Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STRATEGI
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) UPAYA PEMECAHANYA

O
L
E
H

FRANSISKA BABUS
MARIA INDRA JAYA LOMES
ALBINA JEMANING
FILOMENA FITRIANI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmatdan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Strategi Pembelajaran dengan judul: “strategi Pembelajaran
kontekstual (CTL) Upaya pemecahanya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………….


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….
1.3 Tujuan......................
1.4 Manfaat ……………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN
2.1 . Pengertian Karateristik
2.2 Perkembangan Pendidikan di Indonesia dan Cina
2.3 Perbedaan dan Persamaan dengan Kurikuluk di Indonesia
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

Tujuan pendidikan saat ini pada dasarnya merupakan kegiatan atau proses untuk
mengembangkan seluruh potensi yang ada pada anak didik, supaya potensi tersebut tumbuh dan
berkembang dengan baik . Dengan demikian, pelaksanaan dan tujuannya bukan hanya sekedar
pengembangan pengetahuan saja, melainkan pada penguasaan aspek kemampuan, pemahaman,
dan penerapan di lingkungan masayarakat Seorang guru merupakan ujung tombak dan
penggerak kemajuan pendidikan. Secara etik, profesi guru merupakan profesi yang sarat nilai
karena terkait dengan pembentukan karakter peserta didik yang ingin diwujudkan dalam tujuan
pendidikan nasional. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut peran seorang pendidik dalam
kegiatan pelaksanaan pembelajaran sangat besar, karena guru dituntut dalam melaksanakan
proses kegiatan belajar dan pembelajaran tersebut harus mampu menentukan dan menerapkan
berbagai cara, strategi, maupun metode yang paling tepat, sehingga pelaksanaan pembelajaran
berlangsung secara efektif dan efisien. Pada saat ini, banyak strategi dan cara yang bisa
dilakukan guru untuk menciptakan suasana pada proses belajar dan pembelajaran menjadi efektif
dan efisien. Tetapi kenyataannya pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung terlihat lebih
banyak guru yang mendominasi sementara peserta didik hanya menjadi pendengar, menjadi
siswa yang pasif, dan akhirnyamerasa bosan.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan
pelayanan terhadap siswa agar siswa belajar, pembelajaran lebih menekankan kepada guru dalam
upayanya untuk membuat siswa dapat belajar tidak hanya membuat adanya perubahan tingkah
laku siswa. Pembelajaran Akuntasi merupakan pembelajaran yang bermula dari permasalahan
tentang keuangan yang nyata. Dimana permasalahan tersebut dapat dijelaskan oleh teori dengan
menggunakan pemecahan masalah. Dapat disimpulkan pembelajaran akuntansi adalah proses
membuat orang belajar atau serangkaian kejadian yang memengaruhi siswa sehingga proses
belajarnya dapat berlangsung mudah untuk menyampaikan sekumpulan materi bahan ajar
berdasarkan landasan keilmuan akuntansi yang akan dibelajarkan kepada peserta didik sebagai
beban belajar melalui metode dan pendekatan tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. . Pengertian dan Karateristik
1. Pengertian Strategi Pembelajaran.
Pengertian Strategi Pembelajaran CTL Strategi Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL)adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka.10Sementara itu Trianto, mengemukakan bahwa pembelajaran
CTLadalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
kontektual, yakni konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar,
pemodelan, dan penilaian autentik. Pembelajaran CTLmerupakan suatu konsepsi
yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia
nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga warga negara,
dan tenaga kerja.
Kata contextual berasal dari kata context yang berarti “ hubungan, konteks,
suasana, atau keadaan”. Dengan demikian contextual diartikan “ yang
berhubungan dengan suasana (konteks)”, sehingga CTL dapat diartikan sebagai
suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Pembelajaran kontekstual pertama kali diajukan pada awal abad ke-20 di USA
oleh John Dewey. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa secara natural pikiran
mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu
dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat.
Pembelajaran Kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang
membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan
nyata yang mereka hadapi. Beberapa pendapat tentang pembelajaran kontekstual
adalah sebagai berikut :
a) Wina Sanjaya (2008: 120) menyatakan bahwa Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka.
b) Rusman (2009: 240) mengatakan pendekatan Kontekstual adalah
keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan
nyata. Untuk mengaitkannya bisa dilakukan berbagai cara, selain karena
memang materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi
faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh,
sumber belajar, media, dan lain sebagainya yang memang baik secara
langsung maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan
pengalaman hidup nyata. Dengan demikian, pembelajaran selain akan
lebih menarik, juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa
karena apa yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya
c) Elaine B. Johnson (2007: 65) memaparkan bahwa CTL (Contextual
Teaching and Learning) adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL
terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini
terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi
hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah
d) Menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan
untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi
akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-
subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
e) Menurut Akhmad Sudrajat Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel
dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke
permasalahan/ konteks lainnya.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas
kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan
pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan
nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan
mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekadar dilihat dari
sisi produk, tetapi yang terpenting adalah proses.
2. Karateristik
Karakteristik pembelajaran kontekstual dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut
Johnson (2002:24), ada delapan komponen utama dalam system pembelajaran
kontekstual, seperti dalam rincian berikut:
a) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections).
Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif
dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja
sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang belajar sambil berbuat
(learning by doing).
b) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Siswa
membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada
dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis atau anggota masyarakat.
c) Belajar yang diatur sendiri (sell-regulated learning). Siswa melakukan
pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada hubungan dengan penentuan
pilihan, dan ada produknya.
d) Bekerja sama (collaborating). Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu
siswa bekerja secara efektif dalam kelompok.
e) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Siswa dapat
menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif: dapat
menganalisis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan
logika dan bukti
f) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Siswa
memelihara pribadinya.
g) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards). Siswa mengenal dan
mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa
untuk mencapainya
h) Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment). Siswa
menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu
tujuan yang bermakna.

