Anda di halaman 1dari 20

“MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL)”

OLEH :
NI KETUT MUDIANTARI
1313021008
II/A

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2014
RINGKASAN MATERI

“Model Pembelajaran Contextual Teaching and


Learning (CTL)”

A. Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching


and Learning (CTL)
Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata
context yang berarti hubungan, konteks, suasana, dan
keadaan. Secara umum, “contextual” mengandung arti
berkenaan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung
(Sagala, 2003). Pembelajaran Contextual and Teaching
Learning (CTL) atau disebut juga pembelajaran kontekstual
merupakan suatu pembelajaran yang mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan konteks dunia nyata yang
yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari (konteks
pribadi, sosial dan kultural) atau dengan kata lain konsep
belajar yang dapat menghubungkan antara pengetahuan
yang dimiliki peserta didik dengan penerapan di dalam
kehidupan nyata mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Trianto, 2008). Sebenarnya konsep
pembelajaran kontekstual bukan konsep baru, karena
konsep ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1916
oleh John Dewey yang mengetengahkan kurikulum dan
1
metodologi pengajaran sangat erat hubungannya dengan
minat dan pengalaman siswa.
Contextual and Teaching Learning (CTL) disebut
kontekstual karena konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
masyarakat. Dengan adanya Contextual and Teaching
Learning (CTL), maka peserta didik memiliki pengetahuan
atau keterampilan yang dinamis dan fleksibel serta peserta
didik dapat mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya terhadap pengetahuan yang diterima
(Trianto, 2008). Dalam Contextual and Teaching Learning
(CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih
memberdayakan peserta didik dengan harapan mereka
mampu mengkonstruksi pengetahuan yang diterima bukan
dengan menghafal karena pengetahuan bukan sebuah
konsep yang siap diterima melainkan sesuatu yang harus
dikonstruksi mengingat bahwa pengetahuan selalu berubah
sesuai dengan perkembangan jaman.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan model
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar atau
2
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
membantu guru dalam mengaitkan antara materi
pembelajaran atau materi yang dipelajari dengan kehidupan
nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, sekolah,
masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk
menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya dan
menjadikannya dasar pengambilan keputusan atas
pemecahan masalah yang akan dihadapi siswa dalam
kehidupan sehari-hari (Uno, 2007).

B. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Contextual


Teaching and Learning (CTL)
Menurut Trianto (2008), dengan menerapkan CTL
tanpa disadari pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah
modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di
alam semesta, yaitu sebagai berikut:
1) Prinsip kesaling-bergantungan
Dalam CTL prinsip kesaling-bergantungan
mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan
mereka dengan pendidik lainnya, dengan masyarakat
dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-bergantungan
mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling
mengutarakan pendapat, saling mendengarkan untuk

3
menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari
pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan
pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu
untuk mencapai standar akademik yang tinggi.
2) Prinsip diferensiasi
Prinsip ini merujuk pada dorongan terus menerus
dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman,
perbedaan dan keunikan. Dalam CTL prinsip
diferensiasi membebaskan para siswa untuk menjelajahi
bakat pribadi, memunculkan cara belajar masing-masing
individu, berkembang dengan langkah mereka sendiri.
Disini para siswa diajak untuk selalu kreatif, berpikir
kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
3) Prinsip pengaturan diri
Prinsip ini menyatakan bahwa segala sesuatu diatur,
dipertahankan dan disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini
mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh
potensinya. Mereka menerima tanggung jawab atas
keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif,
membuat pilihan, mengembangkan rencana,
menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan
kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar
siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru
4
sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi,
kemampuan mereka dalam bertahan dan keterbatasan
kemampuan.

C. Komponen Model Pembelajaran Contextual Teaching


and Learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dengan
tujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, pendekatan
pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih
relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun
pengetahuan yang akan diterapkan dalam kehidupannya.
Menurut Sagala (2003) di dalam pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) terdapat 7 komponen yakni
sebagai berikut.
a. Kontruktivisme (Constructivisme)
Komponen ini merupakan landasan berfikir
pendekatan CTL. Pembelajaran konstruktivisme
menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara
aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan
terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.
Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep dan

5
kaidah yang siap dipraktekkan, melainkan harus
dkonstruksi terlebih dahulu dan memberikan makna
melalui pengalaman nyata. Karena itu siswa perlu
dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan
ide-ide yang ada pada dirinya.
b. Bertanya (Questioning)
Komponen ini merupakan strategi pembelajaran
CTL. Bertanya dalam pembelajaran CTL dipandang
sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk
mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk
memperoleh informasi, sekaligus mengetahui
perkembangan kemampuan berfikir siswa.
c. Menemukan (Inquiry)
Komponen ini merupakan kegiatan inti CTL.
Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap
fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan
bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh
sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil
mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan
sendiri dari fakta yang dihadapinya.

6
d. Masyarakat belajar (learning community)
Komponen ini menyarankan bahwa hasil belajar
sebaiknya diperoleh dari kerja sama dengan orang lain.
Hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman,
antarkelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak
tahu, baik di dalam maupun di luar kelas. Karena itu
pembelajaran yang dikemas dalam diskusi kelompok
dengan anggota heterogen dan jumlah yang bervariasi
sangat mendukung komponen learning community.
e. Pemodelan (modelling)
Komponen pendekatan CTL ini menyarankan
bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan
tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa.
Pemodelan merupakan proses penampilan suatu contoh
agar orang lain(siswa) meniru, berlatih, menerapkan
pada situasi lain, dan mengembangkannya. Menurut
Albert Bandura, belajar dapat dilakukan dengan cara
pemodelan ini. Model yang dimaksud bisa berupa
pemberian contoh, misalnya cara mengoperasikan
sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertontonkan
suatu penampilan. Cara pembelajaran semacam ini akan
lebih cepat dipahami siswa dari pada hanya bercerita

7
atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa
ditunjukkan modelnya atau contohnya.
f. Refleksi (reflection)
Komponen yang merupakan bagian terpenting dari
pembelajaran dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah
perenungan kembali atas pengetahuan yang baru
dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja
dipelajari, menelaah, dan merespons semua kejadian,
aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam
pembelajaran,h bahkan memberikan masukan atau saran
jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa
pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan
pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini
penting ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap
terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan baru.
g. Penilaian autentik (authentic assessment)
Komponen yang merupakan ciri khusus dari
pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan
berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau
informasi tentang perkembangan pengalaman belajar
siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa ini
perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan
8
benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian,
penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati,
menganalisis, dan menafsirkan data yang telah
terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa
berlangsung, bukan semata-mata pada hasil
pembelajaran.

D. Sintaks Model Pembelajaran Contextual Teaching and


Learning (CTL)
Dalam model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) terdapat lima sintaks atau langkah
pembelajaran yang perlu diperhatikan (Trianto, 2008) yaitu
sebagai berikut.
a. Mengaitkan (relating)
Dalam kegiatan belajar dan pembelajaran, pada
tahapan ini guru mengaitkan informasi baru dengan
pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimilki
sebelumnya oleh peserta didik Guru berupaya untuk
menempatkan pembelajaran dalam konteks pengalaman
hidup di mana siswa memperhatian kejadian sehari-hari
di sekitar mereka dan kemudian mengubungan informasi
yang telah mereka peroleh untuk menemukan
pemecahan masalah terhadap permasalahan tersebut.

9
b. Mengalami (experiencing)
Mengalami merupakan inti belajar kontekstual.
Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat
memanipulasi peralatan dan bahan-bahan dan untuk
melakukan bentuk-bentuk penelitian aktif.
c. Menerapkan (appliying)
Menerapkan merupakan suatu tindakan peserta
didik dalam menggunakan konsep-konsep yang
dipelajari di dalam memecahkan berbagai permasalahan.
Guru dapat memotivasi peserta didik dengan
memberikan latihan yang realistik dan relevan. Dalam
kegiatan ini guru menerapkan yaitu presentasi
pengetahuan dalam konteks pemanfaatannya.
d. Kerjasama (cooperating)
Kerjasama adalah strategi pengajaran utama dalam
pengajaran kontekstual. Terkadang siswa yang bekerja
secara individu sering tidak membentuk kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara
kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek
dengan sedikit bantuan. Pengalaman bekerja sama tidak
hanya membantu siswa mempelajari materi, tetapi dapat
melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan
untuk mengadakan interaksi dengan individu lain.
10
e. Mentransfer (Transfering)
Pada tahapan ini, belajar ditekankan pada pada
terwujudnya kemampuan siswa untuk memanfaatkan
pengetahuan yang telah diperoleh dalam kegiatan belajar
dalam situasi atau konteks baru. Guru dalam hal ini
berperan dalam membuat bermacam-macam pengalaman
belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hafalan.
Adapun penerapan sintaks pada model pembelajaran
Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam proses
pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

N Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa CTL


o
1 Pendahul  Menyampaikan  Mendengarka Mengaitka
uan tujuan dari n tujuan yang. n
pembelajaran disampaikan (relating)
yang ingin guru.
dicapai pada  Menjawab
pelajaran apersepsi
tersebut. dari guru.
 Menyampaikan
apersepsi.
2 Inti  Menyampaikan  Menjawab Kerjasama
motivasi. motivasi dari (cooperatin
 Menyampaikan guru.
materi dan  Mendengarka
memberiakan n dan mecatat
contoh. penjelasan
 Menjelaskan dan guru.
men-  Memperhatik
11
demonstrasikan an g)
percobaan. demonstrasi
 Mengorganisasik guru.
an siswa ke  Membentuk
dalam kelompok kelompok.
belajar yang
heterogen.
 Melakukan
percobaan
yang ada di
LKS.
 Membimbing  Menjawab
pertanyaan Mengalami
siswa dalam
yang ada di (experimen
menjawab
LKS. ting)
pertanyaan yang
ada di LKS.
 Mempersenta
sikahasil
percobaan
kelompok
yang
diperoleh.
 Meminta
perwakilan dari Menerapka
setiap kelompok n
untuk (applliying)
mempersentasika
n hasil diskusi
didepan kelas.
3 Penutup  Membimbing  Merangkum Mentrasfer
siswa untuk atau (transferrin
merangkum menyimpulak g)
(menyimpulkan) n materi yang
semua materi telah
yang telah dipelajari.
dipelajari.  Mengerjakan
 Memberikan tes soal-soal tes
12
E. Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL) dalam Proses Belajar Mengajar
Metode Contextual Teaching Learning memiliki tujuh
komponen utama yaitu “ konstruktivisme (constructivism),
menemukan (Inquiry), bertanya (questioning), masyarakat
belajar (Learning community), pemodelan (modeling), refleksi
(reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment)”. Sebuah kelas dikatakan menggunakan metode
Contextual Teaching Learning jika menerapkan ketujuh
komponen tersebut didalam kegiatan pembelajarannya.
Contextual Teaching Learning dapat diterapkan dalam
kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang
bagaimanapun keadaannya (Anurrahman, 2009). Secara garis
besar langkah-langkah penerapan Contextual Teaching
Learning dalam kelas sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan
sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk
menemukan topic.

13
3. Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok-
kelompok)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

F. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran


Contextual Teaching and Learning (CTL)
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan, begitu juga pada model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL). Adapun kelebihan dan
kekurangan dari model pembelajaran tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Kelebihan Model Pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL)
 Real word learning, mengutamaan pengalaman
nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa,
siswa aktif, kritis, dan kreatif, pengetahuan
bermakna dalam kehidupan, dekat dengan
kehidupan nyata, adanya perubahan prilaku,
pengetahuan diberi makna, dan kegiatannya bukan
mengajar tapi belajar.
14
 Kesempatan yang diberikan kepada semua siswa
untuk mengembangkan harapan mereka,
mengembangkan bakat mereka, dan mengetahui
informasi terbaru, serta menjadi anggota masyarakat
demokrasi yang cakap.
 Kegiatan pembelajara yang berpusat pada siswa
agar berpikir kritis dan kreatif supaya dapat
mengembangkan harapan dan bakat mereka.
2. Kekurangan Model Pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL)
 Guru lebih intensif dalam membimbing karena
dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan pengetahuan dan
ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa
dipandang sebagai individu yang sedang
berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan
keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan
demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur
atau ”penguasa” yang memaksa kehendak
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar
15
mereka dapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-
ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari
dan dengan sadar menggunakan strategi-strategi
mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam
konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian
dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar
tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang
diterapkan semula.

G. Perbedaan antar Model Pembelajaran Contextual


Teaching and Learning (CTL) dan Model Pembelajaran
Konvensional
Jika dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional, model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL) memiliki beberapa perbedaan .
Beberapa perbedaan antara pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) dan pendekatan Konvensinal
berdasarkan Depdiknas (Herdian, 2010) yaitu sebagai
berikut.

16
Tabel 2. Perbedaan Model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) dan model pembelajaran
konvensinal

Perbedaan CTL dengan pembelajaran konvensional

No Pembelajaran
CTL
Konvensional

1 Siswa sebagai subjek Siswa sebagai objek


belajar belajar

2 Siswa belajar melalui Siswa lebih banyak belajar


kegiatan kelompok secara individu

3 Pembelajaran dikaitkan Pembelajaran bersifat


dengan kehidupan nyata teoritis dan abstrak

4 Kemampuan didasarkan Kemampuan diperoleh dari


atas pengalaman latihan

5 Tujuan akhir kepuasan diri Tujuan akhir nilai atau


angka

6 Prilaku dibangun atas Prilaku dibangun oleh


kesadaran factor dari luar

7 Pengetahuan yang dimiliki Pengetahuan yang dimiliki


individu berkembang sesuia bersifat absolute dan final,
dengan pengalaman yang serta tidak berkembang

17
dialaminya

8 Siswa bertanggung jawab Guru penentu jalannya


memonitor dan proses pembelajaran
mengembangkan
pembelajaran

9 Pembelajaran bisa terjadi Pembelajaran hanya terjadi


dimana saja didalam kelas

10 Keberhasilan pembelajaran Keberhasilan belajar hanya


dapat diukur dengan dapat diukur dengan tes
berbagai cara

18
DAFTAR PUSTAKA
Anurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.

Herdian. 2010. “Model Pembelajaran Contextual Teaching


Learning (CTL)”. Dalam
http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-
pembelajaran-contextual-teaching-learning-ctl/. Diakses
pada 11 April 2014

Sagala, H. Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran.


Bandung: Alfabeta
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) Di Kelas. Jakarta:
Cerdas Pustaka Publisher.
Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran (menciptakan
Proses Belajar dan Mengajar yang Kreatif dan Efektif.
Jakarta: PT. Bumi Aksara

19

Anda mungkin juga menyukai