Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pengajaran adalah suatu aktifitas (proses) mengajar belajar yang di dalamnya ada dua
subjek yaitu guru dan peserta didik. Istilah peserta didik penulis gunakan untuk anak didik,
objek didik, atau sebagai istilah lain dari murid/siswa. Tugas dan tanggung jawab utama
seorang guru/pengajar adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien,
dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif di antara dua
subjek pengajaran, guru sebagai penginisiatif awal, pengarah, pembimbing, sedang peserta
didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam
pengajaran. Pengajaran memang bukan konsep atau praktek yang sederhana ia bersifat
kompleks, menjadi tugas dan tanggung jawab guru yang seharusnya. Pengajaran itu berkaitan
erat dengan pengembangan potensi manusia (peserta didik), perubahan dan pembinaan
dimensi-dimensi kepribadian peserta menyikapi makanan pada sang bayi. Dengan kata lain,
tugas pengajaran (mengajar) adalah berat, kompleks, perlu keseriusan, tidak asal jadi atau
kurikulum, perubahan ini sengaja diciptakan oleh atasan (Depdiknas) sebagai usaha untuk
ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebagainya. Inovasi seperti ini
dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan
memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan
Adapun permasalahan yang mau dibahas pada pada pembuatan tugas rekayasa ide ini adalah
kesulitan guru dalam menerapkan model pembelajaran contextual teaching leraning (CTL) dalam
mata pelajaran geografi. Sehingga proses pembelajaran akan semakin membosankan karean kesulitan
dalam menerapkan model pembelajaran tersebut. Juga kurang didukungnya media pembelajaran
"BAB II
Pembahasan
belajar yang membantu guru mengaitkan antara meteri yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Hasil atau prestasi belajar peserta didik tidak hanya dilihat dari tampilan
kuantitatif, melainkan dilihat dari sisi kualitas penguasaan dan aplikasinya dalam kehidupan
yang nyata. Dengan skema konseptual yang seperti itu, hasil pembelajaran bukan sekedar
wacana melangit, akan tetapi merupakan hal yang harus membumi dan lebih bermakna bagi
siswi. CTL adalah salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh The Washington
State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan
Serikat. Salah satu kegiatan dari konsorsium tersebut adalah melatih dan memberi
kesempatan kepada para guru dari enam propinsi di Indonesia untuk mempelajari pendekatan
untuk mencapai tujuan. Komponen pembelajaran meliputi materi, metode, alat, dan evaluasi
pembelajaran. Menentukan model atau kegiatan belajar merupakan langkah penting dalam
dengan tujuan dan materi pelajaran. Untuk melaksanakan proses pembelajaran perlu
dipikirkan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi serta tujuan
pembelajaran, juga ditetapkan dengan melihat kegiatan yang akan dilakukan. Selain itu, juga
awal yaitu kebermaknaan yang mampu memberikan pemahaman utuh dan menyeluruh pada
siswa sehingga dapat memahami dan mampu mengaplikasikan materi yang telah dipelajari
dan mengaitkan dengan konteks alam sekitar serta siswa diberi kesempatan untuk pro aktif
simpulan Piaget) menyatakan bahwa anak pada masa perkembangan operasional konkrit (7-
11) sudah mulai paham dengan peraturan logis, refesibel dan kekekalan (2009: 23). Misalnya
mempunyai ketaatan yang kuat terhadap aturan yang mereka temui di lingkungannya. Apa
yang dialaminya (didengar, dilihat, dan dirasakan) merupakan pengayaan kognitif, emosi dan"
selanjutnya.Permasalahan terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa) adalah
mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana
pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka memperolah informasi dan
motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa membantu mereka. Para
matematika, fisika, atau biologi), karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh
pendidik (guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa tahu apa
yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan mereka di masa datang,
yaitu saat mereka bermasyarakat ataupun saat di tempat kerja kelak. Oleh karena itu
diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu
metode yang bisa lebih memberdayakan siswa dalah pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning / CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem
pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan
makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari
peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan
dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori
jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
pembelajaran terjadi hanya ketika siswa (peserta didik) memproses informasi atau
pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan
mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari
belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial,
ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya."
"Dalam lingkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna
antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep
kelas fisika yang mempelajari tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana
kualitas dan jumlah bahan bangunan mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan untuk
menjaga gedung saat terkena panas atau terkena dingin. Atau kelas biologi atau kelas kimia
bisa belajar konsep dasar ilmu alam dengan mempelajari penyebaran AIDS atau cara-cara
petani bercocok tanam dan pengaruhnya terhadap lingkungan."
"BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
pembelajaran terjadi hanya ketika siswa (peserta didik) memproses informasi atau
pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan
mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari
ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya.
belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial,
ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya.
B. Saran
Dalam mewujudkan gagasan yang ada dalam tulisan ini, maka penulis menyarankan
agar sebaiknya terlebih dahulu membicarakan tindakan tersebut dengan dosen yangb
bersangkutan supaya dalam model pembelajaran CTL tersebut dapat berjalan dengan baik. "