Anda di halaman 1dari 10

HAND OUT

Mata kuliah : Askeb III

Kode mata kuliah : Bd.5.403

Topik : Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Nifas

Waktu : 1x50 Menit

Dosen : Ega Erviana Amd. Keb

Objektif perilaku siswa (OPS)

Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas khusus

mengenai pemeriksaan fisik sesuai dengan buku acuan yang disarankan.

Referensi :

1. Suhermi, 2009, Perawatan Masa Nifas

2. Anggraeni yetti, 2010, asuhan kebidanan masa nifas, yogyakarta : pustaka

rihama

3. http://www.scribd.com/doc/16308578/Leaflet-Perawatan-Payudara

Ramaia.2006. Asi dan menyusui. Jakarta, PT Buana ilmu popular


1. Latar Belakang

Masa nifas (puerpurium) adalah waktu yang dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat kandungan kembali

seperti semula (sebelum hamil)dalam waktu kurang lebih 3 bulan. di mulai

dengan kehamilan, persalinan dan di lanjutkan dengan masa nifas merupakan 

masa yang kritis bagi ibu dan bayinya. Kemungkinan timbul masalah dan

penyulit selama masa nifas. Apabila tidak segera ditangani secara efektif akan

membahayakan kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kematian dan 50%

kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. untuk  itu pemberian

asuhan kebidanan kepada ibu dalam  masa nifas sangat perlu dilakukan yang

bertujuan untuk  menjaga kesehatan ibu dan bayi, melaksanakan deteksi dini

adanya komplikasi dan infeksi, memberikan pendidikan pada ibu serta

memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi.

Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai perubahan. pelayanan atau

asuhan merupakan cara penting untuk  memonitor dan mendukung kesehatan

ibu nifas normal dan mengetahui secara dini bila ada penyimpangan yang

ditemukan dengan tujuan agar ibu dapat melalui masa nifasnya dengan

selamat dan bayi sehat.

Menurut Varney (1997), penatalaksanaan menajemen kebidanan sebagai

proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode

mengorganisasikan fikiran dan tindakan melibatkan teori ilmiah, penemuan-

penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan logis untuk

pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.


2. Materi

A. Konsep Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki

pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien

dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan

pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan

penetuan respon terhadap terapi tersebut.

Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau

hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang

sistematif dan komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil anamnesa,

menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi

klien dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu

dipahami, diantaranya:

1. Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,

pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali

bertemu pasien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran

tubuh, warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, dan penonjolan /bengkak.

2. Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan

meletakkan tangan pada bagian untuk menentukan ketahanan, kekenyalan,

kekerasan, tekstur, dan mobilitas.  Palpasi membutuhkan kelembutan dan

sensivitas. Untuk itu, hendaknya menggunakan permukaan palmar jari,

yang dapat digunakan untuk mengkaji tekstur, posisi, bentuk, dan masa.

Pada telapak tangan dan ulnar lebih sensitif terhadap  getaran. Sedangkan


untuk mengkaji temperatur sebaiknya menggunakan bagian luar telapak

tangan.

3. Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan

tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya

(kiri/kanan) dengan menghasilkan suara. Ada dua cara untuk melakukan

perkusi yaitu cara langsung dan cara tidak langsung. Cara langsung

dilakukan dengan mengetuk secara langsung menggunakan satu atau dua

jari. Sedangkan cara tidak langsung dilakukan dengan menempatkan jari

tengah tangan diatas permukaan tubuh dan jari tangan lainnya, telapak

tidak pada permukaan kulit. Setelah mengetuk, jari tangan ditarik ke

belakang. Secara umum hasil perkusi dibagi menjadi tiga macam, di

antanya sonor. Sonor adalah suara yang terdengar pada perkusi paru-paru

normal, pekak suara yang terdengar pada perkusi otot, dan timpani adalah

suara yang terdengar pada abdomen bagian lambung. Selain itu, terdapat

suara yang terjadi diantara suara tersebut, seperti redup dan hipersonor.

Redup adalah suara antara sonor dan pekak. Sedangkan hipersonor antara

sonor dan timpani.

4. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara

mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan

alat yang disebut dengan stetoskop. Dalam melakukan auskultasi,

beberapa hal yang perlu didengarkan diantaranya:

a. Frekuensi atau siklus gelombang bunyi.

b. Kekerasan atau amplitudo bunyi.

c. Kualitas dan lamanya bunyi.


B. Prinsip–Prinsip Pemeriksaan Fisik

a.Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker,

dan membantu klien mengenakan baju.

b. Kontrol lingkungan yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman,

hangat, dan cukup penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik.

c.Komunikasi (penjelasan prosedur).

d. Privacy dan kenyamanan klien.

e.Sistematis dan konsisten ( head to toe, dari eksternal ke internal).

f. Berada di sisi kanan klien.

C. Tujuan Pemeriksaan Fisik

1. Mengumpulkan data sistematis dan komperhensif.

2. Membuktikan hasil Anamnesa.

3. Melaksanakan diagnosa, Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

D.Konsep Asuhan Kebidanan

1. Definisi

Asuhan kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh

bidan kepada klien yang mempunyi kebutuhan atau permasalahan khususnya

dalam bidang KIA.

2. Tujuan Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan masa nifas bertujuan sebagai :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya secara fisik dan psikologis.

2. Melaksanakan skrening yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila trejadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi

sehat.

4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

3. Metode

Dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien, bidan menggunakan

pendekatan pemecahan masalah yang disebut manajemen kebidanan.

Tahap – tahap manajemen ada 7 langkah yang berurutan               (7 langkah

Varney) :

1. Pengumpulan data – data

2. Mengidentifikasi masalah atau diagnosa

3. Mengantisipasi masalah potensial

4. Menetapkan kebutuhan segera

5. Menyusun rencana tindakan

6. Melaksanakan perencanaan

7. Evaluasi

Langkah I :

Pengumpulan data – data

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan

dengn kondisi klien.


Langkah II :

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau

masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data yang telah

dikumpulkan sehingga ditentukan masalah atau diagnosa yang spesifik.

Langkah III :

Mengantisipasi masalah potensial

Pada langkah ini kita mengantisipasi masalah potensial berdasarkan diagnosa atau

masalah yang sudah diidentifikasi. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap –

siap mencegah masalah potensial ini benar – benar terjadi.

 Langkah IV :

Menentukan kebutuhan segera

Bidan perlu tindakan segera untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.

Langkah V :

Menyusun rencana tindakan

Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh ditentukan oleh langkah –

langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan langkah selanjutnya dari manajemen

terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.

Langkah VI :
Melaksanakan perencanaan

Perencanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien

atau anggota tim kesehatan lainnya, walau bidan tidak melakukannya sendiri ia

tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.

Langkah VII :

Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan

kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar terpenuhi sesuai kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnosa atau masalah. Rencana

tersebut dapat dianggap efektif jika memang efektif dalam pelaksanaannya.

4. Pengkajian Data

a. Data Subyektif

1. Biodata

2. Keluhan Utama

3. Riwayat Menstruasi

4. Riwayat Kesehatan Ibu

5. Riwayat Kesehatan

6. Riwayat Kehamilan Dulu

7. Riwayat Persalinan Dulu

8. Riwayat Nifas Dahulu

9. Riwayat Keluarga Berencana

10. Pola Kebiasaan


b. Data Obyektif

a)      Pemeriksaan umum    

b)      Riwayat Persalinan

c)      Pemeriksaan Fisik

1. Muka   : pucat atau tidak, warna muka ibu setelah melahirkan kelihatan

pucat disebabkan adanya perdarahan.

2.  Mata    : simetris atau tidak, conjungtiva pucat atau tidak  karena

berhubungan dengan anemia karena kehilangan darah saat proses

persalinan. (Ibrahim C., 1980 : 81)

3. Mulut   : bibir tampak pucat kemungkinan anemia (timbulnya rasa nyeri

hebat).

4. Leher   : pembesaran kelenjar tiroid kemungkinan mengalami kekurangan

yodium.

5. Dada    : puting susu menonjol atau tidak, ASI keluar banyak atau sedikit,

karena air susu merupakan makanan pokok bagi bayi untuk tumbuh

kembang. (Ibrahim C., 1980 : 19)

6. Abdomen

Inspeksi            : tidak ada luka bekas operasi.

Palpasi             : TFU 2 jari di bawah pusat merupakan perubahan alat –

alat kandungan atau uterus yanbg terjadi setelah uri lahir, kontraksi otot –

otot uterus baik atau lemah, kontraksi tersebut berguna untuk

mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan dan mencegah terjadinya

perdarahan. (Ibrahim C., 1980 : 12).


Auscultasi         : bising usus

Perkusi : tidak kembung

7. Genetalia

Lochearubra : Pada kurang 2 hari postpartum berisi darah segar dan sisa –

sisa selaput ketuban, sel – sel desidua, vernikskaseosa, lanugo dan

mekonium.

Locheasanguinolenta : Berwarna kuning berisi darah dan lendir pada hari

ke   3 – 7 pasca persalinan.

Locheaserosa : Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7

– 14 pasca persalinan.

Locheaalba : Cairan putih selama 2 minggu/ perineum utuh atau

episiotomi. (Mochtar Rustam, 1998 : 116)

8. Anus : Ada atau tidak haemoroid

9. Ekstrimitas : Oedema atau tidak, jika ada oedemadise

Anda mungkin juga menyukai