Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

SYNDROMA NEFROTIK

Mengetahui, Polewali Mandar, 26 Februari 2023


Pembimbing Klinik + cap ruangan Praktikum

Ns. Yunita S.Kep FITRIANI


1112000100953

Pembimbing Pendidikan/Instansi

Ns.Akbar Nur S.Kep M.Kep


ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. D DENGAN DIAGNOSA MEDIS SYNDROMA
NEFROTIK GANGGUAN PADA SISTEM URINARIA
DI KEPERAWATAN ANAK (ASOKA) DI RUANG PEDIATRIK III B DI RSUD
POLEWALI MANDAR

OLEH :
FITRIANI
NIM 1112000100953

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

ANDINI PERSADA MAMUJU 2023


LAPORAN PENDAHULUAN

A.DEFENISI

Sindrom nefrotik  adalah sindrom klinis yang ditandai dengan proteinuria masif lebih dari
40 mg/m2 per jam yang menyebabkan hipoalbuminemia kurang dari 30 g/L, dengan akibat
hiperlipidemia, edema, dan berbagai komplikasi akibat peningkatan permeabilitas membran
basal yang rusak di glomerulus ginjal.

Sindrom nefrotik memiliki banyak penyebab, seperti penyakit ginjal prime, glomerulosklerosis
segmental fokal, dan glomerulonefritis membranosa. Sindrom nefrotik juga dapat terjadi akibat
penyakit sistemik yang mempengaruhi organ lain selain ginjal, seperti diabetes melitus,
amiloidosis, dan Sistemik lupus eritematos.

Tanda pertama sindrom nefrotik pada anak biasanya adalah pembengkakan pada wajah yang
diikuti oleh pembengkakan di seluruh tubuh. Pada orang dewasa gejala awal yang muncul dapat
berupa edema dependen, kelelahan dan kehilangan nafsu makan

B.ETIOLOGI

Penyebab utama sindrom nefrotik adalah Nefropati, glomerulosklerosis fokal, nefropati


membranosa, dan nefropati herediter

Penyakit menular terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas ditemukan sebagai faktor
pemicu di hampir setengah kasus.Reaksi alergi pada sepertiga kasus dan pada kasus yang lebih
jarang bisa dipicu gigitan serangga, vaksinasi, stres psikologis, dan pengobatan.
Penyebab sekunder sindrom nefrotik antara lain: Diabetes melitus, lupus eritematosus, vaskulitis,
antineutrofil sitoplasma (ANCA), penyakit Buerger, sindrom Goodpasture, glomeruli akut pasca
infeksi nefritis, glomerulonefritis ekstramembran, alloantibodi dari terapi penggantian enzim,
mikroangiopati trombotik, atau toksisitas obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID).

Beberapa infeksi juga bisa menjadi faktor penyebab seperti infeksi HIV, virus hepatitis B,
hepatitis C, cytomegalovirus, toksoplasmosis, parvovirus B1, amiloidosis dan paraproteinemia,
preeklamsia

Penyebab tersering pada anak adalah glomerulonefritis.Pada orang dewasa kulit putih sindrom
nefrotik paling sering disebabkan oleh nefropati membranosa sedangkan pada populasi
keturunan Afrika penyebab paling umum adalah glomerulosklerosis segmental fokal.

C.PATOFISIOLOGI/FATWAY

Kelainan patogenik yang memicu sindrom nefrotik ialah proteinuria, hasil dari
peningkatan permeabilitas dinding kapiler glomerulus.Proteinuri sebagai abnormalitas dasar
sindrom nefrotik.Proteinuri sebagian berawal dari kebocoran glomerulus (proteinuri glomerular)
dan cuma sebagian kecil berawal dari sekresi tubulus (proteinuri tubular).Perubahan

permeabilitas membrane basalis glomerulus mengakibatkan kenaikan permeabilitas


glomerulus pada protein plasma dan protein khusus yang diekskresikan dalam urin yaitu
albumin.Derajat proteinuri tidak memperlihatkan atau terkait langsung dengan keparahan
kerusakan glomerulus.Pada nefropati lesi minimum proteinuri dikarenakan oleh lenyapnya size
selectivity
Proses dari peningkatan permeabilitas ini belum diketahui tapi kemungkinan berkaitan, dengan
lenyapnya beberapa muatan negatif glikoprotein dalam dinding kapiler.Pada  sindrom nefrosis,
protein yang hilang umumnya 2 gr tiap 24 jam dan terutama albumin, jadi hipoproteinemia pada
intinya ialah hipoalbuminemia. Biasanya edema muncul jika kandungan albumin serum turun di
bawah 2,5 g/dL (25 g/L).

Serangkaian kondisi klinis yang terlihat dimulai dari proteinuri sampai sindrom nefrotik
bergantung dari perubahan kadar protein dari hipoalbiminemia. Hipoalbuminemia menurunkan
tekanan onkotik plasma dan menyebabkan pertukaran cairan intravascular ke ruangan
interstitial.Peristiwa ini memicu edema perifer, anasarka dan acites.Karena menyusutnya volume
darah arteri yang efisien, mengakibatkan terjadi kenaikan produksi garam dan penyimpanan
cairan lewat mekanisme renin-angiotensin-aldosteron dan mekanisme saraf simpatis.Proses
edema pada nefrosis tidak dipahami seutuhnya.

Biasanya albuminemia mengawali terjadinya edema, mengakibatkan penekanan onkotik plasma


yang memungkinkannya transudasi cairan dari intravaskuler ke ruangan intertsisial.Pengurangan
penekanan intravaskuler menurunkan penekanan perfusi ginjal, mengaktifkan mekanisme renin-
angiotensin-aldosteron untuk meningkatkan reabsorbsi natrium di tubulus distal.Pengurangan
volume intravaskuler menstimulasi pelepasan hormon antidiuretik, yang meningkatkan
reabsorbsi air dalam duktus kolektivus

Karena tekanan onkotik plasma menyusut, natrium dan air yang sudah direabsorbsi masuk ke
area interstisial akan meningkatkan edema.Diperkirakan beberapa faktor yang lain ikut
berkontribusi dalam perkembangan edema bisa diperlihatkan dengan pengamatan jika beberapa
pasien sindrom nefrotik memiliki volume intravaskuler yang normal atau turunseperti defek intra
renal dalam ekskresi natrium dan air atau agen lain dalam sistem sirkulasi yang menaikan
permeabilitas dinding kapiler di tubuh dan dalam ginjal.Pada status nefrosis, sebagian besar
kadar lemak seperti cholesterol, trigiserid dan lipoprotein serum bertambah.
Sekurangnya ada dua factor yang yang di perkirakan mempengaruhi, yaitu hipoproteinemia
menstimulasi sintesis protein lengkap dalam hati, dan katabolisme lemak turun karena penurunan
kandungan lipoprotein lipase plasma, yang merupakan enzim khusus yang mengambil lemak dari
plasma. Apakah Penurunan lipoprotein lipase ini karena keluar lewat urin belum diidentifikasi
secara jelas. Pada pasien sindrom nefrotik primer muncul hiperkolesterolemia dan
hiperlipidemia.Biasanya terdapat hubungan yang bertolak belakang antara albumin serum dan
cholesterol. Pada pasien sindrom nefrotik  kadar LDL biasanya rendah. Sedangkan HDL 
biasanya normal atau bertambah pada beberapa anak meskipun rasio pada kolesterol HDL
dibandingkan cholesterol total masih tetap rendah.Sama dalam hipoalbuminemia, hiperlipidemia
bisa disebabkan karena sintesis yang bertambah atau karena pemecahan yang turun.

Tetapi bertambahnya kandungan lipid dapat terjadi pada sintesis albumin yang
normal.Abnormalitas patogenetik yang memicu nefrosis ialah proteinuria hasil dari peningkatan
permeabilitas dinding kapiler glomerulus, proses dari peningkatan permeabilitas ini
teridentifikasi tapi kemungkinan berkaitan  dengan lenyapnya muatan negatif glikoprotein dalam
dinding kapiler.

Di kejadian nekrosis, protein yang lenyap rata-rata melampaui 2 gr/24 jam khususnya albumin,
hipoproteinemianya pada intinya ialah hipoalbuminemia. Biasanya edema akan terjadi jika
kandungan albumin serum turun yakni di bawah 2,5 gr/dl (25 gr/dl).
D.MANIFISTASI KLINIS

Tanda gejala umum sindrom nefrotik berupa peningkatan cairan pada tubuh, antara lain :

 Edema periorbital, yang terlihat saat pagi hari.

 Pitting, yakni edema (penimbunan cairan) pada kaki sisi atas.

 Penumpukan cairan pada rongga pleura yang mengakibatkan efusi pleura.

 Penumpukan cairan pada rongga peritoneal yang mengakibatkan asites

 Hipertensi (jarang-jarang terjadi)

 Beberapa pasien kemungkinan alami di mana urin berbuih, disebabkan pengurangan


tekanan permukaan karena proteinuri.

 Hematuri dan oliguri (kadang - kadang).

E.KOMPLIKASI

1)Keseimbangan Nitrogen

Proteinuria masif pada sindrom nefrotik akan mengakibatkan kesetimbangan nitrogen menjadi
negatif. Pengurangan massa otot kerap dijumpai namun tanda-tanda ini tertutup oleh tanda-tanda
edema anasarka dan baru terlihat sesudah edema lenyap. Kehilangan massa otot sejumlah 10-
20% dari berat badan (lean body mass) sering ditemui pada sindrom nefrotik.
2)Hiperlipidemia serta Lipiduria

Hiperlipidemia sebagai kondisi yang kerap mengikuti sindrom nefrotik.Kandungan


kolestrol biasanya bertambah sedang trigliseri bervariatif dari normal sampai sedikit
meninggi.Kenaikan kandungan kolestrol karena bertambahnya LDL (Low Densitas Lipoprotein),
lipoprotein khusus pengangkut cholesterol.

Kandungan trigliserid yang tinggi dihubungkan dengan kenaikan VLDL (Very Low Densitas
Lipoprotein). Lipiduria kerap diketemukan pada sindrom nefrotik dan diikuti dengan
penumpukan lipid pada debris sel dan cast seperti badan lemak berbentuk oval (oval fat bodies)
dan fatty cast. Lipiduria lebih dihubungkan dengan proteinuria daripada dengan hiperlipidemia.

3)Hiperkoagulasi

Komplikasi tromboemboli kerap diketemukan pada sindrom nefrotik karena kenaikan


koagulasi intravaskular.

4)Metabolisme Kalsium dan Tulang

5)Infeksi

6)Gangguan fungsi ginjal


F.PENATALAKSANAAN MEDIS

 Penatalaksanaan sindrom nefrotik terbagi dalampenatalaksanaan spesifik yang


diperuntukkan bagi penyakit dasar dan penatalaksanaan non spesifik untuk mengurangi
proteinuria, mengendalikan edema, menangani komplikasi.

 Diuretik diikuti diet rendah garam dan tirah baring bisa memebantu mengendalikan
edema. Furosemid oral bisa diberikan dan jika resisten bisa di gabung dengan tiazid,
metalazon, dan atau asetazolamid.

 Kontrol proteinuria bisa mengatasi hipoalbuminemia dan meminimalisir komplikasi yang


muncul. Pembatasan konsumsi protein 0,8-1,0 g/kg BB/hari bisa meminimalisir
proteinuria. Obat penurun lemak golongan statin seperti simvastatin, pravastatin,
lovastatin bisa meminimalisir kolestrol LDL, trigliserid, dan meningkatkan kolestrol
HDL.

 Therapi steroid umumnya dengan prednison. Pada pasien yang tidak memperlihatkan
respon pada prednison, imunosupresan siklofosfamid (cytoxan) bisa diberikan. Obat
deuretik bisa diberikan dengan berhati-hati.
BAB II
. KONSEPDASARASUHANKEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Pengkajian adalah tahap awal atau dasar dalam proses keperawatan
danmerupakantahappalingmenentukanbagitahapberikutnyayangberasaldariberbagaimacam
sumberdata.
b. Biodata
1. IdentitasPasien
Nama/
Namapanggilan,tempattanggallahir,usia,jeniskelamin,agama,pendidikan,alamat,tanggalmasuk,t
anggalpengkajian,diagnosamedis,rencanaterapi.
2. IdentitasOrangTua/PenanggungJawab
Namaayahdanibuataupenanggungjawab,usia,pendidikan,pekerjaan,sumber penghasilan, agama,
alamat.
3. IdentitasSaudaraKandung

c. Riwayat kesehatan
1. KeluhanUtama
Alasanutamamengapaklienmencaripertolonganpadatenagaprofessional.
2. Riwayat KeluhanUtama
Halyangberhubungandengankeluhanutama:
a). Munculnyakeluhan
Tanggalmunculnyakeluhan,waktumunculnyakeluhan(gradual/tiba-tiba),presipitasi/
predisposisi(perubahanemosional,kelelahan,kehamilan,lingkungan, toksin/allergen,infeksi).
b). Karakteristik
Karakter(kualitas,kuantitas,konsistensi),loksaidanradiasi,timing(terusmenerus,
intermiten,durasisetiapkalinya),hal-halyangmeningkatkan,menghilangkan,
mengurangikeluhan,gejala-gejalalainyangberhubungan.

c). Masalahsejak munculkeluhan


Perkembangannyamembaik,memburuk,atautidakberubah.
d). Keluhanpadasaatpengkajian

3. RiwayatMasaLampau(khusus untukanak usia0-5 tahun)


a). PrenatalCare
Tempat pemeriksaan kehamilan tiap minggu, keluhan saat hamil,riwayat terkena radiasi,
riwayat berat badan selama hamil, riwayatimunisasiTT, golongandarah ayah danibu.
b). Natal
Tempatmelahirkan,jenispersalinan,penolongpersalinan,komplikasi
yangdialamisaatmelahirkandansetelahmelahirkan.
c). PostNatal
Kondisibayi,APGAR,Beratbadanlahir,Panjang
badanlahir,anomalykongenital,penyakityangpernahdialami,riwayatkecelakaan,riwayat
konsumsi,obat,dan,menggunakan,zat,kimiayangberbahaya,perkembangan,anak
di,bandingsaudara-saudaranya.

4.RiwayatKeluarga
Penyakityangpernahatausedangdideritaolehkeluarga(baikberhubungan/tidak berhubungan dengan
penyakit yang diderita klien),gambargenogramdenganketentuanyangberlaku(symboldan3generasi).
d.RiwayatTumbuhKembang

Pertumbuhan,Fisik:
Beratbadan,tinggibadan,waktutumbuhgigi,jumlahgigi,pengukuranlingkarlenganatas,pengukura
nlingkarkepala.
PerkembanganTiapTahap:
Usiaanaksaatberguling,duduk,merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain pertama
kali,bicarapertamakali,kalimatpertamayangdisebutkan dan umur mulaiberpakaiantanpabantuan.

Diagnisa Keperawatan

1. Hipervolemia (D.0022)

2. Defisit Nutrisi (D.0019)

3. Keletihan (D.0057)

4. Risiko Infeksi (D.0141)

5. Defisit Pengetahuan (D.0110)

6.Ansietas (D.0080)

Rencana Keperawatan

Manajemen Hipervolemia (I.03114)

 Periksa tanda dan gejala hypervolemia

 Identifikasi penyebab hypervolemia

 Monitor status hemodinamik, tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO jika tersedia

 Monitor intaje dan output cairan

 Monitor tanda hemokonsentrasi ( kadar Natrium, BUN, hematocrit, berat jenis urine)

 Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma

 Monitor kecepatan infus secara ketat


 Monitor efek samping diuretik

 Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama

 Batasi asupan cairan dan garam

 Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat

 Anjurkan melapor jika haluaran urine <0.5 ml/kg/jam dalam 6 jam

 Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari

 Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan

 Ajarkan cara membatasi cairan

 Kolaborasi pemberian diuritik

 Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic

 Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy

Manajemen Nutrisi (I.03119)

 Identifikasi status nutrisi

 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

 Identifikasi makanan yang disukai

 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient

 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

 Monitor asupan makanan

 Monitor berat badan

 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)

 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi


 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

 Berikan suplemen makanan, jika perlu

 Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi

 Anjurkan posisi duduk, jika mampu

 Ajarkan diet yang diprogramkan

 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

Manajemen Energi (I.05178)

 Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

 Monitor kelelahan fisik dan emosional

 Monitor pola dan jam tidur

 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus seperti cahaya, suara, dan kunjungan

 Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif

 Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan

 Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Anjurkan tirah baring

 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang

 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

b. Edukasi Aktivitas / Istirahat (I.12362)

 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


 Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat

Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

 Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya

 Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin

 Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau aktivitas lainnya

 Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat

 Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat seperti kelelahan, sesak nafas saat
aktivitas.

 Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan

Pencegahan Infeksi (I.14539)

 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

 Batasi jumlah pengunjung

 Berikan perawatan kulit pada daerah edema

 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien

 Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi

 Jelaskan tanda dan gejala infeksi

Edukasi Kesehatan (I.12435)

Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

 Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku


perilaku hidup bersih dan sehat

 Sediaakan materi dan media pendidikan kesehatan

 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

 Berikan kesempatan untuk bertanya

 Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan


 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana


keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. OIeh karena itu, jika
intenvensi keperawatan yang telah dibuat dalam perencanaan dilaksanakan atau
diaplikasikan pada pasien, maka tindakan tersebut disebut implementasi keperawatan.
Setiadi dalam Februanti, 2019.

Tahap implementasi di mulai setelah rencana tindakan di susun dan di tujukan


pada rencana strategi untuk membantu mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh
sebab itu, rencana tindakan yang spesifik di laksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan. Tujuan dari implementasi adalah
membantu dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan, yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. Setiadi dalam Februanti, 2019.

Evaluasi Keperawatan
Menurut Setiadi dalam Februanti, 2019 tahapan penilaian atau evaluasi adalah
perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaiaan
dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.
Daftar Pustaka

Referensi:

Marianne Belleza RN. Nephrotic Syndrome Nursing Care Management.Nurses Labs.


https://nurseslabs.com/nephrotic-syndrome/

PPNI, 2017.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta

PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta

PPNI, 2019.  Standart  Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta

Ramapriya Sinnakirouchenan MD. 2021. Nephrotic Syndrome. Med Scape Emedicine.


https://emedicine.medscape.com/article/244631-overview

Tapia C, Bashir K. 2021. Nephrotic Syndrome. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470444/

Wang, C., & Greenbaum, L. A. 2019.Nephrotic Syndrome. Pediatric Clinics of North America,
66(1), 73–85. doi:10.1016/j.pcl.2018.08.006

Anda mungkin juga menyukai