PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan.
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah
kesehatan yang dialami oleh klien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data
tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat
pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi
pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Adapun tujuan pemeriksaan pada ibu hamil yaitu
untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi, tingkat keasadaran, serta ada tidaknya kelainan
bentuk badan.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami,
antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi
(mendengar).
dari ujung rambut sampai ujung kaki, namun tidak harus dengan urutan tertentu. Pemeriksaan
yang menggunakan alat seperti pemeriksaan tengkorak, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan
darah, dan lain-lainnya, sebaiknya dilakukan paling akhir, karena dengan melihat atau
memakai alat-alat.
Dalam pemeriksaan fisik ini tentunya diperlukan konsep dan prinsip dasar, kemudian
kita mengetahui bagaiamana teknik pemeriksaan fisik dengan baik agar hasil pemeriksaan
yang kita peroleh tidak akan keliru. Oleh karena alasan tersebut penulis membuat makalah
ini yang bertujuan untuk memberi pemahaman dan pengetahuan kepada pembaca mengenai
PEMBAHASAN
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang lengkap dari penderita untuk mengetahui
keadaan atau kelainan dari penderitaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana
kesehatan umum ibu (bila keadaan umumnya baik agar di pertahankan jangan sampai daya
tahan tubuh menurun) , untuk mengetahui adanya kelainan, bila ada kelainan, kelainan itu
Pemeriksaan dilakukan pada klien yang baru pertama kali datang periksaan , ini di
lakukan dengan lengkap. Pada pemeriksaan ulangan, di lakukan yang perlu saja jadi tidak
semuanya. Waktu persalinan, untuk penderita yang belum pernah diperiksa di lakukan
dengan lengkap bila masih ada waktu dan bagi ibu yang pernah periksa di lakukan yang perlu
saja.
diantaranya sikap petugas kesehatan saat melakukan pengkajian. Selain itu, harus menjaga
kesopanan, petugas harus membina hubungan yang baik dengan pasien. Sebelum melakukan
mengatur pencahayaan. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan adanya pencatatan data
yang akurat, diharapkan pengambilan tindakan yang dilakukan sesuai dengan masalah atau
kondisi klien.
Tujuan umum pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh informasi mengenai status
kesehatan pasien. Tujuan definitif pemeriksaan fisik adalah, pertama, untuk mengidentifikasi
status “normal” dan kemudian mengetahui adanya variasi dari keadaan normal tersebut
dengan cara memvalidasi keluhan-keluhan dan gejala-gejala pasien, penapisan/skrining
keadaan wellbeing pasien, dan pemantauan masalah kesehatan/penyakit pasien saat ini.
Informasi ini menjadi bagian dari catatan/rekam medis (medical record) pasien, menjadi
dasar data awal dari temuantemuan klinis yang kemudian selalu diperbarui (updated) dan
2. Pastikan bahwa kuku jari bersih tidak panjang, sehingga tidak menyakiti pasien.
3. Terlebih dahulu hangatkan tangan dengan air hangat sebelum menyentuh pasien atau
5. Gunakan sentuhan yang lembut tetapi,tidak menggelitik pasien dan cukup kuat untuk
6. Buatlah pendekatan dan sentuhan sehingga menghargai jasmani pasien dengan baik,
serta sesuai dengan hak pasien terhadap kepantasan dan atas hak pribadi.
7. Tutupi badab pasien selama pemeriksaan dan hanya bagian yang di periksa yang
terbuka.
Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal diterima untuk digunakan
selama pemeriksaan fisik: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Teknik-teknik ini
digunakan sebagai bingkai kerja yang menfokuskan pada indera penglihatan, pendengaran,
sentuhan dan penciuman. Data dikumpulkan berdasarkan semua indera tersebut secara
di atas, dan setiap teknik akan menambah data yang telah diperoleh sebelumnya.
A. PERALATAN PEMERIKSAAN
Alat yang dipakai bervariasi namun yang terpenting adalah bagaimana seorang
perawat memanfaatkan mata, telinga, hidung dan tangannya untukk mengetahui hamper
semua hal penting tentang ibu hamil yang diperiksanya. Peralatan hanyalah penunjang bila
ada dapat membantu pemeriksaan bila tidak semua tersedia, pemeriksaan kehamilan dapat
dilakukan dengan baik dengan ketrampilan memanfaatkan inderanya dan mempunyai
kemampuan untuk menilai serta menangkap hal-hal yang perlu diperhatikan pada ibu hamil.
Peralatan yang dipergunakan harus dalam keadaan bersih dan siap pakai.
Adapun alat – alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil diantaranya
adalah: timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, tensi meter, stetoskop monokuler
atau linec, meteran atau midlen, hamer reflek, jangka panggul serta peralatan untuk
pemeriksaan laboratorium kehamilan yaitu pemeriksaan kadar hemoglobin, protein urin,
urin reduksi dll (bila diperlukan)
Tinggi berat badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Bila tidak tersedia alat
ukur tinggu badan maka bagian dari dinding dapat ditandai dengan ukuran centi meter. Pada
ibu yang pendek perlu diperhatikan kemungkinan mempunyai panggul yang sempit sehingga
menyulitkan dalam pemeriksaan. Bila tinggu badan ibu kurang dari 145 atau tampak pendek
dibandingkan dengan rata-rata ibu, maka persalinan perlu diwaspadai.
Pada saat melakukan pemeriksaan daerah dada dan perut, pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi dilakukan secara berurutan dan bersamaan sehingga tidak adanya kesan
membuka tutup baju pasien yang mengakibatkan rasa malu pasien.
Dibawah ini akan diuraikan pemeriksaan obstetric yaitu dengan melakukan inspeksi,
palpasi, auskultasi, perkusi terhadap ibu hamil dari kepala sampai kaki.
Bila terdapat bengkak diwajah, periksalah adanya bengkak pada tangan dan kaki.
Sedikit bengkak pada mata kaku dapat terjadi pada kehamilan normal, namun bengkak
pada tangn dan atau wajah tanda preeklamsi. Perhatikan wajah ibu apakah bengkak dan
tanyakan pada ibu apakah ia sulit melepaskan cincin atau gelang yang dipakainya. Mata
kaki yang bengkak dan menimbulkan cekungan yang tak cepat hilang bila ditekan, maka
ibu harus dirujuk ke dokter, dipantau ketat kehamilannya dan tekanan darahnya, serta
direncanakan persalinannya dirumah sakit.
