OLEH :
NI KETUT MUDIANTARI
1313021008
II/A
3
menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari
pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan
pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu
untuk mencapai standar akademik yang tinggi.
2) Prinsip diferensiasi
Prinsip ini merujuk pada dorongan terus menerus
dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman,
perbedaan dan keunikan. Dalam CTL prinsip
diferensiasi membebaskan para siswa untuk menjelajahi
bakat pribadi, memunculkan cara belajar masing-masing
individu, berkembang dengan langkah mereka sendiri.
Disini para siswa diajak untuk selalu kreatif, berpikir
kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
3) Prinsip pengaturan diri
Prinsip ini menyatakan bahwa segala sesuatu diatur,
dipertahankan dan disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini
mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh
potensinya. Mereka menerima tanggung jawab atas
keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif,
membuat pilihan, mengembangkan rencana,
menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan
kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar
siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru
4
sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi,
kemampuan mereka dalam bertahan dan keterbatasan
kemampuan.
5
kaidah yang siap dipraktekkan, melainkan harus
dkonstruksi terlebih dahulu dan memberikan makna
melalui pengalaman nyata. Karena itu siswa perlu
dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan
ide-ide yang ada pada dirinya.
b. Bertanya (Questioning)
Komponen ini merupakan strategi pembelajaran
CTL. Bertanya dalam pembelajaran CTL dipandang
sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk
mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk
memperoleh informasi, sekaligus mengetahui
perkembangan kemampuan berfikir siswa.
c. Menemukan (Inquiry)
Komponen ini merupakan kegiatan inti CTL.
Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap
fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan
bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh
sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil
mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan
sendiri dari fakta yang dihadapinya.
6
d. Masyarakat belajar (learning community)
Komponen ini menyarankan bahwa hasil belajar
sebaiknya diperoleh dari kerja sama dengan orang lain.
Hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman,
antarkelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak
tahu, baik di dalam maupun di luar kelas. Karena itu
pembelajaran yang dikemas dalam diskusi kelompok
dengan anggota heterogen dan jumlah yang bervariasi
sangat mendukung komponen learning community.
e. Pemodelan (modelling)
Komponen pendekatan CTL ini menyarankan
bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan
tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa.
Pemodelan merupakan proses penampilan suatu contoh
agar orang lain(siswa) meniru, berlatih, menerapkan
pada situasi lain, dan mengembangkannya. Menurut
Albert Bandura, belajar dapat dilakukan dengan cara
pemodelan ini. Model yang dimaksud bisa berupa
pemberian contoh, misalnya cara mengoperasikan
sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertontonkan
suatu penampilan. Cara pembelajaran semacam ini akan
lebih cepat dipahami siswa dari pada hanya bercerita
7
atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa
ditunjukkan modelnya atau contohnya.
f. Refleksi (reflection)
Komponen yang merupakan bagian terpenting dari
pembelajaran dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah
perenungan kembali atas pengetahuan yang baru
dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja
dipelajari, menelaah, dan merespons semua kejadian,
aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam
pembelajaran,h bahkan memberikan masukan atau saran
jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa
pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan
pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini
penting ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap
terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan baru.
g. Penilaian autentik (authentic assessment)
Komponen yang merupakan ciri khusus dari
pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan
berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau
informasi tentang perkembangan pengalaman belajar
siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa ini
perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan
8
benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian,
penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati,
menganalisis, dan menafsirkan data yang telah
terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa
berlangsung, bukan semata-mata pada hasil
pembelajaran.
9
b. Mengalami (experiencing)
Mengalami merupakan inti belajar kontekstual.
Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat
memanipulasi peralatan dan bahan-bahan dan untuk
melakukan bentuk-bentuk penelitian aktif.
c. Menerapkan (appliying)
Menerapkan merupakan suatu tindakan peserta
didik dalam menggunakan konsep-konsep yang
dipelajari di dalam memecahkan berbagai permasalahan.
Guru dapat memotivasi peserta didik dengan
memberikan latihan yang realistik dan relevan. Dalam
kegiatan ini guru menerapkan yaitu presentasi
pengetahuan dalam konteks pemanfaatannya.
d. Kerjasama (cooperating)
Kerjasama adalah strategi pengajaran utama dalam
pengajaran kontekstual. Terkadang siswa yang bekerja
secara individu sering tidak membentuk kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara
kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek
dengan sedikit bantuan. Pengalaman bekerja sama tidak
hanya membantu siswa mempelajari materi, tetapi dapat
melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan
untuk mengadakan interaksi dengan individu lain.
10
e. Mentransfer (Transfering)
Pada tahapan ini, belajar ditekankan pada pada
terwujudnya kemampuan siswa untuk memanfaatkan
pengetahuan yang telah diperoleh dalam kegiatan belajar
dalam situasi atau konteks baru. Guru dalam hal ini
berperan dalam membuat bermacam-macam pengalaman
belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hafalan.
Adapun penerapan sintaks pada model pembelajaran
Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam proses
pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
13
3. Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok-
kelompok)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
16
Tabel 2. Perbedaan Model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) dan model pembelajaran
konvensinal
No Pembelajaran
CTL
Konvensional
17
dialaminya
18
DAFTAR PUSTAKA
Anurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
19