Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Dwi Anggraini
Paud An-Najjah, Bojongsari, Depok
dwianggraini_ipa3@yahoo.com

ABSTRAK

Pembelajaran kontekstual merupakan suatu metode pembelajaran yang berpusat pada


anak. Pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia
nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah,
siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan, dan menggunakan berbagai
sumber belajar. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual memiliki delapan ciri utama, yaitu Membuat keterkaitan-keterkaitan yang
bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, bekerja
sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai
standar yang tinggi dan menggunakan penilaian autentik.Di masa yang akan datang, diharapkan
sistem pembelajaran terutama dalam pendidikan anak usia dini agar lebih difokuskan lagi terhadap
kehidupan nyata anak sehingga membantu anak menemukan makna dari pembelajaran.
Perkembangan pembelajaran di dunia global semakin pesat, oleh karena itu guru kelas diwajibkan
untuk memiliki kompetensi khusus dalam membuat kegiatan yang kreatif dan inovati agar suasana
belajar menjadi menyenangkan, efektif dan efisien dapat terlaksana dengan baik.

Kata Kunci: Pembelajaran Kontekstual, Revolusi Pembelajaran

1 PENDAHULUAN memberikan kesempatan kepada siswa untuk


Pendidikan merupakan salah satu bentuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, agar
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan dapat menemukan makna pembelajaran dalam
sarat perkembangan. Pendidikan juga harus mampu kehidupan sehari-hari. Sehingga diharapkan
menyentuh potensi nurani maupun potensi beberapa permasalahan yang dipaparkan diatas dapat
kompetensi peserta didik sehingga peserta didik teratasi dengan menggunakan pembelajaran
dapat menerapkan apa yang telah dipelajrinya di kontekstual.
sekolah untuk menghadapi masalah yang sedang
dihadapinya. 2 HAKIKAT PEMBELAJARAN
Namun pada kenyataannya yang terjadi di KONTEKSTUAL
lapangan sebagian besar lulusan sekolah kurang Hakikat CTL menurut Johnson dapat diringkas
mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dalam tiga kata, yaitu makna, bermakna, dan
maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan diberimaknakan. Dalam CTL guru berperan sebagai
teknologi, kesulitan dalam memecahkan masalah fasilitator tanpa diberi henti (reinforcing), yakni
yang sedang dihadapinya, kurang mampu dalam membantu siswa menemukan makna (pengetahuan).
mengembangkan diri sehingga perlu dilakukan Siswa memiliki response potentiality yang bersifat
revolusi dalam pembelajaran. Revolusi pembelajaran kodrati. Keinginan untuk menemukan makna adalah
merupakan suatu bentuk perubahan dalam rangka sangat mendasar bagi manusia. Tugas utama
memperbaiki sistem atau kegiatan pembelajaran. pendidik adalah memberdayakan potensi kodrati ini
Dimana guru harus dapat memilih metode sehingga siswa terlatih menangkap makna dari
pembelajaran apa yang baik digunakan agar dapat materi yang diajarkan.1
mewujudkan tujuan pembelajaran yang baik.
Pembelajaran kontekstual diharapkan dapat
1
memberikan revolusi pemebelajaran yang baik dapat Elaine B. Johnson, Contextual Teaching & Learning, (
Bandung : Kaifa, 2010), hh. 19-20

39
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau Pendidik harus memahami dan menghormati
contextual teaching and learning (ctl) menurut US nilai-nilai, keyakinan, dan kebiasaan siswa, sesama
Departemen of Education The National School – to rekan pendidikan dan masyarakat tempat mereka
– Work Office yang dikutip dalam Trianto mendidik. Budaya ini, dan hubungan antar budaya
merupakan suatu konsepsi yang membantu guru ini, mempengaruhi bagaimana pendidik mengajar.
mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi Paling tidak empat perspektif seharusnya
dunia nyata, dan memotivasi siswa membuat dipertimbangkan : individu siswa, kelompok siswa
hubungan antara pengetahuan dan penerapannya (seperti tim atau keseluruhan kelas), tatanan sekolah
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, dan tatanan masyarakat yang lebih besar.
warga negara, dan tenaga kerja. CTL merupakan f. Penilaian autentik
perpaduan dari banyak “praktik yang baik” dan Penggunaan berbagai jenis strategi penilaian
beberapa pendekatan reformasi pendidikan yang yang secara valid mencerminkan hasil belajar
dimaksudkan untuk memperkaya relevansi dan sesungguhnya yang diharapkan dari siswa. Strategi
penggunaan fungsional pendidikan untuk semua ini dapat meliputi penilaian atas proyek dan kegiatan
siswa.2 siswa, penggunaan portofolio, rubrik, ceklis, dan
CTL menekankan pada berpikir tingkat lebih panduan pengamatan disamping memberikan
tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, serta kesempatan kepada siswa ikut aktif berperan serta
pengumpulan, penganalisisan dan penyintesisan dalam menilai pemebelajaran mereka sendiri dan
informasi dan data dari berbagai sumber dan penggunaan untuk memperbaiki keterampilan
pandangan.3 menulis mereka.4
Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk Pembelajaran kontekstual (contextual teaching
memotivasi siswa untuk memahami makna materi and learning) adalah konsep belajar yang membantu
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu siswa membuat hubungan natara pengetahuan yang
ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
dari permasalahan kepermasalahan lainya. mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
Menurut Universitas of Wahington dalam komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni :
Trianto terdapat enam unsur kunci CTL seperti konstruktivisme (constuctivism), bertanya
berikut ini: (questining), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar
a. Pembelajaran bermakna (learning community), pemodelan (modeling), dan
Pemahaman, relevansi, dan penghargaan pribadi penilaian autentik (authentic assessment).5
siswa bahwa ia berkepentingan terhadap konten Menurut Cecep dalam Trianto penerapan
yang harus dipelajari. Pembelajaran di persepsi pembelajaran kontekstual akan sangat membantu
sebagai relevan dengan hidup mereka. guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan
b. Penerapan pengetahuan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk
Kemampuan untuk melihat bagaimana apa yang membentuk hubungan antara pengetahuan dan
dipelajarai diterapkan dalam tatanan lain dan fingsi aplikasinya dengan kehidupan mereka sebagai
pada masa sekarang dan akan datang. anggota keluarga, warga negara, dan pekerja. Di
c. Berkpikir tingkat lebih tinggi dalam suatu lingkungan ide-ide abstrak dan
Siswa dilatih untuk mneggunakan berpikir kritis penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata;
dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami konsep dipahami melalui proses penemuan,
suatu isu atau memecahkan suatu masalah. pemberdayaan, dan hubungan.6
Menurut Trianto CTL memiliki lima elemen
d. Kurikulum yang dikembangkan belajar yang konstruktivistik, yaitu: (1) pengaktifan
berdasarkan standar pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge);
Konten pengajaran berhubungan dengan suatu (2) pemerolehan pengetahuan baru (acquiring
rentang dan beragam standar lokal, negara bagian, knowledge); (3) pemahaman pengetahuan
nasional, asosiasi, dan atau industri. (understanding knowledge); (4) mempraktikkan
e. Responsif terhadap budaya pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge);
dan (5) melakukan refleksi (reflecting knowledge)
2
Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Mendesain Model
4
Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual, (Jakarta : Ibid., hh. 139-140
5
Kencana, 2014), hh. 138-139 Ibid., hh. 140-141
3 6
Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Op.Cit., h. 139 Ibid., hh. 141-142

40
terhadap strategi pengembangan pengetahuan 5) Selanjutnya ia mencoba mempraktikkan
tersebut.7 salah satu kemungkinan pemecahan yang
CTL juga memiliki karakteristik yang dipandangnya terbaik. Hasilnya akan
membedakan dengan model pembelajaran lainnya, membuktikan betul-tidaknya pemecahan
antara lain: (1) kerja sama; (2) saling menunjang; (3) masalah itu. Bila pemecahan masalah itu
menyenangkan, tidak membosankan salah atau kurang tepat, maka akan
(joyfull,comfortable); (4) belajar dengan bergairah; dicoba kemungkinan yang lain sampai
(5) pembelajaran terintegrasi; (6) memakai berbagai ditemukan pemecahan masalah yang
sumber; dan (7) siswa aktif.8 tepat.
Menurut Jhonson terdapat tiga prinsip
3 PENERAPAN dalam CTL (Contextual Teaching and Learning),
PEMBELAJARAN yaitu :
a. Prinsip Kesaling-Bergantungan
KONTEKSTUAL Bekerja sama akan membantu
mereka mengetahui bahwa saling
a. Teori Belajar Bermakna David mendengarkan akan menuntun pada
Ausubel keberhasilan. Para pendidik yang
Inti dari teori Ausubel tentang belajar yaitu bertindak menurut prinsip ini akan
belajar bermakna. Belajar bermakna merupakan mengadopsi praktik CTL dalam
suatu proses dikaitkannya informasi baru pada menolong para siswa membuat
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur hubungan-hubungan untuk menemukan
kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang makna.
memengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui b. Prinsip Diferensiasi
siswa. Dengan demikian, agar terjadi belajar Kata diferensiasi merujuk pada
bermakna, konsep baru harus dikaitkan dengan dorongan terus-menerus dari alam
konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif semesta untuk menghasilkan
siswa. keragaman yang tak terbatas,
Sehingga apabila dikaitkan dengan model perbedaan, berlimpahan, dan keunikan.
pembelajaran berdasarkan masalah, di mana siswa c. Prinsip Pengorganisasian Diri
mampu mengerjakan permasalahan yang autentik Prinsip pengaturan diri menyatakan
sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki bahwa setiap entitas terpisah di alam
siswa sebelumnya untuk suatu penyelesaian nyata semesta memiliki sebuah potensi
dari permasalahan yang nyata.9 bawaan, suatu kewaspadaan atau
b. Metode Pengajaran John Dewey kesadaran yang menjadikannya sangat
Menurut John Dewey, metode reflektif di dalam berbeda. Sasaran utama sistem CTL
memecahkan masalah yaitu suatu proses berpikir adalah menolong para siswa mencapai
aktif, hati-hati, yang dilandasi proses proses berpikir keunggulan akademik, memperoleh
kearah kesimpulan yang definitif melalui lima keterampilan karier, dan
langkah: mengembangkan karakter dengan cara
1) Siswa mengenali masalah, masalah itu menghubungkan tugas sekolah dengan
datang dari luar diri siswa itu sendiri. pengalaman serta pengetahuan
2) Selanjutnya siswa akan menyelediki dan pribadinya.10
menganalisis kesulitannya dan Menurut Slavin dalam Trianto teori-teori baru
menentukan masalah yang dihadapinya. dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam
3) Lalu dia menghubungkan uraian hasil teori pembelajaran konstruktivis (constructivist
analisisnya itu atau satu sama lain, dan theories of learning) dimana siswa harus
mengumpulkan berbagai kemungkinan menemukan sendiri dan mentransformasikan
guna memecahkan masalah tersebut. informasi kompleks, mengecek informasi baru
4) Kemudian ia menimbang kemungkinan dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila
jawaban atau hipotesis dengan akibatnya aturan ini tidak lagi sesuai.
masing-masing. Menurut Nur dalam Trianto teori
konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting
7
Ibid., h. 144
8
Ibid., h.144
9 10
Trianto Ibnu Badar al-Tabany,Op.Cit., hh. 37-38 Elaine B. Johnson, Op.Cit.,hh. 69-82

41
dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak kritis, terlibat dalam pemahaman (membaca,
hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada mengupayakan mendengarkan, mencatat,
terjadinnya proses menghafal) tanpa
siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan pembelajaran yang memberikan kontribusi ide
didalam benaknya. Guru dapat memberi siswa anak efektif, ikut bertanggung dalam proses pembelajaran
tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang jawab atas terjadinya
lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus proses pembelajaran yang
efektif dan membawa
memanjat anak tangga tersebut.11 pemahaman masing-
Beberapa manfaat penerapan pendekatan masing dalam proses
kontekstual dalam kegiatan pembelajaran di kelas pembelajaran
adalah: 8 Siswa diminta Guru adalah penentu
bertanggung jawab jalannya proses
a. Agar dengan penerapan pembelajaran memonitor dan pembelajaran
kontekstual dikelas lebih menekankan pada mengembangkan
proses keterlibatan siswa untuk pembelajaran mereka
menemukan materi. Proses belajar tidak masing-masing
9 Hasil belajar diukur Hasil belajar hanya
hanya mengharapkan agar siswa hanya dengan berbagai cara: diukur dengan hasil tes
menerima pelajaran akan tetapi proses proses, bekerja, hasil
mencari dan menemukan sendiri materi karya, penampilan,
pelajaran. rekaman, tes, dll.
10 Pembelajaran terjadi Pembelajaran hanya
b. Melalui kontekstual siswa dapat di berbagai tempat, terjadi dalam kelas
menemukan hubungan antara materi yang konteks dan setting
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen
Hal ini penting sebab dengan utama, yaitu konstruktivisme
mengorelasikan materi yang dikemukakan (constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya
dengan kehidupan nyata bukan saja (questioning), masyarakat belajar (learning
bermakna bagi siswa secara fungsional community), pemodelan (modeling),
akan tetapi yang dipelajari akan tertanam refleksi (reflection), penilaian sebenarnya
dalam memori jangka panjang sehingga (authentic assesment).
tidak mudah dilupakan. a. Konstruktivisme (Constructivism)
c. Kontekstual mendorong siswa untuk dapat Salah satu landasan teoretik pendidikan
menerapkan dalam kehidupan. modern termasuk CTL adalah teori
Terdapat beberapa perbedaan antara pembelajaran pembelajaran konstruktivis. Pendekatan ini
konvensional dengan pembelajarana kontekstual, pada dasarnya menekankan pentingnya
yaitu : siswa membangun sendiri pengetahuan
No Pendekatan CTL Pendekatan mereka lewat keterlibatan aktif proses
Konvensional
1 Siswa secara aktif Siswa adalah penerima ngajar mengajar. Sebagian besar waktu
terlibat dalam proses informasi secara pasif proses belajar mengajar berlangsung
pembelajaran dengan berbasis pada aktivitas siswa.
2 Siswa belajar dari Siswa belajar secara Constructivism (Konstruktivisme)
teman melalui kerja individual
kelompok, diskusi, saling merupakan landasan berpikir (filosofi)
mengoreksi. pendekatan konstektual, yaitu bahwa
3 Pembelajaran Pembelajaran sangat pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
dikaitkan dengan abstrak dan teoritis demi sedikit, yang hasilnya diperluas
kehidupan nyata dan atau
yang disimulasikan
melalui konteks yang terbatas dan tidak
4 Perilaku dibangun Perilaku dibangun atas sekonyong-konyong. Dalam proses
atas dasar kesadaran diri dasar kebiasaan pembelajaran, siswa membangun sendiri
5 Keterampilan Keterampilan pengetahuan mereka melalui keterlibatan
dikembangkan atas dasar dikembangkan atas dasar aktif dalam proses belajar dan mengajar.
pemahaman latihan
6 Pemahaman siswa Pemahaman ada di luar Tugas guru dalam memfasilitasi proses
dikembangkan atas dasar siswa, yang harus tersebut dengan:
yang sudah ada dalam diri diterangkan, diterima, dan 1) Menjadikan pengetahuan
siswa dihafal bermakna dan relevan bagi siswa;
7 Siswa menggunakan Siswa secara pasif
kemampuan berfikir menerima rumusan atau
2) Memberi kesempatan siswa
menemukan dan menerapkan
11
idenya sendiri; dan
Trianto Ibnu Badar al-Tabany,Op.Cit., hh. 29-30

42
3) Menyadarkan siswa agar d. Masyarakat Belajar (Learning
menerapkan strategi mereka Community)
sendiri dalam belajar. Konsep learning community menyarankan
b. Inkuiri (Inquiry) agar hasil pembelajaran diperoleh dari
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas
pembelajaran berbasis kontekstual. CTL, guru disarankan selalu melaksanakan
Pengetahuan dan keterampilan yang pembelajaran dalam kelompok belajar.
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada
mengingat seperangkat fakta, melainkan proses komunikasi dua arah.
hasil dari menemukan sendiri. Siklus e. Pemodelan (Modeling)
inkuiri terdiri dari : Dalam pembelajaran kontekstual. Guru
1) Observasi (observation) bukan satu-satunya model. Pemodelan
2) Bertanya (quesioning) dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
3) Mengajukan dugaan (hypotesis) f. Refleksi (Reflection)
4) Penyimpulan (conclusion) Refleksi merupakan respons terhadap
Langkah-langkah kegiatan inkuiri sebagai kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang
berikut : baru diterima. Pada akhir pembelajaran,
1) Merumuskan masalah. guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
2) Mengamati atau melakukan melakukan refleksi. Realisasinya berupa :
observasi. 1) Pernyataan langsung tentang apa-
3) Menganalisis dan menyajikan apa yang diperolehnya hari itu.
hasil dalam tulisan, gambar, 2) Catatan atau jurnal di buku siswa.
laporan, bagan, tabel, dan karya 3) Kesan dan saran siswa mengenai
lainnya. pembelajaran hari itu.
4) Mengomunikasikan atau 4) Diskusi.
menyajikan hasil karya pada 5) Hasil karya.
pembaca, teman sekelas, guru, g. Penilaian Autentik (Authentic
atau audiens yang lain. Assesment)
c. Bertanya (Questioning) Assesment adalah proses pengumpulan
Questioning (bertanya) merupakan strategi berbagai data yang bisa memberikan
utama yang berbasis kontekstual. Bertanya gambaran perkembangan belajar siswa.
dalam pembelajaran dipandang sebagai Karena gambaran tentang kemajuan belajar
kegiatan guru untuk mendorong, itu diperlukan di sepanjang proses
membimbing, dan menilai kemampuan pembelajaran, maka asesmen tidak
berpikir siswa. Dalam suatu pembelajaran dilakukan di akhir periode pembelajaran
yang produktif, kegiatan bertanya berguna seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar,
untuk : tetapi dilakukan bersama-sama secara
1) Menggali informasi, baik terintegrasi (tidak terpisahkan) dari
administrasi maupun akademis. kegiatan pembelajaran.
2) Mengecek pemahaman siswa. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan
3) Membangkitkan respons kepada keterampilan (performance) yang diperoleh
siswa siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa
4) Mengetahui sejauh mana juga teman lain atau orang lain.
keingintahuan siswa. Karakteristik penilain autentik :
5) Mengetahui hal-hal yang sudah 1) Dilaksanakan selama dan sesudah
diketahui siswa. proses pembelajaran berlangsung.
6) Memfokuskan perhatian siswa 2) Bisa digunakan untuk formatif
pada sesuatu yang dikehendaki maupun sumatif.
guru. 3) Yang diukur keterampilan dan
7) Membangkitkan lebih banyak lagi performansi, bukan mengingat
pertanyaan dari siswa. fakta.
8) Menyegarkan kembali 4) Berkesinambungan.
pengetahuan siswa. 5) Terintegrasi.

43
6) Dapat digunakan sebagai menggunakan multiple konteks; (3) menggambarkan
feedback.12 keanekaragaman pelajar; (4) mendukung pengaturan
belajar mandiri; (5) menggunakan grup belajar yang
saling tergantung; dan (6) menggunakan asesmen
4 IMPLEMENTASI yang autentik.13
PEMBELAJARAN
2) Implementasinya dalam RPPH dalam
KONTEKSTUAL Pembelajaran Anak Usia Dini (sesuai
1) Prosedur/ Tahapan Kerja dari Model dengan Prosedur/ Tahapan Kerja pada
Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kontekstual
Kurikulum dan instruksi yang berdasarkan strategi
pembelajaran kontekstual haruslah dirancang untuk 3) Evaluasi Program Untuk Menilai
merangsang lima bentuk dasar dari pembelajaran: Keberhasilan Model Pembelajaran
pertama, menghubungkan (relating). Relating adalah Kontekstual
belajar dalam suatu konteks suatu pengalaman hidup Dalam CTL menggunakan jenis penilaian autentik.
yang nyata atau awal sebelum pengetahuan itu Penilain autentik mengajak para siswa untuk
diperoleh siswa. Kedua, mencoba (experiencing). menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks
Pada experiencing mungkin saja mereka tidak dunia nyata untuk tujuan yang bermakna. Dalam
mempunyai pengalaman langsung berkenaan dengan CTL, hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar
konsep tersebut. Akan tetapi pada bagian ini guru menilai prestasi siswa, antara lain : (1)
harus dapat memberikan kegiatan yang hands-on proyek/kegiatan dan laporannya; (2) pekerjaan
kepada siswa, sehingga dari kegiatan yang dilakukan rumah; (3) kuis; (4) karya siswa; (5) presentasi atau
siswa tersebut dapat membangun pengetahuannya. penampilan siswa; (6) demonstrasi; (7) laporan; (8)
Ketiga, mengaplikasi (applying). Strategi appliying jurnal; (9) hasil tes tulis; dan (10) karya tulis.14
sebagai belajar dengan menerpakan konsep-konsep.
Kenyataannya siswa mengaplikasikan konsep-
konsep ketika mereka berhubungan dengan aktivitas 4) KIAT KEBERHASILAN
penyelesaian masalah yang hands-on dan proyek. a) Kiat dan Saran Bagi Guru
Keempat, bekerja sama (cooperating). Bekerja sama Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru
belajar dalam konteks saling berbagi, merespon, dan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu :
berkomunikasi dengan pelajar lainnya adalah a. Guru harus mengamati setiap anak
strategi instruksional yang utama dalam pengajaran dalam kelas agar memahami keadaan
kontekstual. Kelima, proses trasnfer ilmu emosi anak tersebut, gaya belajarnya,
(transfering). Transfering adalah strategi mengajar kemampuannya berbahasa, konteks
yang kita definisikan sebagai menggunakan budaya dan latar belakangnya, dan
pengetahuan dalam suatu konteks baru atau situasi situasi keuangan keluarganya.15
baru – suatu hal yang belum teratasi / diselesaikan b. Guru harus dapat mengaitkan pelajaran
dalam kelas. Beberapa pertimbangan dalam dengan konteks keseharian atau
penggunaan CTL: kehidupan siswa.16
a. Kurikulum, proses pembelajaran, c. Guru harus bisa menciptakan
dan asesmen. lingkungan belajar yang kaya.17
b. Hubungan dengan dunia kerja, d. Guru memberikan kesempatan kepada
komunitas organisasi, dan konteks siswa untuk menggunakan pemikiran
terkait. dalam tingkatan yang lebih tinggi.18
c. Pengembangan bagi guru dan e. Guru harus mampu mendorong
pengusaha. pemikiran kritis dan kreatif siswanya.19
d. Organisasi sekolah. f. Guru harus menciptakan lingkungan
e. Komunikasi. belajar yang membantu murid tumbuh
f. Waktu untuk membuat rencana
dan pengemabangan. 13
Trianto Ibnu Badar al-Tabany,Op.Cit., hh. 142-143
Berdasarkan rekomendasi tersebut, maka 14
Trianto Ibnu Badar al-Tabany,Op.Cit., h. 152
15
pengembangan CTL harus berorientasi pada Ibid., h. 52
16
beberapa hal, yaitu: (1) bebasis program; (2) Ibid., h. 110
17
Ibid., h. 177
18
Ibid., h. 184
12 19
Trianto Ibnu Badar al-Tabany,Op.Cit., hh. 145-152 Ibid., h. 216

44
dan berkembang dengan mencontoh al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2014. Mendesain
perilaku yang benar dan sifat-sifat Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
intelektual, sopan santun, rasa belas Kontekstual. Jakarta : Kencana.
kasih, saling menghormati, rajin, Johnson, Elaine B. 2010. Contextual Teaching &
disiplin diri, dan semangat belajar.20 Learning. Bandung : Kaifa.
g. Guru perlu menyadari bahwa setiap Suyanto dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru
anak memiliki kedelapan kecerdasan Profesional. Jakarta: Erlangga.
tersebut, tetapi dengan tingkat yang Dewi, Sri Bintang Ketut. 2014. Penerapan
berbeda-beda.21 Pembelajaran Kontekstual Bernuansa Bermain
h. Guru harus lebih kreatif, inovatif dan Berbantuan Media Geometri Untuk Meningkatkan
aktif dalam memilih metode Kemampuan Kognitif Anak. Singaraja: Universitas
pembelajaran agar sesuai dengan tema Pendidikan Ganesha.
dan didukung dengan media Adhe, Rinakit Kartika. 2011. Penerapan Pendekatan
pembelajaran yang relevan. Pembelajaran Kontekstual Terhadap Perkembangan
b) Pihak Pengelola Sekolah Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun Di PAUD Tunas
1. Menyiapkan berbagai media yang Harapan Tulungagung. Madiun : IKIP PGRI
menarik dan relevan untuk setiap tema Madiun.
pembelajaran. Sarilah. 2011. Peningkatan Kemampuan Sains Anak
2. Menyiapkan pembelajaran yang Usia Dini Melalui Pendekatan Kontekstual. Jakarta :
menggambarkan keanekaragaman. Universitas Negeri Jakarta.
3. Melakukan penilaian autentik.
c) Kiat Keberhasilan dari Penataan Kelas
Langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas
sebagai berikut :
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakan belajar (belajar
dalam kelompok).
e. Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran.
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya
dengan berbagai cara.22
h. Mempersiapkan lingkungan kelas yang
memudahkan guru dan siswa untuk
melakukan berbagai aktifitas.
i. Meletakkan alat permainan edukatif
yang dapat dijangkau oleh peserta
didik.
j. Memungkinkan terjadinya interaksi
antara guru dan peserta didik dengan
baik.

DAFTAR PUSTAKA

20
Ibid., h. 239
21
Ibid., h. 252
22
Trianto Ibnu Badar al-Tabany,Op.Cit., h. 144

45
46

Anda mungkin juga menyukai