Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

(ASKEB I)

MATERI
KONSEP KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN
PADA KEHAMILAN

Ni Nyoman Ayu Desy Sekarini, S.ST., M.Keb.


Fakultas Kedokteran
Uni Versitas Pendidikan Ganesha
2022
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
(ASKEB I)

MATERI
KONSEP DEKTERAMPILAN DASAR KEBIDANAN PADA KEHAMILAN

A. PENGUKURAN LILA
1. Pengertian
Lila merupakan singkatan dari Lingkar Lengan Atas. Pengukuran lila adalah jenis
pemeriksaan antropometri yang digunakan untuk mengukur risiko KEK pada wanita usia
subur yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS).
Sedangkan ambang batas LILA pada WUS dengan resiko KEK adalah 23,5 cm dan apabila
kurang dari 23,5 cm wanita tersebut mengalami KEK. Pengukuran LILA tidak dapat
digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LILA
digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan cepat
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi LILA
Berbagai factor yang dapat mempengaruhi ukuran LILA sebagai indicator ibu hamil
dengan Kurang Energi Kronis (KEK), diantaranya
a. Usia Ibu : Kehamilan pada ibu yang dengan umur terlalu muda menyebabkan kompetisi
makanan antara janin dan ibu yang masih dalam pertumbuhan. Ibu yang berusia lebih
muda mempunyai peluang mengalami KEK 3,7 kali lebih tinggi daripada ibu yang
berusia lebih tua.
b. Paritas :Ibu dengan paritas yang terlalu sering akan mempunyai status gizi kurang
karena cadangan gizi dalam tubuh ibu sudah terkuras. Untuk paritas yang paling baik
adalah 2 kali.
c. Jarak kelahiran : Jarak kelahiran yang terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) pada ibu hamil
menyebabkan status gizi ibu hamil kurang karena tubuh ibu tidak diberi kesempatan
untuk pemulihan keadaan gizi.
3. Cara Pengukuran
Menurut Utami (2016), tata cara pengukuran LiLA ibu hamil ialah sebagai berikut :
a. Subjek diminta untuk berdiri tegak.
b. Tanyakan kepada subjek lengan mana yang aktif digunakan. Jika yang aktif digunakan
adalah lengan kanan, maka yang diukur adalah lengan kiri, begitupun sebaliknya.
c. Mintalah subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutup lengan yang tidak aktif
digunakan.
d. Untuk menentukan titik mid point lengan ditekuk hingga membentuk sudut 90o ,
dengan telapak tangan menghadap ke atas. Pengukur berdiri di belakang subjek dan
menentukan titik tengah antara tulang atas pada bahu dan siku.
e. Tandailah titik tersebut
f. Tangan kemudian tergantung lepas dan siku lurus di samping badan serta telapak
tangan menghadap ke bawah.
g. Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA menempel pada
kulit. Perhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga antara kulit dan
pita.
h. Catat hasil pengukuran LiLA ibu hamil
(Cara pengukuran dapat dilakukan sesuai dengan tilik yang telah disiapkan)

B. PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU HAMIL


1. Pengertian
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-
kelainan dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh. Pemeriksaan fisik ibu hamil
dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki (Head to toe).

2. Tujuan
Tujuan dilaksnaakan pemeriksaan fisik adalh
a. Mengumpulkan data dasar Kesehatan klien
b. Mengidentifikasi diagnose dan masalah kebidanan
c. Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehtan klien dan
penatalaksaan
d. Mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan
3. Teknik
Dalam pemeriksaan fisik terdapat Teknik yang dilakukan yaitu: (inspeksi), meraba
(palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi).
a. Inspeksi
Inspeksi adalah suatu teknik yang dulakukan dengan cara melihat atau mengamati
objek. Inspeksi merupakan obeservasi visual dan sitemik untuk menentukan status
Kesehatan klien yang didapat dari penangamatan penampilan klien.
b. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan melakukan perabaan untuk mengetahuo ukuran,
tekstur dan mobilitas, kondisi tulang dan sendi, temperature kulit dan kelembaban, dll
c. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan mengetuk area tubuh secara ringan tapi tajam
untuk mengetahui kelainan atau tidak
d. Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan cara mendengar. Auskultasi menggunakan alat
bantuan seperti stetoskop, funduskup, dopler dll
4. Area pemeriksaan
a. Wajah :
Pada wajah inspeksi apakah pucat, nampak bengkak, cloasma gravidarum, selanjutnya
pastikan dengan palpasi apakah bengkak pada wajah
b. Mata :
Pada mata inspeksi pada Konjungtiva, dan sklera dan lakukpan palpasi pada palpebra
c. Hidung :
Pemeriksaan inpelsi pada hidung melihat tanda-tanda infeksi, polip dan secret
d. Mulut :
Pemeriksaan mulut dengan inspkesi adanya stomatitis, gusi berdarah, kelenjar tongsil,
karies
e. Telinga :
Pada telinga lakukan pemeriksaan dengan inspeksi kebersihan dari telinga pasien
kanan dan kiri
f. Leher :
Pada leher inppeksi dan palpasi apakah terdapat pembesaran kelenjar tiroid,
pembengkakan kelenjar limfe, dan bendungan vena jugularis
g. Payudara :
Pada payudara lakukan inpeksi melihat simetris, hiperpigmentasi pada areola mamae.
Dan putting susu menonjol/tidak. Selanjutnya lakukan palpasi pada payudara secara
bergantian untuk mengetahui apakah ada benjolan (samapi ketiak), dan pengeluaran
kolustrum
h. Abdomen :
Pada abdomen lakukan inspeksi bentuk abdomen searah sumbu tubuh ibu/tidak, linia
gravidarum, streia gravidarum dan albikan, luka bekas oprasi.
Selanjutnya lakukan palpasi dengan menggunakan metode leoplod. Pada abdomen
juga dilakukan pemeriksaan his, TFU,dan DJJ.
i. Gentalia
Pada pemeriksaan genetalia dilakukan dengan inspeksi adanya varises, pengeluaran
pervaginam, odema, dan juga bekas luka atau benjolan pada vagina. Dilanjutkan
melaksanakan palpasi untuk memastikan adanya odema, dan benjolan
j. Ektrimitas atas dan bawah
Pada ektermitas atas dilihat apakah odema dan pucat
Pada ektremitas bawah dilihat apakah terdapat odema dan pucat serta dilakukan
pemeriksaan reflek patella
C. LEOPOLD
1. Pengertian
Pemeriksaan obstetric secara palpasi pada abdomen dilakukan untuk mengetahui
pertumbuhan janin dengan menilai letaj dan presentasi janin dalam kandungan. Dalam
isteilah kebidanan dikenal dengan “ Palpasi Leopold”. Palpasi leopold adalah suatu Teknik
pemeriksaan ibu hamil dengan cara perabaan yaitu merasakan bagian yang terdapat pada
perut ibu hamil menggunakan tanggan pemeriksaan dalam posisi tertentu.

2. Tujuan
a. Menentukan besarnya rahim & tuanya kehamilan
b. Menentukan letak janin dalam Rahim
c. Mengetahui DJJ
Tujuan pemerisaan berdasarkan setiap tahapan leopold. Tujuan dari pemeriksaan :
1. Leopold I adalah untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada difundus.
2. Leopold II adalah untuk mengetahui bagian janin yang ada di sebelah kanan atau kiri
perut ibu.
3. Leopold III adalah untuk mengetahui bagian terendah janin dan apakah sudah masuk
PAP atau belum .
4. Leopold IV adalah untuk mengetahui bagian janin yang ada dibawah dan untuk
mengetahui seberapa besar/jauh bagian terendah janin sudah masuk PAP

3. Cara/tahapan pemeriksaan leopold


Sebelum melakasanakan pemeriksaan leopold maka terlebih dahulu pastikan posisi pasien

nyaman dengan kaki ibu sedikit ditekuk (300 - 450). Mengupayakan suhu tangan
pemeriksa sesuai dengan suhu kulit ibu (misalnya dengan menggosok secara ringan kedua
tangan agar hangat dan sesuai suhu ibu). Pastikan tidak terdapat kontraksi pada abdomen
ibu.
a. Leopold I
1) Pemeriksaan menghadap kearah ibu
2) Meletakkan sisi lateral tangan kiri pada puncak fundus uteri. Pastikan agar jari tangan
tidak mendorong uterus ke bawah (menentukan tinggi fundus uteri)
3) Meletakkan jari tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian janin yang
ada pada bagian tersebut dengan cara menekan secara lembut dan menggeser ujung
telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian (Meraba bagian fundus untuk
menentukan bagian yang teraba di fundus kepala/bokong/kosong)
b Leopold II
1) Menggeser ujung jari tangan kiri yang dirapatkan hingga terletak pada dinding perut
lateral kanan dan ujung jari tangan kanan yang dirapatkan pada dinding perut lateral
kiri secara sejajar pada ketinggian yang sama
2) Tangan kiri mendorong perut kanan ibu dengan lembut, jari tangan kanan yang
dirapatkan meraba dinding perut kiri ibu dan rasakan apakah teraba bagian yang rata,
memanjang dan ada tahanan atau bagian kecil janin
3) Tangan kanan mendorong dinding perut kiri ibu dengan lembut dan tangan kiri yang
dirapatkan meraba dinding perut kanan ibu dan rasakan apakah teraba bagian yang rata,
memanjang dan ada tahanan atau bagian kecil janin

c Leopold III
1) Melakukan fiksasi dengan tangan kiri pada fundus uteri, tangan kanan berada pada
uterus bagian bawah
2) Rasakan apakah teraba bagian keras, bulat dan melenting atau teraba bagian besar, agak
bulat dan lunak
3) Memastikan bagian rendah janin masukPAP atau tidak dengan cara digoyangkan

d Leopold IV
Leopold IV dilakukan jika pada leopold III diperoleh hasil bahwa bagian terendah
janin sudah masuk PAP
1) Pemeriksa menghadap ke bagian kaki ibu
2) Ibu diminta untuk meluruskan kakinya
3) Meletakkan ujung jari tangan kiri disebelah lateral kiri uterus ibu dan tangan kanan
pada sebelah lateral uterus ibu, ujung-ujung jari tangan kanan dan kiri berada pada tepi
atas sympisis
4) Memperhatikan bentuk sudut ujung-ujung jari tangan kanan dan kiri (konvergen,
sejajar atau divergen)

D. DETAK JANTUNG JANIN


Detak jantung janin (DJJ) adalah sebuah indikator atau dalam sebuah pemeriksaan
kandungan yang menandakan bahwa ada kehidupan di dalam kandungan seorang ibu. Untuk
memeriksa kesehatan janin di dalam kandungan ibu hamil, dokter melakukan beberapa hal
pemeriksaan dan denyut jantung bayi yang baru bisa dideteksi kurang lebihnya pada usia 11
minggu. Detak jantung janin normal antara 120-160 kali per menit. Pemeriksaan ini digunakan
untuk menentukan frekuensi denyut jantung janin per menit, teratur atau tidak, dimana letak
punctum maksimum.
Pemeriksaan DJJ dapat dilakukan dengan menggunakan funduscop atau dengan fetal
doppler dapat dilihat di tilik asuhan kebidanan kahamilan.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA KEHAMILAN


1. Pemeriksaan Gula darah
Pemeriksaan Glukosa urin ibu hamil bertujuan untuk mengetahui status DM pada
ibu, sehingga apabila diperlukan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri, kolaburasi
atau diperlukan untuk rujukan maka bisa dipersiapkan sejak dini. Pemeriksaan glukosa
pada ibu hamil, mendeteksi adanya penyakit pesenyerta DM pada ibu hamil, melalui
pemeriksaan laboratorium sederhana.
Ibu hamil yang dicurigai menderita DM, misalnya mempunyai riwayat keluarga
DM, pertumbuhan janin cenderung lebih besar dari usia kehamilan, progress pertumbuhan
janin sangat cepat, maka lakukan Pemeriksaan glukosa urin. DM merupakan kondisi medis
yang paling sering terjadi pada kehamilan dan terjadi kira-kira 4/1000 kehamilan. DM
merupakan penyakit penyerta yang memperburuk keadaan kehamilan. DM
menggambarkan gangguan metabolik dengan berbagai etiologi yang mempengaruhi
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein normal. Keadaan ini ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) dan ekskresi glukosa melalui
urin (glukosuria) yang terjadi akibat gangguan sekresi insulin dan atau aktivitas insulin.
Risiko terjadinya malformasi atau kecacatan meningkat secara signifikan pada ibu
hamil dengan DM pada trimester I, dan risiko bayi besar (makrosomia), sindrom distress
pernafasn meningkat pada ibu hamil DM trimester IIIII. Sehingga ibu hamil dengan DM
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi persalinan. Pertumbuhan janin harus
diobservasi dengan cermat. Kehamilan juga memperburuk keadaan DM, serta
meningkatkan potensi hipertensi pada ibu hamil. Interpretasi adanya DM pada ibu hamil,
jika hasil pemeriksaan glukosa urin dengan visual atau dipstik menunjukkan ≥1+. Pada
keadaan ibu hamil dengan preeklampsi dan DM harus dilakukan penatalaksanaan yang
tepat, lakukan deteksi dampak atau komplikasi kehamilan. Apabila ditemukan kelainan
yang ditemukan dari pemeriksaan penunjang/pemeriksaan laboratorium, maka harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan bidan. Kasus-kasus yang tidak dapat
ditangani dirujuk sesuai sistem rujukan.
Cara mengetahui hasil pemeriksaan dengan metode benedict :
Bandingkan dengan tabung yang lain, dan lihat perbedaan warnanya. Interpretasi dari
hasil pemeriksaan glukosa urin dengan metode Benedict semikuantitatif adalah sebagai
berikut:
• biru/hijau keruh : (-)
• hijau/hijau kekuningan : (+)
• kuning/kuning kehijauan : (++)
• jingga : (+++)
• endapan merah bata : (++++)

2. Pemeriksaan Protein urin


Pemeriksaan laboratorium Protein urin bertujuan untuk mendeteksi adanya keadaan
pre eklampsi/eklampsi. Pemeriksaan proteinuria bertujuan untuk mendeteksi adanya
komplikasi obstetri preeklampsia/eklampsia. Karena proteinuri menjadi salah satu diantara
trias tanda preeklampsia (hipertensi, udema, dan proteinuri). Selain itu pemeriksaan
proteinuria juga bertujuan untuk mengetahui status ginjal. Pemeriksaan protein urin juga
merupakan antisipasi terhadap adanya komplikasi obstetri preeklampsi/eklampsi, maka
bisa dilakuka upaya pencegahan maupun penatalaksanaan yang tepat pemeriksaan Protein
urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga, atas indikasi.
Pemeriksaan protein urin juga harus segera dilakukan apabila ditemukan salah satu
tanda trias preeklampsi, yaitu hipertensi atau udem. Pre eklampsi merupakan hipertensi
yang didiagnosis berdasarkan protein urin, jika protein urin 1+, dan tekanan darah 140/90
mmHg, maka interpretasinya adalah preeklampsi ringan. Apabila hipertensi dengan
tekanan darah sistol >160 mmHg, tekanan darah diastol >110 mmHg dan protein urin 2+
atau 3+ (merupakan protein setara>0,3 gram/L atau 0,3 gram/24 jam pada pemeriksaan
dipstik, menunjukkan keadaan preeklampsi berat.
Hipertensi menyebabkan vasospasme arteriol aferen yang menurunkan aliran darah
ginjal, menimbulkan udema sel endotelial kapiler glomerulus, sehingga memungkinkan
protein plasma terutama dalam bentuk albumin, tersaring masuk ke dalam urin,
menyebabkan terjadinya protein urin. Kerusakan ginjal diperlihatkan dengan penurunan
kreatinin dan peningkatan serum kreatinin serta kadar asam urat. Oliguri terjadi jika kondisi
tersebut memburuk yang merupakan tanda-tanda preeklampsi berat dan kerusakan ginjal.
Maka pemeriksaan protein urin menjadi komponen yang penting untuk deteksi dini pada
keadaan preeklamsi.

Cara mengetahui hasil pemeriksaan dengan asam asetat:


Interpretasikan hasil pemeriksaan dengan indikator sebagai berikut:
• Jernih : (-)
• Keruh/butiran halus : (+)
• Endapan : (++)
• Mengkristal : (+++)

3. Pemeriksaan kadar haemoglobin


Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada
trimester 1 dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan kadar hemoglobin pada trimester
dua dilakukan atas indikasi. Pemeriksaan HB pada ibu hamil bertujuan untuk mengetahui
apakah ibu hamil anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia pada ibu
hamil dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang janin. Pemeriksaan hemoglobin
(HB) artinya jumlah hemoglobin darah yang diukur dalam gram per desiliter g/dl atau
gram/100 ml. Nilai normal HB pada ibu hamil adalah 12,5-15,5 gr/dl. Secara fisiologis HB
pada kehamilan turun hingga 2 gram sampai usia kehamilan sekitar 30 minggu (penurunan
paling rendah pada usia 30-32 minggu) kemudian meningkat sedikit sampai kehamilan
cukup bulan. Penurunan HB pada ibu hamil merupakan hal yang normal, dan ini
merefleksikan peningkatan massa plasma yang melebihi dari peningkatan massa sel darah.
Hal ini disebut hemokonsentrasi atau hemodilusi. Puncak hemodilusi adalah umur
kehamilan 32 minggu, sehingga terjadi penurunan HB fisiologis. Golongan darah ibu harus
diketahui untuk berjagajaga apabila terjadi kejadian yang mengharuskan ibu mendapatkan
tranfusi darah darurat, atau antisipasi keperluan tranfusi darah apabila seksio sesaria atau
sebagai antisipasi apabila terjadi perdarahan post partum.
4. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah ibu hamil bertujuan untuk mengetahui status golongan
darah ibu, sehingga apabila diperlukan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri, atau
diperlukan untuk rujukan, maka donor hidup atau pun donor pasif dari bank darah sudah
bisa dipersiapkan. Sehingga penatalaksanaan yang sifatnya membutuhkan donor darah,
sudah dapat dipersiapkan atau dikaji kemungkinannya sejak dini. Pemeriksaan golongan
darah ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga
untuk mempersiapkan calon pendonor darah sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi
situasi kegawatdaruratan. Pemeriksaan golongan daraah sebaiknya dilakukan sejak
kunjungan antenatal pertama.
Melakukan interpretasi hasil sebagai berikut:
▪ Golongan darah A, terdapat aglutinasi pada tetesan darah yang diberi reagen anti A
▪ Golongan darah B, terdapat aglutinasi pada tetesan darah yang diberi reagen anti B
▪ Golongan darah AB, terdapat aglutinasi pada kedua tetesan darah yang diberi reagen
anti A dan anti B
▪ Golongan darah O, tidak terdapat aglutinasi pada kedua tetesan darah yang diberi
reagen anti A dan anti B

5. Pemerisaan Triple eliminasi (HIV, Sifilis, Hepatitis B)


Triple eliminasi adalah program yang bertujuan mencapai dan mempertahankan
eliminasi ibu ke bayi dari HIV/AIDS , Hepatitis B, dan Sifilis agar mencapai kesehatan
yang lebih baik bagi perempuan, anak-anak, dan keluarga mereka melalui pendekatan
terkoordinasi
Program Triple Eliminasi bertujuan untuk deteksi dini infeksi penyakit HIV, sifilis dan
Hepatitis B pada ibu hamil dan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil karena dapat
menyelamatkan nyawa ibu dan anak. tes skrining dan pengobatan harus dilakukan secepat
mungkin

Cara pelaksanaan
Cara pemeriksaan dilakukan dengan pengambilan sampel darah ibu hamil oleh tenaga
laboratorium yang telah terlatih, pemeriksaan tes yang digunakan adalah
a. HIV rapid test, R
b. RPR (Rapid Plasma Reagen)-Tp rapid (Treponema pallidum rapid) dan
c. HBsAg (Hepatitis B surface Antigen) rapid test
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan ada atau tidaknya penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis dari ibu ke anak
dilakukan sesuai waktunya masing-masing sebagai berikut :
a. Infeksi HIV dilakukan dengan pemeriksaan PCR DNA kualitatif menggunakan
sediaan darah (serum) atau Dried Blood Spot (DBS) pada bayi usia 6 minggu atau
lebih dan dinyatakan terinfeksi HIV jika hasil pemeriksaan positif.
b. Infeksi Sifilis dengan pemeriksaan titer Reagen Plasma Reagin (RPR) bayi pada
usia 3 bulan dan ibu dan dinyatakan terinfeksi Sifilis jika:
a) Titer bayi lebih dari 4 kali lipat titer ibunya, misal jika titer ibu 1:4 maka titer
bayi 1:16 atau lebih; atau
b) Titer bayi lebih dari 1:32.
c. Infeksi Hepatitis B dengan pemeriksaan HBsAg pada saat bayi berusia 9 bulan ke
atas dan dinyatakan terinfeksi Hepatitis B jika HBsAg positif.
Kpn dilakukan
Pemeriksaan dapat dilakukan di Puskesmas terdekat pada kunjungan perawatan
antenatal pertama, idealnya sebelum usia kehamilan 20 minggu dan untuk ibu hamil yang
datang setelah 20 minggu Deteksi dini pada kehamilan ini dapat diulang pada ibu hamil
dan pasangan seksualnya minimal 3 bulan kemudian atau menjelang persalinan, atau
apabila ditemukan indikasi atau kecurigaan.
Bagan Penanganan Tripel Eliminasi

Link Vidio pemeriksaan :

1) Pemeriksaan Lila : https://www.youtube.com/watch?v=THnjUtZ6LJo


2) Pemeriksaan fisik pada ibu hamil : https://www.youtube.com/watch?v=sbi9ffTnPKM
3) Pemeriksaan DJJ : https://www.youtube.com/watch?v=Xfnz8i9PlLY
4) Pemeriksaan Golongan darah: https://www.youtube.com/watch?v=CXuluxdO7jI
5) Pemeriksaan glukosa urine, protein uri dan Hb :
https://www.youtube.com/watch?v=r_ySWw4sBMo
6) Pemeriksaan triple eliminasi : https://www.youtube.com/watch?v=4TZinBQWQKY

Anda mungkin juga menyukai