Selain memeriksa ada tidaknya pucat pada konjungtiva, lihatlah sclera mata
adakah sclera kuning atau ikterik
- Lihatlah mulut pasien. Adakah tampak bibir pucat, bibir kering pecah-pecah
adakah stomatitis, gingivitis, adakah gigi yang tanggal, adakah gigi yang berlobang, caries
gigi. Selain dilihat dicium adanya bau mulut yang menyengat.
- Lihatlah kelenjar gondok, adakah pembesaran kelenjar thyroid, pembengkakan
saluran linfe
- Lihat dan raba payudara, pada kunjungan pertama pemeriksaan payudara
terhadap kemungkinan adanya benjolan yang tidak normal. Lihatlah apakah payudara
simetris atau tidak, putting susu menonjol atau datar atau bahkan masuk. Putting susu
yang datar atau masuk akan mengganggu proses menyusui nantinya. Apakah asinya
sudah keluar atau belum. Lihatlah kebersihan areola mammae adakah hiperpigmentasi
areola mammae.
- Lakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi dan auskultasi pada perut ibu.
Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk menentukan letak dan presentasi janin,
turunnya bagian janin yang terbawah, tinggi fundus uteri dan denyut jantung janin.
Sebelum memulai pemeriksaan abdomen, penting untuk dilakukan hal– hal sebagai
berikut :
20 minggu 20 cm
24 minggu 24 cm
28 minggu 28 cm
32 minggu 32 cm
36 minggu 34- 46 cm
Jelaskan pada ibu bahwa perutnya akan semakin membesar karena pertumbuhan
janin. Pada kunjungan pertama, tingginya fundus dicocokkan dengan perhitungan
umur kehamilan hanya dapat diperkirakan dari hari pertama haid (HPHT). Bila HPHT
tidak diketahui maka umur kehamilan hanya dapat diperkirakan dari tingginya
fundus uteri. Pada setiap kunjungan, tingginya fundus uteri perlu diperiksa untuk
melihat pertumbuhan janin normal, terlalu kecil atau terlalu besar.
berikut :
Inspeksi (Pandang)
Langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi, yaitu melihat dan
mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode tertua yang digunakan untuk
mengkaji/menilai pasien. Inspeksi dilakukan untuk menilai keadaan ada tidaknya cloasma
gravidarum pada muka/wajah, pucat atau tidak pada selaput mata, dan ada tidaknya edema.
Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan pada leher untuk menilai ada tidaknya
pembesaran kelenjar gondok atau kelenjar limfe. Pemeriksaan dada untuk menilai bentuk
buah dada dan pigmentasi putting susu. Pemeriksaan perut untuk menilai apakah perut
membesar ke depan atau ke samping, keadaan pusat, pigmentasi linea alba, serta ada
tidaknya striae gravidarum. Pemeriksaan vulva untuk menilai keadaan perineum, ada
tidaknya tanda chadwick, dan adanya fluor. Kemudian pemeriksaan ekstremitas untuk
Palpasi ( Meraba )
kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan secara palpasi di lakukan
1. Leopold I
Leopold I digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang
ada dalam fundus, dengan cara pemeriksa berdiri sebelah kanan dan menghadap ke
muka ibu, kemudian kaki ibu di bengkokkan pada lutut dan lipat paha, lengkungkan
jari-jari kedua tangan untuk mengelilingi bagian atas fundus, lalu tentukan apa yang
ada di dalam fundus. Bila kepala sifatnya keras, bundar, dan melenting. Sedangkan
bokong akan lunak, kurang bundar, dan kurang melenting.tinggi normal fundus
2. Leopold II
Leopold II digunakan untuk menetukan letak punggung anak dan letak bagian
1. Kedua tangan pemeriksa berada di sebelah kanan dan kiri perut ibu.
apa yang ada di sebelah kanan (jika teraba benda yang rata, atau tidak
teraba bagian kecil, terasa ada tahanan, maka itu adalah punggung bayi,
namun jika teraba bagian-bagian yang kecil dan menonjol maka itu adalah
3. Leopold III
Leopold III digunakan untuk menentukan bagian apa yang terdapat di bagian
bawah dan apakah bagian anak sudah atau belum terpegang oleh pintu atas
panggul. Caranya :
2. Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah uterus. Jika teraba
bagian tang bulat, melenting keras, dan dapat digoyangkan maka itu adalah
kepala. Namun jika teraba bagian yang bulat, besar, lunak, dan sulit
digerakkan, maka itu adalah bokong. Jika dibagian bawah tidak ditemukan
kedua bagian seperti yang diatas, maka pertimbangan apakah janin dalam
letak melintang.
3. Pada letak sungsang (melintang) dapat dirasakan ketika tangan kanan
(pantulan dari kepala janin, terutama ini ditemukan pada usia kehamilan 5-7
bulan).
4. Tangan kanan meraba bagian bawah (jika teraba kepala, goyangkan, jika
masih mudah digoyangkan, berarti kepala belum masuk panggul, namun jika
4. Leopold IV
Leopold IV digunakan untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan
3. Jika teraba kepala, tempatkan kedua tangan di dua belah pihak yang
4. Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu) berarti kepala belum
masuk ke panggul
5. Jika kedua tangan divergen (tidak saling bertemu) berarti kepala sudah
masuk ke panggul.
Pemeriksaan denyut jantung janin.
Denyut jantung janin menunjukkan kesehatan dan posisi janin terhadap ibu.
Dengarkan denyut jantung janin (DJJ) sejak kehamilan 20 minggu. Jantung janin biasanya
berdenyut 120-160 kali permenit. Tanyakan kepada ibu apakah janin sering bergerak,
katakana pada ibu bahwa DJJ telah dapat didengar. Mintalah ibu segera bila janinnya
berhenti bergerak. Bila sampai umur kehamilan 28 minggu denyut jantung janin tidak dapat
didengar atau denyutnya lebih dari 160 atau kurang dari 120 kali permenit atau janinnya
berkurang gerakannya atau tidak bergerak, maka ibu perlu segera dirujuk.
Gambar
6. Pemeriksaan genetalia
cucilah tangan, kemudian kenakan sarung tangan sebelum memeriksa vulva. Pada vulva
terlihat adanya sedikit cairan jernih atau berwarna putih yang tidak berbau. Pada kehamilan
normal, tak ada rasa gatal, luka atau perdarahan. Rabalah kulit didaerah selangkangan, pada
keadaan normal tidak teraba adanya benjolan kelenjar. Setelah selesai cucilah tangan
dengan sarung tangan yang masih terpasang, kemudian lepaskan sarung tangan dan sekali
lagi cucilah tangan dengan sabun.
