Anda di halaman 1dari 10

"BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pengajaran adalah suatu aktifitas (proses) mengajar belajar yang di dalamnya ada dua

subjek yaitu guru dan peserta didik. Istilah peserta didik penulis gunakan untuk anak didik,

objek didik, atau sebagai istilah lain dari murid/siswa. Tugas dan tanggung jawab utama

seorang guru/pengajar adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien,

dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif di antara dua

subjek pengajaran, guru sebagai penginisiatif awal, pengarah, pembimbing, sedang peserta

didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam

pengajaran. Pengajaran memang bukan konsep atau praktek yang sederhana ia bersifat

kompleks, menjadi tugas dan tanggung jawab guru yang seharusnya. Pengajaran itu berkaitan

erat dengan pengembangan potensi manusia (peserta didik), perubahan dan pembinaan
dimensi-dimensi kepribadian peserta menyikapi makanan pada sang bayi. Dengan kata lain,

tugas pengajaran (mengajar) adalah berat, kompleks, perlu keseriusan, tidak asal jadi atau

coba-coba. Pelaksanaan pembelajaran sering mengalami kendala seperti terjadinya perubahan

kurikulum, perubahan ini sengaja diciptakan oleh atasan (Depdiknas) sebagai usaha untuk

meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan,

ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebagainya. Inovasi seperti ini

dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan

memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan

bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.

B. Permasalahan yang dibahas

Adapun permasalahan yang mau dibahas pada pada pembuatan tugas rekayasa ide ini adalah

kesulitan guru dalam menerapkan model pembelajaran contextual teaching leraning (CTL) dalam
mata pelajaran geografi. Sehingga proses pembelajaran akan semakin membosankan karean kesulitan

dalam menerapkan model pembelajaran tersebut. Juga kurang didukungnya media pembelajaran

sehingga dalam penerapannya membingungkan siswa itu sendiri. "

"BAB II

Pembahasan

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara meteri yang diajarkannya dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Hasil atau prestasi belajar peserta didik tidak hanya dilihat dari tampilan

kuantitatif, melainkan dilihat dari sisi kualitas penguasaan dan aplikasinya dalam kehidupan

yang nyata. Dengan skema konseptual yang seperti itu, hasil pembelajaran bukan sekedar

wacana melangit, akan tetapi merupakan hal yang harus membumi dan lebih bermakna bagi
siswi. CTL adalah salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh The Washington

State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan

tinggi, 20 sekolah, dan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang pendidikan di Amerika

Serikat. Salah satu kegiatan dari konsorsium tersebut adalah melatih dan memberi

kesempatan kepada para guru dari enam propinsi di Indonesia untuk mempelajari pendekatan

kontekstual di Amerika Serikat (Priyatni,2002:1).

Pembelajaran sebagai sistem mempunyai sejumlah komponen yang saling berinteraksi

untuk mencapai tujuan. Komponen pembelajaran meliputi materi, metode, alat, dan evaluasi

pembelajaran. Menentukan model atau kegiatan belajar merupakan langkah penting dalam

menunjang keberhasilan pencapaian tujuan. Model pembelajaran tersebut harus disesuaikan

dengan tujuan dan materi pelajaran. Untuk melaksanakan proses pembelajaran perlu

dipikirkan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi serta tujuan
pembelajaran, juga ditetapkan dengan melihat kegiatan yang akan dilakukan. Selain itu, juga

diperlukan adanya pembelajaran yang menyenangkan tetapi tidak meninggalkan konteks

awal yaitu kebermaknaan yang mampu memberikan pemahaman utuh dan menyeluruh pada

siswa sehingga dapat memahami dan mampu mengaplikasikan materi yang telah dipelajari

dan mengaitkan dengan konteks alam sekitar serta siswa diberi kesempatan untuk pro aktif

dan mendapatkan pengalaman belajar. Perkembangan kognitif menurut Suprijono (mengutip

simpulan Piaget) menyatakan bahwa anak pada masa perkembangan operasional konkrit (7-

11) sudah mulai paham dengan peraturan logis, refesibel dan kekekalan (2009: 23). Misalnya

mempunyai ketaatan yang kuat terhadap aturan yang mereka temui di lingkungannya. Apa

yang dialaminya (didengar, dilihat, dan dirasakan) merupakan pengayaan kognitif, emosi dan"

"perkembangan sosial yang memperluas dan memperkuat akumulasi perkembangan

selanjutnya.Permasalahan terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa) adalah

mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana
pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka memperolah informasi dan

motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa membantu mereka. Para

siswa kesulitan untuk memahami konsep-konsep akademis (seperti konsep-konsep

matematika, fisika, atau biologi), karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh

pendidik (guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa tahu apa

yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan mereka di masa datang,

yaitu saat mereka bermasyarakat ataupun saat di tempat kerja kelak. Oleh karena itu

diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu

metode yang bisa lebih memberdayakan siswa dalah pendekatan kontekstual (Contextual

Teaching and Learning / CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem

pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan

makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari

peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan
dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori

jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.

CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Menurut teori pembelajran kontekstual,

pembelajaran terjadi hanya ketika siswa (peserta didik) memproses informasi atau

pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan

mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka.

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari

hubungan individu dengan linkungan sekitarnya. Berdasarkan pemahaman di atas, menurut

metode pembelajaran kontekstual kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam


ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya.

Mengharuskan pendidik (guru) untuk pintar-pintar memilih serta mendesain linkungan

belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial,

budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan/

ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif

pemahamannya."

"Dalam lingkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna

antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep

diinternalisasi melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai contoh,

kelas fisika yang mempelajari tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana

kualitas dan jumlah bahan bangunan mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan untuk

menjaga gedung saat terkena panas atau terkena dingin. Atau kelas biologi atau kelas kimia

bisa belajar konsep dasar ilmu alam dengan mempelajari penyebaran AIDS atau cara-cara
petani bercocok tanam dan pengaruhnya terhadap lingkungan."

"BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Menurut teori pembelajran kontekstual,

pembelajaran terjadi hanya ketika siswa (peserta didik) memproses informasi atau

pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan

mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka.

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari

hubungan individu dengan linkungan sekitarnya. Berdasarkan pemahaman di atas, menurut


metode pembelajaran kontekstual kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam

ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya.

Mengharuskan pendidik (guru) untuk pintar-pintar memilih serta mendesain linkungan

belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial,

budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan/

ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif

pemahamannya.

B. Saran

Dalam mewujudkan gagasan yang ada dalam tulisan ini, maka penulis menyarankan

agar sebaiknya terlebih dahulu membicarakan tindakan tersebut dengan dosen yangb

bersangkutan supaya dalam model pembelajaran CTL tersebut dapat berjalan dengan baik. "

Anda mungkin juga menyukai