Anda di halaman 1dari 10

A.

Pendekatan kontekstual

1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Dalam pendekatan kontekstual kita dapat membuat variasi dalam

pembelajaran dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai secara

optimal. Agar pembelajaran tidak kaku harus menggunakan pendekatan

yang sesuai, artinya memilih pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan

materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.

Depdiknas (2002:5) menyatakan pembelajaran kontekstual (Contextual

Teaching and Learning) sebagai konsep belajar yang membantu dosen

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

mahasiswa dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen, yakni

kontruktivisme (Constuctivism), bertanya (Questioning),

menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community),

permodelan (Modeling), Refleksi (Reflection), penilaian sebenarnya

(Authentic Assessment).

Pembelajaran kontekstual menurut Amri (2010;21) yaitu merupakan

pembelajaran yang menggunakan metode belajar yang membantu semua

dosen mempraktekkan dan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan

situasi yang ada di lingkungan mahasiswa. Pembelajaran kontekstual adalah

sebuah pembelajaran yang terfokus dalam melibatkan mahasiswa aktif

memperoleh informasi yang dilaksanakan dengan mengenalkan mereka


pada lingkungan serta terlibat secara langsung dalam proses

pembelajarannya. Jadi dalam pembelajaran ini dosen lebih aktif

memberikan strategi pembelajaran dari pada informasi pembelajaran.

Pebelajaran kontektual merupakan konsep belajar yang membantu dosen

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

mahasiswa dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil

pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi mahasiswa. Proses

pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan mahasiswa

bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari dosen ke

mahasiswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk

belajar yang penting yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing),

menerapkan (applying), bekerja sama (cooperating) dan mentranfer

(tranffering).

a. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti

konstruktivisme. Dosen menggunakan strategi ini ketika mengkaitkan

konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal mahasiswa. Jadi dengan

demikian mengaitkan apa yang sudah diketahui mahasiswa dengan

informasi baru.
b. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan

berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun

pengetahuan sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika

mahasiswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan

bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

c. Menerapkan yaitu mahasiswa memahami suatu konsep ketika ia

malakukan kegiatan pemecahan masalah. Dosen dapat memotivasi

mahasiswa dengan memberikam latihan yang realistik dan relevan.

d. Kerja sama mahasiswa secara individu sering tidak membantu kemajuan

yang signifikan. Sebaliknya mahasiswa yang bekerja secara kelompok

sering dapat mengatasi masalah yang kompleks dengan sedikit bantuan.

Pengalaman kerja sama tidak hanya membantu mahasiswa mempelajari

bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.

e. Mentransfer peran dosen membuat bermacam-macam pengalaman

belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hafalan.

3. Komponen-komponen pembelajaran kontekstual

Komponen-komponen pembelajaran kontekstual antara lain adalah

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme (Constructivism) adalah proses membangun atau

menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif berdasarkan

pengalaman. Menurut pengembang filsafat konstruktivisme Mark Balda

Windan diperdalam oleh Jean Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu


terbentuk bukan hannya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan

individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya.

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan (Inquiry) adalah proses pembelajaran didasarkan pada

pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.

Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi

hasil dari proses menemukan sendiri.

c. Bertanya (Quesrioning)

Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.

Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingin tahuan setiap

individu. Sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan

seseorang dalam berpikir.

Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk

menggali informasi tentang kemampuan mahasiswa dalam penguasaan

materi, membangkitkan motivasi mahasiswa untuk belajar, merangsang

keingintahuan mahasiswa terhadap sesuatu, memfokuskan perhatian

mahasiswa pada sesuatu yang diinginkan, membimbing mahasiswa untuk

menemukan atau menyimpulkan sendiri dan menggali pemahaman siswa.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat dalam menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat

dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara

formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil


belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman

atau antar kelompok.

e. Yang dimaksud dengan asas modeling

merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu

sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap mahasiswa. Proses

modeling tidak sebatas dari dosen saja, akan tetapi dapat juga

memanfaatkan mahasiswa yang dianggap memiliki kemampuan. 

Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran

kontekstual sebab melalui modeling mahasiswa dapat terhindar dari

pembelajaran yang teoristis-abstrak yang dapat memungkinkan

terjadinya verbalisme.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi (Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru di

pelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan

dimasa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau

pengalaman yang baru di terima. Melalui proses refleksi, pengalaman

belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif mahasiswa yang

pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya.

g. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan

oleh dosen untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan

belajar yang dilakukan oleh mahasiswa. Penilaian ini dilakukan untuk

mengetahui apakah mahasiswa benar-benar belajar atau tidak, apakah


pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap

perkembangan baik intelektual maupun mental mahasiswa.

Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses

pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama

kegiatan pembelajaran berlangsung.

4. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual

Elaine B. Jhonson (2002), mengklaim bahwa dalam pembelajaran

kontekstual, minimal ada 3 prinsip utama yang sering digunakan yaitu

a. Saling Ketergantungan ( Interdefence)

Prinsip saling ketergantungan (Interpedence) artinya dalam proses

pembelajaran itu saling berhubungan atau keterkaitan seperti penekanan

hubungan antara teori dengan praktik,konsep dengan penerapan dalam

kehidupan nyata,lingkungan sekolah dengan lingkungan masyarakat.

b. Prinsip Diferensiasi (Differentiation)

Prinsip ini hampir sama dengan prinsip saling ketergantungan yang

sama-sama saling berhubungan dan bergantung, namun prinsip ini tidak

hanya menunjukan perubahan dan kemajuan yang tanpa batas,akan tetapi

suatu kesatuan yang saling berhubungan atau tergantung dalam

keterpaduan yang bersifat saling menguntungkan.

c. Prinsip Pengorganisasian (Self Organization)

Setiap individu memiliki kesadaran sebagai kesatuan yang utuh yang

berbeda dengan yang lain atau dengan individu lain sesuai dengan
potensi yang dimilikinya. Dalam pembelajarannya seorang pendidik

harus mampu mendorong siswanya untuk merealisasikan potensinya

seoptimal mungkin dan pengembangan sikap dan moralnya yang sesuai

dengan yang ada di lingkungan masyarakat.

5. Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sejumlah hasil yang diharapkan

dalam penerapan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut

a. Dosen yang berwawasan dalam penerapan dan pendekatan.

b. Materi dalam pembelajaran harus bisa dijiwai dan disusun agar bermakna

bagi mahasiswa.

c. Strategi metode dan teknik belajar dan mengajar adalah bagaimana

seorang dosen membuat mahasiswa bersemangat belajar, lebih actual dan

nyata.

d. Media pendidikan berupa benda nyata, alat peraga, film nyata yang mana

perlu dipilih dan dirancang agar lebih bermakna.

e. Fasilitas yaitu media pendukung pembelajaran kontekstual seperti

peralatan dan perlengkapan, laboratorium, tempat praktek, dan tempat

untuk melakukan pelatihan.

f. Proses belajar dan mengajar yaitu perilaku dosen dan mahasiswa yang

bernuansa pembelajaran kontekstual yang merupakan inti dari

pembelajaran kontekstual.
g. Penilaian yaitu pengukuran prestasi belajar mahasiswa dengan cara- cara

yang tepat dan variatif dan tidak hanya dengan pensil atau paper test.

h. Suasana lingkungan pembelajaran kontekstual sangat berpengaruh karena

dapat mendekatkan situasi kehidupan dengan kehidupan nyata di

lingkungan kehidupan.

6. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kontekstual

a. Kelebihan

1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan ril. Artinya mahasiswa

dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar

di kampus dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab

dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan

kehidupan nyata, bukan saja bagi mahasiswa materi itu akan berfungsi

secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam

erat dalam memori mahasiswa sehingga sihingga tidak akan mudah

dilupakan.

2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan

konsep kepada mahasiswa karena metode pembelajaran kontekstual

menggunakan metode truktivisme dimana diharapkan mahasiswa

belajar melalui pengalamanm bukannya sekedar hafalan.

b. Kelemahan

1) Dosen lebih intensif dalam membimbing, karena dalam metode

pembelajaran kontekstual dosen tidak lagi berperan sebagai pusat


informasi tetap tugas guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim

yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan

keterampilan yang baru bagi mahasiswa. Mahasiswa dipandang

sebagai individu yang sedang berkembang.

2) Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menemukan

atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak mahasiswa agar

dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi

mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya

dosen memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap

mahasiswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang

diterapkan semula.
DAFTAR PUSTAKA

Amri. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif Dalam Kelas, Jakarta:
Yuma Pustaka
Anonim. Bab II. Penerapan Pendekatan Contextual Teaching – Repository
UPI
Depdiknas. 2002. UU RI Nomer 20 tahun 2002, Tentang Pendidikan
Nasional
Elanie B. Johnson. Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC.
Elyusra. 2011. Pembelajaran Berbasis Kontekstual (online).
Burhan, 2016 Pembelajaran Berbasis Kontekstual
http://adabundaguru.wordpress.com/2011/03/23/pembelajaran-berbasis-
kontekstual/. (diakses tangal 12 Mei 2017)
Sugiyanto. Model-model Pembelajaran Inovatif. 2010. cetakan kedua.
Surakarta: Yuma Pustaka
Muklis Ahmad, 2017 Pembelajaran Kontekstual
http://www.sekolahdasar.net/
2012/05kelebihakelemahanpembelajaran.html. (diakses tanggal 10 Mei
2017)
Hendro Darmodjo & Jenny R.E Kaligis. 1992. Pendidikan IPA 2. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan DIKTI.

Anda mungkin juga menyukai