1) Konstruktivisme
Menurut Syaiful Sagala (2011) konstruktivisme merupakan landasan berfikir
(filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi
sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan
tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep,
atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa
harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Penjelasan
tersebut diperkuat oleh Pieget yang dikutip Wina Sanjaya (2011) yang
menyatakan, bahwa hakikat pengetahuan sebagai berikut:
a) Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka,
akan tetapi selalu merupakan kontruksi kenyataan melalui kegiatan
subjek.
b) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang
perlu untuk pengetahuan.
c) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsesi seseorang. Struktur
konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam
berhadapan dengan pengelaman-pengalaman seseorang.
3) Bertanya (Questioning)
Pengatahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya
dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Kegiatan bertanya bagi
siswa merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang
berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Sagala (2011) menyatakan bahwa, dalam suatu pembelajaran yang produktif
kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:
a) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi
pelajaran.
b) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c) Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
d) Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.
e) Membimbing siswa untuk menemukan aatau menyimpulkan sesuatu.
5) Pemodelan
Asas modeling merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya, guru
memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat. Proses
modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru
memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling
merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran KONTEKSTUAL ,
sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang
teoristis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
6) Refleksi
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang
dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengelaman
belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya
akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran
dengan menggunakan KONTEKSTUAL , setiap berakhir proses
pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat
kembali apa yang telah dipelajari.
Biasanya guru pada akhir pelajaran menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi. Menurut Trianto (2009) realisasinya berupa:
a) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu.
b) Catatan atau jurnal di buku siswa.
c) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu.
d) Diskusi
e) Hasil karya.
Kunci semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu bertahan lama di benak
siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan
ide-ide baru.
2) Siswa membaca dan mengidentifikasi LKS serta media yang diberikan oleh guru
untuk menemukan pengetahuan baru dan menambah pengalaman siswa.
3) Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi dan kelompok lain diberi
kesempatan mengomentari.
4) Guru memberikan tes formatif secara individual yang mencakup semua materi
yang telah dipelajari.
Permasalahan :
1. Menurut Anda, apakah Inovasi saya dalam memodifikasi model
KONTEKSTUAL dapat dijadikan sebagai salah satu rencana pembelajaran yang
baik? Berikanlah saran Anda!
2. Jika dibandingkan dengan model lain pada materi pelajaran yang sama
(misalnya : sifat koligatif larutan), apakah model KONTEKSTUAL ini lebih
efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa? Jika iya,
Jelaskan! Jika tidak, lalu pada materi seperti apa yang dapat ditingkatkan
kemampuan berpikir kreatifnya melalui model KONTEKSTUAL ini ?