah penerapan CTL
Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas agar
pembelajaran itu dapat terlaksana itu dapat terlaksana adalah dengan :
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pembelajaran pengetahuan
dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkn inkuiri untuk semua tema/topic.
c. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok ).
e. hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. lakukan refleksi diakhiri pertemuan.
g. lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

8
ibid., hlm.92-93
2.7 Penerapan Model Pembelajaran CTL dalam pembelajaran di kelas

Contoh pola pembelajaran CTL (Rumpun IPS)

Topik : fungsi pasar

Kompetensi dasar :

Siswa memahami fungsi dan memahami fungsi dan jenis pasar

Indikator hasil belajar :

 Siswa dapat menjelaskan pengertian pasar


 Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pasar
 Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik pasar tradisional dan
pasar modern
 Siswa dapat menyimpulakan fungsi pasar
 Siswa dapat membuat karangan terkait tenaga pasar.

Proses pembelajarannya

a. Pendahuluan

1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai sisiwa dan pentingnya

materi ajar dalam kehidupan ekonomi social.

2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL

a) Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah

b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi kepasar

tradisional dan pasar modern

c) Melalui instrument observasi atau angket siswa diminta mencatat

mengenai berbagai hal yang ditemukan dipasar.

3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.
b. Kegiatan inti

Dilapangan

1) Siswa melakukan observasi kepasar sesuai dengan pembagian tugas


kelompok
2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan dipasar sesuai alat
observasi ,angket yang telah mereka susun sebelumnya.

Didalam kelas

1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya


masing-masing.

2) Siswa melaporkan hasil diskusi

3) Setiap kelompok saling menjawab terhadap pertanyaan yang diajukan

oleh kelompok lainya.

c. Penutup

1) Dipimpin oleh guru ,siswa menyimpulkan hasil observasi dan diskusi

tentang fungsi dan jenis pasar sesuai dengan indicator belajr yang

dicapai.

2) Guru menugaskan siswa untuk membuatkarangan tentang pengalaman


belajar mereka dengan team”pasar”9

9
Karya Tulisku, http://www.karyatulisku.com/2016/04/penerapan-model-pemebelajaran_22.html
(diakses pada 27 April 2019 pukul 19.45 wib)
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) adalah konsep pembelajaran


yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi pelajaran yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata yang dialami siswa serta mendorong membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu


guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan
pekerja.

Trianto (2007) mengusulkan bahwa pembelajaran kontekstual bukan merupakan


suatu konsep baru. Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas-kelas Amerika pertama
kali diusulkan oleh John Dewey. Pada tahun 1916 John Dewey mengusulkan suatu
kurikulum dan metodologi pembelajaran yang dikaitkan dengan minat dan pengalaman
siswa.

Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam


mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama
untuk menemukan suatu yan Menurut Blanchard dalam E. B. Johnson (2007) ciri-ciri
pembelajran kontekstual: 1) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2)
Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks. 3) Kegiatan belajar dipantau dan
diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan
temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada konteks
kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan nilai otentik.g baru bagi siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Johnson,Elaine.,2007, Contextual Teaching & Learning, Bandung: MLC

Dr. E. Mulyasa, M.Pd.,2005, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya

Setiawan,Ibnu.,2007,Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Balajar –

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, diterjemahkan dari karyar Elaine B.

Johnson, Contextual Teaching and Learning: what it is and why it is here to stay

Bandung: Mizan Learning Center (MLC)

Komalasari,Kokom.,2013, Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi, Bandung:

Refika Aditama

Trianto, Model-model Pembelajaran Inofatif Berorientasi Kontruktivistik, Jakarta,

Prestasi Pustaka

Syaifurahman, M.Pd dan Tri Ujiati, Manjemen dalam Pembelajaran, Jakarta, PT Indeks

Karya Tulisku, http://www.karyatulisku.com/2016/04/penerapan-model-


pemebelajaran_22.html (diakses pada 27 April 2019 pukul 19.45 wib)

Anda mungkin juga menyukai