Anda di halaman 1dari 201

MODUL

PRAKTIKUM KEPERAWATAN MATERNITAS DAN ANAK

DISUSUN OLEH :

TIM PENGAJAR

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN/NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
ANDINI PERSADA MAMUJU
MODUL
PRAKTIKUM KEPERAWATAN MSTERNITAS DAN
ANAK

PENYUSUN:

Ns. Akbar Nur, S.Kep., M.Kep

Ns. I Kadek Dwi Swarjana, S.Kep, M. Kep

Ns. Suryadi, S.Kep., M.Kep


PEMERIKSAAN FISIK IBU HAMIL

1. Defenisi
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bagian
tubuh dari kepala sampai kaki pada ibu hamil.
2. Tujuan
 Tujuan umum
Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak
selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga
didapatkan ibu dan anak yang sehat.

 Tujuan khusus
a. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang
mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas
b. Menggenali dan mengobati penyakit-penyakit yang
mungkin diderita sedini mungkin
c. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan
anak
d. Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-
hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas
dan laktasi.
3. Jadwal pemeriksaan kehamilan
 Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin
ketika haidnya terlambat satu bulan
 Periksa ulang 1x sebulan sampai kehamilan 7 bulan
 Periksa ulang 2x sebulan sampai kehamilan 9 bulan
 Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
 Periksa Khusus bila ada keluhan-keluhan
4. Persiapan
a. Persiapan pasien
 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
 Menjelaskan tujuan dan prosedur pada klien/keluarga
 Menanyakan kesiapan pasien sebelum tindakan diberikan
 Menjaga privacy
b. Persiapan alat
 Stetoskop
 Sfigmomanometer
 Pita pengukur
 Timbangan BB
 Jangka panggul
 Stetoskop monoral (stetoskop obstetrik/ laenec)
 Termometer
 Palu refleks
 pengukur tinggi badan
 peralatan untuk pemeriksaan laboratorium kehamilan yaitu
pemeriksaan kadar hemoglobin, protein urin, urin reduksi
dll (bila diperlukan
5. prosedur kerja
Ya Tidak
No Prosedur Ket
(1) (0)
1 Anamnesa
 Anamnesa identitas isteri dan suami
a. Nama
b. Umur
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
e. Alamat
f. DSBnya
 Anamnesa umum
a. Tentang keluhan-keluhan, nafsu
makan, tidur, miksi, defekasi,
perkawinan, dan sebagainya.
b. Tentang haid, kapan mendapat
haid terakhir (HT). Bila hari
pertama haid terakhir diketahui,
maka dapat dijabarkan taksiran
tanggal persalinan memakai
rumus Naegele
2 Pemeriksaan fisik umum
a. Tinggi Badan
b. Berat badan
c. Tanda – tanda vital : tekanan darah,
denyut nadi, suhu, pernapasan
3 Pemeriksaan fisik (teknik inspeksi)
a. Kepala
Kebersihan, bentuk, rambut rontok
dan ada kutu
b. Daerah muka
Apakah ada kloasma gravidarum,
konjungtiva anemis/tidak , apakah
ada oedema pada muka dan
bagaimana keadaan lidah dan gigi
c. Leher
Apakah ada bendungan vena,
kelenjar tiroid membesar atau
pembesaran kelenjar limfe
d. Dada
Bentuk payudara, pigmentasi dan
keadaan puting susu, adakah
kolostrum
e. Abdomen
Membesar ke arah depan atau
kesamping, keadaan umbilicus,
pigmentasi pada linea alba, apakah
gerakan anak atau kontraksi rahim,
apakah ada striae gravidarum atau
bekas luka operasi
f. Vulva
Apakah ada varises, tanda Chadwick,
condylomata, flour albus, kebersihan
dan keadaan perineum
g. Tungkai bawah
Apakah ada varises, oedema, luka,
sikatriks pada lipatan paha

4 Teknik palpasi
 Persiapan pasien
1. Jelaskan tentang prosedur
pemeriksaan ini kepada ibu
2. Jelaskan tujuan atau hasil yang
diharapkan dari pemeriksaan ini.
3. Jelaskan bahwa pemeriksaan ini
kadang-kadang menimbulkan
perasaan khawatir atau tidak
enak tetapi tidak akan
membahayakan bayi yang ada di
dalam kandungan
4. Bila ibu mengerti apa yang telah
disampaikan, mintalah
persetujuan lisan tentang
pemeriksaan yang akan
dilakukan.
 Tujuan
1. Menentukan besar dan
konsistensi rahim
2. Menentukan bagian-bagian
janin, letak, dan presentasi
3. Mengetahui gerakan janin
4. Mengetahui kontraksi rahim
braxton-Hicks
 Cara palpasi
a. Menurut leopold dengan
variasi
b. Menurut knebel
c. Menurut Budin
d. Menurut Ahlfled
 Variasi palpasi
1. Persilahkan Ibu hamil untuk
berbaring
2. Sisihkan pakaian ibu hingga
seluruh bagian perut ibu tampak
jelas kemudian minta ibu untuk
meletakkan kedua telapak kaki
pada ranjang sehingga terjadi
fleksi pada sendi paha dan lutut
untuk mengurangi ketegangan
pada dinding perut.
3. Tutup paha dan kaki ibu dengan
kain yang telah disediakan.
4. Cuci tangan pemeriksa dengan
sabun , bilas dengan air hangat
kemudian keringkan kedua
tangan tersebut dengan handuk
5. Pemeriksa berdiri disebelah
kanan ibu dan melihat ke arah
kepala ibu.
6. Beritahukan kepada ibu bahwa
pemeriksaan akan segera
dimulai.

 Leopold I
Tujuan : Menentukan tinggi fundus
uteri dan bagian janin yang terdapat
pada fundus uteri
Cara pemeriksaan :
Pemeriksa berdiri disebelah kanan
pasien, menghadap kearah kepala
pasien. Kedua tangan diletakkan pada
bagian atas uterus dengan mengikuti
bentuk uterus. Lakukan palpasi
secara lembut untuk menentukan
bentuk, ukuran konsistensi dan
gerakan janin.
Tentukan bagian janin mana yang
terletak di fundus.

Hasil: jika kepala janin yang berada di


fundus, maka palpasi akan teraba
bagian bulat, keras dan dapat
digerakkan (balotemen). Jika bokong
yang terletak di fundus,maka
pemeriksa akan meraba suatu bentuk
yang tidak spesifik, lebih besar dan
lebih lunak dari kepala, tidak dapat
digerakkan, serta fundus terasa
penuh. Pada letak lintang palpasi
didaerah fundus akan terasa kosong.
Umur kehamilan Tinggi fundus uteri
20 minggu -/+20 cm
24 minggu -/+24 cm
28 minggu -/+28 cm
32 minggu -/+32 cm
36 minggu -/+34- 46 cm
Variasi Menurut Knebel
 Menentukan letak kepala atau
bokong dengan satu
tangan difundus dan tangan lain
diatas simfisis
 Leopold II
Tujuan : Menentukan dimana letak
punggung dan bagian-bagian terkecil.
Cara pemeriksaan:
pemeriksa berdiri disebelah kanan
pasien, menghadap kepala pasien.
Kedua telapak tangan diletakkan pada
kedua sisi perut, dan lakukan tekanan
yang lembut tetapi cukup dalam
untuk meraba dari kedua sisi. Secara
perlahan geser jari-jari dari satu sisi
ke sisi lain untuk menentukan pada
sisi mana terletak pada sisi mana
terletak punggung, lengan dan kaki.

Hasil : bagian bokong janin akan


teraba sebagai suatu benda yang
keras pada beberapa bagian lunak
dengan bentuk teratur,sedangkan bila
teraba adanya bagian – bagian kecil
yang tidak teratur mempunyai banyak
tonjolan serta dapat bergerak dan
menendang, maka bagian tersebut
adalah kaki, lengan atau lutut. Bila
punggung janin tidak teraba di kedua
sisi mungkin punggung janin berada
pada sisi yang sama dengan punggung
ibu (posisi posterior) atau janin dapat
pula berada pada posisi dengan
punggung teraba disalah satu sisi.

 Variasi Menurut Budin


Menentukan letak punggung dengan
satu tangan
 Leopold III
Tujuan : Menentukan apa yang
terdapat dibagian bawah dan apakah
bagian bawah sudah atau belum
terpegang oleh PAP
Petunjuk cara memeriksa:
dengan lutut ibu dalam posisi fleksi, raba
dengan hati-hati bagian bawah abdomen
pasien tepat diatas simfisis pubis. Coba
untuk menilai bagian janin apa yang
berada disana. Bandingkan dengan hasil
pemeriksaan Leopold.
bila bagian janin dapat digerakkan
kearah cranial ibu, maka bagian
terbawah dari janin belum melewati
pintu atas panggul. Bila kepala yang
berada diabagian terbawah, coba untuk
menggerakkan kepala. Bila kepala tidak
dapat digerakkan lagi, maka kepala
sudah “engaged” bila tidak dapat diraba
adanya kepala atau bokong, maka letak
janin adalah melintang.

Variasi Menurut Ahlfeld


 Menentukan letak punggung dengan
pinggir
tangan kiri diletakkan tegak ditengah
perut
 Leopold IV
Tujuan : menentukan seberapa besar
masuknya bagian bawah ke rongga
panggul
Petunjuk dan cara memeriksa :
Pemeriksa menghadap kearah
kaki ibu. Kedua lutut ibu masih
pada posisi fleksi. Letakkan
kedua telapak tangan pada
bagian bawah abdomen dan
coba untuk menekan kearah
pintu atas panggul

Hasil: pada dasarnya sama


dengan pemeriksaan Leopold III,
menilai bagian janin terbawah
yang berada didalam panggul
dan menilai seberapa jauh
bagian tersebut masuk melalui
pintu atas panggul.

5 Pemeriksaan panggul luar


1. Tujuan
a. Untuk mengetahui panggul
seseorang normal atau tidak
b. Untuk memudahkan dalam
mengambil tindakan selanjutnya
c. Untuk mengetahui bentuk atau
keadaan panggul seseorang
2. Pemeriksaan panggul dilakukan
a. Pada pemeriksaan pertama kali
bagi ibu hamil
b. Pada ibu yang pernah melahirkan
bila ada
kelainan pada persalinan yang lalu
c. Ibu yang akan bersalin bila
sebelumnya belum pernah
memeriksakan diri terutama pada
primipara
3. Ukuran-ukuran panggul luar yang
terpenting adalah :
a. Distansia Spinarum
Jarak antara spina iliaka anterior
superior kiri dan kanan
Normal 23 – 26 cm
b. Distansia Cr. Starum
Jarak yang terjauh antara crista
iliaka kanan dan kiri Normal 26 -
29 cm
c. Conjungata Externa
(Boundeloque) Jarak antara
pinggir atas symphisis dan ujung
processus spinosus (ruas tulang
lumbal ke V). Normal 10,5 – 11
cm
d. Ukuran lingkar panggul
Jarak dari pinggir atas symphisis
melalui spina iliaka anterior
superior kanan kepertengahan
trochanter major kanan ke
trochanter major kiri
kepertengahan spina iliaka
anterior superior kiri, kemudian
kembali keatas symphisis.
Normal 80 -90 cm.
4. Persedian alat-alat panggul luar
a. Pita pengukur
b. Jangka panggul
c. Buku catatan dan pena
5. Cara kerjanya
 Distansia Spinarum
a. Ibu hamil dalam posisi tidur
terlentang
b. Pemeriksa memegang jangka
panggul dengan cara dijepit
antara ibu jari dan jari
telunjuk
c. Jari telunjuk meraba spina
iliaca anterior superior kanan
dan kiri
d. Baca skala ukur, skala
menghadap ke pemeriksa.
 Distansia Cr. Starum
a. Jangka panggul digesser ke atas
sambil mencari Krista iliaca
yang letaknya kira-kira 5 cm di
belakang dan di atas spina
iliaca.
b. Jari telunjuk meraba spina
iliaca anterior superior kanan
dan kiri
 Conjungata Externa
(Boundeloque)
a. Ibu hamil berbaring miring ke
kiri
b. Ukuran diambil dari tepi atas
simfisis dan prosesus spinosus
lumbal V
 Distansia Tuburum
Normal : 10.5 – 11 cm
a. Ibu hamil dalam posisi
lithotomic
b. ukuran melintang dari pintu
bawah panggul atau jarak
antara tuber iskhiadikum kanan
dan kiri

6 Teknik perkusi
 pemeriksaan punggung dibagian
ginjal.
Tepuk punggung di bagian ginjal
dengan bagian sisi tangan yang
dikepalkan. Bila ibu merasa nyeri,
mungkin terdapat gangguan pada
ginjal atau salurannya.
 Pemeriksaan reflek lutut (patella)
mintalah ibu duduk dengan
tungkainya tergantung bebas dan
jelaskan apa yang akan dilakukan.
Rabalah tendon dibawah lutut/
patella. Dengan menggunakan
hammer ketuklan rendon pada lutut
bagian depan. Tungkai bawah akan
bergerak sedikit ketika tendon
diketuk. Bila reflek lutut negative
kemungkinan pasien mengalami
kekurangan vitamin B1. bila
gerakannya berlebihan dan capat
maka hal ini mungkin merupakan
tanda pre eklamsi
7 Teknik auskultasi
Digunakan stetoskop monoral
(stetoskop obstestetrik/leinek) untuk
mendengarkan denyut jantung janin.
Yang dapat didengarkan adalah :
a. Dari janin
- Djj pada bulan ke-4 atau
bulan ke-5
- Bising tali pusat
- Gerakan dan tendangan
janin
b. Dari Ibu
- Bising rahim (uterine
souffle)
- Bising aorta
- Peristaltik usus
6. Kewaspadaan perawat
7. Standar penilaian

Range Skor

86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus

LEOPOLD I LEOPOLD II LEOPOLD III LEOPOLD IV

SENAM HAMIL
1. Defenisi
Senam hamil adalah suatu bentuk latihan guna memperkuat dan
mempertahankan elastisitas dinding perut, ligament-ligament,
otot-otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses
persalinan (FK. Unpad, 1998).
2. Tujuan
a. Tujuan umum senam hamil adalah melalui latihan senam
hamil yang teratur dapat dijaga kondisi otot-otot dan
persendian yang berperan dalam mekanisme persalinan,
mempertinggi kesehatan fisik dan psikis serta kepercayaan
pada diri sendiri dan penolong dalam menghadapi persalinan
dan membimbing wanita menuju suatu persalinan yang
fisiologis.
b. Tujuan khusus senam hamil adalah memperkuat dan
mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, otot-
otot dasar panggul, ligamen dan jaringan serta fasia yang
berperan dalam mekanisme persalinan, melenturkan
persendian-persendian yang berhubungan dengan proses
persalinan, membentuk sikap tubuh yang prima sehingga
dapat membantu mengatasi keluhan-keluhan, letak janin dan
mengurangi sesak napas, menguasai teknik-teknik
pernapasan dalam persalinan dan dapat mengatur diri pada
ketenangan.
3. Indikasi
Semua ibu hamil dengan kondisi kehamilan normal
4. Kontra indikasi
Ada beberapa kontra indikasi senam hamil yang harus
diperhatikan, antara lain
 Kontra Indikasi Absolute atau Mutlak
seorang wanita hamil mempunyai penyakit jantung,
penyakit paru, serviks inkompeten, kehamilan kembar,
riwayat perdarahan, pervaginam pada trimester II dan III,
kelainan letak plasenta, seperti plasenta previa, preeklamsi
maupun hipertensi.
 Kontra Indikasi Relative
Bila seorang ibu hamil menderita anemia berat, irama
jantung tidak teratur, paru bronchitis kronis, riwayat DM,
obesitas, terlalu kurus, penyakit dengan riwayat operasi
tulang ortopedi, dan perokok berat.
 Segera menghentikan senam hamil
Bila terjadi gejala perdarahan pervaginam, sesak saat
senam, sakit kepala, nyeri dada, nyeri otot, gejala
kelahiran premature, penurunan gerakan bayi intra uterin
(Adi Wiyono, 2004).

5. Persiapan
a. Persiapan pasien
 Jelaskan tentang prosedur tindakan dan tujuan pada pasien
 Jaga privasi pasien
 Menanyakan kesiapan pasien sebelum tindakan diberikan
b. Persiapan alat
 Alas duduk atau karpet

6. Prosedur kerja
Ya Tidak
No Prosedur Ket
(1) (0)
1 Duduk bersila
Sikap duduk ini adalah sikap duduk yang
baik selama kehamilan, karena dengan
sikap ini perut bagian bawah menekan
perut ke dalam rongga panggul (beserta
janinnya) sehingga kedudukan janin
dalam kandungan tetap baik. Dengan
posisi seperti ini, dilakukan gerakan
pemanasan dengan menggerakan kepala
menengok kekanan dan kekiri, miring
kekanan dan kekiri. Sesudah itu
tundukan kepala dan angkat kepala
sambil menarik nafas, kemudian
mengembuskannya. Lanjutkan dengan
menaikan bahu kemudian
menurunkannya kembali. Lakukan
gerakan 8x hitungan.

2 MEMUTAR LENGAN DAN


MENGENCANGKAN PAYUDARA
Letakan jari-tangan dibahu. Meletakan
dua lengan mejepit : Kedua payudara
dan mengangkat payudara ke atas
dengan kedua
siku tersebut. Lakukan gerakan ini
dengan memutar lengan. Lepas
perlahan-lahan kemudian lanjutkan
dengan mengangkat kedua siku keatas
dan kembali ke posisi semula lakukan
gerakan 8x.

3 Gerakan relaksasi

Posisi tidur miring kekanan, dengan


kepala ditopang tangan atau bantal, kaki
dibawah lurus, kaki atas ditekuk, tarik
nafas dan hembuskan lewat mulut.
Lakukan gerakan dengan mengangkat
kaki atas setinggi pinggul, kemudian
turunkan, lanjutkan dengan mengangkat
kaki atas, tekuk ke arah perut dengan
kaki bawah sejajar, luruskan dan kembali
keposisi semula, ulangi semua gerakan
dengan posisi miring kekiri. Masing-
masing 8x.
4 Gerakan pergerakan kaki dan mengayuh

Posisi tubuh terlentang. Kedua kaki lurus


tekanlah jari-jari kaki lurus ke
bawah dan tekuk keatas kembali. Putar
pergelangan kaki dari arah kanan kekiri
dan sebaliknya. Lanjutkan pergerakan
dengan kaki seolah-olah mengayuh
sepeda dengan kedua tangan disisi
samping untuk menahan. Lakukan
gerakan masing-masing 8x.

5 Mengangkat panggul

Posisi tidur terlentang dengan kedua kaki


ditekuk. Kedua tangan diletakan
disamping untuk menahan badan. Tarik
napas, tahan sambil mengencangkan
otot panggul, tahan beberapa detik, lalu
kembali keposisi semula sambil
menghembuskan napas. Lakukan
gerakan 8x.

6 Latihan meneran

Posisi tidur terlentang, rangkul paha


dengan tangan sampai siku. Lakukan
dengan posisi miring kekiri dan kenan
lanjutkan dengan posisi terlentang dan
merangkul kedua paha dengan lengan
sampai siku. Sambil menarik napas
angkat kepala, pandangan keperut lalu
hembuskan napas lanjutkan dengan
pergelangan kaki. Lakukan 8x.

7 Melenturkan punggung

Posisi merangkak, bahu sejajar dengan


kedua lengan dibuka sejajar. Dengan
membuka kaki, angkat punggung dan
tundukan kepala, sambil menarik napas
tahan beberapa detik kemudian kembali
ke posisi semula, pada posisi kembali
otot punggung rileks. Ulangi gerakan
sampai 8x.

8 Gerakan anti sungsang

Posisi menungging. Tangan rileks


disamping tubuh dan kedua kaki terbuka,
ditekuk sejajar bahu. Letakan kepala
dikedua tangan, turunkan dada
perlahan-lahan sampai menyentuh
kasur, kepala menolek ke samping kiri
atau kanan. Letakan siku diatas kasur,
geser sejauh mungkin dan tubuh
kesamping. Ulangi gerakan sampai 8x.
7. Kewaspadaan perawat
Senam hamil harus dihentikan jika :
a. Timbul rasa nyeri, terutama nyeri dada, nyeri kepala dan
nyeri pada persendian.
b. Kontraksi rahim yang lebih sering (interval <20 menit).
c. Perdarahan pervaginam, Nafas pendek yang berlebihan.
d. Denyut jantung yang meningkat (> 140 x/menit).
e. Mual dan muntah yang menetap.
f. Kesulitan jalan.
g. Pembengkakan yang menyeluruh.
h. Aktifitas janin yang berkurang.
8. Standar penilaian


Range Skor
86-100 = A 76-85 = B < 76 = Tidak lulus
PERAWATAN PAYUDARA IBU HAMIL
1. Defenisi
suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk
memeliharan kesehatan payudara waktu hamil dengan tujuan
untuk mempersiapkan laktasi pada waktu post partum
2. Tujuan
a. Mempersiapkan bentuk dan fungsi payudara sebelum terjadi
laktas.
b. Membersihkan putting susu
c. Mempersiapkan payudara setelah melahirkan
3. Persiapan
a. Persiapan pasien
 Salam terapeutik
 Jelaskan prosedur tindakan pada klien/keluarga
 Perhatikan privacy pasien, pasang sampiran jika perlu
 Atur posisi pasien senyaman mungkin
b. Persiapan alat
 Handuk besar 2 buah
 Minyak kelapa atau baby oil
 Waslap
 Kapas dalam kom
 Baskom
4. Prosedur kerja
Ya Tidak
No Prosedur Ket
(1) (0)
1 Cuci tangan
2 Kompres puting susu dengan kapas
minyak 2 menit untuk melemaskan
sekaligus mengangkat kotoran pada
puting susu
3 Bersihkan saluran air susu pada puting
susu dengan kapas lembab
4 Tarik puting kedua puting susu bersama-
sama,dan putar kedalam kemudian keluar
sebanyak 20 kali
5 Untuk puting susu datar atau masuk
kedalam dengan jari telunjuk dan ibu jari
mengurut daerah sekitar puting susu
kearah berlawanan merata.
6 Basahi kedua telapak tangan dengan
minyak , tarik kedua putting susu
bersama-sama dan putar kedalam
kemudian keluar sebanyak 20 kali
7 Puting susu dirangsang dengan ujung
waslap handuk kering yang digerakkan
keatas dan kebawah.
8 Cuci tangan
5. Kewaspadaan perawat
a. Periksa kondisi putting, apakah ada lecet atau tidak
6. Standar penilaian


Range Skor
86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus

MEKANISME PERSALINAN
No Prosedur tindakan Ya Tidak Ket
1. Pengertian: Proses pergerakan janin yang
berturut-turut untuk menyesuaikan diri
dengan jalan lahir
2. Tujuan : untuk mengetahui urutan proses
selama persalinan
3. Indikasi: persalinan normal
4. Gerakan-gerakan spersalinan
a. Engagement
b. turunnya kepala
c. Fleksi
d. Putaran paksi dalam
e. Ekstensi
f. Putaran paksi luar
g. Kelahiran dengan ekspulsi
5. Proses Persalinan :
1. Engagement : apabila diameter biparietal
kepala melewati pintu atas panggul
2. Turunnya kepala dibagi dalam :
a. Masuknya kepala dalam pintu atas
panggul
1) Masuknya kepala dalam PAP pada
primípara sudah terjadi pada
bulan terakhir kehamilan tetapi
pada multípara pada permulaan
persalinan
2) Masuknya kepala dalam PAP
biasanya dengan sutura sagitalis
melintang dan dengan fleksi yang
ringan
3) Awal persalinan kepala berada
pada PAP dengan tulang ubun-
ubun depan dan belakang sama
tingginya, dimana sutura sagitalis
melintang di ditengah-tengah
jalan lahir. Disebut synclitismus.
4) Dengan adanya his kepala kepala
jain berangsur-angsur turun ala
rongga pangul, yang turun lebih
dahulu adalah tulang ubun-ubun
belakang oleh karena bagian
belakang lebih luas dengan
adanya os sacrum sedang tulang
ububn-ubun depan tertahan oleh
pinggir simpisis. Disebut
asynclitismus posterior.
5) Setelah ubun-ubun belakang
turun maka tahanan dari pinggir
simpisis tidak ada lagi,
mengakibatkan tulang ubun-ubun
depan turun sehingga tulang
ubun-ubun depan dan tulang
ubun-ubun belakang terletak
sama tinggi kembali disebut
Synclitismus.
6) Dengan adanya his janin semakin
turun, kepala turun ke dasar
pangul. Yang turun terlebih
dahulu adalah tulang ubun-ubun
depan karena tulang ubun-ubun
depan tertahan oleh os.
Coksigeus, berarti sutura sagitalis
lebih dekat ke promontorium.
Disebut ansiklitusmus anterior.
b. Majunya kepala
3. Fleksi
a. Fleksi segera setelah kepala yg turun
tertahan oleh serviks, dinding panggul,
atau dasar panggul, dalam keadaan
normal fleksi terjadi dan dagu
didekatkan kearah dada janin.
b. Dengan fleksi, suboksipitobregmatika
yg berdiameter lebih kecil (9,5) dapat
masuk ke dalam pintu bawah panggul
4. Putaran Faksi dalam
a. Supaya dapat keluar, kepala janin
harus berotasi (berputar pd
sumbunya).
b. Putaran paksi dalam dimulai pd
dinding setinggi spina iskiadika, tetapi
putaran ini belum selesai sampai
bagian presentasi mencapai panggul
bagian bawah.
c. Ketika oksiput berputar kearah
anterior, wajah berputar ke arah
posterior.
d. Setiap kali terjadi kontraksi, kepala
janin diarahkan oleh tulang panggul
dan otot dasar panggul.
e. Akhirnya oksiput berada digaris tengah
di bawah lengkung pubis.
f. Kepala hampir selalu berputar saat
mencapai dasar panggul.
5. Ekstensi
a. Saat kepala janin mencapai perineum,
kepala akan defleksi ke arah anterior
oleh perineum
b. Mula-mula oksiput melewati permukaan
bawah simfisis pubis, kemudian kepala
muncul keluar akibat ekstensi: pertama-
tama oksiput, kemudian wajah, dan
akhirnya dagu
6. Putaran paksi luar
a. Setelah kepala lahir, bayi berputar
hingga mencapai posisi yg sama dgn
saat ia memasuki pintu atas.
b. Gerakan ini disebut restitusi
c. Putaran 45 derajat membuat kepala
janin kembali sejajar dengan punggung
dan bahunya. Dengan demikian, kepala
dpt terlihat berputar lebih lanjut.
d. Putara paksi luar terjadi saat bahu
angaged dan turun dgn gerakan yg
mirip dgn gerakan kepala
e. bahu anterior turun (trohanter depan)
terlebih dahulu lalu bahu posterior
(trohanter belakang). Ketika mencapai
pintu bawah, bahu berputar kearah
garis tengah dan dilahirkan dibawah
lengkung pubis.
7. Ekspulsi
a. Setelah bahu keluar, kepala dan bahu
diangkat keatas tulang pubis ibu dan
badan bayi dikeluarkan dgn gerakan
fleksi lateral kearah simfisis pubis.
b. Ketika seluruh tubuh bayi keluar,
persalinan bayi selesai.

Perhatian :
Standar penilaian

Range Skor

86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
MENOLONG PERSALINAN KALA I

No Prosedur tindakan Ya Tidak Ket


1. Pengertian: membantu ibu yang akan
melahirkan pada kala I
2. Tujuan :
a. Membatu persalinan untuk menilai
presentase janin,
b. penurunan kepala,
c. kondisi janin,
d. pembukaan dan
e. pematangan serviks
3. Indikasi: Ibu dengan kala I
4. Persiapan pasien :
a. jelaskan setiap langkah pemeriksaan
kepala ibu
5. Persiapan Alat :
a. Handscoen
b. Stetoskop monokuler (lainec)
c. Nierbekken
d. Spekulum Vagina
e. Jangka Panggul
f. Jam tangan
g. Alat tulis menulis /lembar partograf
6. Prosedur Kerja :
6.1 Persetujuan tindakan medis
a. Perkenalkan diri kepada klien
b. Menjelaskan prosedur pemeriksaan
c. Menjelaskan tindakan klinik juga
mempunyai resiko
d. Memastikan suami dan keluarga
mengerti semua aspek tindakan
Membuat perset ujuan medic
6.2 Menilai kondisi ibu
a. Menilai keadaan umum dan kesadaran
ibu
b. Menilai tanda vital
c. Melakukan pemeriksaan tubuh secara
sistematis (head to too)
d. Menentukan kondisi ibu
6.3 Melakukan periksa luar
a. Melakukan pemeriksaan Leopold
b. Melakukan pemeriksaan denyut jantung
janin
c. Menentukan kondisi janin (jumlah janin,
presentasi, turunnya, menaksir berat
janin)
d. Menentukan his: lama kontraksi dalam
detik, simetri, domisi fundus, relaksasi
optimal, interval dalam menit,
intensitas cukup.
6.4 Melakukan periksa dalam (gunakan
handscoen)
a. Pemeriksaan jalan lahir – vulva dan
perineum – vagina dan serviks gunakan
speculum
b. Melakukan pemeriksaan vagina toucher
c. Menilai kondisi serviks – arah
lancip/mendatar, tebal/tipis –
pembukaan serviks
d. Meniali kondisi selaput ketuban
e. Menilai kondisi janin – presentase –
turunya presentase sesuai bidang hodge
– posisi presentase – relase dan kaput
suksadenium – bagian kecil janin
disamping presentase kalau ada
(tangan, tali pusat dan sebagainya) –
anomali kongenital
f. Menilai kondisi panggul dalam – menilai
pintu atas panggul – promontorium
teraba atau tidak - ukuran konyungata
diagonal dan konyugata vera – penilaian
línea inominata – menilai ruang tengah
panggul – meniali tulang sakrum –
penilaian dinding samping – penilaian
spina isiadika (runcing atau tumpul) –
penilaian ukuran distancia
interspinarum – meniali pintu bawah
panggul – menilai pintu arkus pubis –
menilai tulang koksigeus (kedepa atau
tidak) – meniali ada tidaknya kelainan
patologis panggul – membuat
kesimpulan pemeriksaan panggul
6.5 Menentukan imbang feto – pelvik
6.6 Menentukan rencana persalinan
6.7 Menentukan diagnosis in partu
a. Menentukan adanya show (lendir +
darah)
b. Menentukan his adekuat (lama
kontraksi 30 – 50 detik – simetris –
domonasi – fundus –relaksasi optimal –
interval 2 – 4 menit – intensitas cukup
c. Menentukan pembukaan dan penipisan
serviks dengan periksa dalam
d. Menentukan fase in partu ( laten, aktif
atau kala II)
6.8 Menilai kemajuan persalinan
a. Menilai his (dilakukan setiap jam dalam
fase laten dan setiap setegah jam dalam
fase aktif)
b. Menilai turunnya kepala dengan palpasi
perut
c. Menilai pembukaan serviks dengan
periksa dalam lakukan setia 4 jam
kecuali ada contra indikasi
d. Menilai terjadinya putaran faksi dalam
6.9 Memantau kondisi ibu
a. Memantau kondisi ibu
b. Menilai keadaan umum dan kondisi ibu
c. Menghitung nadi setiap setengah jam,
tensi setiap 4 jam, mengukur suhu/axila
setiap 4 jam
d. Menilai kondisi urine: volume,
kandungan glukosa, aseton (jika ada
indikasi pre eklampsia dan DM),
anjurkan ibu berkemih setiap 2 – 4 jam
e. Catat bila ada obat-obatan atau cairan
intravena
f. Membuat kesimpulan hasil pemeriksaan
ibu
6.10 Memantau kondisi janin
a. Memantau DJJ dilakukan tiap 15 menit
selama 1 menit segera setelah his
selesai – menentukan frekwensi DJJ
janin. Bila frekwensi DJJ tidak normal >
160 kali/menit (takikardi) atau < 120
kali/menit (bradikardi) lakukan
pengamatan lanjutan. Bila DJJ tetap
tidak normal dalam 3 kali pengamatan
segera ambil tindakan. DJJ < 100
menandakan adanya gawat janin berat
– menentukan DJJ teratur atau tidak
b. Menilai warna air ketuban apabila
ketuban sudah pecah atau sengaja
dipecahkan
c. Menilai molage tulang kepala janin
6.11 Memasukan hasil pemeriksaan ke dalam
partograf
6.12 Menyimpulkan hasil pemantauan
a. Bila kemajuan persalinan normal
lanjutkan pemantauan ke kala II
b. Bila tidak normal maka melakukan
tindakan apa yang akan dilakukan –
merujuk pasien kesarana pelayanan
yang memadai

Perhatian :

1. perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah


melakukan tindakan,

2. alat-alat tajam dan berbahaya seperti cincin dilepas

3. perhatikan alat pelindung diri

Standar penilaian

Range Skor

86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
MENOLONG PERSALINAN KALA II

NO PROSEDUR TINDAKAN Ya Tidak Ket


1. Pengertian: membantu ibu yang akan
melahirkan dan memasuki kala II
2. Tujuan :
a. Membatu persalinan untuk menilai
presentase janin,
b. penurunan kepala,
c. kondisi janin,
d. pembukaan dan
e. pematangan serviks
3. Indikasi: Ibu dengan kala II
4. Persiapan pasien :
Jelaskan setiap langkah pemeriksaan kepala
ibu
5. Persiapan Alat : (set Partus berisi a - l) :
a. sarung tangan steril 2 pasang
b. gunting episiotomy
c. gunting tali pusat
d. 1 klem arteri
e. 2 klem tali
f. 2 kocher setengah
g. 1 benang tali pusat / klip
h. Gaas steril
i. 5 kain duk steril
j. 4 spuit
k. 5 cc lidokain
l. Benang jahit
6. Persiapa lainnya
m. Obat-obatan (oksitosin, ergometrin,
lidokain 1 %)
n. Lampu sorot, steteskop, tensimeter,
laenec, oksigen
o. Vahan antiseptik (klorheksidin, yodium 10
%, )
p. Kateter
q. Nierbekken
r. Ember bahan dekontaminasi (larutan
klorin 0,5 %)
s. Tempat sampah
t. Set resusitasi bayi
u. Pengisap lendir dan spatel lidah
v. Waslap dan handuk
w. 1 set pakaian bayi
x. Inkubator
y. Medikementosa resusitasi bayi (larutan
bikarbonasnatrikus 7,5 %
6. Prosedur Kerja :
6.1 Persetujuan tindakan medis
a. Perkenalkan diri kepada klien
b. Menjelaskan prosedur pemeriksaan
c. Menjelaskan tindakan klinik juga
mempunyai resiko
d. Memastikan suami dan keluarga mengerti
semua aspek tindakan
e. Membuat persetujuan medic
6.2 Pencegahan infeksi sebelum tindakan
a. Mencuci tangan dan lengan sampai siku
dengan sabun di bawah air mengalir
b. Mengeringkan tangan dan lengan dengan
handuk DTT
c. Memakai baju kamar tindakan: celemek
plastik, masker, kacamata pelindung dan
alas kaki
d. Memasang sarung tangan DTT/steril
e. Mengatur posisi ibu (litotomi, lengan ibu
mengait kedua paha ditarik ke cranial dan
dibuka ke samping
f. Melakukan asepsis daerah perut bawah,
vulva, perineum dan anus dengan larutan
antiseptik sebanyak 2 kali
g. Memasang alas bokong, sarung kaki dan
penutup perut bawah dengan duk steril
kemudian fiksasi dengan klem
6.3 Melakukan pertolongan persalinan
a. Penolong berada di depan vulva (posisi
litotomi) atau di kanan ibu
b. Memberi penjelasan kepada ibu cara
mengedan yang benar
c. Menetapka saat memimpin mengejan –
perineum teregang – anus terbuka
tampak bagian mukosa anus – kepala bayi
mulai crowning tampak di vulva diameter
3 – 4 cm
d. Bila dinding introitus vagina kaku lakukan
episiotomi dengan cara jari 2 dan 3
tangan kiri dirapatkan, dimasukan
diantara kepala janin dan dinding vagina
sebagai pelindung, jaringan dinding
vagina digunting dengan tangan kanan.
e. Pada saat his ibu diminta menarik napas
dalam, menutup mulut rapat-rapat
kemudian mengejan pada perut denga
kekuatan penuh, mata tetap terbuka
f. Melahirkan kepala bayi secara perasat
RITGEN – bila dan saat ibu mengejan ukur
lingkar kepala di vulva 5 cm, tangan
ditutup kain duk steril tangan kanan
penolong menekan dagu bayi ke arah
depan melalui perineum kira-kira setinggi
tulang koksigeus – dengan menggunakan
ibu jari dan jari 2, 3 dan 4 sisi berlawanan,
tangan kanan penolong mencengkram
kepala bayi bagian atas dan menarik ke
arah simpisis secara halus sampai lahir
berturut-turut dahi, mata, hidung, mulut
dan dagu – bersihkan lendir di mulut dan
hidung bayi, arah kain dari atas hidung ke
mulut bayi. Jika perlu gunakan suction
g. Melahirkan kepala bayi secara klasik –
menggunakan ibu jari dan jari 2,3 tangan
kanan penolong yang ditutup kain duk
steril menahan perineum dan menekan
ke arah kranial – tangan kiri penolong
menahan refleksi kepala bayi, berturut-
turut lahir dahi sampai dagu.
h. Apabila tampak lilitan di leher bayi,
dilepaskan – bila ketat dilinggarkan dan
dibebaskan dengan jari-jari, bila ketat
jepit dengan klem didua tempat lalu
digunting diantaranya
i. Melahirkan bahu bayi dengan cara
memegang kepala bayi dengan jari-jari
tangan saling merapatkan secara parietal
dan menarik cunam ke belakang untuk
melahirkan bahu depan, kemudian
menarik ke arah depan dan melahirkan
bahu belakang.
j. Melahirkan bayi yaitu denga cara tetap
memegang kepala bayi secara biparietal
melakukan tarikan arah lengkung panggul
sampai lahir seluruh badan bayi
k. Melakuka resusitasi bayi dan penilaian
APGAR SCORE
l. Dengan perlindungan tangan kiri, tali
pusat dijepit dengan koher sekitar 5 cm
dari pusat bayi. Darah tali pusat
dikosongkan dengan mengurut ke arah
placenta, dijepit dengan koher kedua
dengan jarak 2-3 cm dari koher pertama.
Gunting tali pusat dengan perlindungan
tangan kiri.
m. Lakukan perawatan tali pusat

Perhatian :

1. perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah


melakukan tindakan,

2. alat-alat tajam dan berbahaya seperti cincin dilepas

3. perhatikan alat pelindung diri

Standar penilaian

Range Skor

86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
MENOLONG PERSALINAN KALA III

NO PROSEDUR TINDAKAN Ya Tidak Ket


1. Pengertian: membantu ibu yang akan
melahirkan plasenta pada kala III
2. Tujuan :
a. Membatu melahirkan placenta
b. Mengetahui cara melahirkan
placenta
3. Indikasi: Ibu setelah melahirkan
4. Persiapan pasien :
Jelaskan setiap langkah pemeriksaan kepala
ibu
5. Persiapan Alat :
a. Kateter nelaton
b. Nierbekken
c. Arteri Klem 2 buah
d. Baskom tempat plasenta
6. Cara Kerja
a. Lakukan pengosongan kandung kemih
dengan pangkal kateter ditutup (pasang
nierbekken)
b. Observasi tanda-tanda kala III: rahim
membulat, lebih mengeras, keluar darah
tiba-tiba, tali pusat membujur keluar dari
vagina
c. Tes pelepasan plasenta dengan perasat
kustner:
1) Tangan kanan meregangkan atau
menarik sedikit tali pusat
2) Tangan kiri menekan daerah di atas
simpisis
3) Bila tali pusat ini masuk kembali ke
dalam vagina, berarti plasenta belum
lepas dari dinding rahim
4) Bila tali pusat tetap atau tidak masuk
kembali ke dalam vagina, berarti
plasenta lepas dari dinding uterus
d. bila plasenta telah lepas, tekuk tali pusat
dengan cara memutar tali pusat. Bantu
dengan klem arteri untuk melahirkan
selaputnya.
1) dengan gerakan memutar searah
jarum jam lalu lahirkan plasenta
2) tangkap atau pegang plasenta secara
hati-hati
3) letakkan plasenta pada tempatnya
atau baskom
e. Pemeriksaan plasenta
1) Permukaan maternal
a) Lengkap atau ketinggalan denga
cara
b) Membalikan plasenta. Lihat
kelengkapan kotiledonnya dan
keadaannya (perkapuran atau
tidak) dan kondisi selaput.
2) Permukaan fetal
a) Tali pusat: jumlah arteri dan vena,
insersio
b) Ukur panjang tali pusat dengan
jari: + 5 cm yang berada pada bayi
c) Laserasi tali pusat pada bagian
pinggir atau tengah
d) Ukur plasenta (diameter dan
tebal) mengukur tebal dengan
menusukkan klem arteri
3) Serahkan plasenta pada asisten untuk
ditimbang

Perhatian :

1. perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan


tindakan,

2. alat-alat tajam dan berbahaya seperti cincin dilepas

3. perhatikan alat pelindung diri

4. hati-hati saat menarik placenta keluar

Standar penilaian

Range Skor

86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
MENOLONG PERSALINAN KALA IV

NO PROSEDUR TINDAKAN Ya Tidak Ket


1. Pengertian: Memberikan pertolongan pada
ibu 1 – 2 jam setelah melahirkan
2. Tujuan :
pengawasan terhadap bahaya terjadinya
perdarahan
3. Indikasi: ibu dengan robekan jalan lahir atau
tindakan episiotomi, pre eklampsia
4. Persiapan pasien :
Jelaskan setiap langkah pemeriksaan kepala
ibu
5. Persiapan Alat :
a. Hecting set
b. Nierbekken
c. Alat pengukur tanda-tanda vital
6. Cara kerja
a. Periksa perineum apakah ada robekan
atau tidak
b. Bersihkan ibu, pertahankan keamanan
dan kenyamanan
c. Berikan utererotonika : metergin atau
sintonon
d. Observasi:
1) Kesadaran umum
2) Keluhan mual dan sakit kepala
3) Tanda vital
4) Tinggi fundus uteri setiap 15 menit
pada 1 jam pertama
5) Tanda-tanda abdomen akut
6) Perdarahan pervaginam
7) Keadaan perineum
8) Bila terdapat kelainan (perdarahan,
hipertensi, demam tinggi) berikan
pertolongan pertama dan selanjutnya
konsltasi / rujuk
e. Nutrisi dan cairan ibu
f. Kelengkapan dan kebenaran laporan
Perhatian :
a. perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan,
b. alat-alat tajam dan berbahaya seperti cincin dilepas
c. perhatikan alat pelindung diri
d. hati-hati saat menarik placenta keluar

Standar penilaian

Range Skor

86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
VULVA HYGIENE

NO PROSEDUR TINDAKAN Ya Tidak Ket


1. Pengertian: Untuk membersihkan area
perineal dan pengeluaran lochea untuk
meminimalisasi infeksi.
2. Tujuan :
a. Mencegah berkembangnya
mikrorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi
b. Pengeluaran sekresi perineal (lochea,
vaginal discharge)
c. Untuk membersihkan vagina dan daerah
sekitar perineal
d. Memberikan rasa nyaman
3. Indikasi:
a. Ibu yang akan melahirkan
b. Ibu setelah melahirkan
c. Ibu dengan jahitan post episiotomi
4. Persiapan pasien :
a. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
b. Baringkan pasien dalam posisi lithotomi
c. Pasang sampiran
5. Persiapan Alat :
a. Kapas kering
b. Nierbekkan
c. Cairan desinfektan secukupnya (larutan
naCl)
d. Handschoen
e. Pispot
f. Celemek
g. Botol cebok berisi air hangat suhu 43 0c –
46 0c
h. Kom kecil berisi bethadin
i. Plastic pengalas
j. Softex dan pakaian dalam
6. Prosedur Kerja :
a. Pasang alas tempat tidur (perlak)
b. Buka pakaian dalam ibu
c. Baringkan pasien dalam posisi lithotomi
d. Pasang pispot di bawah bokong ibu
e. Guyur vulva dengan air hangat
f. Angkat pispot dan pasang nierbekken
g. Perawat menggunakan handschoen
h. Buka vulva dengan menggunakan tangan
kiri
i. Bersihkan labia mayora terjauh dari
perawat dari atas kebawah dengan
kapas sublimat (satu kali oles) sampai
vestibulum dan anus
j. Bersihkan labia mayora satunya.
k. Bersihkan labia minora dengan cara yang
sama
l. Untuk luka episiotomi. Perawat ganti
handscoen steril dan lakukan perawatan
luka

Standar penilaian

Range Skor

86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
PERAWATAN TALI PUSAT

1. Defenisi
Memberikan perawatan terhadap tali pusat pada bayi
2. Tujuan
a. Mencegah terjadinya Infeksi

b. Mempercepat proses pengeringan Tali pusat

c. Mempercepat terlepasnya Tali pusat

3. Indikasi
Pada bayi yang belum puput / lepas tali pusatnya
4. Persiapan
a. Persiapan pasien
 Jelaskan tujuan prosedur pada orang tua
 Observasi kesiapan anak untuk dilakukan tindakan
b. Persiapan alat
 Alkohol 70 %, betadin 10 % dalam tempatnya
 Kasa dan kapas lidi steril dalam tempatnya
 Korentang dalam tempatnya
 Perlengkapan pakaian bayi
 Nierbekken
 Sabun cuci tangan
 Handuk lap tangan
5. Prosedur kerja
No Prosedur tindakan Ya Tidak Ket
1 Cuci tangan perawat dengan sabun di
bawah air mengalir lalu keringkan
dengan handuk.
2 Kasa pembungkus tali pusat yang masih
melengket di tetesi aquades lalu di buka.
3 Bersihkan tali pusat dengan kapas
alkohol, mulai dari ujung sampai pangkal
tali pusat dan daerah sekitarnya dengan
diameter 2 Cm.
4 Olesi tali pusat dengan betadin atau obat
sejenisnya dengan cara yang sama
seperti diatas.
5 Tali pusat selanjutnya di bungkus dengan
kasa steril.
6 Pakaian bayi dikenakan selanjutnya
dirapikan.
7 Baringkan bayi dengan posisi sesuai
kebutuhan.
8 Rapikan alat kembalikan ke tempatnya.
9 Cuci tangan dan catat kelainan ( bila ada
)
6. Kewaspadaan perawat
a. Perawatan tali pusat di lakukan secara rutin setiap selesai
mandi dan sewaktu – waktu bila di perlukan.
b. Daerah sekitar tali pusat harus selalu dalam keadaan kering
dan bersih untuk mencegah infeksi.
c. Dilarang menggunakan plester biasa sebagai penutup / fiksasi
tali pusat
7. Standar penilaian

Range Skor

86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
SENAM NIFAS
1. Defenisi
Senam nifas adalah senam yang di lakukan pada saat seorang ibu
menjalani masa nifas atau masa setelah melahirkan
(Idamaryanti,2009).
2. Tujuan
Tujuan senam nifas di antaranya:
a. Memperlancar terjadinya proses involusi uteri
(kembalinya rahim ke bentuk semula).
b. Mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah
melahirkan pada kondisi semula.
c. Mencegah komplikasi yang mungkin timbul selama
menjalani masa nifas.
d. Memelihara dan memperkuat kekuatan otot perut, otot
dasar panggul, serta otot pergerakan.
e. Memperbaiki sirkulasi darah, sikap tubuh setelah hamil
dan melahirkan, tonus otot pelvis, regangan otot tungkai
bawah.
f. Menghindari pembengkakan pada pergelangan kaki dan
mencegah timbulnya varises.
3. Indikasi
Senam nifas dapat di lakukan setelah persalinan, tetapi dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk ibu melahirkan yang sehat dan tidak ada kelainan.
b. Senam ini dilakukan setelah 6 jam persalinan dan
dilakukan di rumah sakit atau rumah
bersalin, dan diulang terus di rumah.
4. Kontra indikasi
5. Persiapan pasien
a. Jelaskan tentang prosedur tindakan dan tujuan pada pasien
b. Jaga privasi pasien
c. Menanyakan kesiapan pasien sebelum tindakan diberikan
6. Prosedur kerja
Ya Tidak
No Prosedur Ket
(1) (0)
1 Berbaring dengan lutut di tekuk. Tempatkan
tangan diatas perut di bawah area iga-iga.
Napas dalam dan lambat melalui hidung dan
kemudian keluarkan melalui mulut,
kencangkan dinding abdomen untuk
membantu mengosongkan paru-paru.

2 Berbaring telentang, lengan dikeataskan


diatas kepala, telapak terbuka keatas.
Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan
lengan kanan. Pada waktu yang bersamaaan
rilekskan kaki kiri dan regangkan kaki kanan
sehingga ada regangan penuh pada seluruh
bagian kanan tubuh

3 Kontraksi vagina. Berbaring telentang. Kedua


kaki sedikit diregangkan. Tarik dasar panggul,
tahan selama tiga detik dan kemudian rileks.
4 Memiringkan panggul. Berbaring, lutut
ditekuk. Kontraksikan/kencangkan otot-otot
perut sampai tulang punggung mendatar dan
kencangkan otot-otot bokong tahan 3 detik
kemudian rileks.

5 Berbaring telentang, lutut ditekuk, lengan


dijulurkan ke lutut. Angkat kepala dan bahu
kira-kira 45 derajat, tahan 3 detik dan
rilekskan dengan perlahan.

6 Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan


lengan lurus di bagian luar lutut kiri

7 Tidur telentang, kedua lengan di bawah


kepala dan kedua kaki diluruskan. angkat
kedua kaki sehingga pinggul dan lutut
mendekati badan semaksimal mungkin. Lalu
luruskan dan angkat kaki kiri dan kanan
vertical dan perlahan-lahan turunkan
kembali ke lantai.
8 .tidur telentang dengan kaki terangkat ke
atas, dengan jalan meletakkan kursi di ujung
kasur, badan agak melengkung dengan letak
pada dan kaki bawah lebih atas. Lakukan
gerakan pada jari-jari kaki seperti mencakar
dan meregangkan. Lakukan ini selama
setengah menit.

9 Gerakan ujung kaki secara teratur seperti


lingkaran dari luar ke dalam dan dari dalam
keluar. Lakukan gerakan ini selama setengah
menit.

10 Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan


ke atas dan ke bawah seperti gerakan
menggergaji. Lakukan selama setengah
menit.
11 Tidur telentang kedua tangan bebas
bergerak. Lakukan gerakan dimana lutut
mendekati badan, bergantian kaki kiri dan
kaki kanan, sedangkan tangan memegang
ujung kaki, dan urutlah mulai dari ujung kaki
sampai batas betis, lutut dan paha. Lakukan
gerakan ini 8 sampai 10 setiap hari.

12 berbaring telentang, kaki terangkan ke atas,


kedua tangan di bawah kepala. Jepitlah
bantal diantara kedua kakidan tekanlah
sekuat-kkuatnya. Pada waktu bersamaan
angkatlah pantat dari kasur dengan
melengkungkan badan. Lakukan sebanyak 4
sampai 6 kali selama setengah menit.

13 Tidur telentang, kaki terangkat ke atas,


kedua lengan di samping badan. kaki kanan
disilangkan di atas kaki kiri dan tekan yang
kuat. Pada saat yang sama tegangkan kaki
dan kendorkan lagi perlahan-lahan dalam
gerakan selama 4 detik. Lakukanlah ini 4
sampai 6 kali selama setengah menit

7. Kewaspadaan perawat
8. Standar penilaian

Range Skor

86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
MEMANDIKAN BAYI DENGAN DI WASLAP

No Prosedur tindakan Ya Tidak Ket


1. Pengertian: Membersihkan kulit tubuh bayi
dengan menggunakan air hangat atau
minyak (baby oil).
2. Tujuan :
a. Membersihkan kulit tubuh bayi dari
sisa-sisa lemak tubuh serta keringat.
b. Merangsang peredaran darah.
c. Memberikan rasa segar dan nyaman.
d. Mencegah terjadinya infeksi tali pusar.
3. Indikasi
a. Bayi tali pusarnya belum terlepas
(puput).
b. Bayi premature/BBLR
4. Persiapan alat :
a. Meja mandi khusus (bila mungkin
disediakan)
b. Handuk mandi
c. Popok atau handuk bersih untuk alas
mandi,
d. Waslap 2 buah
e. Sabun mandi dalam tempatnya
f. Kapas lembab (yang telah diseduh
dengan air mendidih) dalam
tempatnya,
g. Kapas kering dalam tempatnya
h. Kapas alkohol dalam tempatnya,
i. Minyak bayi (baby oil)
j. Bengkok / tempat sampah bertutup,
k. Ember bertutup untuk tempat
pakaian,
l. Dua buah Waskom berisi air hangat,
m. Perlengkapan pakaian bayi (baju,
popok, gurita),
n. Bedak (talk),
o. Timbangan bayi, buku catatan, dan
alat tulis.
5. Prosedur Kerja :
a. cuci tangan pakai sabun di bawah air
mengalir lalu keringkan dengan
handuk bersih.
b. perawat memakai masker dan pakaian
khusus (barakskort),
c. pintu dan jendela ditutup (bila perlu),
d. pakaian bayi dibuka,
e. timbang berat badan bayi,
f. bayi diangkat ke meja mandi yang
telah dialas kain dan diletakkan pada
posisi yang aman,
g. mata bayi dibersihkan memakai kapas
lembab dengan cara menghapus mulai
dari bagian dalam dan selanjutnya
mengarah keluar. Setiap kali usapan
kapas harus diganti. Hal ini dilakukan
untuk mencegah kontaminasi antara
mata yang satu dengan mata yang
lain,
h. telinga dibersihkan dengan kapas
pembersih, setiap usapan kapas harus
diganti,
i. Membersihkan tubuh dan ekstremitas:
 Setelah melepas selimut
mandi/pakaian bayi, bersihkan
leher, dada, lengan dan punggung
dengan cara yang sama.
 Bersihkan tubuh dengan sabun dan
air, bilas dengan hati-hati dan
keringkan bagian tubuh yang
dibersihkan sebelum berpindah ke
bagian yang lain.
j. Membersihkan dan mengeringkan
daerah genitalia dan perineal:
Bayi perempuan: bersihkan labia
secara perlahan dengan arah dari
depan ke belakang.
Bayi laki-laki: tarik kulup dengan
lembut dan sejauh-jauhnya, bersihkan
ujung glands dengan gerakan
memutar dan kembalikan kulup
dengan segera setelah dibersihkan
k. kulit yang terlalu kering diolesi minyak
bayi (baby oil), setelah itu pakaian bayi
dipasang,
l. Memakaikan baju sesuai kondisi bayi
dan lingkungan
m. letakkan bayi di box bayi,
n. alat-alat dibersihkan dan dikembalikan
ke tempat semula.

Perhatian :

1. perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah


melakukan tindakan,
2. alat-alat tajam dan berbahaya seperti peniti, harus
dijauhkan dari bayi,

3. sewaktu menyabuni, waslap harus benar-benar basah


agar kulit bayi tidak teriritasi,

4. bagian tubuh bayi harus betul-betul bersih dari sabun


terutama pada bagian lipatan, karena noda sabun dapat
menyebabkan gatal dan iritasi,

5. sewaktu mengeringkan tubuh bayi, handuk cukup


ditekan (diusapkan) secara lembut untuk mencegah
iritasi,

6. kulit bayi yang terlalu kering diolesi minyak bayi (baby


oil).

Standar penilaian

Range Skor

86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
MEMANDIKAN BAYI DALAM BAK MANDI

1. Defenisi
Membersihkan seluruh badan bayi dengan menggunakan air
hangat yang tersimpan dalam bak mandi
2. Tujuan
a. Memberikan kenyamanan pada bayi
b. Menjaga kebersihan bayi
c. Sosialisasi orang tua, bayi dan keluarga
3. Indikasi
Semua bayi dengan suhu tubuh normal
4. Kontraindikasi
Bayi dengan resiko hipotermia, mis : BBLR
5. Persiapan
a. Persiapan pasien
 Jelaskan prosedur pada orang tua atau keluarga
 Jelaskan berapa lama waktu yang digunakan pada orang
tua
b. Persiapan alat
1. Pakaian bersih
2. Celana bayi / popok
3. Gurita bayi
4. Lampin
5. Sabun khusus bayi / milk soap
6. Wash lap 3 buah
7. Handuk ukuran sedang 2 buah
8. Kapas mata lembab dalam kom tertutup
9. Shampo bayi
10.Cotton bats
11.Kelengkapan perawatan tali pusat
12.Bak mandi bayi yang berisi air hangat
13.Schoot
14.Baskom berisi air hangat 2 buah
15.Sisir lembut
6. Prosedur kerja
Ya Tidak
No Prosedur Ket
(1) (0)
1 Perawat cuci tangan
2 Siapkan keperluan mandi dan dekatkan
peralatan mandi
3 Pastikan ruangan dalam keadaan hangat
4 Siapkan air hangat dalam bak mandi /
dalam baskom sesuai keperluan
5 Bentangkan handuk diatas meja mandi
6 Bawa bayi dengan hati – hati kemeja
mandi
7 Topang kepala bayi, basuh kepala bayi bila
perlu dishampo , dibilas dan keringkan
8 Bersihkan mata dari kantus dalam
kekantus luar secara bergantian dengan
kapas lembab yang berbeda
9 Bersihkan telinga secara perlahan
10 Bersihkan wajah dengan menggunakan
washlap lembab secara perlahan, jangan
disabuni, lalu keringkan.
11 Bersihkan lipatan leher, sabuni dan
keringkan.
12 Buka pakaian bayi
13 Sabuni badan, lengan dan kaki bilas
dengan air bersih
14 Keringkan bayi menggunakan handuk yang
lain
15 Jika tali pusat sudah pupus / lepas, setelah
disabuni dimeja mandi, bayi dapat
dimandikan dalam bak mandi yang berisi
air hangat kuku :
 Dengan cara pegang bayi, tempatkan
jari – jari anda pada pangkal lengan
dengan ibu jari pada bahu, tangan lain
menopang bayi pada bokong dan kaki.
 Cuci bagian depan dada bayi , mulai dari
depan kebelakang antara kaki
 Cuci belakang bayi dengan tangan lepas
Setelah itu bawa bayi kemeja madi lalu
keringkan dengan handuk bersih
16 Cuci genitalia jika laki – laki tarik preputium
kebelakang dan bila bayi perempuan
bersihkan labia mayora dan minora lalu
keringkan.
17 Lakukan perawatan tali pusat, jika basah
karena air mandi keringkan
18 Berikan minyak telon/ minyak kayu putih
pada badan bayi untuk menghangatkan
bayi
19 Berikan lotion / baby oil pada lipatan leher,
paha, aksila
20 Berikan bedak / talk pada wajah dan tubuh
bayi jika diperlukan ( tetapi berhati – hati
jangan sampai terhirup oleh bayi.
21 Kenakan gurita jika diperlukan dan
pengikatan tidak boleh terlalu kencang
22 Kenakan popok / celana dengan pas (
yakinkan bahwa ujung atas popok berada
dibawah sisi tali pusat, jika tali pusat belum
pupus )
23 Kenakan pakaian yang kering dan bersih
24 Bungkuslah bayi dengan selimut yang
hangat
25 Sisir rambut bayi menggunakan sisir yang
lembut
26 Letakkan bayi pada tempat tidur dengan
hati – hati
27 Rapikan peralatan
28 Cuci tangan
29 Catat tindakan yang telah dilakukan

7. Kewaspadaan perawat
a. Cegah bayi kedinginan dan pastikan ruangan dalam
keadaan hangat
b. Memandikan bayi dengan cepat dan hati – hati
c. Jangan memandikan bayi sesaat setelah bayi disusukan
karena dapat menyebabkan bayi muntah
d. Bila ada kotoran kering pada kulit bayi, jangan berusaha
menggosok dengan keras karena dapat menyebabkan
lecet pada kulit
e. Amati kondisi bayi
f. Ajari cara memandikan pada ibu bayi
g. Gunakan sabun susu tanpa parfum, karena zat kimia dan
parfum dapat menyebabkan kulit menjadi merah dan
menjadi sensitif.
h. Mandi pertama dilakukan setelah suhu bayi 36,5 C atau
setelah 2 jam.
i. Bayi boleh dimadikan dalam bak mandi setelah tali pusat
pupus/ lepas /setelah 10 – 12 hari
j. Bila bayi bab bersihkan dahulu bekas bab agar bayi dapat
mandi dengan nyaman.

8. Standar penilaian

Range Skor
86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
TEHKNIK MENYUSUI

1. Defenisi
Memberikan ASI kepada bayi dengan cara menyusukan langsung
kepada ibunya
2. Tujuan
a. Memenuhi kebutuhan tubuh akan zat makanan,
cairan dan elektrolit

b. Memperat hubungan batin antara ibu dan bayi


c. Meningkatkan daya tahan tubuh
d. Mencegah terjadinya infeksi
3. Persiapan
a. Persiapan pasien
 Berikan salam, panggil klien dengan namanya
 Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/keluarga
 Persiapan bayi dan ibunya
a. Bayi dirapikan kemudian lakukan identifikasi bayi / nama
yang tercantum pada gelang yang terpasang ditangan bayi
b. Ibu dipersiapkan dalam keadaan bersih dan rapi
c. Usahakan lingkungan dalam keadaan bersih dan tenang
b. Persiapan alat
 Gaas pembersih dan tempatnya
 Nierbekken untuk tempat gaas kotor
4. Prosedur kerja
Ya Tidak
No Prosedur Ket
(1) (0)
1 Cuci tangan
2 Posisi dan pelekatan Menyusui
 Ibu pasca operasi sesar
Bayi diletakkan disamping kepala
ibu dengan kaki diata
 Menyusui bayi kembar
a. Dilakukan dengan cara
seperti memegang bola
b. Kedua bayi disusui
bersamaan, dipayudara kiri dan
kanan
 Pada ASI yang memancar
(penuh)
a. Bayi ditengkurapkan diatas
dada ibu
b. Tangan ibu sedikit
menahan kepala bayi,
dengan posisi maka bayi
tidak akan terdesak
c. Payudara dipegang dengan
ibu jari diatas dan jari yang
lain menopang dibawah
d. Bayi diberi rangsangan
untuk membuka mulut
(rooting reflex) dengan
cara :
e. Menyentuh pipi dengan
puting susu
f. Menyentuh sisi mulut bayi
g. Setelah bayi membuka
mulut, dengan cepat
kepala bayi didekatkan
kepayudara ibu dengan
puting serta areola
dimasukkan kemulut bayi :
h. Usahakan sebagian besar
areola dapat masuk
kedalam mulut bayi,
sehingga puting susu
berada dibawah
penampungan ASI yang
terletak dibawah areola
i. Setelah bayi mulai
mengisap, payudara tidak
perlu dipegang atau
disanggah lagi

Standar penilaian

Range Skor

86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
PERAWATAN PAYUDARA IBU NIFAS

No Prosedur tindakan Ya Tidak Ket


1. Pengertian: merawat payudara ibu yang telah
melahirkan
2. Tujuan :
a. menjaga kebersihan payudara, terutama
kebersihan putting susu agar terhindar
dari infeksi
b. mengenyalkan serta memperbaiki bentuk
puting susu sehingga bayi dapat menyusu
dengan baik
c. merangsang kelenjar-kelenjar air susu
sehingga produksi asi lancar
d. mengetahui secara dini kelainan puting
susu
3. Indikasi:
a. Ibu yang sudah melahirkan
b. Ibu dengan kelainan putting susu
c. Ibu yang mengalami penyumbatan pada
areola mammae
4. Persiapan pasien :
a. Beritahu pasien tindakan dan tujuan
perawatan payudara
b. Ibu dalam keadaan rileks
5. Persiapan Alat :
a. Handuk
b. Kapas
c. Minyak kelapa atau baby oil
d. 2 buah baskom berisi air hangat dan dingin
e. Waslap
6. Prosedur Kerja :
a. kompres putting susu dengan
menggunakan kapas minyak selama 3 – 5
menit
b. bersihkan dan tariklah puting susu keluar
terutama untuk puting susu yang datar
c. ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan
ujung-ujung jari
d. kedua telapak tangan dibasahi dengan
minyak kelapa, kedua telapak tangan
diletakkan diantara payudara

e. pengurutan dimulai ke arah atas, samping,


telapak tangan kiri kearah sisi kiri dan
telapak tangan kanan kearah sisi kanan
lakukan sebanyak 15 – 20 kali
f. pengurutan diteruskan ke bawah ke
samping selanjutnya melintang, telapak
tangan mengurut ke depan kemudian
dilepas dari kedua payudara dilakukan 15 –
20 kali
g. telapak tangan kiri menopang payudara kiri
lalu jari-jari tangan kanan sisi kelingking
mengurut payudara dari pangkal ke areola
mammae lakukan 15 – 20 kali dan
sebaliknya
h. telapak tangan kiri menopang payudara kiri
lalu buku jari tangan kanan mengurut
payudara dari pangkal ke areola mammae
lakukan 15 – 20 kali dan sebaliknya

i. Payudara disiram atau dikompres dengan


air hangat dan dingin secara bergantian
selama 3 – 5 menit
j. Gunakan BH yang menyokong payudara

Perhatian :

1. perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah


melakukan tindakan,

2. alat-alat tajam dan berbahaya seperti cincin dilepas

3. jangan mengurut terlalou keras karena dapat


menyebabkan kontraksi uterus

Standar penilaian


Range Skor
86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
METODE KANGURU
1. Defenisi
Perawatan metode kanguru (Kangaroo Mother Care) atau disebut
juga asuhan kontak kulit dengan (skin to skin contact) merupakan
metode khusus asuhan bagi bayi berat lahir rendah atau bayi
prematur.
2. Tujuan
Suatu metode untuk meningkatkan berat badan bayi prematur
atau berat badan lahir rendah (BBLR)
a. Menstabilkan denyut jantung, pola pernafasan dan
saturasi oksigen
b. Memberikan kehangatan pada bayi
c. Meningkatkan durasi tidur
d. Mengurangi tangisan bayi dan kebutuhan kalori
e. Mempercepat peningkatan berat badan dan
perkembangan otak
f. Meningkatkan hubungan emosional ibu dan bayi
g. Meningkatkan keberhasilan dan memperlama durasi
menyusui
3. Indikasi
 Kriteria bayi PMK
Berat badan lahir kurang dari 1800 gram
Keadaan umum stabil selama 3 hari berturut-turut, meliputi:
- nadi (120-160x/menit)
- respirasi (30-60x/menit)
- suhu (36,5-37,5 °C)
 Kriteria pulang untuk bayi PMK
Bayi sudah dapat menyusu
Tanda vital bayi stabil
Pertambahan berat badan setiap hari minimal 20 gram
selama 3 hari berturut-turut
Ibu memahami asuhan kontak kulit-kulit
Ibu percaya diri merawat bayi di rumah
Ada dukungan keluarga
4. Persiapan
a. Persiapan pasien
 Jelaskan prosedur pada orang tua klien
 Ukur tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, respirasi
 Buka pakaian bayi kecuali popok
b. Persiapan alat
 Alat pengukur tanda vital bayi (thermometer, stetoskop,
jam)
 Gendongan dan topi bayi
5. Prosedur kerja
Ya
N Tida Ke
Prosedur (1
o k (0) t
)
1 Cuci tangan (ibu atau ayah yang akan
melakukan PMK)
2 Buka pakaian atas ibu atau ayah
3 Posisi bayi vertikal ditengah payudara
atau sedikit ke samping kanan/kiri sesuai
dengan kenyamanan bayi serta ibu.
Usahakan kulit bayi kontak langsung
dengan kulit ibunya terus menerus.

4 Saat ibu duduk atau tidur posisi bayi


tetap tegak mendekap ibu

5 Setelah bayi dimasukkan ke dalam baju,


ikat kain selendang di sekeliling atau
mengelilingi ibu dan bayi.
6 Pertahankan posisi dengan
menggunakan gendongan bayi
7 Tepi kain penggendong bagian atas harus
dibawah telinga bayi
8 Pakaikan topi bayi
9 Pakai kembali baju atas ibu atau ayah

6. Kewaspadaan perawat
a. Pantau kondisi bayi mencakup tanda-tanda vital dan status
oksigenisasi
b. Identifikasi tanda-tanda bahaya yang menetap dan lakukan
tindakan sesuai masalah yang ditemukan

7. Standar penilaian


Range Skor
86-100 = A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
PEMASANGAN AKDR (COOPER T 380A)
No Prosedur tindakan Ya Tidak Ket
1. Pengertian: Memasang alat kontrasepsi ke
dalam serviks
2. Tujuan : mengegah terjadinya fertilisasi
3. Contra Indikasi :
a. Infeksi pada serviks atau perdarahan
b. Keputihan
c. Gangguan pada saat senggama
4. Persiapan pasien :
a. Jelaskan setiap langkah pemeriksaan
kepala ibu
b. Pasien berkemih terlebih dahulu
c. Atur Posisi lithotomi
5. Persiapan Alat :
a. Bivalve spekulum
b. tenakulum untuk mengambil
jaringan
c. sonde uterus panjang untuk
mengetahui panjang portio
d. korentang
e. gunting
f. Com
g. Handscoen 1 pasang
h. Cairan antiseptik
i. Kain kasa / kapas
j. Lampu sorot
k. IUD Copeer T 380 A
6. Prosedur Pelaksanaan
1. Pastikan batang AKDR seluruhnya
berada di dalam tabung insert dan
ujung tabung insert yang berlawanan
dengan ujung berisis AKDR berada
didekat tempat membuka kemasan
2. Letakan kemasan di atas permukaan
datar, keras dan bersih dengan
kertas penutup transparan di
atasnya. Buka kertas penutup
dibagian ujung yang berlawanan dari
tempat AKDR sampai kira-kira
sepanjang setengah jarak dengan
leher biru
3. Angkat kemasan dengan memegang
bagian yang sudah dibuka dengan
tangan yang lain masukan
pendorong ke dalam tabung inserter
dan dorong hati-hati sampai
menyentuh ujung batang AKDR
4. Letekan kembali kemasan ketempat
datar dengan bagian transparan
menghadap ke atas
5. Pegang dan tahan ke dua ujung
lengan AKDR dari atas penutup
transparan dengan jari telunjuk dan
ibu jari tangan kiri, tangan kanan
mendorong kertas pengukur ke
ujung kertas pengukur sampai ke
pangkal lengan
6. Tangan kedua lengan yang sudah
terlipat dengan menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk tangan kiri. Tarik
tabung inserter melewati kedua
ujung lengan kemudian dorong dan
putar kedua ujung lengan masuk ke
dalam tabung inserter dan yang ada
pada batas lempengan tembaga
7. Leher biru pada tabung di gunakan
sebagai tanda ke dalam kavum uteri
dan penunjuk kea rah mana lengan
akan membuka saat dikeluarkan dari
tabung inserter
8. AKDR sekarang siap dipasang pada
uterus, buka seluruh penutup
transparan secara hati-hati pegang
tabung inserter yang sudah berisi
AKDR dalam posisi horizontal agar
AKDR dan pendorong tidak jangan
melepas AKDR sebelu tabung
inserter mencapai fundus
7. Pemasangan
1. Tarik tenakulum sehingga kavum
uteri, kanalis servikalis dan vagina
berada dalam satu garis lurus
masukan dengan pelan dan hati-hati
tabung inserter yang sudah berisi
AKDR ke dalam kanalis servikalis
dengan mempertahankan posisi lher
biru dalam arah horisontal
2. Pegang serta tahan tenakulum dan
pendorong dengan satu tangan dan
tangan satunya menarik tabung
inserter sampai pangkal pendorong
dengan cara ini lengan AKDR akan
berada di fundus
3. Keluarkan pendorong dengan tetap
memegang dan menahan tabung
setelah pendorong keluar dari
tabung inserter dengan pelan dan
hati-hati sampai terasa ada tahanan
fundus. Langkah ini menjamin bahwa
lengan AKDR akan berada di tempat
yang setingi mungkin dalam kavum
uteri
4. Keluarkan sebagian tabung inserter
dari kanalis servikalis pada saat
benang tampak tersembul ke luar
dari lubang serviks sepanjang 3 – 4
cm potong benang tersebut dengan
menggunakan gunting mayo yang
tajam. Lepaskan tenakulum bila ada
perdarahan banyak dari tempat
jepitan tenakulum, tekan dengan
kasa sampai perdarahan berhenti.

Standar penilaian


Range Skor
86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
PENCABUTAN AKDR

No Prosedur tindakan Ya Tidak Ket


1. Pengertian: Melepaskan AKDR dari uterus
2. Tujuan : agar AKDR terlepas dari uterus

3. Indikasi:
a. Ingin punya anak
b. Terjadi kontraindikasi
4. Persiapan pasien :
Jelaskan setiap langkah pemeriksaan kepala
ibu
5. Persiapan Alat :
a. Bivale spekulum
b. korentang
c. com
d. handscoen
e. cairan antiseptik
f. kain kasa atau kapas
g. lampu sorot
6. Pencabutan
a. menjelaskan kepada klien apa yang
akan dilakukan dan mempersilahkan
kepada klien untuk bertanya
b. memasukkan speculum untuk melihat
serviks dan benang AKDR
c. mengusap serviks dan vagina dengan
larutan antiseptic 2 – 3 kali
d. memberitahu klian sekarang akan
dilakukan pencabutan meminta klien
utuk tenang dan menarik napas
panjang, memberitahu kemungkinan
timbul nyeri tapi itu normal
e. jepit benang didekat serviks dengan
menggunakan klem lurus atau lengkung
yang sudah di DTT dan tarik benang
pelan-pelan, tidak boleh menarik
dengan kuat. Untuk mencegah
benangnya putus tarik dengan kekuatan
tetap dan cabut AKDR dengan pelan-
pelan
f. rapikan pasien dan bereskan alat-alat

Standar penilaian


Range Skor
86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
KONTRASEPSI SUNTIK

No Prosedur tindakan Ya Tidak Ket


1. Pengertian: Akseptor KB yang menggunakan
obat suntik
2. Tujuan : mengatur jarak kehamilan
3. Indikasi :
Tidak ingin atau belum ingin punya anak
Kontraindikasi :
Perdarahan, spoting, haid tidak teratur,
kenaikan berat badan
4. Persiapan pasien :
a. anamnesa pasien
b. memastikan pasien tidak hamil
c. ukur tanda-tanda vital pasien
d. atur pasien ditempat tidur dengan posisi
sim atau sesuai keinginan pasien
5. Persiapan Alat :
a. tensi meter atdan stetoskop
b. spoit 3 atau 5 cc
c. kapas alcohol
d. obat suntik (depo provera/cyclofem)
e. kartu kontrol
6. Prosedur kerja
a. petugas mencuci tangan dengan
menggunakan sabun di bawah air yang
mengalir
b. isi spoit dengan obat suntik, usahakan
tidak ada gelembung udara
c. desinfeksi kulit yang akan disuntik
dengan kapas alcohol, biarkan kulit
menjadi kering
d. suntikan secara IM setertiga dari SIAS
sampai obat habis
e. rapikan pasien dan bereskan alat-alat
f. cuci tangan
g. Isi kartu control pasien
h. Anjurkan pasien kembali jika terjadi hal-
hal yang patologis

Standar penilaian


Range Skor
86-100 =A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
PEMASANGAN IMPLANT

No Prosedur tindakan Ya Tidak Ket


1. Pengertian: Memasang alat kontrasepsi di
muskulus triseps
2. Tujuan : menggunakan kontrasepsi jangka
panjang
4. Persiapan pasien :
a. Persilahkan pasien mencuci tangan
sampai lengan dengan sabun dibawah air
yang mengalir
b. Persilahkan pasien berbaring dengan
lengan yang lebih jarang digunakan
diletakan pada meja penyangga
5. Persiapan Alat :
a. Meja periksa tempat tidur
b. Alat penyangga lengan atau meja
tambahan
c. Batang implant dalam kantong
d. Dok steril dan dok lubang
e. 1 pasang handscoen
f. Sabun cuci tangan
g. Bethadin
h. Liocain
i. Emprit 5 – 10 cc dan jarum suntik ukuran
2.5 – 4 cm
j. Trokar 10 dan mandarin
k. Scalpel 11 atau 15 pengantar bisturi
(pisau bedah)
l. Kain kasa / plester
m. Klem penjepit atau forceps masquito
n. Bak instrument steril
6. Persiapan Pemasangan
a. Pasang penutup pada tempat tidur dan
pada alas penyangga dengan kain steril
b. Tentukan tempat pemasangan yang
optimal 8 cm di atas lipatan siku dan
beri tanda dengan pola template
menggunakan spidol
c. Siapkan tempat alat-alat dan buka
bungkus steril tanpa menyentuh alat-
alat didalamnya
d. Buka kemasan implant dan jatuhkan ke
dalam com steril
e. Setelah mencuci tangan petugas
menggunakan handscoen
f. Dekatkan alat-alat dan pastikan jumlah
kapsul
g. Usap tempat insisi dengan kapas dan
bathadin dengan menggunakan klem
steril dengan cara usap dari arah insisi
kearah luar secara melingkar dan
biarkan kering
h. Pasang duk di bawah lengan dan
diatasnya dengan dok lubang
i. Suntikan lidokain 1% pada tempat insisi
dengan membuat gelembung kecil
dibawah kulit sekitar tempat yang akan
dipasang implant, jangan menarik
seluruh spoit keluar pindahkan ke
tempat pemasangan ke 2, 3, 4, 5 dan 6
7. Pemasangan kapsul
a. Pegang scalpel dengan sudut 450 buat
insisi dangkal hanya menembus kulit
jangan sampai panjang dan dalam
b. Ujung trokar menghadap ke atas, tanda
(1) batas trokar dimasukkan ke bawah
kulit sebelum memasukkan semua
kapsul, (2) dekat ujung menunjukan
batas trokar yang harus di bawah kulit
setelah memasang setiap kapsul
c. Masukan ujung trokar melalui luka insisi
dengan sudut kecil, mulai dari kiri ke
kanan pada pola seperti kipas, masukan
trokar jangan dengan aksaan jika ada
tahanan coba dari sudut lain
d. Angkat trokar ke atas hingga kulit
terangkat masukan perlahan-lahan kea
rah tanda 1
e. Saat trokar masuk sampai tanda 1 cabut
pendorong dari trokar
f. Masukan kapsul pertama ke dalam trokar
dan dorong kapsul sampai seluruhnya
masuk ke dalam dan masukan kembali
pendorong
g. Gunakan pendorong untuk mendorong
kapsul kearah ujung trokar sampai terasa
ada tahanan tapi jangan mendorong
dengan paksa
h. Tarik tabung trokar dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
kearah luka insisi sampai tanda 2 atau
muncul ditepi luka insisi da pangkalnya
menyentuh pegangan pendorong
i. Raba ujung kapsul dengan jari untuk
memastikan kapsul sudah keluar semua
dari trokar
j. Tanpa mengeluarkan seluruh trokar
putar ujung dari trokar kea rah lateral
kanan sekitar 150 mengikuti pola seperti
kipas, kemudianmasukan kapsul
berikutnya kedalam trokar dan lakukan
seperti pmasangan sebelumnya
k. Pastikan ujung kapsul yang terdekat
kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi
l. Saat memasang keenam kapsul satu
demi satu jangan mencabut trokar
dari luka insisi untuk mengurangi
trauma, infeksi dan mempersingkat
waktu pemasangan
m. Sebelum mencabut trokar raba
kapsul untuk memastikan keenam
kapsul semuanya sudah terpasang
n. Ujung dari semua kapsul harus tidak
ada pada tepi luka insisi (sekitar 5
mm) bila kapsul terlalu dekat atau
jauh pemasangan diulang
o. Keluarkan trokar pelan-pelan tekan
tempat insisi dengan kasa selama 1
menit untuk menghentikan
perdarahan, bersihkan tempat
pemasangan dengan kasa steril dan
rapikan pasien, bersihkan alat-alat
yang sudah dipakai
p. Cuci tangan dan buat
pendokumentasian
Standar penilaian


Range Skor
86-100 =A
76-85 = B < 76 = Tidak lulus
PAPSMEAR

1. Defenisi
Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi eksfoliative dengan
memeriksa sel-sel epitel cervix yang lepas. Pemeriksaan ini lebih
mudah, murah, sederhana, aman dan akurat.
2. Tujuan
Tujuan tes Pap adalah menemukan sel abnormal atau sel yang
dapat berkembang menjadi kanker termasuk infeksi HPV. Kanker
serviks merupakan penyakit menular seksual, bila penyakit
prakanker/ displasia ditemukan lebih dini kemungkinan angka
penyembuhan mencapai 80-90 % tergantung beratnya lesi dan
cara pengobatannya.
3. Indikasi
Bagi wanita yang sudah menikah atau yang telah melakukan
hubungan seksual. Para wanita sebaiknya memeriksakan diri
sampai usia 70 tahun.
4. Kontraindikasi
Persiapan pasien untuk melakukan Pap Smear adalah tidak
sedang haid, tidak coitus 1 – 3 hari sebelum pemeriksaan
dilakukan dan tidak sedang menggunakan obat – obatan vaginal.
5. Persiapan
a. Persiapan pasien
 Jelaskan tentang prosedur pada klien
 Pastikan bahwa klien tidak dalam kondisi haid, , tidak coitus
1 – 3 hari sebelum pemeriksaan dilakukan dan tidak sedang
menggunakan obat – obatan vaginal.
 Pastikan kesiapan pasien untuk dilakukan tindakan
 Jaga privasi klien
b. Persiapan alat
 ruangan khusus
 meja ginekologi
 tenaga ahli dan terampil
 spekulum steril
 peralatan yang menunjang untuk pemeriksaan Pap Smear
(spatula, obyek glass, cairan untuk fiksasi, tabung fiksasi,
mikroskop)
 Alat pengambilan sampel untuk pap smear dengan
menggunakan spatula yang dapat terbuat dari kayu
maupun plastik. Jenis spatula antara lain : cervix brush,
cytobrush, plastic spatula, maupun wooden spatula.
 alat tulis (misal spidol marker, label, pensil)
 formulir Pap Smear
 medical records
 laboratorium sitologi dengan petugas terampil/ ahli dalam
menginterpretasikan hasil
 transportasi pengiriman hasil Pap Smear
 sistem informasi untuk meyakinkan klien dalam melakukan
kunjungan ulang, kualitas sistem asuransi untuk
memaksimalkan keakuratan.
6. Prosedur kerja
Ya Tidak
No Prosedur Ket
(1) (0)
1 Terlebih dahulu ibu mengisi informed
consent dan formulir Pap Smear secara
lengkap dan sesuaikan dengan nomor
urut pengambilan
2 Perawat cuci tangan
3 Ibu dalam posisi litotomi, pasang
spekulum vagina tanpa menggunakan
pelicin, dan tanpa melakukan periksa
dalam sebelumnya
4 Setelah portio tampak, maka spatula
dimasukkan ke dalam kanalis servikalis,
lalu spatula diputar 180° searah jarum
jam
5 Spatula dengan ujung pendek diusap
360° pada permukaan serviks
6 Lendir yang didapat dioleskan pada
objek glass berlawanan arah jarum jam
7 Apusan hendaknya dilakukan sekali saja,
lalu difiksasi atau direndam dalam
larutan alkohol 96% selama 30 menit
8 Sediaan dapat dikirim secara basah
(tetap direndam dalam alkohol) atau
dikirim secara kering dengan
mengeringkan sediaan setelah
direndam dalam alkohol
9 Selanjutnya sediaan tadi dikirim ke Ahli
Patologi Anatomi untuk diperiksa.
10 Rapikan kembali pasien
11 Bereskan alat-alat
12 Dokumentasikan tindakan
7. Kewaspadaan perawat
a. Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan
apus adalah membuat sediaan apusan tipis merata
b. segera fiksasi sesuai metode pewarnaan PAP
c. membuat sediaan sedikit mungkin mengandung darah
d. menjaga kebersihan obyek glass yang digunakan
e. menghindari bahan kimia yang merusak sel
f. menyiimpan ditempat yang bersih, kering dan aman
g. memberi label pada obyek glas yang digunakan.

8. Standar penilaian


Range Skor
86-100 = A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
PERSIAPAN ALAT KURET

1. Defenisi
kuretase adalah tindakan untuk melepaskan jaringan yang
melekat pada dinding rahim kavum uteri dengan melakukan
invasi dan memanipulasi instrumen (sendok kuret) ke dalam
kavum uteri.
2. Tujuan
 Untuk membersihkan uterus dari hasil konsep
 Mencegah infeksi pada uterus
3. Indikasi
 Abortus incomplitus
 abortus septik
 mola hidatidosa
 sisa plasenta (pasca persalinan)
4. persiapan
a. persiapan pasien
 jelaskan tentang prosedur pada klien
 pastikan kesiapan pasien untuk dimulainya tindakan
 Lakukanlah pemeriksaan umum : Tekanan Darah, Nadi,
Keadaan Jantung, dan Paru – paru dan sebagainya.
 Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis
b. Persiapan alat
Alat – alat kuretase hendaknya telah tersedia alam bak alat
dalam keadaan aseptic (suci hama)
berisi :
 Speculum dua buah
 Sonde (penduga) uterus
 Cunam muzeus atau Cunam porsio
 Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar
 Bermacam – macam ukuran sendok kerokan (kuret)
 Cunam abortus kecil dan besar
 Pinset dan klem
 Kain steril, dan sarung tangan dua pasang.
5. Tekhnik kuretase
Ya Tidak
No Prosedur Ket
(1) (0)
1 Tentukan Letak Rahim.
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan
dalam. Alat – alat yang dipakai umumnya
terbuat dari metal dan biasanya
melengkung karena itu memasukkan alat
– alat ini harus disesuaikan dengan letak
rahim. Gunanya supaya jangan terjadi
salah arah (fase route) dan perforasi.
2 Penduga Rahim (Sondage)
Masukkan penduga rahim sesuai dengan
letak rahim dan tentukan panjang atau
dalamnya penduga rahim. Caranya
adalah, setelah ujung penduga rahim
membentur fundus uteri, telunjuk tangan
kanan diletakkan atau dipindahkan pada
portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca
berapa cm dalamnya rahim.
3 Dilatasi
Bila permukaan serviks belum cukup
untuk memasukkan sendok kuret,
lakukanlah terlebih dulu dilatasi dengan
dilatator atau Bougie Hegar. Peganglah
busi seperti memegang pensil dan
masukkanlah hati – hati sesuai letak
rahim. Untuk sendok kuret terkecil
biasanya diperlukan dilatasi sampai Hegar
nomor 7. Untuk mencegah kemungkinan
perforasi usahakanlah memakai sendok
kuret yang agak besar, dengan dilatasi
yang lebih besar.
4 Kuretase
Seperti telah dikatakan, pakailah sendok
kuret yang agak besar. Memasukkannya
bukan dengan kekuatan dan melakukan
kerokan biasanya mulailah di bagian
tengah. Pakailah sendok kuret yang tajam
(ada tanda bergerigi) karena lebih efektif
dan lebih terasa sewaktu melakukan
kerokan pada dinding rahim dalam
(seperti bunyi mengukur kelapa). Dengan
demikian kita tahu bersih atau tidaknya
hasil kerokan.
5 Cunam Abortus

Pada abortus inisipiens, dimana sudah


kelihatan jaringan, pakailah cunam
abortus untuk mengeluarkannya yang
biasanya diikuti oleh jaringan lainnya.
Dengan demikian sendok kuret hanya
dipakai untuk membersihkan sisa – sisa
yang ketinggalan saja.

Standar penilaian


Range Skor
86-100 = A
76-85 =B
< 76 = Tidak lulus
PEMERIKSAAN FISIK PADA BBL

1. Definisi
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan
dengan tujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi
adanya penyimpangan dari normal.
2. Tujuan
 Untuk mengetahui dan memastikan normalitas bayi
 Untuk mendeteksi adanya abnormal pada bayi
 Untuk mengetahui bagaimana penyesuaian bayi terhadap
kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan.
3. Persiapan
A. Bayi
Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian
yangg akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus
dibawah lampu pemancar
B. Alat
 kapas
 senter
 termometer
 stetoskop
 selimut bayi
 bengkok
 timbangan bayi
Ya Tidak
No. Prosedur Ket
(1) (0)

 pita ukur/metlin
 pengukur panjang badan
4. Prosedur
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud
dan tujuan dilakukan pemeriksaan

2. Lakukan anamnesa riwayat dari ibu


meliputi faktor genetik, faktor lingkungan,
sosial,faktor ibu (maternal),faktor
perinatal, intranatal, dan neonatal
3. Susun alat secara ergonomis

4. Cuci tangan menggunakan sabun dibawah


air mengalir, keringkan dengan handuk
bersih
5. Memakai sarung tangan
6. Letakkan bayi pada tempat yang rata
7. Pengukuran Antropometri
A. Penimbangan berat badan
 Letakkan kain atau kertas
pelindung pada timbangan
 Atur skala penimbangan ke titik
nol sebelum penimbangan.
 Letakkan bayi pada timbangan
 Hasil timbangan dikurangi berat
alas dan pembungkus bayi
 Catat hasil timbangan
B. Pengukuran panjang badan
 Letakkan bayi di tempat yang
datar.
 Ukur panjang badan dari kepala
sampai tumit dengan kaki/badan
bayi diluruskan. Alat ukur harus
terbuat dari bahan yang tidak
lentur.
 Catat hasil pengukuran
C. Ukur lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi
kemudian melingkari kepala kembali
lagi ke dahi.
D. Ukur lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada
ke punggung kembali ke dada
(pengukuran dilakukan melalui kedua
puting susu)
8. Pemeriksaan Fisik
A. Kepala
 Raba sepanjang garis sutura dan
fontanel ,apakah ukuran dan
tampilannya normal. Sutura yang
berjarak lebar mengindikasikan
bayi preterm,moulding yang buruk
atau hidrosefalus. Pada kelahiran
spontan letak kepala, sering
terlihat tulang kepala tumpang
tindih yang disebut
moulding/moulase.Keadaan ini
normal kembali setelah beberapa
hari sehingga ubun-ubun mudah
diraba. Perhatikan ukuran dan
ketegangannya. Fontanel anterior
harus diraba, fontanel yang besar
dapat terjadi akibat prematuritas
atau hidrosefalus, sedangkan yang
terlalu kecil terjadi pada
mikrosefali. Jika fontanel
menonjol, hal ini diakibatkan
peningkatan tekanan intakranial,
sedangkan yang cekung dapat
tejadi akibat deidrasi. Terkadang
teraba fontanel ketiga antara
fontanel anterior dan posterior, hal
ini terjadi karena adanya trisomi 21
 Periksa adanya tauma kelahiran
misalnya; caput suksedaneum,
sefal hematoma, perdarahan
subaponeurotik/fraktur tulang
tengkorak
 Perhatikan adanya kelainan
kongenital seperti ; anensefali,
mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya
B. Wajah
Wajah harus tampak simetris.
Terkadang wajah bayi tampak asimetris
hal ini dikarenakan posisi bayi di
intrauteri.Perhatikan kelainan wajah
yang khas seperti sindrom down atau
sindrom piere robin. Perhatikan juga
kelainan wajah akibat trauma lahir
seperti laserasi, paresi N.fasialis.
C. Mata
 Goyangkan kepala bayi secara
perlahan-lahan supaya mata bayi
terbuka.
 Periksa jumlah, posisi atau letak
mata
 Periksa adanya strabismus yaitu
koordinasi mata yang belum
sempurna
 Periksa adanya glaukoma
kongenital, mulanya akan tampak
sebagai pembesaran kemudian
sebagai kekeruhan pada kornea
 Katarak kongenital akan mudah
terlihat yaitu pupil berwarna putih.
Pupil harus tampak bulat.
Terkadang ditemukan bentuk
seperti lubang kunci (kolobama)
yang dapat mengindikasikan
adanya defek retina
 Periksa adanya trauma seperti
palpebra, perdarahan konjungtiva
atau retina
 Periksa adanya sekret pada mata,
konjungtivitis oleh kuman
gonokokus dapat menjadi
panoftalmia dan menyebabkan
kebutaan
 Apabila ditemukan epichantus
melebar kemungkinan bayi
mengalami sindrom down
D. Hidung
 Kaji bentuk dan lebar hidung, pada
bayi cukup bulan lebarnya harus
lebih dari 2,5 cm.
 Bayi harus bernapas dengan
hidung, jika melalui mulut harus
diperhatikan kemungkinan ada
obstruksi jalan napas akarena
atresia koana bilateral, fraktur
tulang hidung atau ensefalokel
yang menonjol ke nasofaring
 Periksa adanya sekret yang
mukopurulen yang terkadang
berdarah, hal ini kemungkinan
adanya sifilis kongenital
 Perksa adanya pernapasa cuping
hidung, jika cuping hidung
mengembang menunjukkan
adanya gangguan pernapasan
E. Mulut
 Perhatikan mulut bayi, bibir harus
berbentuk dan simetris.
Ketidaksimetrisan bibir
menunjukkan adanya palsi wajah.
Mulut yang kecil menunjukkan
mikrognatia
 Periksa adanya bibir sumbing,
adanya gigi atau ranula (kista lunak
yang berasal dari dasar mulut)
 Periksa keutuhan langit-langit,
terutama pada persambungan
antara palatum keras dan lunak
 Perhatika adanya bercak putih
pada gusi atau palatum yang
biasanya terjadi akibat Epistein’s
pearl atau gigi
 Periksa lidah apakah membesar
atau sering bergerak. Bayi dengan
edema otak atau tekanan
intrakranial meninggi seringkali
lidahnya keluar masuk (tanda
foote)
F. Telinga
 Periksa dan pastikan jumlah,
bentuk dan posisinya
 Pada bayi cukup bulan, tulang
rawan sudah matang
 Daun telinga harus berbentuk
sempurna dengan lengkungan yang
jelas dibagia atas
 Perhatikan letak daun telinga.
Daun telinga yang letaknya rendah
(low set ears) terdapat pada bayi
yang mengalami sindrom tertentu
(Pierre-robin)
 Perhatikan adanya kulit tambahan
atau aurikel hal ini dapat
berhubungan dengan abnormalitas
ginjal
G. Leher
 leher bayi biasanya pendek dan
harus diperiksa kesimetrisannya.
Pergerakannya harus baik. Jika
terdapat keterbatasan pergerakan
kemungkinan ada kelainan tulang
leher
 Periksa adanya trauma leher yang
dapat menyebabkan kerusakan
pada fleksus brakhialis
 Lakukan perabaan untuk
mengidentifikasi adanya
pembengkakan, periksa adanya
pembesaran kelenjar tyroid dan
vena jugularis
 Adanya lipatan kulit yang
berlebihan di bagian belakang leher
menunjukkan adanya kemungkinan
trisomi 21.
H. Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk
memastikan keutuhannya terutama
pada bayi yang lahir dengan presentasi
bokong atau distosia bahu. Periksa
kemungkinan adanya fraktur
I. Tangan
 Kedua lengan harus sama panjang,
periksa dengan cara meluruskan
kedua lengan ke bawah
 Kedua lengan harus bebas
bergerak, jika gerakan kurang
kemungkinan adanya kerusakan
neurologis atau fraktur
 Periksa jumlah jari. Perhatikan
adanya polidaktili atau sidaktili
 Telapak tangan harus dapat
terbuka, garis tangan yang hanya
satu buah berkaitan dengan
abnormaltas kromosom, seperti
trisomi 21
 Periksa adanya paronisia pada
kuku yang dapat terinfeksi atau
tercabut sehingga menimbulkan
luka dan perdarahan
J. Dada
 Periksa kesimetrisan gerakan dada
saat bernapas. Apabila tidak
simetris kemungkinan bayi
mengalami pneumotoraks, paresis
diafragma atau hernia
diafragmatika. Pernapasan yang
normal dinding dada dan abdomen
bergerak secara bersamaan.Tarikan
sternum atau interkostal pada saat
bernapas perlu diperhatikan
 Pada bayi cukup bulan, puting susu
sudah terbentuk dengan baik dan
tampak simetris
 Payudara dapat tampak membesar
tetapi ini normal
K. Abdomen
 Abdomen harus tampak bulat dan
bergerak secara bersamaan dengan
gerakan dada saat bernapas. Kaji
adanya pembengkakan
 Jika perut sangat cekung
kemungkinan terdapat hernia
diafragmatika
 Abdomen yang membuncit
kemungkinan karena hepato-
splenomegali atau tumor lainnya
 Jika perut kembung kemungkinan
adanya enterokolitis vesikalis,
omfalokel atau ductus
omfaloentriskus persisten
L. Genitalia
 Pada bayi laki-laki panjang penis 3-
4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa
posisi lubang uretra. Prepusium
tidak boleh ditarik karena akan
menyebabkan fimosis
 Periksa adanya hipospadia dan
epispadia
 Skrortum harus dipalpasi untuk
memastikan jumlah testis ada dua
 Pada bayi perempuan cukup bulan
labia mayora menutupi labia
minora
 Lubang uretra terpisah dengan
lubang vagina
 Terkadang tampak adanya sekret
yang berdarah dari vagina, hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon
ibu (withdrawl bedding)
M. Anus dan rectum
 Periksa adanya kelainan atresia ani
,
 kaji posisinya
 Mekonium secara umum keluar
pada 24 jam pertama, jika sampai
48 jam belum keluar kemungkinan
adanya mekonium plug syndrom,
megakolon atau obstruksi saluran
pencernaan
N. Tungkai
 Periksa kesimetrisan tungkai dan
kaki. Periksa panjang kedua kaki
dengan meluruskan keduanya dan
bandingkan
 Kedua tungkai harus dapat
bergerak bebas. Kuraknya gerakan
berkaitan dengan adanya trauma,
misalnya fraktur, kerusakan
neurologis.
 Periksa adanya polidaktili atau
sidaktili padajari kaki
O. Spinal
 Periksa spina dengan cara
menelungkupkan bayi,
 cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida,
pembengkakan, lesung atau bercak
kecil berambut yang dapat
menunjukkan adanya abdormalitas
medula spinalis atau kolumna
vertebra
P. Kulit
 Perhatikan kondisi kuli bayi.
 Periksa adanya ruam dan bercak
atau tanda lahir
 Periksa adanya pembekakan
 Perhatikan adanya vernik kaseosa
 Perhatikan adanya lanugo, jumlah
yang banyak terdapat pada bayi
kurang bulan

10. jelaskan pada ibu atau keluarga tentang


hasil pemeriksaan
11. Rapikan bayi

12. Bereskan alat

13. Lakukan pendokumentasian tindakan dan


hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK

1. Defenisi
Pemeriksaan fisik lebih dari suatu rangkaian latihan tehnikal.
Hal itu merupakan tuntutan yang sama sensivitasnya dengan
kebutuhan fisik dan psikologik anak yang sulit di kenal dan
tidak sama dengan yang lainnya
2. Tujuan
 Memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan fisik
anak
3. Persiapan
A. Pasien
 Fisik
 Psikologis : bersikap ramah dan tenang
B. Alat
 Stetoskop
 Tensimeter / a sphygmomanometer
 Manset pediatrik
 Termometer
 Pen light
 Lampu kepala
 Corong telinga / otoscope
 Speculum hidung / nose speculum
 Spatel
 Tissu
 Handscoen / Gloves
 Lubrikan
 Kartu snellen
 Refleks hammer
 Timbangan berat badan
 Pita ukur
 Jam tangan dgn jarum detik / a watch
 Scherem/ screen / room cubicle bila diperlukan
4. Prosedur Kerja

Ya Tidak
N0. Prosedur / Langkah Kegiatan Ket
(1) (0)

1. Persiapan Alat :

- Stetoskop
- Tensimeter / a sphygmomanometer
- Manset pediatrik
- Termometer
- Pen light
- Lampu kepala
- Corong telinga / otoscope
- Speculum hidung / nose speculum
- Spatel
- Tissu
- Handscoen / Gloves
- Lubrikan
- Kartu snellen
- Refleks hammer
- Timbangan berat badan
- Pita ukur
- Jam tangan dgn jarum detik / a watch
- Scherem/ screen / room cubicle bila diperlukan
Persiapan Pasien :

2. - Fisik
- Psikologis : bersikap ramah dan tenang

Pengkajian Keadaan Umum :

1. Mengukur tanda – tanda vital :


 Tekanan darah :
 pasang manset yang menutupi 75% pd
lengan atau paha.
3.
 palpasi a.radialis atau a.poplitea dan
letakkan diafragma stetoskop diatas arteri
 kembangkan manset hingga 30 mmHg
diatas denyut menghilang
 Kempiskan dan perhatikan titik pertama
kali denyut didengarkan dan titik dimana
denyut menghilang
 Nadi :
 ukur denyut nadi dengan meletakkan jari
pada arteri radialis atau letakkan
stetoskop pd denyut apikal pd titik impuls
maximum (TIM). Usia < 7 thn letakkan
stetoskop pd ICS 4 sedangkan usia >7 thn
pd ICS 5.
 hitung denyut nadi selama 1 menit penuh
 Suhu : pilih thermometer yang sesuai dan atur
posisi untuk pengukuran suhu.
 Term Oral : letakkan dibawah lidah didlm
kantong sublingual kanan atau kiri dan
minta anak mengatupkan mulutnya. Ukuir
selama + 7 menit
 Term Aksila : letakkan dibawah lengan
dengan ujungnya tepat ditengah axial dan
dekatkan dengan kulit. Tahan tangan anak
untuk menjepitnya. Ukur + 5 menit
 Term rectal : ujung term diberi pelumas
lalu dimasukkan + 2,5 cm kedalam
rectum. Pegang dengan hati-hati. Ukur + 4
menit.
 Perhatikan suhu yang tertera di
thermometer.
 Pernafasan :
 Kaji frekuensi pernafasan dengan
meletakkan jari atau tangan tepat pada
procesus xipoideus
 hitung selama 1 menit penuh.
 Perhatikan kedalaman & irama nafas
Dapat pula dikaji menggunakan stetoskop
2. Mengukur TB / BB
 Menentukan Berat badan :
 Usia < 20 bulan : pakaian bayi dibuka
(termasuk popok) dan bayi diletakkan
ditimbangan yg dilapisi kain. Ukur BB anak
 Usia 20 bln s/d 5 thn : pakaian anak
dibuka kecuali CD dan ditimbang dengan
timbangan berdiri
 Anak usia > 5 thn : buka sepatu, anak
ditimbang dengan berpakaian dan dengan
timbangan berdiri
 Menentukan Tinggi Badan :
 Bayi (< 20 bulan) : Baringkan bayi, kaki
bayi diekstensikan dan didorong perlahan
ke meja ukur dan ukurlah jarak antara
ujung tumit hingga vertex kepala.
 Anak2 (usia >20 bulan) : anak diminta
untuk berdiri tegak dan ukur tinggi Badan.

3. Mengukur Lingkar Kepala, Lingkar dada, lingkar


perut dan lingkar lengan :
 Mengukur LK : letakkan meteran melingkari
kepala tepat diatas alis dan pinna dan
melingkari oksiput yang menonjol. Perhatikan
pula kesimetrisan kepala klien.
 Mengukur LD : letakkan meteran melingkari
dada tepat setinggi puting susu.
 Mengukur LP : letakkan meteran setinggi
umbilikus.
 Mengukur Lila : letakkan meteran secara
meilngkar pada 1/3 bagian atas lengan
4. Mengobservasi pembesaran adenoid :
 Gunakan senter kepala, minta klien untuk
membuka mulut dan menjulurkan lidah
 Tekan lidah dengan spatel dan observasi
apakah terjadi pembesaran adenoid
4. Kepala :

 Atur pasien dalam posisi duduk


Inspeksi
 Bentuk kepala ; makrosefali atau mikrosefali
 Tulang tengkorak :
 Anencefali : tidak ada tulang tengkorak
 Encefalokel : tidak menutupnya fontanel
occipital
 Fontanel anterior menutup : 18 bulan
 Fontanel posterior : menutup 2 – 6 bulan
 Caput succedeneum : berisi serosa , muncul 24
jam pertama dan hilang dalam 2 hari
 Cepal hematoma : berisi darah,muncul 24 – 48
jam dan hilang 2 – 3 minggu
 Distribusi rambut dan warna
 Jika rambut berwearna / kuning dan gampang
tercabut merupakan indikasi adanya
gangguan nutrisi
 Ukuran lingkar kepala 33 – 34 atau < 49 dan
diukur dari bagian frontal kebagian occipital.
Palpasi :
 Massa, pembengkakan
 Nyeri tekan
 Palpasi garis sutura kepala bayi
 Bunyi krepitasi kranial
Mata :

 Beritahu pasien untuk dapat bekerja sama


Inspeksi
 Kelopak mata :
 amati bentuk dan keadaan kulit kelopak
mata, bagian pinggir kelopakmata, mis ada
kemerahan, air mata
 Perhatikan bila ada udem pada mata
 Reflekskornea terhadap sentuhan, Refleks
pupil terhadap cahaya, Refleks berkedip
Hidung :
5. Telinga :

 Simetris kiri dan kanan


 Daun telinga dilipat, dan lama baru kembali
keposisi semula menunjukkan tulang rawan
masih lunak.
 Cana;lis auditorious ditarik kebawah kemudian
kebelakang,untuk melihat apakah ada serumen
atau cairan.
 Pemeriksaan tes nervus VIII (Acustikus)
 menggesekkan rambut, atau tes bisik.
 Mendengarkan garpu tala (Tes Rinne,Weber)
 Starter refleks :tepuk tangan dekat telinga, mata
akan berkedip.
Mulut :
 Bibir kering atau pecah – pecah
 Periksa labio schizis
 Periksa gigi dan gusi apakah ada perdarahan
atau pembengkakan.
 Tekan pangkal lidah dengan menggunakan
spatel,hasil positif bila ada refleks muntah (
Gags refleks)
 Perhatikan ovula apakah simetris kiri dan
kanan
 Pemeriksaan nervus X ( VAGUS )
 Tekan lidah dengan menggunakan spatel, dan
anjurkan klien untuk memngatakan “ AH “ dan
perhatikan ovula apakah terngkat.
 -Pemeriksaan nervus VII ( facialis) sensoris
 Tetesi bagian 2/3 anterior lidah dengan
rasa asin, manis dan pahit, kemudian
menentukan zat apa yang dirasakan dan
1/3 bagian belakang lidah untuk
pemeeriksaan Nervus IX.
 Pemeriksaan Nervus XI Hipoglosus
 Menyuruh pasien untuk menjulurkan
lidah lurus lurus kemudian menarik
dengan cepat dan disuruh menggerakkan
lidah ke kiri dan ke kanan dwan
sementara itu pemerikswa melakukan
palpasi pada kedua pipi untuk merasakan
kekuatn lidah.
 Rooting refleks : bayi akan mencari
benda yang diletakkan disekitar mulut
dan kemudian akan mengisapnya.
 Dengan memakai sarung tangan,
masukkan jari kelingking kedalam mulut,
raba palatum keras dan lunak apabila ada
lubang berarti labio palato
shizis,kemudian taruh jari kelingking
diatas lidah , hasil positif jika ada refleks
mengisap (Sucking Refleks)
Leher :

Inspeksi

Refleks leher tonik

Reflex neck-righting

Refleks otolith-righting

Palpasi :

Kelenjar limfe

 Adanya pembesaran (adenopati limfe)


 Kelenjar tiroid
- Pembesaran arteri karotis
- Palpasi kelenjar thyroid dengan berdiri
dibelakang klien. Bayi paling baik diperiksa
dengan meletakkan dlm posisi terlentang
6. Dada & paru-paru :

Inspeksi
Bentuk dada : kesimetrisan, ukuran dan
perkembangan payudara

Ekspansi dada:

Anjurkan penderita inspirasi dan ekspirasi perhatikan


pengembangangan dadanya

Sifat pernafasan : perut/dada,

Frekuensi pernapasan : normal, takipneu, bradipneu

Retraksi : intercostal, supraclavicula, substernal

Palpasi

Vocal Fremitus : letakkan tangan kedua lapang paru


dan minta anak untuk mengatakan “99” atau “eee”

Perkusi

Untuk paru anterior, anak duduk atau terlentang.


Untuk paru posterior, anak duduk

Normalnya : lobus-lobus paru resonan.

Pekak pd grs midclavicula kanan ICS 5 (hepar), pekak


pd ICS 2-5 diatas sternum kiri sampai grs midklavicula
(jantung)

ICS 5 ke bawah bunyi timpani (lambung)


Auskultasi

Letakkan diafragma stetoskop pd lapang paru anak


dan dengarkan secara sistematis dan simetris mulai
dari apex ke dasar paru.

Bunyi nafas yg abnormal :

 Crakles (rales) : terdengar terutama saat inspirasi


dari sal.udara melalui cairan. Pd anak mudah
terdengar diaksila
 Mengi (wheezing) : disebabkan udara melewati
saluran yg sempit
 Stridor : bunyi akibat obstruksi (ngorok)
 Friction rub pleural : bunyi gemericik, bergesekan
selama inspirasi & ekspirasi, terjadi karena
permukaan pleura mengalami inflamasi
Bunyi Suara (terdengar tp suara tdk jelas)

 Pektoriloquy : anak membisikkan kata2 tapi yg


terdengar suku kata
 Bronkofoni : anak mengucapkan kata2 yg tdk dpt
dibedakan tetapi resonan vokal meningkat dlm
intensitas & kejelasan
 Egofoni : anak mengatakan ”ee” yg terdengar
sebagai bunyi nasal ”ay” melalui stetoskop
7. Jantung :

Inspeksi

Bentuk dada

Denyut jantung apeks (PMI)

Palpasi

Denyut apeks

Perkusi

Identifikasi bunyi perkusi jantung

Lokasi jantung

Auskultasi :

Dengarkan BJ dengan meletakkan stetoskop pada area


:

 Aorta : ICS 2 kanan dekat sternum


 Pulmonalis : ICS 2 kiri dekat sternum
 Titik ERB : ICS 2 & 3 kiri dekat sternum
 Apical atau mitral : ICS 5 grs midklavicula kiri ( bayi
: ICS 3-4 lateral grs midklavicula kiri)
Temuan :

 S1 & S2 terdengar jelas, jernih, frekuensi sama


dengan nadi radialis, irama teratur & tetap
 Area aorta : S2 lebih keras drpd S1
 Pulmonal : paling baik terdengar pemecahan S2
 Titik Erb : murmur fungsional paling sering
 Area mitral atau apical : S1 terdengar paling keras
8. Abdomen :

 Lakukan dengan urutan pemeriksaan sebagai


berikut :
 Inspeksi :
 Kesimetrisan dan warna perut
 Distensi abdomen : tampak kulit perut
teregang dan mengkilat
 Auskultasi :
 Bising usus : bunyi gemerincing logam
pendek seperti kumur-kumur, klik atau
terdengar menggeram setiap 10-30 detik
 Bising aorta : terdengar pd epigastrium
sedikit kekiri dari garis tengah
 Perkusi :
Bagi 4 kuadran :

Hepar : 1-2 cm dibawah margin costa kanan


pd bayi & anak kecil

Limpa : 1-2 cm dibawah margin costa kiri pd


bayi & anak kecil

Terdengar resonan bila terdapat cairan dlm


abdomen (ascites)

 Palpasi :
 Palpasi hepar : pada anak yg lebih besar
biasanya tdk dapat teraba
 Berdiri disamping kanan penderita
 Tangan kiri pada dinding toraks
posterior penderita pada iga 11-12
 Tekan keatas (dinding dada
terangkat).
 Tangan kanan pada batas tulang iga
membentuk sudut 450
 Penderita ekhalasi : tekan 4-5 cm
rasakan batas hepar (sulit terabas
pada obesitas).
 Palpasi lien :
 Anjurkan pasien miring ke sisi kanan (agar
dekat dengan dinding perut)
 Lakukan palpasi sama dengan pada hepar
 Refleks kremaster : gores pada abdomen
mulai dari sisi lateral kemedial ,terlihat
kontraksi.
PUNGGUNG.
 Susuri tulang belakang , apakah ada spina
bivida okulta : ada lekukan pada lumbo
sacral,tanpa herniasi dan distribusi lanugo
lebih banyak.
 Spina bivida sistika : dengan herniasi ,
meningokel ( berisi meningen dan CSF) dan
mielomeningokel ( meningen + CSF + saraf
spinal).
 Rib hum and Flank: dalam posisi bungkuk jika
tulang belakang rata/simetris
( scoliosis postueral) sedangkan jika asimetris
atau bahu tinggi sebelah dan vertebra bengkok
( scoliosis structural) skoliometer >40
TANGAN
 Jumlah jari – jari polidaktil ( .> dari 5 ) ,
sindaktil ( jari – jari bersatu)
 Pada anak kuku dikebawakan, dan tidak patah ,
kalau patah diduga kelainan nutrisi.
 Ujung jaru\i halus
 Kuku klubbing finger < 180 ,bila lebih 180
diduga kelainan system pernafasan
 Grasping refleks : meletakkan jari pada tangan
bayi, maka refleks akan menggengam.
 Palmar refleks : tekan pada telapak tangan
,akan menggengam
PELVIS
 CDH : test gluteal , lipatan paha simetris kiri
kanan
 Ortholani test : lutut ditekuk sama tinggi/tidak
 Barlow test : kedua lutut ditekuk dan
regangkan kesamping akan terdengar bunyi
klik
 Tredelenburg test : berdiri angkat satu kaki,
lihat posisi pelvis apakah simetris kiri dan
kanan.
 Waddling gait : jalan seperti bebek.
 Thomas test : lutut kanan ditekuk dan
dirapatkan kedada,sakit dan lutut kiri akan
terangkat
LUTUT
 Ballotemen patella : tekan mendorong kuat
akan menimbulkan bunyi klik jika ada cairan
diantaranya
 Mengurut kantong supra patella kebawah akan
timbul tonjolan pada kedua sisi tibia jika ada
cairan diduga ada atritis.
 Reflek patella, dan hamstring.

KAKI
 Lipatan kaki apakah 1/3, 2/3, bagian seluruh
telapak kaki.
 Talipes : kaki bengkok kedalam.
 Clubfoot : otot-otot kaki tidak sama panjang,
kaki jatuh kedepan.
 Refleks babinsky
 Refleks Chaddok
 Staping Refleks.
Cara Mengukur Lingkar Kepala, Lingkar Dada dan Lingkar
Perut

Cara Mengukur Tinggi Badan Pada Anak


Tempat-tempat Pengukuran Tekanan Darah

Standar penilaian

Score
NILAI = x 100
∑ Kegiatan

Range skor
86-100 =A
76-85 =B
<76 = tidak lulus
MEMBERIKAN NUTRISI PADA BAYI

1. Defenisi
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting
dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan
pada bayi dan anak.

2. Tujuan
Memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi

3. Persiapan
Klien

 Membina hubungan saling percaya dengan pasien dan


keluarga
 Memberi penjelasan tentang tindakan pada keluarga
 Bayi dipangku dengan posisi kepala lebih tinggi dari badan
Lingkungan

 Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang


 Pasang scherm bila perlu
Alat dan Bahan

 Botol dan dot tertutup steril yang berisi susu


 Air matang dalam tempatnya
 Sendok teh
 Alas dada
 Tissue
Skala
No Prosedur/Langkah Pelaksanaan Ket
1 2 3 4

4 Prosedur

 Pasang alas dada pada bayi


 Suhu susu diperiksa dengan cara
meneteskan susu ke punggung
tangan perawat
 Bayi diberi minum dengan posisi
botol dimiringkan sehingga leher
botol terisi penuh dengan susu
 Bayi diberi minum hingga terlihat
kenyang
 Bersihkan mulut bayi dan sekitarnya
dengan tissue lalu alas dada dibuka
 Bayi diangkat kemudian
ditelungkupkan di bahu perawat
sambil ditepuk-tepuk
 Bayi dibaringkan dengan posisi kepala
miring
 Rapikan alat-alat
5 Perhatian Perawat

 Observasi dan catat apabila terdapat


batuk, sesak atau sianosis
 Catat jumlah dan jam pemberian susu
PENILAIAN INFEKSI, NYERI, DAN SKOR DEHIDRASI PADA ANAK

Persiapan

a. Klien
 Membina hubungan saling percaya dengan pasien dan
keluarga
 Memberi penjelasan tentang tindakan pada keluarga
b. Lingkungan
 Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
 Pasang scherm bila perlu
c. Prosedur
Skala
No Prosedur/Langkah Pelaksanaan Ket
1 2 3 4

Mengobservasi infeksi

Perhatikan permukaan kulit bagian yg sakit

Tanda-tanda infeksi :

 Rubor (kemerahan)
 Kalor (panas)
 Dolor (nyeri)
 Tumor (pembengkakan)
 Functio laesa (kehilangan fungsi)

Mengobservasi nyeri

Perhatikan daerah yang nyeri, observasi :

 P (Presipitation) : pencetus nyeri


 Q (Quality) : jenis nyeri (tertusuk,
berdenyut, terbakar, dll)
 R (Regio) : area nyeri & penyebarannya
 S (Severe) : Skala nyeri
 T (time) : waktu munculnya nyeri
Menilai skor Dehidrasi

 Menilai derajat dehidrasi berdasarkan


keadaan umum, mata, bibir,
pernapasan, turgor kulit, nadi. (lihat
tabel penilaian derajat dehidrasi
berdasarkan WHO di lampiran !!)

Skala Pengukuran Nyeri untuk Anak


Penilaian Skor Dehidrasi Berdasarkan WHO

No Yang 1 2 3
Dinilai

1 Keadaan Baik, Lesu, Gelisah,


Umum sadar haus lemas,
mengant
uk, shock

2 Mata Biasa Cekung Sangat


cekung

3 Bibir Biasa Kering Sangat


kering

4 Pernafasan < 30 30 – > 40


x/menit 40x/m x/menit
enit

5 Turgor Baik Kurang Jelek


kulit
(kembali (kemb (kembali
cepat) ali sangat
lambat lambat)
)

6 Nadi < 120 – >140x/m


120x/m 140 nt
nt x/mnt

(Sumber : Modifikasi FK-UH)


Penilaian Total Skor :

 Tanpa Dehidrasi = Skor 6


 Dehidrasi ringan/sedang = Skor 7 – 12
 Dehidrasi berat = Skor > 13
Standar Penilaian :

Skor
X 100
∑soal
Range Skor
86-100 =A
76-85 =B
<76 = Tidak lulus
PEMERIKSAAN RUMPLE LEED PADA ANAK

1. Definisi
Pemeriksaan Rumple leed adalah pemeriksaan diagnostik untuk
mendeteksi adanya perdarahan di bawah kulit (petekie) sebagai
tanda demam berdarah.

2. Tujuan
Mendeteksi perdarahan di bawah kulit (petekie) sebagai tanda
demam berdarah
3. Indikasi
Pasien dengan diagnosis demam berdarah
4. Persiapan
a. Klien
 Membina hubungan saling percaya dengan pasien dan
keluarga
b. Lingkungan
 Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
c. Alat dan Bahan
Tensimeter lengkap dengan stetoskop

Skala
No Prosedur/Langkah Pelaksanaan Ket
1 2 3 4

5 Prosedur pelaksanaan

 Cuci tangan
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Atur posisi dalam keadaan berbaring
 Lakukan pengukuran tekanan darah
 Hitung batas tekanan sistolik dan tekanan
diastolik kemudian jumlahkan batas
kedua tekanan tersebut dan bagi dua
dengan rumus : Tekanan sistolik +
tekanan diastolik
MAP : 2

 Lakukan pengukuran MAP dengan


mempertahankan tekanan hasil
pengukuran MAP sampai kurang lebih 5
menit
 Setelah itu turunkan tekanan secara
perlahan-lahan
 Baca hasil positif atau negatif
- : tidak ditemukan
petekie (< 20)
+ :adanya petekie
(>20)

 Catat hasil pengukuran


 Cuci tangan

Standar Penilaian :

Skor
X 100
∑soal

Range Skor
86-100 =A
76-85 =B
<76 = Tidak lulus
TES SKRINING PERKEMBANGAN MENURUT DENVER

1. Pengertian
Tindakan pengukuran perkembangan anak
2. Tujuan
Untuk menilai perkembangan anak pada empat aspek, yaitu
perkembangan motorik halus, motorik kasar, bahasa dan
personal social dengan menggunakan skala DDST
3. Persiapan Alat
1. Alat peraga : benang wol merah, manik-manik, kubus warna-
warni, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas
dan pensil
2. Skala DDST
4. Prosedur kerja
Nilai
No ITEM Penilaian
0 1 2

1 Penilaian terdiri atas 2 tahapan yaitu :

 Pertama secara periodik dilakukan pada


semua usia
 Kedua dilakukan pada mereka yang
dicurigai adanya hambatan dalam tahap
perkembangan
Tetapkan umur anak terlebih dahulu, dengan
2
mengurangkan tanggal pengkajian dengan tangal
kelahiran. Gunakan patokan lebih dari atau sama
dengan 15 hari dibulatkan ke atas untuk
perhitungan bulannya.
Untuk skrining cepat digunakan tahap pra skrining
yakni DDST short form yang masing-masing sektor
3 hanya diambil 3 tugas lalu ditanyakan pada
ibunya, bila salah satu gagal atau ditolak rujuk
untuk DDST secara lengkap

Hasil diinterpretasikan sebagai Abnormal jika : (1)


4 didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2
sektor atau lebih; (2) dalam 1 sektor didapatkan 2
atau lebih keterlambatan PLUS 1 sektor atau lebih
dengan 1 keterlambatan

Hasil diinterpretasikan Meragukan jika : (1) Bila 1


sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih; (2)
5 bila 1 sektor atau lebih didapatkan 1
keterlambatan

Hasil diinterpretasikan Tidak dapat di tes bila


terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes
6 abnormal atau meragukan.

Standar penilaian
Score
NILAI = x 100
∑ Kegiatan
Range skor
86-100 =A
76-85 =B
<76 =tidak lulus
PERAWATAN BAYI DALAM INKUBATOR

1. Defenisi
Perawatan bayi dalam inkubator merupakan cara perawatan pada
bayi dengan memasukkan bayi ke dalam alat (incubator) yang
berfungsi untuk menciptakan lingkungan dengan suhu yang cukup
hangat untuk bayi. Perawatan dalam incubator ada dua cara yaitu
yang terbuka dan tertutup.
2. Tujuan
a. Untuk mencegah terjadinya hipotermi terutama pada BBLR yang
bermasalah.
b. Mempertahankan suhu tubuh bayi pada batas normal.
c. Memberikan rasa nyaman pada bayi.
3. Indikasi
a. Bayi prematur (sehat atau sakit)
b. Bayi kecil untuk masa kehamilan
c. Gangguan pernapasan, asfixia atau hipoksia
d. Penyelesaian infeksi atau kelainan kongenital cranial
e. Bayi – bayi tindakan past opual sebelum pemulihan
4. Persiapan
Alat dan bahan
a. Alat set incubator
b. Oksigen
c. Lampu pemanas
d. Prosedur Kerja
Ya Tidak Ket
No. Prosedur
(1) (0)
1. Inkubator Tertutup
a. Incubator harus selalu tertutup dan
hanya dibuka dalam keadaan tertentu,
seperti apnea. Pada saat membuka
incubator usahakan suhu bayi tetap
hangat dan oksigen harus selalu tersedia
b. Tindakan perawatan dan pengobatan
diberikan melalui hidung
c. Bayi harus dalam keadaan telanjang
untuk memudahkan pengamatan
d. Pengaturan panas disesuaikan dengan
berat badan dan kondisi tubuh bayi
e. Pengaturan oksigen selalu diobservasi
f. Incubatorharus ditempatkan pada
ruangan yang hangat dan pada suhu kira-
kira 27◦C.
2. Incubator Terbuka
a. Perawatan dengan incubator dilakukan
dalam keadaan terbuka
b. Gunakan lampu pemanas uuntuk
member keseimbangan suhu normal
dan kehangatan
c. Bungkus bayi dengan selimut hangat
d. Dinding keranjang ditutup dengan kain
atau yang lain untuk mencegah udara
e. Kepala bayi harus ditutup karena banyak
panas yang hilang melalui kepala
Pengaturan suhu incubator disesuaikan
dengan berat badan.

Catatan:

Apabila suhu kamar 28-29 ◦C hendaknya diturunkan 1 ◦C


setiap minggu dan apabila berat badan bayi sudah mencapai
2000 gram bayi boleh dirawat di luar incubator dengan suhu
27◦C.

Standar penilaian

Score
NILAI = x 100
∑ Kegiatan
Range skor
86-100 =A
76-85 =B
<76 =tidak lulus
PENATALAKSANAAN FOTOTHERAPI

1. Pengertian
Tindakan pemberian sinar (penghangat) yang bertujuan untuk
memperbaiki kadar bilirubin bayi. .
2. Tujuan
Mengurangi kadar bilirubin dalam darah 1 – 2 mg%
3. Indikasi
Gangguan kadar bilirubin
4. Kontra indikasi
Dehidrasi, hipoksia, gangguan metabolisme, serta infeksi

5. Persiapan
a. Pasien
Baju bayi ditanggalkan
b. Alat
 Lampu/neon foto terapi
 Tempat tidur bayi (inkubator)
 Kasa, plester,dan gunting
 Penutup mata yang tidak tembus sinar
6. Prosedur kerja
Nilai
No ITEM Penilaian
0 1 2

1 Cuci tangan
2 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada
orang tua bayi
3 Atur posisi bayi dalam keadaan tidak berpakaian
4 Tutup mata dengan penutup yang tidak tembus
sinar dan lakukan fiksasi dengan plester agar
tidak bergeser atau berubah posisi
5 Atur lampu sinar dengan jarak kurang lebih 40
cm
6 Lakukan secara terus menerus selama 24 jam
dan istirahat 12 jam, kemudian lanjutkan kembali
7 Atur posisi bayi setiap 6 jam : terlentang, miring
kekanan, telungkup, dan miring ke kiri
8 Apabila memberi makan, angkat bayi dan buka
penutup mata
9 Bila kadar bilirubin telah turun menjadi 7,5 mg%,
walaupun belum
10 Catat kondisi perkembangan bayi
11 Cuci tangan
Standar penilaian
Score
NILAI = x 100
∑ Kegiatan
Range skor
86-100 =A 76-85 =B <76 =tidak lulus
TRANSFUSI SILANG

1. Pengertian
Tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
mengeluarkan darah dari tubuh bayi ditukar dengan darah
pengganti, dengan syarat darah harus segar < 24 jam, dalam
keadaan suhu sesuai dengan suhu ruangan kurang lebih 24º C(1
jam sebelumnya sudah dikeluarkan dari lemari pendingin).
2. Tujuan
Untuk memperbaiki kondisi bayi dengan menurunkan kadar
bilirubin indirek neonatus dan menuurunkan kadar toksik serta
mencegah peningkatan kadar biliruubin dalam darah
3. Indikasi
4. Kontra indikasi
5. Persiapan
 Pasien
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Dapatkan persetujuan tindakan dari orang tua bayi
3. Lakukan untuk puasa 3-4 jam
4. Siapkan hasil pemerikasaan laboratorium seperti kadar
bilirubin, Hb, uji Coomb, kadar G6PD
 Alat
1. Sarung tangan satu atau dua pasang
2. Vena section set
3. Kateter (polyethylene) 1-2 buah
4. Spoit 2,5 cc, 5 cc, 20 cc (masing-masing 2 buah)
5. Knop sonde
6. Botol kecil untuk pemeriksaan (4 buah)
7. Lidi kasa
8. Duk lubang
9. Kassa
10. Infuse set 2 buah
11. Cairan
12. Obat-obatan seperti heparin, kalsium glukonas 10%
13. NaCL 0,9%
14. Iodium tincture 1%
15. Betadin 10%
16. Alat resusitasi, oksigen, thermometer, stetoskop, lampu
pemanas, darah sesuai dengan identitas.
6. Prosedur kerja

Nilai
No ITEM Penilaian
0 1 2
Dokter
1 Mencuci tangan
2 Melakukan desinfeksi dengan Betadin dan alcohol
3 Melakukan pungsi vena menggunakan jarum
no.21 atau 22 dan kateter vena no. 24
Perawat
1 Cuci tangan
2 Pasang lampu pemanas dan arahkan ke pasien
jangan sampai terjadi hipotermi
3 Atur posisi pasien
4 Atur tempat yang akan dilakukan transfusi tukar
sebanyak 2 tempat, yaitu :
6 Untuk mengeluarkan darah
7 Untuk mamasukkan darah pengganti
Pada umumnya satu di vena bagian dorsum
tangan dengan memfleksikan pergelangan tangan
ke arah bawah (tekuk pergelangan tangan ke
bawah) dan ibu jari di atas punggung tangan bayi
8 Atur tempat kedua di daerah tangan yang
berlawanan yaitu pada kaki/kepala
Catat darah yang dimasukkan < 24 jam, suhu
kurang lebih 24º C ( 1 jam setelah dikeluarkan dari
lemari pendingin)
Gunakan CPD ( centrate phosphate dextrose)
darah dikocok perlahan untuk menghindari
pengendapan darah merah.

Standar penilaian

Score
NILAI = x 100
∑ Kegiatan

Range skor
86-100 =A
76-85 =B
<76 =tidak lulus
WASH OUT
1. Pengertian
Wash out adalah pembilasan rektum dan kolon sigmoid dengan
memasukkan larutan.
2. Tujuan
Untuk meningkatkan defekasi dengan merangsang peristaltik dan
melunakkan feses yang telah mengeras atau untuk
mengosongkan rektum dan kolom bawah untuk prosedur
diagnostik atau pembedahan.
3. Indikasi
 Terjadi konstipasi
 Untuk prosedur pembedahan
4. Persiapan alat
 Cairan NaCl 0,9% yang hangat
 Irigator lengkap dengan selang kanul rekti
 Perlak dan kain pengalas
 Vaselin atau jelly
 Sarung tangan
 Bengkok
 Pispot
 Air cebok
 Tissu
 Barakshort
 Klem
5. Prosedur
Ya Tidak Ket
Prosedur / ITEM Penilaian
(1) (0)
a. Cuci tangan
b. Siapkan alat dan dekatkan dengan pasien
c. Pakai barakshort
d. Pasang perlak dan pengalas
e. Atur posisi klien
f. Pasang pispot kemudian pasang sarung tangan
g. Tuangkan NaCL 0,9% hangat irrigator, klem
dibuka sampai air keluar kemudian diklem
kembali
h. Tangan kiri membuka anus kemudian tangan
kanan memasukkan kanul yang sebelumnya
diolesi vaselin dan anak disuruh bernafas
panjang
i. Klem dibuka masukkan air 50 cc
j. Untuk pasien kolostomi, kanul dimasukkan ke
dalam kolostomi
k. Tahap 5 – 10 menit
l. Cabut dan lepaskan kanul rekti, anak tetap
miring dan disuruh menahan
m. Biarkan cairan keluar dan tampung
n. Masukkan cairan berulang – ulang hingga bersih
o. Penampung feses diangkat kemudian diganti
dengan yang bersih untuk dicebok
p. Anak kembali dirapikan, alat – alat dibersihkan
q. Cuci tangan
r. Kemudian perawat melakukan observasi dan
melakukan pendokumentasian.

Standar penilaian

Score
NILAI = x 100
∑ Kegiatan

Range skor
86-100 =A
76-85 =B
<76 =tidak lulus
IMUNISASI

1. Defenisi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh
agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah
atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata
imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap
suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau
resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar
dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Jenis jenis imunisasi
 Imunisasi BCG
Imunisasi BCG adalah tindakan memasukkan vaksin BCGyang
bertujuan untuk memberikan kekebalan tubuh terghadap
kuman mycobacterium tuberculosis dengan cara
menghambat penyebaran kuman.
 Imunisasi hepatitis B
Imunisasi hepatitis B adalah tindakan memberikan vaksin
hepatitis B ke dalam tubuh yang bertjuan untuk member
kekebalan dari penyakit hepatitis .
 Imunisasi polio
Imunisasi polio adalah adalah tindakan memberikan vaksin
polio ke dalam tubuh yang bertjuan untuk member
kekebalan dari penyakit poliemetis
 Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah tindakan memberikan vaksin DPT ke
dalam tubuh yang bertjuan untuk member kekebalan ddari
penyakit difteri, pertusis dan tetanus.
 Imunisasi campak
adalah tindakan memberikan vaksin campak ke dalam tubuh
yang bertjuan untuk member kekebalan dari penyakit
campak.
2. Tujuan
a. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang
b. Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi
3. Kontraindikasi
 Flu berat/panas tinggi dengan penyebab yg serius
 Perubahan pada sistem imun yg tak dapat menerima
vaksin hidup
 Sedang dalam pemberian obat-obat yg menekan sistem
imun sep;sitostatika,Transfusi darah,Ig
 Riwayat alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya
sep. pertusis
4. Prosedur
Ya Tidak
No. Prosedur Ket
(1) (0)
1. Imunisasi BCG
Alat dan Bahan:
 Spuit tuberculin dengan jarum
ukuran 25-27 panjang 10 mm
 Vial vaksin BCG kering dan gergaji
ampul
 Pelarut vaksin
 Kapas lembab (dibasahi air matang)
 Sarung tangan bersih
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan bersih
3. Jelaskan prosedur kepada
orang tua bayi tentang
tindakan imunisasi yang akan
dilakukan
4. Buka ampul vaksin BCG
5. Larutkan vaksin dengan pelarut
vaksin yang tersedia kurang
lebih 4 cc
6. Isi spuit dengan vaksin
sebanyak 0,05 ml yang sudah
dilarutkan
7. Atur posisi dan bersihkan
lengan (daerah yang akan
diinjeksi yaitu 1/3 bagian
lengan atas) dengan kapas yang
telh dibasahi.
8. Tegangkan daerah yang akan
diinjeksi
9. Lakukan injeksi dengan
memasukkan jarum pada sudut
10-15◦ (subkutan)
10. Tarik spuit setelah vaksin habis
dan jangan melakukan massase
11. Usap bekas injeksi dengan
kapas bersih jika ada darah
keluar
12. Lepaskan sarung tangan dan
cuci tangan
13. Catat respon yang terjadi,
vaksin dikatakan berhasil jika
timbul benjolan di kulit, kulit
tampak pucat dan pori-pori
jelas.

2. Imunisasi Polio

Alat dan Bahan:


 Vaksin polio dalam termos es/
flakon berisi vaksin polio
 Pipet plastik
Prosedur:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan kepada orang tua
prosedur yang akan
dilaksanakan
3. Ambil vaksin polio dalam
termos es
4. Atur posisi bayi dalam posisi
telentang di atas pangkuan
ibunya dan pegang dengan erat
5. Teteskan vaksin ke mulut
sesuai jumlah dosis yang
diprogramkan atau yang
dianjurkan yakni 2 tetes
6. Cuci tangan
7. Catat reaksi yang terjadi

3. Imunisasi DPT
Alat dan bahan:
 Spoit disposable 2,5 ccdan
jarumnya
 Vaksin DPT dan pelarutnya dalam
termos es
 Kapas alkohol
 Sarung tangan

Prosedur:
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan kepada orang tua
prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin DPT dengan spuit
sesuai anjuran yaitu 0,5 ml.
5. Atur posisi bayi (bayi yang
dipangku ibunya ,tangan kiri
ibu merangkul bayi. Tangan
kanan bayi merangkul ke
belakang tubuh ibu dan tangan
kanan ibu memegang kaki bayi
dengan kuat)
6. Lakukan desinfeksi 1/3 area
tengah paha bagian luar yang
akan di injeksi dengan kapas
alcohol
7. Regangkan daerah yang akan di
injeksi
8. Lakukan injeksi dengan
memasukkan jarum ke
intramuskuler di daerah femur
9. Lepaskan sarung tangan
10. Cuci tangan
11. Catat reaksi yang terjadi
4. Imunisasi Hepatitis B
Alat dan bahan:
 Spuit disposable 2,5 cc dan
jarumnya
 Vaksin hepatitis dan pelarutnya
dalam termos es
 Kapas alcohol dalam tempatnya
 Sarung tangan bersih
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan kepada orang tua
prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin hepatitis 0,5 cc
5. Atur posisi bayi (bayi yang
dipangku ibunya ,tangan kiri
ibu merangkul bayi. Tangan
kanan bayi merangkul ke
belakang tubuh ibu dan tangan
kanan ibu memegang kaki bayi
dengan kuat)
6. Lakukan disinfeksi 1/3 area
paha tengah bagian luar yang
akan di injeksi dengan kpas
alcohol
7. Regangkan daerah yang akan di
injeksi
8. Lakukan injeksi dengan
memasukkan jarum ke
intramuskuler di daerah femur
9. Lepaskan sarung tangan
10. Cuci tangan
11. Catat reaksi yang terjadi
5. Imunisasi campak
Alat dan bahan
 Spuit disposable 2,5 cc dan
jarumnya
 Vaksin campak dan pelarutnya
dalam termos es
 Kapas alcohol dalam tempatnya
 Sarung tangan
Prosedur

1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan kepada orang tua
prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin campak 0,5 cc
5. Atur posisi bayi (bayi dipangku
ibunya, lengan kanan bayu
dijepit di ketiak ibunya. Ibu
menopang kepala bayi, tangan
kiri ibu memegang tangan kiri
bayi)
6. Lakukan desinfeksi 1/3 lengan
kanan atas
7. Regangkan daerah yang akan
diinjeksi
8. Lakukan injeksi dengan
memasukkan jarum pada sudut
45◦
9. Setelah vaksin habis tarik spuit
sambil menekan lokasi suntikan
dengan kapas.
10. Lepas sarung tangan
11. Cuci tangan
12. Catat reaksi yang terjadi
PIJAT BAYI

1. Defenisi
Pijat merupakan salah satu bentuk dari terapi sentuh yang
berfungsi sebagai salah satu teknik pengobatan penting.
Bahkan menurut penelitian modern, pijat bayi secara rutin
akan membantu tumbuh kembang fisik dan emosi bayi, di
samping mempertahankan kesehatannya.

Pemijatan dapat dilakukan pada bayi usia 0-12 bulan. Untuk


bayi yang berusia di bawah 7 bulan, pemijatan dapat
dilakukan setiap hari. Waktu pemijatannya

sebaiknya dilakukan 2 kali sehari yaitu

1. Pagi hari, pada saat orang tua dan anak siap untuk
memulai hari baru

2. Malam hari, sebelum tidur.

2. Tujuan
a. Menguatkan otot-otot bayi
b. Melancarkan sirkulasi darah bayi
c. Membuat tidur bayi jadi lelap

3. Persiapan
Bayi
 Bayi selesai makan atau tidak berada dalam keadaan
lapar.
 Ruang untuk memijat usahakan hangat dan tidak
menguap.
 Baringkan bayi di atas kain rata yang lembut dan bersih
 Usahakan tidak diganggu dalam waktu lima belas menit
untuk melakukan semua tahap pemijatan
Alat

 handuk,
 popok,
 baju ganti, dan
 minyak bayi (baby oil/lotion

4. Prosedur
Ya Tidak
No. Prosedur Ket
(1) (0)
1. Mencuci tangan dan dalam keadaan
hangat
2. Hindari kuku dan perhiasan yang bisa
menggores kulit bayi
3. Sebelum memijat, mintalah izin kepada
bayi dengan cara membelai wajah dan
kepala bayi sambil mengajak bicara
4. Sebelum melakukan pemijatan, lumurkan
lotion
5. Pijat bayi yang dimulai dari bagian kaki,
perut, dada, tangan, muka, dan diakhiri
pada bagian punggung
KAKI
Perahan cara india

 Peganglah kaki bayi pada pangkal


paha, seperti memegang pemukul
soft ball
 Gerakkan tangan ke bawah secara
bergantian, seperti memerah susu
Peras & putar

 Pegang kaki bayi pada pangkal


paha dengan kedua tangan secara
bersamaan
 Peras & putar kaki bayi dengan
lembut dimulai dari pangkal paha
ke arah mata kaki
Telapak kaki

Urutlah
telapak kaki
dengan kedua
ibu jari secara
bergantian,
dimulai dari
tumit kaki menuju jari-jari di seluruh
telapak kaki

Tarikan lembut jari


Pijatlah jari-jarinya
satu persatu dengan
gerakan memutar
menjauhi telapak
kaki, diakhiri dengan
tarikan kasih yang
lembut pada tiap ujung jari
Gerakan peregangan

 Dengan mempergunakan sisi


dari jari telunjuk, pijat
telapak kaki mulai dari batas
jari-jari ke arah tumit,
kemudian ulangi lagi dari
perbatasan jari ke arah tumit
 Dengan jari tangan lain
regangkan dengan lembut
punggung kaki pada daerah
pangkal kaki ke arah tumit
Titik tekanan

Tekan-tekanlah
kedua ibu jari
secara bersamaan di
seluruh permukaan
telapak kaki dari
arah tumit ke jari-
jari
Punggung kaki
Dengan
mempergunakan
kedua ibu jari secara
bergantian pijatlah
punggung kaki dari
pergelangan kaki ke
arah jari-jari
secara bergantian
Peras & putar pergelangan kaki

Buatlah gerakan
seperti memeras
dengan
mempergunakan
ibu jari & jari-jari
lainnya di
pergelangan kaki bayi
Perahan cara swedia

 Peganglah pergelangan kaki bayi


 Gerakkan tangan anda secara
bergantian dari pergelangan kaki
ke pangkal paha
Gerakan menggulung

 Pegang pangkal paha dengan


kedua tangan anda
 Buatlah gerakan menggulung dari
pangkal paha menuju
pergelangan kaki
Gerakan akhir
 Setelah gerakan a s/d k dilakukan
pada kaki kanan & kiri rapatkan
kedua kaki bayi
 Letakkan kedua tangan anda
secara bersamaan pada pantat &
pangkal paha
 Usap kedua kaki bayi dengan
tekanan lembut dari paha ke arah
pergelangan kaki. Ini merupakan
gerakan akhir bagian kaki
PERUT

Mengayuh sepeda

Lakukan gerakan memijat pada perut


bayi seperti mengayuh pedal sepeda,
dari atas ke bawah perut, bergantian
dengan tangan kanan & kiri

Mengayuh sepeda dengan kaki


diangkat
 Angkat kedua kaki bayi dengan
salah satu tangan
 Dengan tangan yang lain, pijat
perut bayi dari perut bagian atas
sampai ke kari-jar kaki

Ibu jari kesamping

 Letakkan kedua ibu jari di


samping kanan & kiri pusar perut
 Gerakkan kedua ibu jari ke arah
tepi perut kanan & kiri
Bulan-matahari

 Buat lingkaran searah jarum jam


dengan jari tangan kiri mulai dari
perut sebelah kanan bawah
(daerah usus buntu) ke atas,
kemudian kembali ke daerah
kanan bawah (seolah
membentuk gambar matahari
{M}) beberapa kali
 Gunakan tangan kanan untuk
mambuat gerakan setengah
lingkaran mulai dari bagian
bawah perut bayi sampai bagian
kiri perut bayi (seolah
membentuk gambar bulan {B})
 Lakukan kedua gerakan ini
secara bersama-sama. Tangan
kiri selalu membuat bulatan
penuh (matahari), sedangkan
tangan kanan akan membuat
gerakan setengah lingkaran
(bulan)
Gerakan I Love You

 ”I”, pijatlah perut bayi mulai dari


bagian kiri atas ke bawah dengan
menggunakan jari-jari tangan
kanan membentuk huruf ”I”
 ”LOVE”, pijatlah perut bayi
membentuk huruf ”L” terbalik,
mulai dari kanan atas ke kiri atas,
kemudian dari kiri atas ke kiri
bawah
 ”YOU”, pijatlah perut bayi
membentuk huruf ”U” terbalik,
mulai dari kanan bawah (daerah
usus buntu) ke atas, kemudian
ke kiri, ke bawah, & berakhir di
perut kiri bawah

Gelembung atau jari-jari berjalan

 Letakkan ujung jari-jari satu


tangan pada perut bayi bagian
kanan
 Gerakkan jari-jari anda pada
perut bayi dari bagian kanan
kebagian kiri guna mengeluarkan
gelembung-gelembung udara

DADA

Jantung besar

 Buatlah gerakan yang


menggambarkan jantung
denganmeletakkan ujung-ujung
jari kedua telapak tangan anda
ditengah dada/ulu hati
 Buat gerakan ke atas sampai di
bawah leher, kemudian
kesamping di atas tulang
selangka, lalu ke bawah
membentukbentuk jantung dan
kembali ke ulu hati

Kupu-kupu

 Buatlah gerakan diagonal seperti


gambaran kupu-kupu
dimulaidengan tangan kanan
membuat gerakan memijat
menyilang dari tengah dada/ulu
hati kearah bahu kanan,
&kembali ke uluhati
 Gerakkan tangan kiri anda ke
bahu kiri dan kembali ke ulu hati
TANGAN
Memijat ketiak

 Buatlah gerakan memijat pada


daerah ketiak dari atas kebawah.
Perlu diingat, kalau terdapat
pembengkakan kelenjar didaerah
ketiak, sebaiknya gerakan ini
tidak dilakukan
Perahan cara India
 Peganglah lengan bayi bagian
pundak dengan tangan
kananseperti memegang
pemukul soft ball, tangan kiri
memegangpergelangan tangan
bayi
 Gerakkan tangan kanan mulai
dari bagian pundak kea
rahpergelangan tangan,
kemudian gerakkan tangan kiri
daripundak kearah pergelangan
tangan
 Demikian seterusnya, gerakkan
tangan kanan & kiri ke
bawahsecara bergantian &
berulang-ulang seolah memeras
susu sapi
Peras & putar

Peras & putar


lengan bayi
dengan lembut
mulai dari
pundak ke
pergelangan tangan

Membuka tangan

Pijat telapak
tangan dengan
kedua ibu jari,
dari
pergelangantan
gan kearah jari-
jari
Putar jari-jari

 Pijat lembut jari bayi satu persatu


menuju ke arah ujung jaridengan
gerakan memutar
 Akhirilah gerakan ini dengan
tarikan lembut pada tiap
ujungjari
Punggung tangan

 Letakkan tangan bayi di antara


kedua tangan anda
 Usap punggung tangannya dari
pergelangan tangan ke arahjari-
jari dengan lembut
Peras & putar pergelangan tangan

Peraslah sekeliling
pergelangan
tangan dengan ibu
jari dan
jaritelunjuk

Perahan cara swedia

 Gerakan tangan kanan & kiri


anda secara bergantian mulai
daripergelangan tangan kanan
bayi kea rah pundak
 Lanjutkan dengan pijatan dari
pergelangan kiri bayi ke
arahpundak
Gerakan menggulung
 Pegangl
ah lengan bayi
bagian
atas/bahu
dengan kedua
telapaktangan
 Bentukl
ah gerakan
menggulung dari pangkal lengan
menuju ke arah pergelangan
tangan/jari-jari
MUKA
Dahi : menyetrika dahi

 Letakkan jari-jari kedua tangan


anda pada pertengahan dahi
 Tekankan jari-jari anda dengan
lembut mulai dari tengah
dahikeluar ke samping kanan &
kiri seolah menyetrika dahi
ataumembuka lembaran buku
 Gerakan ke bawah ke daerah
peilpis, buatlah
lingkaranlingkarankecil di daerah
pelipis, kemudian gerakkan ke
dalammelalui daerah pipi di
bawah mata
Alis : menyetrika alis

 Letakkan kedua ibu jari anda di


antara kedua alis mata
 Gunakan kedua ibu jari untuk
memijat secara lembut pada
alismata & di atas kelopak mata,
mulai dari tengah ke samping
seolah menyetrika alis
Hidung : Senyum I
 Letakkan kedua ibu jari anda
pada pertengahan alis
 Tekankan ibu jari anda dari
pertengahan kedua alis
turunmelalui tepi hidung ke arah
pipi dengan membuat gerakan
kesamping & ke atas seolah
membuat bayi tersenyum

Mulut bagian atas : Senyum II

 Letakkan kedua ibu jari anda di


atas mulut di bawah sekathidung
 Gerakkan kedua ibu jari anda
dari tengah ke samping & ke
ataske daerah pipi seolah
membuat bayi tersenyum
Mulut bagian bawah : Senyum III

 Letakkan kedua ibu jari anda


ditengah dagu
 Tekankan kedua ibu jari pada
dagu dengan gerakan dari
tengahke samping, kemudian ke
atas kea rah pipi seolah
membuatbayi tersenyum
Lingkaran kecil di rahang

Dengan jari
kedua tangan,
buatlah
lingkaran-
lingkaran kecil
didaerah
rahang bayi

Belakang telinga

 Dengan mempergunakan ujung-


ujung jari, berikan
tekananlembut pada daerah
belakang telinga kanan & kiri
 Gerakkan ke arah pertengahan
dagu di bawah dagu

PUNGGUNG
Gerakan maju mundur (kursi
goyang)

 Tengkurapkan bayi melintang di


depan anda dengan kepala
disebelah kiri & kaki di sebelah
kanan anda
 Pijatlah sepanjang punggung bayi
dengan gerakan majumundur
menggunakan kedua telapak
tangan, dari bawah lehersampai
ke pantat bayi, lalu kembali lagi
ke leher

Gerakan menyetrika

 Pegang pantat bayi dengan


tangan kanan
 Dengan tangan kiri, pijatlah mulai
dari leher ke bawah
sampaibertemu dengan tangan
kanan yang menahan pantat
bayiseolah menyetrika punggung
Gerakan menyetrika & mengangkat

Ulangi
gerakan
menyetrika
punggung,
hanya kali ini
tangankanan
memegang
kaki bayi & gerakan dilanjutkan sampai
ketumit kaki bayi

Gerakan melingkar

 Dengan jari-jari kedua tangan


anda, buatlah gerakan-
gerakanmelingkar kecil-kecil
mulai dari batas tengkuk turun ke
bawahdi sebelah kanan & kiri
tulang punggung sampai di
daerahpantat
 Mulai dengan lingkaran-lingkaran
kecil di daerah leher,kemudian
lingkaran yang lebih besar di
daerah pantat

Gerakan menggaruk

 Tekankan dengan lembut kelima


jari-jari tangan kanan andapada
punggung bayi
 Buat gerakan menggaruk ke
bawah memanjang sampai
kepantat bayi

Relaksasi & Peregangan Lembut


Relaksasi

Membuat goyangan-goyangan ringan,


tepukan-tepukan halus &melambung-
lambungkan secara lembut
Peregangan Lembut
 Tangan disilangkan

 Pegang kedua pergelangan


tangan bayi & silangkan
keduanyadi dada
 Luruskan kembali kedua
tangan bayi ke samping.

 Membentuk diagonal tangan-kaki

 Pertemukan ujung kaki kanan


& ujung tangan kiri bayi di
atas tubuh bayi sehingga
membentuk garis diagonal.
Selanjutnya,tarik kembali
kaki kanan & tangan kiri bayi
ke posisi semula
 Pertemukan ujung kaki kiri
dengan ujung tangan kanan
di atas tubuh bayi.
Selanjutnya, tarik kembali
tangan & kaki bayi ke posisi
semula.

 Menyilangkan kaki

 Pegang pergelangan kaki


kanan & kiri bayi, lalu
silangkan ke atas. Buatlah
silangan sehingga mata kaki
kanan luar bertemu mata
kaki kiri dalam. Setelah itu,
kembalikan posisi kaki pada
posisi semula
 Pegang kedua pergelangan
kaki bayi & silangkan kedua
kakinya ke atas sehingga
mata kaki kanan dalam
bertemu dengan mata kaki
kiri luar
 Menekuk kaki

Pegang pergelangan kaki kanan & kiri


bayi dalam posisi kakilurus, lalu tekuk
lutut kaki perlahan menuju ke arah perut

 Menekuk kaki bergantian


Gerakannya sama seperti menekuk kaki,
tetapi dengan
mempergunakan kaki secara bergantian
6. Mandikan bayi segera setelah pemijatan
berakhir agar bayi merasa lebih segardan
bersih setelah terlumuri minyak bayi.
Namun, apabila pemijatan dilakukanpada
malam hari, bayi cukup diseka dengan air
hangat agar bersih dari minyakbayi.

Pakaikan popok dan baju pada bayi

Kewaspadaan perawat

 Hindari pemijatan pada tulang rusuk atau ujung tulang rusuk


 Hindarkan mata bayi dari baby oil/lotion
 Jangan memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi
Standar penilaian
Score
NILAI = x 100
∑ Kegiatan

Range skor
86-100 =A
76-85 =B
<76 =tidak lulus
TERAPI BERMAIN
A. Definisi
Bermain merupakan kegiatan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan dan bermain merupakan cermin
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial anak.
B. Fungsi Bermain
1. Perkembangan sensorimotor
Yaitu perkembangan gerak dengan memainkan suatu
obyek.
Misalnya meraih pensil.
2. Perkembangan kognitif
Yaitu membantu mengenal benda di sekitar misalnya
logo, balok (bongkar pasang mainan).
3. Perkembangan sosial
Yaitu anak belajar berinteraksi dengan orang lain
dan mempelajari peran dalam kelompok, misalnya dapat
diperoleh dari orang tua, guru, orang lain di sekitar bermain.
Anak akan bertingkah laku sesuai / diterima oleh teman,
anak akan menyesuaikan diri dengan aturan – aturan, jujur
terhadap orang lain.
4. Terapi
Bermain akan memberi kesempatan pada anak untuk
mengekspresikan perasaan yang tidak enak misalnya marah,
depresi, benci dan takut.
5. Sebagai alat komunikasi
Bermain merupakan komunikasi terutama pada anak yang
belum bisa menyatakan perasaan secara verbal, misalnya
melukis, menggambar dan bermain peran.
C. Tujuan Bermain
1. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan anak
yang normal.
2. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan dan fantasi
melalui permainan.
3. Dapat mengembangkan kreatifitas melalui pengalaman
bermain yang tepat.
4. Dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
dan dirawat di rumah sakit dan mendapatkan kesenangan.
D. Keuntungan Bermain di Rumah Sakit
1. Meningkatkan hubungan perawat dan pasien di rumah
sakit.
2. Dapat mengekspresikan perasaan tidak enak, misalnya takut
sendirian dan rasa marah.
3. Memulihkan rasa mandiri pada anak, dengan kegembiraan
dalam bermain.
4. Bermain terapeutik dapat meningkatkan penguasaan
pengalaman yang traumatik, misalnya peran perawat dan
dokter.
5. Membina tingkah laku positif di rumah sakit terhadap
perawat.
6. Alat berkomunikasi antara perawat dan pasien yaitu cerita
gambar.
E. Prinsip Bermain di Rumah Sakit
1. Tidak banyak membutuhkan energi.
2. Permainan simple.
3. Kegiatan yang singkat waktunya.
4. Mempertimbangkan keamanan : perlukaan, infeksi silang.
5. Kelompok umur yang sama.
6. Melibatkan orang tua.
7. Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan.
8. Semua alat bermain harus dicuci larutan desinfeksi.

Anda mungkin juga menyukai