7. Distansia tuberan
yaitu ukuran melintang dari pintu bawah panggul atau jarak antara tuber iskhiadikum
kanan dan kiri dengan ukuran normal 10,5-11cm
gambar
8. Konjugata eksterna (Boudeloge)
yaitu jarak antar tepi atas simfisis dan prosesus spinosus lumbal V, dengan ukuran
normal sekitar 18-20 cm. bila diameter bouldelogue kurang dari 16 cm, kemungkinan besar
terdapat kesempitan panggul.
gambar
9. Pemeriksaan panggul
pada ibu hamil terutama primigravida perlu dilakukan pemeriksaan untuk menilai
keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat kelainan atau keadaan yang dapat
menimbulkan penyulit persalinan. Ada empat cara melakukan pemeriksaan panggul yaitu
dengan pemeriksaan pangdang (inspeksi) dilihat apakah terdapat dugaan kesempitan
panggul atau kelainan panggul, misalnya pasien sangat pendek, bejalan pincang, terdapat
kelainan seperti kifosis atau lordosis, belah ketupat michaelis tidah simetris. Dengan
pemeriksaan raba, pasien dapat diduga mempunyai kelainan atau kesempitan panggul bial
pada pemeriksaan raba pasien didapatkan: primigravida pada kehmilan aterm terdapat
kelainan letak. Perasat Osborn positif fengan melakukan pengukuran ukuran-ukuran panggul
luar.
Alat untuk menukur luar panggul yang paling sering digunakan adalah jangka panggul
dari martin. Ukuran – ukuran panggul yang sering digunakan untuk menilai keadaan panggul
adalah:
a. Distansia spinarum
Yaitu jarak antara spina iliaka anterior superior kanan dan kiri, dengan ukuran normal
23-26 cm
b. Distansia kristarum
Yaitu jarak antara Krista iliaka terjauh kanan dan kiri dengan ukuran sekitar 26-29 cm.
bila selisih antara distansi kristarum dan distansia spinarum kurang dari 16 cm,
kemungkinan besar adanya kesempitan panggul.
Gambar
11. Pemeriksaan reflek lutut (patella)
mintalah ibu duduk dengan tungkainya tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan
dilakukan. Rabalah tendon dibawah lutut/ patella. Dengan menggunakan hammer ketuklan
rendon pada lutut bagian depan. Tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon
diketuk. Bila reflek lutut negative kemungkinan pasien mengalami kekurangan vitamin B1.
bila gerakannya berlebihan dan capat maka hal ini mungkin merupakan tanda pre eklamsi.
Gambar
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan.
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah
kesehatan yang dialami oleh klien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data
tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat
pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi
pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Berikut adalah uraian dari pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum menunjukkan kondisi pasien secara umum akibat penyakit atau keadaan
Dilihat secara langsung oleh pemeriksa dan dilakukan penilaian. Yang dapat dilakukan
saat kontak pertama, saat wawancara atau selama melakukan pemeriksaan yang lain.
2. Keasadaran
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
2. Apatis adalah yaitu kurangnya respon terhadap keadaan sekeliling ditandai dengan
tidak adanya kontak mata atau mata terlihat menerawang dan tidak fokus.
3. Samnolen (letargie) adalah keadaan dimana seseorang sangat mudah mengantuk dan
5. Koma adalah kondisi tidak sadar dan tidak ada reaksi terhadap rangsangan tertentu.
6. Delirium adalah penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur
7. Semi Koma adalah penurunan kesadaran yang tidak memberikan respon rangsangan
verbal dan tidak dapat di bangunkan sama sekali ( kornea, pupil ) masih baik. Respon
8. GCS ( glasgow coma scale ) adalah skala yang dipakai untuk menentukan atau
menilai tingkat kesadaran pasien atau klien, mulai dari sadar sepenuhnya hingga
koma. teknik ini terdiri dari 3 bagian yang di tunjukan oleh pasien setelah di beri
stimulasi tertentu, yakni respon buka mata, respon verbal dan respon motorik.
Dekati pasien dan perhatikan respon membuka mata pasien dan beri stimula si
1. Membuka spontan
2. Dengan perintah
4. Hanya bersuara
5. Tidak bersuara
Keadaan Emosional
Riwayat Psikososial, untuk mengetahui keadaan emosional ibu. Hal-hal yang dikaji,
yaitu :
Tujuan : Untuk memastikan kesan terhadap pasien atau klien terutama mengenai
derajat kesehatan. Pada pasien gemuk atau kurus memberi gambaran kemungkinan
mengidap penyakit.
- BB ( Berat Badan )
Untuk timbangan berat badan di klinik kehamilan tersedia timbangan yang praktis.
Timbangan ini model jembatan dan ukuran tinggi badan bersama-sama timbangan
itu. Ada pula tersedia timbangan kodok yang tidak disertai tinggi badan, jadi
Cara pemeriksaan :
1) Penderita diberitahu, pakaian yang perlu dibuka, atau ganti dengan pakaian
klinik.
2) Balans disetel
6) Pasien dibereskan
- Tinggi Badan
Mengukur tinggi badan kadang-kadang dilakukan pada ibu yang pertama kali
datang pengukuran ini bermanfaat apabila ibu datang sudah hamil muda. Tinggi
badan ini untuk menetapkan ibu itu kurus atau normal, disesuaikan dengan berat
badannya.
3) Ujung ukuran tinggi badan diletakan di atas kepala pada bagian yang
rata.
4) Lihat ujung yang sebelah lagi dan ukuran yang terletak diatas kepala itu
Pada ibu hamil (bumil) pengukuran LiLA merupakan deteksi dini Kurang Energi
Kronis (KEK). Bumil yang KEK berpotensi melahirkan bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR). BBLR berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang
anak.
Alat : pita LiLA sepanjang 33 cm dengan ketelitian 0,1 cm atau meteran kain.
Persiapan :
1) Pastikan pita LiLA tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek
4) Baju pada lengan kiri disingsingkan keatas sampai pangkal bahu terlihat
petugas akan menyingsingkan baju lengan kiri responden sampai pangkal bahu.
yang tertutup.
2. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan
ke arah perut.
3. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan
menggunakan pita LiLA atau meteran, dan beri tanda dengan pulpen/spidol
7. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kearah
Keterangan: Jika lengan kiri lumpuh, yang diukur adalah lengan kanan
A. Tekanan Darah
jantung, tahanan vaskuler perifer, volume darah dan viskositas, dan elastisitas
arteri).
2. Stetoskop
4. Pena
Cara pemeriksaan :
b. Jelaskan prosedur pada pasien
c. Cuci tangan
terlentang
cm diatas fossa cubiti (Siku lengan bagian dalam). Jangan terlalu ketat atau
terlalu longgar
dengarkan
terdengar nilai ini menunjukkan tekanan sistolik dan catat mmHg denyut nadi
auskultasi
Suara Korotkoff IV/V: Menunjukkan besarnya tekanan diastolik
secara auskultasi
B. Suhu Tubuh
Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi
empat yaitu :
1. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C. Untuk mengukur suhu hipotermi
Stetoskop
Tensimeter/Sphygmomanometer
Alcohol swab
Sarung tangan/handscoen
Jam tangan
Thermometer (raksadigital/elektrik)
Thermometer tympani/aural
Thermometer rectal
Tissue
Kassa
Jelly/Lubrikan
Bullpen
Bengkok
Lembar dokumentasi
yang lebih modern termometer digital yang menggunakan probe elektronik untuk mengukur
suhu tubuh.
D. Cuci tangan.
L. Catat hasil
N. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan.
termometer digital) cenderung 0,5-0,7˚ lebih tinggi daripada ketika diambil oleh mulut.
2. Cuci tangan.
6. Tentukan termometer dan atur pada nilai nol lalu oleskan vaselin.
7. Letakan telapak tangan pada sisi glutea pasien dan masukan termometer ke
9. Catat hasil.
11. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan.
gelas atau termometer digital. Suhu yang diambil oleh rute ini cenderung 0,3-0,4˚ lebih
2. Cuci tangan.
7. Letakan termometer pada daerah aksila dan lengan pasien fleksi di atas dada.
9. Catat hasil.
11. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan.
rendah). Demam ditandai ketika suhu tubuh meningkat di atas 37˚C secara oral atau 37,7˚C
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak
jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Suhu tubuh sangat terkait
100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat
yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak
coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress
meningkatkan metabolisme.
c. Hormon pertumbuhan
d. Hormon tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam
tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat memengaruhi laju metabolisme menjadi
e. Hormon kelamin
Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran
hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di
f. Demam (peradangan)
g. Status gizi
Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk
mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah
mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak
tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator
yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga
h. Aktivitas
antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat
i. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen
yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh.
Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan
j. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh
dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga
antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan
panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan
juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang
mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup
tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas
dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan
Berikut adalah mekanisme kehilangan panas tubuh secara garis besar, ada empat yaitu
melalui :
1. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas
Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini
dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara
bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas,
yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin
2. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-
benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme
konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu
yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung
dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator
benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus
menerus.
3. Evaporasi
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh.
Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh
sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi
kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi
molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.
Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui radiasi dan
konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh memperoleh
suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satu-satunya cara tubuh
actual ( yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan antara
produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan.
C. Denyut Nadi
kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut, misalnya denyut arteri radialis pada
pergelangan tangan, arteri bracialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea
pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi.
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.
D. Pernafasan
Proses fisiologis yang berperan pada proses pernafasan adalah : ventilasi pulmoner,
respirasi eksternal dan internal. Laju pernafasan meningkat pada keadaan stres, kelainan
metabolik, penyakit jantung paru, dan pada peningkatan suhu tubuh. Pernafasan yang normal
bila kecepatannya 14-20x/menit pada dewasa, dan sampai 44x/menit pada bayi. Kecepatan
dan irama pernafasan serta usaha bernafas perlu diperiksa untuk menilai adanya kelainan.
2.5 Pemeriksaan Fisik Head to Toe (Pemeriksaan Fisik Kepala hingga Kaki)
Pemeriksaan fisik head to toe merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan bagian
tubuh klien sebagai acuan yaitu dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Maksudnya disini
adalah pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir
b. Cara Kerja :
vaskularisasi supervisial.
3. Inspeksi dan Palpasi kuku dan catat mengenai warna, bentuk dan setiap ada
ketidaknormalan/lesi.
4. Inspeksi dan palpasi rambut dan perhatikan jumlah, distribusi dan teksturnya.
Koilonychia
Paronychia
2. PEMERIKSAAN KEPALA
b. Cara kerja :
1. Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri (tergantung pada kondisi pasien dan
4. Muka normalnya simetris antara kanan dan kiri. Ketidaksimetrisan muka dapat
5. Bentuk tengkorak yang normal adalah simetris dengan bagian frontal menghadap
6. Distribusi rambut sangat bervariasi pada setiap orang dan kulit kepala normalnya
tengkorak pada bayi dilakukan juga dengan tujuan untuk mengtahui ukuran
fontanella.
3. PEMERIKSAAN MATA
18. Untuk mempermudah pemeriksaan, bidan dapat berdiri atau duduk dihadapan
pasien.
19. Dalam pemeriksaan selalu bandingkan antara mata kanan dengan mata kiri.
Inspeksi :
1) Amati bola mata terhadap adanya protrusis, gerakan mata, medan penglihatan
dan visus.
2) Amati kelopak mata, perhatikan terhadap bentuk dan setiap ada kelainan
g. Amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta pada bagian
pinggir kelopak mata, catat setiap ada kelainan misalnya ada keerah-
merahan.
i. Perhatikan kelurusan mata dapat membuka dan catat bila ada dropping
c. Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan menggunakan ibu jari.
bila di dapatkan infeksi atau pus atau bila warnanya tidak normal,
misalnya anemi.
yaitu gerakan ritmis bola mata, mula-mula lambat bergerak ke satu arah,
3) Bila ditemukan adanya nistagmus, maka amati bentuk, frekuesni (cepat atau
4) Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan ata salah satu defisi
5) Luruskan jari telunjuk anda dan dekatkan dengan jarak sekitar 15-30. Beritahu
pasien untuk mengikuti gerakan jari anda, dan juga posisi kepala pasien
1) Siapkan kartu snellen/kartu lain untuk pasien dewasa atau kartu gambar untuk
anak-anak.
2) Atur kursi tempat duduk pasien dengan jarak 5 atau 6 meter dari kartu snellen.
3) Atur penerangan yang memadai sehingga kartu snellen dapat di baca dengan
jelas.
5) Pemeriksaan mata kanan dengan cara pasien disuruh membaca mulai huruf
yang paling besar menuju huruf yang kecil dan catat tulisan terakhir yang
4. PEMERIKSAAN TELINGA
keseimbangan.
21. Menurut struktur anatominya, telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian :
→ Telinga tengah (rongga timpani) terpisah dengan telinga luar oleh adanya
→ Telinga dalam : labirin yang bertulang dan bermembran yang meliputi kohlea,
b. Alat-alat yang perlu dipersiapkan dalam pemeriksaan fisik telinga, antara lain :
c. Cara Kerja :
1) Bantu pasien dalam posisi duduk. Pasien yang masih anak-anak dapat
2) Atur posisi anda menghadap pada sisi telinga pasien yang akan diperiksa.
6) Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis dari jaringan lunak, jaringan
7) Tekan bagian tragus ke dalam dan tekan pula tulang telinga di bawah daun
10) Pegang bagian pinggir daun telinga/heliks dan secara perlahan-lahan tarik
daun telinga ke atas dan kebelakang sebagi lubang telinga menjadi lurus
11) Amati pintu masuk lubang telinga dan pertikan ada tidaknya peradangan,
peredaran, kotoran/serumen.
12) Dengan hati-hati amsukkan otoskop yang menyala kedalam lubang telinga.
benda asing.
Pemeriksaan pendengaran :
bisikan.
3) Pendengan yang baik akan dengan mudah dapat mengetahui adanya bisikan.
4) Bila pendengaran dicurigai tidak berfungsi baik, maka pemeriksaan yang lebih
teliti dapat dilakukan yi dengan menggunakan garpu tala atau test audiometri.
1) Atur posisi pasien berdiri membelakangi anda pada jarak sekitar 4,5-6 meter.
2) Anjurkan pasien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.
menyatakan bila tak dapat mendengar lagi. Normalnya detak arloji masih
yang dirasakan baik oleh telinga kanan maupun kiri). Normalnya vibrasi/suara
Pemeriksaan hidung dimulai dari bagian luar, bagian dalam lalu sinus-sinus-sinus,
→ otoskop.
→ spekulum hidung.
→ cermin kecil.
→ Sumber penerangan/lampu.
2) Atur penerangan dan amati hidung bagian luar sisi depan,samping dan sisi
5) Lanjutkan dengan melakukan palpasi hidung luar dan catat bila ditemukan
nyeri tekan.
4) Elevasikan ujung hidung pasien dengan cara menekan hidung secara ringan
7) Pasang ujung spekulum hidung pada lubang hidung sehingga rongga hidung
dapat diamati.
8) Untuk memudahkan pengamatan pada dasar hidung maka atur posisi kepala
sedikit menengadah.
diamati.
10) Amati bentuk dan posisi septum, kartilago dan dinding-dinding rongga hidung
Pencahayaan harus baik sehingga semua bagian dalam mulut dapat diamati
dengan jelas.
Pemeriksaan dimulai dengan mengamati bibir, gigi, gusi, selaput lendir, pipi
faring.
Inspeksi :
4) Atur pencahayaan yang memadai dan bila diperlukan gunakan penekan lidah
bawah, ukuran, warna, lesi/adanya tumor. Amati juga secara khusus pada
gigi bagian kiri, kanan, atas dan bawah dan anjurkan pasien untuk
9) Amati selaptu lendir mulut secara sistematis pada semua bagian mulut
dan pendarahan.
10) Beri kesempatan pasien untuk istirahat dengan menutup mulut sejenak bila
capai, lalu lanutkan dengan inpeksi faring dengan cara pasien dianjurkan
membuka mulut, tekan lidah ke bawah pasien sewaktu pasien berkata ”ah”.
Palpasi
1) Palpasi pada pemeriksaan mulut dilakukan terutama bila dari inspeksi belum
2) Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan setiap ada kelainan pada mulut yang
Pegang pipi diantara ibu jari dan jari telunjuk (jari telunjuk berada
nyeri.
4) Lanjutkan dengan palpasi pada palatum dengan jari telunjuk dan rasakan
5) Palpasi dasar mulut dengan cara pasien disuruh mengatakan ”el” kemudian
palpasi dilakukan pada dasar mulut secara sistematis dengan jari penunjuk
tangan kanan. Bila diperlukan beri sedikit penekanan dengan ibu jari dari
pembengkakan.
6) Palpasi lidah dengan cara pasien disuruh menjulurkan lidah, pegang lidah
kanan lakukan palpasi lidah terutama bagian belakang dan batas-batas lidah.
berkaitan.
Dalam pemeriksaan, baju pasien dilepas sehinga leher dapat diperiksa dengan mudah.
INSPEKSI:
4) Inspeksi dilakukan secara sistematis mulai dari garis tengah sisi depan leher,
5) Bentuk leher yang panjang dan ramping umumnya ditemukan pada orang
endomorf/obesitas.
7) Warna kulit leher normalnya sama dengan kulit sekitarnya. Dapat menjadi
kuning pada semua jenis ikterus, dan menjadi merah, bengkak, panas dan
8) Inspeksi tiroid dengan cara pasien disuruh menelan dan amati gerakan kelenjar
ukuran, bentuk, dan nyeritekan pada setiap kelompok kelenjar limfe yang terdiri dari:
ukuran, bentuk, dan nyeri tekan pada setiap kelompok kelenjar limfe yang tidak :
sternomastidius.
2. Palpasi pada fossa supraternal dengan jari penujuk dan jari tengah.
4. Palpasi dapat pula dilakukan dengan bidan berdiri di belakang pasien, tangan
diletakkan mengelilingi leher dan palpasi dilakukan dengan jari kedua dan ketiga.
jari tengah pada bagian bawah trakea dan trakea ke atas, ke bawah, dan ke
2. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka leher dan dada bagian atas harus bebas
urutan :
5. Bila diperlukan lakukan pemeriksaan mobilitas secara pasif dewngan cara kepala
pasien dipegang dengan dua tangan kemudian digerakkan dengan urutan yang sama
INSPEKSI :
→ Inspeksi dada dikerjakan baik pada saat dada bergerak atau pada saat
(kiposis, lordosis, skoliosis) akan lebih mudah dilakukan pada saat dada tidak
bergerak.
1. Pigoen chest : bentuk dada yang ditandai dengan diameter transversal sempit,
2. Funnel chest : bentuk dada yang tidak normal sebagai kelainan bawaan yang
3. Barel chest : bentuk dada yang ditandai dengan diameter anteroposterior dan
Pola pernafasan :
Pola pernafasan
1. Cheyne-stokes : Pernafasan yang secara bertahap menjadi cepat dan dalam dari
pendek.
1) Lepas baju pasien dan tampakkan badan pasien sampai batas pinggang.
2) Atur posisi pasien (pasien diatur tergantung pada tahap pemeriksaan dan
3) Yakinkan bahwa anada sudah siap (tangan bersih dan hangat), ruangan stetoskop
sudah siap.
4) Beri penjelasan pada pasien tentang apa yang akan dikerjakan dan anjurkan
5) Lakukan inspeksi bentuk dada dari 4 sisi (depan, belakang, kanan, kiri,) pada saat
6) Pada saat inspeksi dari depan perhatikan area pada klavikula, foossa supra dan
7) Dari sisi belakang amati lokasi vertebra torakalis ke 7 (puncak skapula terletak
sejajar dengan vertebra torakalis ke 8), perhatikan pula bentuk tulang belakang
9) Amati lebih teliti keadan kulit dada catat setiap ditemukan adanya pulpasi pada
a. Tujuan : untuk mengetrahui keadan kulit pada dinding dada, nyeri tekan,
seseorang berbicara).
Rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan sisi kiri.
Letakkan telapak tangan anda pada bagian belakang dinding dada dekat
apeks paru-paru.
paru.
Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru-paru dan diantara apeks serta
dasar paru-paru.
dinding dada.
4. Getaran lebih jelas terasa pada apeks paru-paru dan dinding dada kanan
lebih keras daripada dinding dada kiri karena bronkus pada sisis kanan
lebih besar.
Pada keadaan tertentu bunyi resonan ini dapat menjadi lebih atau
kurang resonan.
Perkusi mulai dari atas klavikula ke bawah pada setiap spasium interkostalis.
2. Lakukan perkusi paru-paru postersior dengan posisi sebaiknya duduk atau berdiri
Memulai perkusi dari atas ke bawah (dari resonan ke redup) sampai bunyi
redup didapatkan.
ditemukan di atas tanda I.beri tanda pada kulit yang di temukan bunyi redyp
(tanda II).
Ukur jarak antara tanda I dan II. Pada wanita jarak ke dua tanda ini normalnya
Auskultasi
→ Suara nafas yang didengar melalui stetoskop dapat menjadi tidak normal
lumen saluran nafas akibat penyempitan, kelainan selaput lendir, atau akibat
nafas , maka nada bunyi nafas juga semakin tinggi & keras.
→ Ronchi basah (rales) : suara berisik yang terputus akibat aliran udara melewati
cairan.ronchi basah dapat terdengar halus, sedang atau kasar tergantung pada
inspirasi.
→ Gesekan pleura bunyi yang timbul sebagai manifestasi kelainan pleura akibat
Bunyi ini biasanya terdengar pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi.
Suruh pasien bernafas secara normal dan mulailah auskultasi dengan pertama
kali meletakkan stetoskop pada trakea, dengar bunyi nafas secara teliti.
Lanjutkan auskultasi dengan arah seperti pada perkusi, dengan suara nafas
Ulangi auskultasi pada dada lateral dan posterior serta bandingkan sisi kanan
dan kiri.
BUNYI-BUNYI NAFAS
2. Palpasi dilakukan secara sistematis mengikuti struktur anatomi janttung mulai dari
area aorta, area pulmonal, area trikuspidalis, area apikal dan area epigastrik.
1. Bantu pasien mengatur posisi supinasi dan pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien.
2. Tentukan lokasi sudut louis dengan palpasi. Sudut ini terletak di antara
manubrium dan badan sternum. Ini akan terasa seperti bagian dari sternum.
3. Pindah jari-jari ke bawah ke arah tiap sisi sudut sehingga akan teraba spasium
interkostalis ke-2. Area aorta terletak di spasium interkostalis ke-2 kanan dan area
4. Inspeksi dan palpasi area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada/tidaknya
uplsasi.
impulse).
7. Isnpeksi dan palpasi pulsasi pada area apikal. Sekitar 50% orang dewasa akan
mengamati lokasi pulsasi apikal. Apabila jantung membesar, maka pulsasi ini
8. Untuk mengetahui pulsasi aorta, lakukan inspeksi dan palsasi pada area epigastrik.
Perkusi
1) Perkusi jantung dilakukan untuk mengetahu ukuran dan bentuk jantung secara
kasar.
3) Perkusi dilakukan dengan meletakkan jari tengah tangan kiri sebagai plesimeter
5) Untuk menentukan batas sisi kanan dan kiri, perkusi dikerjakan dari arah
samping ke tengah dada. Batas atas jantung diketahui dengan perkusi dari atas
ke bawah.
tidak lebih dari 4,7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada spasium
7) Perkusi dapat pula dilakukan dariarah sternum keluar dengan jari yang
stasioner secara paralel pada spasium interkostalis sampai suara redup tidak
terdengar. Ukurlah jarak dari garis midsternal dan tentukan dalam cm.
8) Dengan adanya foto rontogen, maka perkusi pada area jantung jarang dilakukan
karena gambaran jantung dapat diihat pada foto thorak antero posterior.
Auskultasi
4. Bunyi jantung ii (s2) timbul akibat penutupan katup aorta dan pulmonalis.
5. Biasanya s1 terdengar lebih keras dari pada s2, namun nada s1 lebih rendah
sedangkan s2 tinggi.
6. S1 didiskripsikan sebagai bunyi “lub” dan s2 bunyi “dub”. Jarak kedua bunyi
adalah 1 detik/kurang.
7. Periode yang berkaitan dengan bunyi jantung s1 dan s2 adalah periode sistole
dan diastole.
8. Periode sistole adalah periode saat ventrikel berkontraksi, yang dimulai dari s1
sampai s2.
9. Periode distole adalah periode saat ventrikel relaksasi, yang dimulai dari s2 dan
berakhir pada saat/mendekati s1. Sistole biasanya lebih pendek dari diastole.
10. Secara normal tidak ada bunyi lain yang terdengar selama periode-2 diatas,
11. S3 dan s4 dapat didengar lebih jelas pada area aplikal dengan menggunakan
12. S3 timbul pada awal diastole yang terdengar seperti “lub-dub-ee”. S3 normal
terdengar pada anak-anak dan dewasa muda. Bila didapatkan pada orang
14. Aukultasi harus dilakukan paada area auskultasi utama dengan menggunakan
CARA KERJA :
1. Kaji ritme dan kecepatan jantung secara umum, perhatikan dan tentukan area
aukutasi
2. Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal dan kemudian tahan nafas saat
4. Konsentrasikan pada sistole, yang mirip interval yang lebih panjang dari sistole,
(durasi sistole dan diastole adalah sebanding pada saat kecepatan jantung
meningkat).
b. Karena payudara merupakan organ yang sensitif, maka kesopanan tetap dijaga selama
c. Bidan perlu melakukan penyuluhan tentang perawatan payudara dan deteksi kanker
payudara.
d. Pada wanita hamil, payudara juga mengalami peubahan. Payudara menjadi lebih besar
akibat floriferasi dan hipertrofi sel-sel acini dan kelenjar susu(duktus laktiferus).
Perubahan ini terjadi sebagai respon terhadap hormon dari kropus luteum dan
plasenta.
INSPEKSI:
9. Inspeksi warna areola. Pada wanita hamil pada umumnya berwarna lebih
gelap.
kemerah-merahan.
PALPASI :
sumber, jumlah, warna, konsistensi dan kaji terhadap adanya nyeri tekanan.
2. Palpasi daerah klavikula dan ketiak itu. Pada area limfe nodi.
gerakan memutar terhdap dinding dada dari tepi menuju areola dan memutar
a. Perut abdomen merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga tempat
beberapa organ-organ penting tubuh, yaitu; lambung,usus, hati, limpa, serta ganjil.
b. Bentuk perut yang normal adalah. Simetris baik pada orang yang gemuk maupun
kurus.
c. Perut menjadi besar dan tidak simetris pada beberapa keadaan, misalnya :
d. Perut menjadi besar dan tidak simetris pada beberapa keadaan, misalnya : kehamilan,
limpa/kandung empedu.
melingkar/cekung.
g. Apabila ada pembesaran, maka kulit perut menjadi tegang, licin dan tipis.
h. Pada keadaan setelah distensi berat, kulit perut menjadi berkeriput, dan pada keadaan
INSPEKSI :
2. Pasien diatur berbaring ditempat permukaan datar dengan kepala pasien diatur
7. Amati keadaan kulit secara lebih teliti mengenai pertumm-buhn rambut dan
pigmentasi.
AUSKULTASI :
2. Tanya pasien tentang waktu terakhir makan. Suara usus meningkat pada orang
setelah makan.
4. Letakkan diafragma stetoskop dengan tekanan ringan pad setiap area 4 kuadran
perut dan dengar suara peristalik aktif dan suara mendeguk (gurgling) yang
secara normal terdengar setiap 5-20 detik dengan durasi </> 1 detik frekw suara
tergantung pada status pencernaan/ada dan tidaknya makanan dalam sel cerna.
terdengar setiap 3 detik). Bila suara usus terdengar jarang sekali/tidak ada maka
5. Letakkan bagian bell stetoskop di atas aorta , arteri renale dan arteri iliaka.
meletakkan stetoskop pada garis tengah perut/kearah kanan kiri dari garis perut
tengah perut.
7. Dalam melakukan auskultasi pada setiap tempat khususnya pada area hepar dan
lien , kaji pula kemungkinan terdengar suara-2 gesekan seperti suara gesekan 2
benda. untuk mengkaji suara gesekan pada area lien maka letakkan stetoskop
pada area bawah tulang rusak di garis aksilaris anterior dan suruh pasien menarik
nafas dalam. Untuk mengkaji suara gesekan pada area hepar, letakkan stetoskop
PERKUSI
1. Perkusi di mulai dari kuadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum jam
2. Perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri/nyeri tekan
3. Lakukan perkusi pada area timpani dan redup. Suara timpani mempunyai ciri
nada>tinggi daripada resonan , yang mana suara ini dapat di dengarkan pada
ronggan/organ yang berisi udara. Suara redup mempunyai ciri nada> rendah / >
datar daripada resonan . suara ini dapat di dengarkan pada massa yang padat ,
mis : keadaan asites , keadaan distensi kandung kemih serta pada pembesaran atau
PALPASI
1. Hangatkan tangan. Tangan yang dingin bila dirabakan pada perut akan membuat
menyulitkan pemeriksaan.
2. Pada palpasi ringan, letak telapak tangan pada perut pasien dengan jari-jari paralel
bawah kira-kira sedalam 1cm / sedalam jar subkutan. Selama melakukan palpasi
ringan, tetap perhatikan ekspresi wajah pasien dan anjurkan pasien untuk
3. Pada palpasi dalam, tekankan ¼ distal permukaan tangan pada tangan yang lain
4-5 cm/ mendekati jar subkutan. Raba adanya massa dan jelaskan menurut
uukuran, letak, mobilisasi, kontur, konsisten, dan nyeri tekan. Harus teliti dalam
rongga perut normal yang sering dikira massa adalah batas lateral otot rektus
abdominal dan feses yang terdapat dalam kolon ascende, desenden dan sigmoid.
1. Berbagai masalah yang berkaitan dengan sistem reproduksi wanita dapat terjadi
2. Sistem reproduksi wanita terbagi 2 bagian utama, yaitu: alat kelamin luar dan alat
kelamin dalam yang berkembang dan berfungsi sesuai dengan pengaruh hormon-
3. Alat kelamin luar tidak : mons plubis, klitoris, labia mayora, labia minora, kelenjar
pemeriksaan dimulai. Bila diperlukan urine untuk/specimen lab, kumpulkan pada saat
ini.
2. Anjurkan pasien membuka celana, bantu mengatur posisi litotomi dan selimut bagian
3. Mulai dengan mengamati rambut pubis, perhatikan distribusi dan jumlahnya dan
4. Amati kulit dan area pubis, perhatikan adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakia, dan
eksoriasi.
5. Buk labia mayora dan amati bagian dalam labia mayora, labia minora, klitoris, dan
atau nodula.
2. Lumasi jari telunjuk anda dengan air steril dan masukkan kedalam vagina dan
berguna untuk mempergunakan dan memilih spekulum yang tepat. Cabut jari bila
sudah selesai.
3. Siapkan spekulum dengan ukuran dan bentuk yang sesuai dan lumasi dengan air
4. Letakkan 2 jari pada pintu vagina dan tekankan ke bawah ke arah perianal.
5. Yakinkan tidak ada rambut pubis pada pintu vagina dan dengan tangan satunya
masukkan spekulum dengan sudut 45o dan hati-hatilah sehingga tidak menjepit
rambut pubis/labia.
6. Bila spekulum sudah berada di vagina, keluarkan 2 jari anda, dan putar spekulum ke
arah posisi horizontal dan pertahankan penekanan tetap pada sisi bawah/posterior.
7. Buka paru spekulum, lokasikan pada serviks dan kunci paru sehingga tetap membuka.
8. Bila serviks sudah terlihat, atur lampu untuk memperjelas penglihatan dan
amatiserviks mengenai ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran, dan warnanya.
Normalnya pada nulipara bentuk serviks melingkar / oval, sedang pada para
membentuk celah.
9. Bila diperlukan spesimen sitologi, maka ambillah dengan cara usapan menggunakan
10. Bila sudah selesi, kendorkan screw spekulum, tutup spekulum dan tarik keluar secara
perlahan-lahan.
1. Lakukan palpasi secara bimanual bila diperlukan dengan cara keanakan sarung tangan
steril, lumasi jari telunjuk dan jari tengah kemudian masukkan ke lubang vagina
dengan penekanan ke arah posterior dan raba dinding vagina untuk mengetahui
adanya nyeri tekan dan nodul. Dan raba dinding vagina untuk mengetahui adanya
2. Palpasi serviks dengan 2 jari dan perhatikan posisi, ukuran, konsistensi, regularitasi,
mobilitasi, dan nyeri tekan. Normalnya serviks dapat digerakkan tanpa terasa nyeri.
3. Palpasi uterus dengan cara geser 2 jari menghadap ke atas. Tangan yang diluar taruh
di perut dan tekankan ke bawah. Palpasi uterus mengenal ukuran, bentuk, konsistensi,
dan mobilitasi.
4. Palpasi ovarium dengan cara geser 2 jari yang ada dalam vagina pada forniks lateral
kanan, Tangan yang di perut tekankan ke bawah kearah kuadran kanan bawah. Palpasi
ovarium kanan mengenal ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi, dan nyeri tekan
a. Tujuan : untukk memperoleh dari dasar tentang oto, tulang, dan persendian serta untuk
- OTOT
1) Lakukan inspeksi mengenai ukuran otot, misalnya : pada lengan dan paha.
Bandingkan 1 sisi dengan sisi yang lain serta amati mengenai ada dan tidaknya
2) Bila didapatkan perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya dengan menggunakan
meteran.
3) Amati otot dan tendo untuk mengetahui kemungkinan mengalami kontraktur yang
4) Amati otot untuk mengetahui kemungkinan terjadi kontraksi normal dan tremmor.
5) Lakukan palpasi pada oto saat istirahat untuk mengetahui tonus otot.
6) Lakukan palpasi otot pada sat bergerak secara aktif dan pasif untuk mengetahui
kehalusan gerakan.
pemeriksa, dan bandingkan kekuatan otot anggota gerak kanan dan anggota gerak
kiri. Kekuatan otot juga dapat diuji dengan cara pasien disuruh menggerakkan
Secara normal kekuatan otot dinilai dalam 5 tingkatan gradiasi seperti terlihat pada
KENORMALAN
SKALA CIRI-CIRI
KEKUATAN (%)
0 0 Paralisis total
Tidak ada gerakan, teraba / terlihat
1 10
adanya kontraksi otot.
Gerakan otot penuh menentang
2 25
gravitasi, dengan sokongan.
Gerakan normal menentang
3 50
gravitasi.
Gerakan normal penuh menentang
4 75
gravitasi dengan sedikit penahanan.
Gerakan normal penuh menentang
5 100
gravitasi dengan penahanan penuh.
22. TULANG
tekan.
23. PERSENDIAN
pengobatan.
c. Tujuan dari segi perawatan : Untuk membantu manusia mengatasi secara efektif
tentang perubahan kehidupan sehari-hari dan perawatan diri baik aktual maupun
e. Kesadaran
PARAMETER NILAI
Mata Membuka secara spontan 4
Terhadap suara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak berespon 1
Respon Verbal Orientasi baik 5
Bingung 4
Kata-kata tidak jelas 3
Bunyi tidak jelas 1
Respon Mengikuti perintah 6
motorik/gerak Gerakan lokal 5
Fleksi, menarik 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak ada 1
24. MENTASI
memori dan proses berpikir yang tergantung pada kondisi korteks serebri yang di
25. PERGERAKAN
d. Uji kekuatan otot : anjurkan pasien menaikkan kedua lengan melawan penahanan
dari pemeriksa
e. Uji bisep dan trisep (fleksor dan ekstensor) : pasien di suruh menarik dan
f. Uji fleksor dan ekstensor pergelangan tangan : suruh pasien memfleksikan dan
g. Uji kekuatan otot tangan : suruh pasien membuka jari-jari menentang penahanan
pemeriksa
h. Uji fleksi dan ekstensi bawah serta kekuatan tulang panggul : suruh pasien
i. Uji kekuatan tungkai atas : suruh pasien mefleksikan dan ekstensikan lutut
l. Koordinasi ekstremitas bawah : suruh pasien jalan lurus ke depan setapak demi
m. Kestabilan batang tubuh : suruh pasien berdiri lurus dengan mata tertutup
reflek
Refleks menjadi hiperaktif pada keadaan adanya lesi pada neuron motorik ata
0 : Tidak ada
2 : Normal
4 : Hiperaktif
2) Reflek snout → mengetuk bibir atas atau mengusap bibir dengan spatel
26. SENSASI
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang lengkap dari penderita untuk mengetahui
keadaan atau kelainan dari penderitaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana
kesehatan umum ibu (bila keadaan umumnya baik agar di pertahankan jangan sampai daya
tahan tubuh menurun), untuk mengetahui adanya kelainan, bila ada kelainan, kelainan itu
lekas diobati dan disembuhkan agar tidak menganggu. Prinsip umum dari pemeriksaan fisik
Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami,
antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi
(mendengar).
Pada pemeriksaan fisik, yang diperiksa mulai dari pemeriksaan keadaan umum hingga
3.2 Saran
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan
dapat memberikan pengetahuan sedikit tentang pemeriksaan fisik pada ibu. Kami mengetahui
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi
penulisannya, bahasa dan lain sebagainnya. Untuk itu saran dari pembaca yang bersifat
membangun sangat kami harapkan agar dapat terciptanya makalah yang baik sehingga dapat