Anda di halaman 1dari 16

PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU HAMIL

DOSEN PEMBIMBING

MIRA SUSANTI .S.ST.M.Mkes

DISUSUN OLEH

EZI OLIVIA ( 191012115201001 )

PUTRI SURI YANTI UTAMI ( 191012115201005 )

TASYA ( 191012115201007)

VIONA FEBIOLA ( 191012115201009)

PUTRI TAMARA ( 191012115201010 )

FALKULTAS KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut asma Allah yang maha pengasih lagi maha


penyayang, dan segala puji syukur kehadirat Allah SWT., Tuhan yang
menguasai langit dan bumi serta yang berada diantara keduannya.
Kepasrahan atas ketetapan Allah SWT yang bersenyawa dengan
ketundukan pada kekuasaan-Nya yang tak tertandingi, telah
meniscayakan kita untuk selalu bernaung dibawah lindungan-Nya dari
konspirasi yang menjebak. Solawat dan salam tercurahkan kepada
baginda Rasulullah Muhammad Saw, Nabi yang telah menjadi suri teladan
dan pemimpin umat manusia menuju gerbang pencerahan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ilmiah tentang asuhan berpusat pada pasien
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bukittinggi, 16 Juli2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan terhadap ibu hamil
dengan mempersiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental ibu dalam
kehamilan, persalinan dan post partum sehingga selalu dalam keadaan
sehat dan normal (Prawiroharjo, 2002). Pemeriksaan fisik merupakan
salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang
dialami klien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data
tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang
diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai
perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksaan tindakan yang
telah diberikan.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang
perlu dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi
(ketukan), dan auskultasi (mendengar). Kunjungan pemeriksaan fisik
kehamilan adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan
dalam mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan
untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan
petugas kesehatan (Henderson, 2006).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pemeriksaan fisik ibu hamil ?
2.    Apa tujuan dari pemeriksaan fisik ibu hamil ?
3.   Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik ibu hamil ?
4. Bagaimana standar operasional prosedur pada pemeriksaan
fisik ibu hamil ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pemeriksaan fisik ibu hamil
2.    Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan fisik ibu hamil
3.   Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik ibu hamil
4.  Untuk mengetahui standar operasional prosedur pada pemeriksaan
fisik ibu hamil

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ibu hamil merupakan pemeriksaan ibu hamil
baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan masa nifas sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).
Pemeriksaan dilakukan pada klien yang baru pertama kali datang
pemeriksaan, ini dilakukan dengan lengkap. Pada pemeriksaan ulangan,
dilakukan yang perlu saja jadi tidak semuanya. Waktu persalinan, untuk
penderita yang belum pernah diperiksa dilakukan dengan lengkap bila
masih ada waktu dan bagi ibu yang pernah periksa dilakukan yang perlu
saja.

B. Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil


Pemeriksaan pada ibu hamil dapat dilakukan dengan beberapa
pemeriksaan secara umum, meliputi pemeriksaan umum dan
pemeriksaan kebidanan.

1. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan pada ibu hamil bertujuan untuk menilai keadaan umum
ibu, status gizi, tingat kesadaran, serta ada tidaknya kelainan bentuk
badan. Selain itu pemeriksaan umum juga meliputi pemeriksaan, jantung,
paru, reflex, serta tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi,
suhu dan pernafasan.
Umur kehamilan                               Tinggi fundus uteri
20 minggu                                          18 cm
24 minggu                                          20 cm
28 minggu                                          24,5 cm
32 minggu                                          28 cm
36 minggu                                          31,5 cm
40 minggu                                            35 cm
Jelaskan pada ibu bahwa perutnya akan semakin membesar karena
pertumbuhan janin. Pada kunjungan pertama, tingginya fundus
dicocokkan dengan perhitungan umur kehamilan hanya dapat
diperkirakan dari hari pertama haid (HPHT).
Bila HPHT tidak diketahui maka umur kehamilan hanya dapat
diperkirakan dari tingginya fundus uteri. Pada setiap kunjungan, tingginya
fundus uteri perlu diperiksa untuk melihat pertumbuhan janin normal,
terlalu kecil atau terlalu besar.
2. Pemeriksaan Kebidanan
a. Inspeksi
Dilakukan untuk menilai keadaan ada tidaknya cloasma gravidarum
pada muka/wajah, pucat atau tidak, pada selaput mata, ada tidaknya
edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah leher untuk menilai ada tidaknya
pembesaran kelenjar gondok/kelenjar limfe. Pemeriksaan dada untuk
menilai apakah perut membesar kedepan atau kesamping dan
pemeriksaan ekstremistar untuk menilai ada tidaknya varises (dari ujung
rambut hingga ujung kaki) (Keterampilan Dasar Praktik Klinik).
b.    Palpasi
Dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan
usia kehamilan serta menentukan letak janin atau rahim. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan beberapa metode yaitu :
1) Leopold I
Digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa
yang ada dalam fundus. Cara pelaksanaannya adalah:
a) Pemeriksa menghadap pasien
b)  Kedua tangan meraba bagian fundus dan mengukur
beberapa tinggi fundus uteri.
c)   Meraba bagian apa yang ada didalam fundus. Jika teraba
benda bulat, melenting, mudah digerakkan, maka itu
adalah kepala. Namun jika teraba benda bulat,besar,
lunak, tidak melentingdan susah digerakkan maka itu
adalah bokong.
2) Leopold II
Leopold II ini digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada
disebelah kanan atau kiri. Cara pelaksanaannya sebagai berikut.
a) Kedua tangan pemeriksa berada di sebelah kanan dan kiri
perut ibu
b)  Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan
menahan perut sebelah kiri kea arah kanan.
c)   Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri dan
rasakan bagian apa yang ada di sebelah kanan (jika teraba
benda yang rata, atau tidak teraba bagian kecil, terasa ada
tahanan, maka itu adalah punggung bayi, namun jika
teraba bagian-bagian yang kecil dan menonjol maka itu
adalah bagian kecil janin).
3) Leopold III
Leopold III ini digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada
dibawah uterus. Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a) Tangan kiri menahan fundus uteri.
b)   Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah
uterus. Jika teraba bagian tang bulat, melenting keras, dan
dapat digoyangkan maka itu adalah kepala. Namun jika
teraba bagian yang bulat, besar, lunak, dan sulit
digerakkan, maka itu adalah bokong. Jika dibagian bawah
tidak ditemukan kedua bagian seperti yang diatas, maka
pertimbangan apakah janin dalam letak melintang.
c)   Pada letak sungsang (melintang) dapat dirasakan ketika
tangan kanan menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri
akan merasakan ballottement (pantulan dari kepala janin,
terutama ini ditemukan pada usia kehamilan 5-7 bulan).
d)    Tangan kanan meraba bagian bawah (jika teraba kepala,
goyangkan, jika masih mudah digoyangkan, berarti kepala
belum masuk panggul, namun jika tidak dapat
digoyangkan, berarti kepala sudah masuk panggul). Lalu
lanjutkan pada pemeriksaan Leopold VI untuk mengetahui
seberapa jauh kepala sudah masuk panggul.

4) Leopold IV
Leopald IV ini digunakan untuk menentukan apa yanag menjadi
bagian bawah dan seberapa masuknya, bagian bawah tersebut ke dalam
rongga panggul. Cara pelaksanaannya sebagai berikut.
a) Pemeriksa menghadap ke kaki pasien
b)   Kedua tangan meraba bagian janin yang ada dibawah
c)    Jika teraba kepala, tempatkan kedua tangan di dua
belah pihak yang berlawanandi bagian bawah
d)   Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu)
berarti kepala belum masuk ke panggul
e)   Jika kedua tangan divergen (tidak saling bertemu) berarti
kepala sudah masuk ke panggul ( Asuhan kebidanan pada
masa kehamilan).
c. Auskultasi
Dilakukan umumnya dengan stetoskop monoaural untuk
mendengarkan bunyi jantung anak, bising pusat, gerakan anak, bising
rahim, bunyi aorta, serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat didengar
pada akhir bulan ke-5, walaupun dengan ultrasonografi dapat diketahui
pada pada akhir bulan ke-3. Bunyi jantung anak dapat di dengar dikiri dan
kanan dibawah pusat bila presentasi kepala. Bila terdengar setinggi pusat,
maka presentasi bokong. Bila pada pihak berlawanan dengan bagian
kecil, maka anak fleksi dan bila sepihak maka defleksi. Dalam keadaan
sehat, bunyi jantung antara 120-140 kali per menit. Bunyi jantung
dihitung dengan mendengarkannya selama satu menit penuh. Bila kurang
dari 120 kali per menit atau lebih dari 140 per menit, kemungkinan janin
dalam keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak, dapat
didengarkan bising tali pusat seperti meniup. Kemudian bising rahim
seperti bising yang frekuensinya sama seperti denyut nadi ibu, bunyi
aorta frekuensinya sama seperti denyut nadi dan bising usus yang
sifatnya tidak teratur (Keterampilan Dasar Praktik Klinik).

d. Perkusi reflex patella


Refleks Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan hammer.
Respon : plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris
(Keterampilan Dasar Praktik Klinik).

C. Peralatan Pemeriksaan
Alat yang dipakai bervariasi namun yang terpenting adalah bagaimana
seorang perawat memanfaatkan mata, telinga, hidung dan tangannya
untukk mengetahui hamper semua hal penting tentang ibu hamil yang
diperiksanya.Peralatan hanyalah penunjang bila ada dapat membantu
pemeriksaan bila tidak semua tersedia, pemeriksaan kehamilan dapat
dilakukan dengan baik dengan ketrampilan memanfaatkan inderanya dan
mempunyai kemampuan untuk menilai serta menangkap hal-hal yang
perlu diperhatikan pada ibu hamil.Peralatan yang dipergunakan harus
dalam keadaan bersih dan siap pakai.
Adapun alat – alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil
diantaranya adalah:
1. Timbangan
2.   Stetoskop
3.  Termometer
4.  Meteran
5.  Tensimeter
6.   Fetoskop
7.  Reflex patela
8.   Selimut
9.   Handscoon
10.    Kapas steril
11.    Kassa steril
12.   Alkohol
13.  Sabun antiseptik

D. Prinsip Pelaksaan Pemeriksaan Fisik


Prinsip pada melakukan pemeriksaan fisik pada ibu hamil antara lain :
1.    Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.
2.      Pastikan bahwa kuku jari bersih tidak panjang, sehingga tidak
menyakiti pasien.
3.     Terlebih dahulu hangatkan tangan dengan air hangat sebelum
menyentuh pasien atau gosok bersama-sama kedua telapak tangan
dengan telapak tangan satunya.
4.     Jelaskan pada pasien secara umum apa yang akan dilakukan.
5.      Gunakan sentuhan yang lembut tetapi,tidak menggelitik pasien
dan cukup kuat untuk memeperoleh informasi yamg akurat.
6.      Buatlah pendekatan dan sentuhan sehingga menghargai jasmani
pasien dengan baik, serta sesuai dengan hak pasien terhadap
kepantasan dan atas hak pribadi.
7.    Tutupi badan pasien selama pemeriksaan dan hanya bagian yang
di periksa yang terbuka.

E. Pemeriksaan fisik umum :


a. Tinggi Badan
b.  Berat badan
c. Tanda – tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, suh u

F. Pemeriksaan fisik khusus :


a. Kepala dan leher:
1) Edema diwajah
2) Ikterus pada mata
3)  Mulut pucat
4) Leher : meliputi pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan
kelenjar thyroid

b. Pemeriksaan ekstremitas :
Untuk melihat adanya edema pada jari (perhatikan apakah cincin
menjadi terlalu sempit dan tanyakan apakah lebih sempit dari biasanya,
tanyakan juga apakah ia tidak mengenakan cincin yang biasa ia kenakan
karena sudah terlalu sempit, atau apakah ia memindahkan cinicin
tersebut ke jari yang lain).

c. Pemeriksaan ekstremitas bawah untuk meilhat adanya :


1) Edema pada pergelangan kaki dan pretibia
2) Refleks tendon dalam pada kuadrisep (kedutan-lutut (knet-jerk)
3)  Varises dan tanda humans, jika ada indikasi.

d.   Payudara:
1) Ukuran simetris
2)   Putting menonjol / masuk
3)  keluarnya kolostrom atau cairan lain
4)    Retraksi
5)     Massa
6)    Nodul axilla

e. Abdomen
Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui :
1) Letak, presentasi, posisi, dan jumlah(jika>36 minggu)
2)     Penancapan (engagement)
3)  Pengukuran tinggi fundus (jika>12 minggu)
4)    Evaluasi kasar volume cairan amnion
5)    Observasi atau palpasi gerakan janin
6)   Perkiraan berat badan janin (bandingkan dengan perkiraan
berat badan pada kinjungan sebelumnya)
7) Denyut jantung janin (catat frekuemsi dam lokasinya ) (jika>18
minggu)

f.Genetalia luar (externa)


1) Varises
2)    Perdarahan
3)    Luka
4)   Cairan yang keluar
5)  Pengeluaran dari uretra dan skene
6)     Kelenjar bartholini : bengkak (massa), ciaran yang keluar

g. Genetalia dalam (interna)


1) Servik meliputi cairan yang keluar, luka (lesi), kelunakan, posisi,
mobilitas, tertutup atau terbuka
2)   Vagina meliputi cairan yang keluar, luka, darah
3)   Ukuran adneksa, bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, massa
(pada trimester pertama)
4)   Uterus meliputi : ukuran, bentuk, mobilitas, kelunakan, massa
pada trimester petama.

h. Pemeriksaan Panggul
Setelah pemeriksaan awal, bidan harus melakukan beberapa atau
semua komponen pemeriksaan panggul berikut sesuai indikasi, yakni:
1) Pemeriksaan dengan speculum jika wanita tersebut mengeluh
terdapat rabas pervagina.
a) Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi vagima yang
muncul dan ambil materi untuk pemeriksaan
diagnostic dengan menggunakan preparat apusan
basah; ambil specimen gonokokus dan klamidia untuk
tes diagnostic.
b)  Evaluasi terapi yang telah dilakukan untuk mengatasi
infeksi vagina (tes penyembuhan) jika muncul gejala;
evaluasi tidak perlu dilakukan bila wanita tidak
menunjukkan gejala
c)   Ulangi pap smear, jika diperlukan
d)  Ulangi tes diagnostic gonokokus dan klamidia pada
trimester ke tiga.
e)  Konfirmasi atau singkirkan kemungkinan pecah
ketuban dini
2) Pelvimetri klinis pada akhir trimester ketiga jika panggul perlu
dievaluasi ulang atau jika tidak memungkinkan untuk
memperoleh informasi ini pada pemeriksaan awal karena
wanita tersebut menolak diperiksa.
3) Pemeriksaan dalam jika wanita menunjukkan tanda/ gejala
persalinan premature untuk mengkaji:
a) Konsistensi serviks
b)    Penipisan (effacement)
c)  Pembukaan
d)    Kondisi membrane
e)        Penancapan / stasiun
f)       Bagian presentasi
Beberapa pemeriksa juga melakukan pemeriksaan pervaginan secara
rutin pada kehamilan 40 minggu menurut penanggalan dan setelahnya
guna menentukan “kematangan” (kesiapan)seviks untuk menghadapi
persalinan. Banyak pemeriksa, meski tidak semua, yakin bahwa mereka
harus melakukan pemeriksaan panggul pada kehamilan 36 minggu
termasuk mengulangipelvimetri klinis, mengambil specimen untuk tes
diagnostic gonokokus, klamidia dan GBS dan mengevaluasi kondisi
serviks. Para pemeriksa memandang hal ini sebagai bagian evaluasi ulang
total pada seorang wanita pada saat tersebut. Evaluasi ulang total ini juga
mencakup setiap tes laboratorium.

i. Pemeriksaan fisik, waspadai tiap ketidak sesuaian antara cerita pasien


dan hasil pemeriksaan fisik.

j. Diskusikan semua hal yang ditemukan pada pasien (Asuhan Kebidanan


Antenatal:).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan terhadap ibu hamil degan
mempersiapakn sebaik-baiknya fisik dan mental ibu dalam kehamilan,
persalinan dan post partum sehingga selalu dalam keadaan sehat dan
normal (Prawiroharjo, 2002).
Pemeriksaan fisik ibu pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaam
pandang (inspeksi0, pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar
(auskultasi), periksa ketuk (perkusi) yang dalam pelaksanaannya
dilakukan secara sistematis atau berurutan. Pemeriksaan fisik berguna
untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin serta perubahan
yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya. Pada
pemeriksaa pertama perlu ditentukan apakah ibu sedang hamil, dan bila
hamil maka perlu ditentukan umur kehamilannya. Pada setiap
pemeriksaan kehamilan dengan melihat dan meraba ditentukan apakah
ibu sehat dan janin tumbuh dengan baik. Tinggi fundus uteri sesuai
dengan perhitungan umut kehamilan dan pada umur kehamilan lebih
lanjut ditentukan letak janin.

B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan
bagi pembaca. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.
Daftar Pustaka

Henderson. C., Jones, K. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.


Jakarta: Salemba Medika

Manuaba, IBG. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai