DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
TASYA ( 191012115201007)
FALKULTAS KESEHATAN
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan terhadap ibu hamil
dengan mempersiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental ibu dalam
kehamilan, persalinan dan post partum sehingga selalu dalam keadaan
sehat dan normal (Prawiroharjo, 2002). Pemeriksaan fisik merupakan
salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang
dialami klien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data
tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang
diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai
perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksaan tindakan yang
telah diberikan.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang
perlu dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi
(ketukan), dan auskultasi (mendengar). Kunjungan pemeriksaan fisik
kehamilan adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan
dalam mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan
untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan
petugas kesehatan (Henderson, 2006).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pemeriksaan fisik ibu hamil ?
2. Apa tujuan dari pemeriksaan fisik ibu hamil ?
3. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik ibu hamil ?
4. Bagaimana standar operasional prosedur pada pemeriksaan
fisik ibu hamil ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pemeriksaan fisik ibu hamil
2. Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan fisik ibu hamil
3. Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik ibu hamil
4. Untuk mengetahui standar operasional prosedur pada pemeriksaan
fisik ibu hamil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ibu hamil merupakan pemeriksaan ibu hamil
baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan masa nifas sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).
Pemeriksaan dilakukan pada klien yang baru pertama kali datang
pemeriksaan, ini dilakukan dengan lengkap. Pada pemeriksaan ulangan,
dilakukan yang perlu saja jadi tidak semuanya. Waktu persalinan, untuk
penderita yang belum pernah diperiksa dilakukan dengan lengkap bila
masih ada waktu dan bagi ibu yang pernah periksa dilakukan yang perlu
saja.
1. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan pada ibu hamil bertujuan untuk menilai keadaan umum
ibu, status gizi, tingat kesadaran, serta ada tidaknya kelainan bentuk
badan. Selain itu pemeriksaan umum juga meliputi pemeriksaan, jantung,
paru, reflex, serta tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi,
suhu dan pernafasan.
Umur kehamilan Tinggi fundus uteri
20 minggu 18 cm
24 minggu 20 cm
28 minggu 24,5 cm
32 minggu 28 cm
36 minggu 31,5 cm
40 minggu 35 cm
Jelaskan pada ibu bahwa perutnya akan semakin membesar karena
pertumbuhan janin. Pada kunjungan pertama, tingginya fundus
dicocokkan dengan perhitungan umur kehamilan hanya dapat
diperkirakan dari hari pertama haid (HPHT).
Bila HPHT tidak diketahui maka umur kehamilan hanya dapat
diperkirakan dari tingginya fundus uteri. Pada setiap kunjungan, tingginya
fundus uteri perlu diperiksa untuk melihat pertumbuhan janin normal,
terlalu kecil atau terlalu besar.
2. Pemeriksaan Kebidanan
a. Inspeksi
Dilakukan untuk menilai keadaan ada tidaknya cloasma gravidarum
pada muka/wajah, pucat atau tidak, pada selaput mata, ada tidaknya
edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah leher untuk menilai ada tidaknya
pembesaran kelenjar gondok/kelenjar limfe. Pemeriksaan dada untuk
menilai apakah perut membesar kedepan atau kesamping dan
pemeriksaan ekstremistar untuk menilai ada tidaknya varises (dari ujung
rambut hingga ujung kaki) (Keterampilan Dasar Praktik Klinik).
b. Palpasi
Dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan
usia kehamilan serta menentukan letak janin atau rahim. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan beberapa metode yaitu :
1) Leopold I
Digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa
yang ada dalam fundus. Cara pelaksanaannya adalah:
a) Pemeriksa menghadap pasien
b) Kedua tangan meraba bagian fundus dan mengukur
beberapa tinggi fundus uteri.
c) Meraba bagian apa yang ada didalam fundus. Jika teraba
benda bulat, melenting, mudah digerakkan, maka itu
adalah kepala. Namun jika teraba benda bulat,besar,
lunak, tidak melentingdan susah digerakkan maka itu
adalah bokong.
2) Leopold II
Leopold II ini digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada
disebelah kanan atau kiri. Cara pelaksanaannya sebagai berikut.
a) Kedua tangan pemeriksa berada di sebelah kanan dan kiri
perut ibu
b) Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan
menahan perut sebelah kiri kea arah kanan.
c) Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri dan
rasakan bagian apa yang ada di sebelah kanan (jika teraba
benda yang rata, atau tidak teraba bagian kecil, terasa ada
tahanan, maka itu adalah punggung bayi, namun jika
teraba bagian-bagian yang kecil dan menonjol maka itu
adalah bagian kecil janin).
3) Leopold III
Leopold III ini digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada
dibawah uterus. Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a) Tangan kiri menahan fundus uteri.
b) Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah
uterus. Jika teraba bagian tang bulat, melenting keras, dan
dapat digoyangkan maka itu adalah kepala. Namun jika
teraba bagian yang bulat, besar, lunak, dan sulit
digerakkan, maka itu adalah bokong. Jika dibagian bawah
tidak ditemukan kedua bagian seperti yang diatas, maka
pertimbangan apakah janin dalam letak melintang.
c) Pada letak sungsang (melintang) dapat dirasakan ketika
tangan kanan menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri
akan merasakan ballottement (pantulan dari kepala janin,
terutama ini ditemukan pada usia kehamilan 5-7 bulan).
d) Tangan kanan meraba bagian bawah (jika teraba kepala,
goyangkan, jika masih mudah digoyangkan, berarti kepala
belum masuk panggul, namun jika tidak dapat
digoyangkan, berarti kepala sudah masuk panggul). Lalu
lanjutkan pada pemeriksaan Leopold VI untuk mengetahui
seberapa jauh kepala sudah masuk panggul.
4) Leopold IV
Leopald IV ini digunakan untuk menentukan apa yanag menjadi
bagian bawah dan seberapa masuknya, bagian bawah tersebut ke dalam
rongga panggul. Cara pelaksanaannya sebagai berikut.
a) Pemeriksa menghadap ke kaki pasien
b) Kedua tangan meraba bagian janin yang ada dibawah
c) Jika teraba kepala, tempatkan kedua tangan di dua
belah pihak yang berlawanandi bagian bawah
d) Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu)
berarti kepala belum masuk ke panggul
e) Jika kedua tangan divergen (tidak saling bertemu) berarti
kepala sudah masuk ke panggul ( Asuhan kebidanan pada
masa kehamilan).
c. Auskultasi
Dilakukan umumnya dengan stetoskop monoaural untuk
mendengarkan bunyi jantung anak, bising pusat, gerakan anak, bising
rahim, bunyi aorta, serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat didengar
pada akhir bulan ke-5, walaupun dengan ultrasonografi dapat diketahui
pada pada akhir bulan ke-3. Bunyi jantung anak dapat di dengar dikiri dan
kanan dibawah pusat bila presentasi kepala. Bila terdengar setinggi pusat,
maka presentasi bokong. Bila pada pihak berlawanan dengan bagian
kecil, maka anak fleksi dan bila sepihak maka defleksi. Dalam keadaan
sehat, bunyi jantung antara 120-140 kali per menit. Bunyi jantung
dihitung dengan mendengarkannya selama satu menit penuh. Bila kurang
dari 120 kali per menit atau lebih dari 140 per menit, kemungkinan janin
dalam keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak, dapat
didengarkan bising tali pusat seperti meniup. Kemudian bising rahim
seperti bising yang frekuensinya sama seperti denyut nadi ibu, bunyi
aorta frekuensinya sama seperti denyut nadi dan bising usus yang
sifatnya tidak teratur (Keterampilan Dasar Praktik Klinik).
C. Peralatan Pemeriksaan
Alat yang dipakai bervariasi namun yang terpenting adalah bagaimana
seorang perawat memanfaatkan mata, telinga, hidung dan tangannya
untukk mengetahui hamper semua hal penting tentang ibu hamil yang
diperiksanya.Peralatan hanyalah penunjang bila ada dapat membantu
pemeriksaan bila tidak semua tersedia, pemeriksaan kehamilan dapat
dilakukan dengan baik dengan ketrampilan memanfaatkan inderanya dan
mempunyai kemampuan untuk menilai serta menangkap hal-hal yang
perlu diperhatikan pada ibu hamil.Peralatan yang dipergunakan harus
dalam keadaan bersih dan siap pakai.
Adapun alat – alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil
diantaranya adalah:
1. Timbangan
2. Stetoskop
3. Termometer
4. Meteran
5. Tensimeter
6. Fetoskop
7. Reflex patela
8. Selimut
9. Handscoon
10. Kapas steril
11. Kassa steril
12. Alkohol
13. Sabun antiseptik
b. Pemeriksaan ekstremitas :
Untuk melihat adanya edema pada jari (perhatikan apakah cincin
menjadi terlalu sempit dan tanyakan apakah lebih sempit dari biasanya,
tanyakan juga apakah ia tidak mengenakan cincin yang biasa ia kenakan
karena sudah terlalu sempit, atau apakah ia memindahkan cinicin
tersebut ke jari yang lain).
d. Payudara:
1) Ukuran simetris
2) Putting menonjol / masuk
3) keluarnya kolostrom atau cairan lain
4) Retraksi
5) Massa
6) Nodul axilla
e. Abdomen
Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui :
1) Letak, presentasi, posisi, dan jumlah(jika>36 minggu)
2) Penancapan (engagement)
3) Pengukuran tinggi fundus (jika>12 minggu)
4) Evaluasi kasar volume cairan amnion
5) Observasi atau palpasi gerakan janin
6) Perkiraan berat badan janin (bandingkan dengan perkiraan
berat badan pada kinjungan sebelumnya)
7) Denyut jantung janin (catat frekuemsi dam lokasinya ) (jika>18
minggu)
h. Pemeriksaan Panggul
Setelah pemeriksaan awal, bidan harus melakukan beberapa atau
semua komponen pemeriksaan panggul berikut sesuai indikasi, yakni:
1) Pemeriksaan dengan speculum jika wanita tersebut mengeluh
terdapat rabas pervagina.
a) Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi vagima yang
muncul dan ambil materi untuk pemeriksaan
diagnostic dengan menggunakan preparat apusan
basah; ambil specimen gonokokus dan klamidia untuk
tes diagnostic.
b) Evaluasi terapi yang telah dilakukan untuk mengatasi
infeksi vagina (tes penyembuhan) jika muncul gejala;
evaluasi tidak perlu dilakukan bila wanita tidak
menunjukkan gejala
c) Ulangi pap smear, jika diperlukan
d) Ulangi tes diagnostic gonokokus dan klamidia pada
trimester ke tiga.
e) Konfirmasi atau singkirkan kemungkinan pecah
ketuban dini
2) Pelvimetri klinis pada akhir trimester ketiga jika panggul perlu
dievaluasi ulang atau jika tidak memungkinkan untuk
memperoleh informasi ini pada pemeriksaan awal karena
wanita tersebut menolak diperiksa.
3) Pemeriksaan dalam jika wanita menunjukkan tanda/ gejala
persalinan premature untuk mengkaji:
a) Konsistensi serviks
b) Penipisan (effacement)
c) Pembukaan
d) Kondisi membrane
e) Penancapan / stasiun
f) Bagian presentasi
Beberapa pemeriksa juga melakukan pemeriksaan pervaginan secara
rutin pada kehamilan 40 minggu menurut penanggalan dan setelahnya
guna menentukan “kematangan” (kesiapan)seviks untuk menghadapi
persalinan. Banyak pemeriksa, meski tidak semua, yakin bahwa mereka
harus melakukan pemeriksaan panggul pada kehamilan 36 minggu
termasuk mengulangipelvimetri klinis, mengambil specimen untuk tes
diagnostic gonokokus, klamidia dan GBS dan mengevaluasi kondisi
serviks. Para pemeriksa memandang hal ini sebagai bagian evaluasi ulang
total pada seorang wanita pada saat tersebut. Evaluasi ulang total ini juga
mencakup setiap tes laboratorium.
A. Kesimpulan
Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan terhadap ibu hamil degan
mempersiapakn sebaik-baiknya fisik dan mental ibu dalam kehamilan,
persalinan dan post partum sehingga selalu dalam keadaan sehat dan
normal (Prawiroharjo, 2002).
Pemeriksaan fisik ibu pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaam
pandang (inspeksi0, pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar
(auskultasi), periksa ketuk (perkusi) yang dalam pelaksanaannya
dilakukan secara sistematis atau berurutan. Pemeriksaan fisik berguna
untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin serta perubahan
yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya. Pada
pemeriksaa pertama perlu ditentukan apakah ibu sedang hamil, dan bila
hamil maka perlu ditentukan umur kehamilannya. Pada setiap
pemeriksaan kehamilan dengan melihat dan meraba ditentukan apakah
ibu sehat dan janin tumbuh dengan baik. Tinggi fundus uteri sesuai
dengan perhitungan umut kehamilan dan pada umur kehamilan lebih
lanjut ditentukan letak janin.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan
bagi pembaca. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.
Daftar Pustaka
Henderson. C., Jones, K. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC