2. Teori dan Prinsip Model Pembelajaran Contextual and Teaching Learning (CTL).
Beberapa teori yang berkembang berkaitan dengan metode Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah sebagai berikut:
1) Knowledge-Based Constructivism
Teori ini beranggapan bahwa belajar bukan menghapal, melainkan mengalami di
mana peserta didik dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui partisipasi aktif
secara inovatif dalam proses pembelajaran.
2) Effort-Based Learning/Incremental Theory
Teori ini beranggapan bahwa bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar akan
mendorong pesertadidik memiliki komitmen terhadap belajar.
3) Socialization
Teori ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses sosial yang menentukan
terhadap tujuan belajar. Oleh karena itu, faktor sosial dan budaya merupakan bagian dari
sistem pembelajaran.
4) Situated Learning
Teori ini beranggapan bahwa pengetahuan dan pembelajaran harus situasional, baik
dalam konteks secara fisik maupun konteks sosial dalam rangka mencapai tujuan belajar.
5) Distributed Learning
Teori ini beranggapan bahwa manusia merupakan bagian integral dari proses
pembelajaran yang didalamnya harus ada terjadinya proses sebagai pengetahuan dan
bermacam-macam tugas.
Dengan menerapkan CTL tanpa disadari pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern
yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu sebagai berikut:
1) Prinsip kesaling-bergantungan mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta
saling bergantung dan saling berhubungan. Dalam CTL prinsip kesaling-bergantungan
mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya,
dengan siswa-siswa, dengan masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-
bergantungan mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat,
saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari
pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan pengalaman-pengalaman dari masing-
masing individu untuk mencapai standar akademik yang tinggi.
2) Prinsip diferensiasi merujuk pada dorongan terus menerus dari alam semesta untuk
menghasilkan keragaman, perbedaan dan keunikan. Dalam CTL prinsip diferensiasi
membebaskan para siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, memunculkan cara belajar
masing-masing individu, berkembang dengan langkah mereka sendiri. Disini para siswa
diajak untuk selalu kreatif, berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
3) Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa segala sesuatu diatur, dipertahankan dan
disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh
potensinya. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri,
menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi,
menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar
siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus menemukan minat
pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan keterbatasan
kemampuan.
Dengan pembelajaran Contextual and Teaching Learning (CTL) memungkinkan terjadinya
lima bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing),
menerapkan (applying), kerja sama (cooperation), dan mentransfer (transferring). Adapun
penjelasannya secara singkat sebagai berikut:
1. Mengaitkan (relating), merupakan inti konstruktivisme dalam belajar kontekstual yang
berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman atau pengetahuan yang sudah
dimilki sebelumnya oleh peserta didik.
2. Mengalami (experiencing), merupakan inti belajar kontekstual dimana belajar dapat terjadi
secara cepat ketika peserta didik dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan
bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan (applying), merupakan suatu tindakan peserta didik dalam menggunakan
konsep-konsep yang dipelajari di dalam memecahkan berbagai permasalahan. Guru dapat
memotivasi peserta didik dengan memberikan latihan yang realistik dan relevan.
4. Kerja sama (cooperation), merupakan suatu bentuk belajar yang memungkinkan peserta
didik untuk bekerja sama dengan kelompoknya di dalam memecahkan masalah yang
kompleks. Pengalaman kerja sama tidak hanya membantu peserta didik mempelajari
bahan ajar tetapi juga konsisten dengan dunia nyata. Sebaliknya, peserta didik yang
bekerja secara individu sering tidak memberikan kemajuan yang signifikan terhadap
peserta didik.
5. Mentransfer (transferring), merupakan peran guru dalam membuat bermacam-macam
pengalaman belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hafalan.