B. Kelebihan Dan Kekuranganya


Adapun beberapa keunggulan dari pembelajaran Kontekstual adalah:
a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
b) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
c) Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa
secara penuh, baik fisik maupun mental
d) Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di
lapangan
e) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari
guru.
f) Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang bermakna.
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah sebagai berikut:
a) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual
berlangsung.
b) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas
yang kurang kondusif
c) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL, guru tidak
lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan
ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang
berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian,
peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai
dengan tahap perkembangannya.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan
sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar
menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam
konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra
terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan
semula.
e) Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.

C. Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi.


tiga hal yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan strategi yaitu: Pertama,CTL
menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses
belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam
konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi
proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubunganya antara materi yang di
pelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat
penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan
nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan
mudah dilupkan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya
CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang di pelajarinya, kn
tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai prilakunya dalam khidupan sehari-
hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk di tumpuk di otak dan kemudian
dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengurangi kehidupan nyata.

D. Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran.


Langkah langkah yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan strategi
pembelajaran kontekstual adalah :
a. Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan di pelajari.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL :
a) Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa.
b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi misalnya
kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke pasar tradisional, dan
kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke pasar swalayan.
c) Melalui observasi siswa di tugaskan untuk mencatat berbagai hal yang
ditemukan di pasar – pasar tersebut.

b. Inti
di Lapangan
1) Siswa melakukan observasi ke pasar sesuai dengan pembagian tugas
kelompok.
2) Siswa mencatat hal – hal yang mereka temukan di pasar sesuai dengan alat
observasi yang telah mereka temukan sebelumnya.
Di dalam Kelas
1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya
masing masing.
2) Siswa melaporkan hasil diskusi.
3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok
yang lain.
Penutup
1) Dengan banrtuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar
masalah pasar sesuai dengan indicator hasil belajar yang harus dicapai.
2) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman
belajar mereka dengan tema “pasar”
E.Upaya Pemecahanya
Dalam menggunakan pendekatan pengajaran konekstual seorang guru perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut ;
a) merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan
mental siswa (developmentally appropriate)
b) membentuk group belajar yang saling ketergantungan (interdependent
learning group)
c) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self
regulated learning) yang mempunyai karakteristik : kesadaran berfikir,
penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan.
d) Mempertimbangkan keragaman siswa (disversity of student)
e) Memperhatikan multi-intelegensi siswa (mltiple intelligences), spasial-
verbal, linguistic-verbal, interpersonal, musikal ritmik, naturalis, badan-
kinestetika, intrapersonal, dan logismatematis. (Gardner, 1993)
f) Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran
siswa, perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berfikir
tingkat tinggi.
g) Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau
memberikan pelayanan terhadap siswa agar siswa belajar, pembelajaran lebih menekankan
kepada guru dalam upayanya untuk membuat siswa dapat belajar tidak hanya membuat adanya
perubahan tingkah laku siswa. Pembelajaran Akuntasi merupakan pembelajaran yang bermula
dari permasalahan tentang keuangan yang nyata. Dimana permasalahan tersebut dapat dijelaskan
oleh teori dengan menggunakan pemecahan masalah. Dapat disimpulkan pembelajaran akuntansi
adalah proses membuat orang belajar atau serangkaian kejadian yang memengaruhi siswa
sehingga proses belajarnya dapat berlangsung mudah untuk menyampaikan sekumpulan materi
bahan ajar berdasarkan landasan keilmuan akuntansi yang akan dibelajarkan kepada peserta
didik sebagai beban belajar melalui metode dan pendekatan tertentu.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang membuktikan adanya peningkatan kecerdasan spiritual
dan emosional siswa setelah menerapkannya model CTL dan untuk mencapai hasil yang
maksimal atau optimal, maka terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan,
adapun saran-saran yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut:
a) Bagi Kepala sekolah Alangkah baiknya jika hasil penelitian ini dijadikan
pedoman oleh lembaga pendidikan untuk selalu meningkatkan SQ, EQ dan IQ
peserta didik, sebab ketiganya sangat penting untuk mencapai hasil yang
maksimal, khususnya dalam kehidupan sehari-hari.
b) Bagi Guru PAI Guru diharapkan dapat mengembangkan model CTL dan
metode-metode atau strategi-strategi lain yang tidak hanya meningkatkan
kemampuan kognitif siswa siswa akan tetapi juga meningkatkan atau melatih
kemampuan berfikir siswa. Selain itu guru juga harus memperhatikan SQ dan
EQ siswa, karena SQ, EQ dan IQ ini sangat penting dan harus diimbangi agar
terhindar dari perilaku negative. Selain itu guru diharapkan dapat menerapkan
dan mengembangkan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)
dengan baik dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Hal ini dapat dilakukan
apabila konsep pembelajaran dan situasi belajar mendukung untuk
menggunakan pendekatan pembelajaran tersebut.
c) Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
membuktikan pengaruh SQ dan EQ terhadap prestasi belajar peserta didik,
sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih valid dan reliabel.
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.um-surabaya.ac.id/1603/3/BAB_II.pdf
https://www.academia.edu/43153976/
MAKALAH_Strategi_Pembelajaran_CTL_Contextual_Teaching_and_Learning_
http://eprints.radenfatah.ac.id/677/1/BAB%20I.pdf
https://www.eduinspirasi.com/2021/07/makalah-pembelajaran-kontekstual.html
epository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/2373/Ledina%20Sumihar.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai