SYNDROMA NEFROTIK
Pembimbing Pendidikan/Instansi
OLEH :
FITRIANI
NIM 1112000100953
A.DEFENISI
Sindrom nefrotik adalah sindrom klinis yang ditandai dengan proteinuria masif lebih dari
40 mg/m2 per jam yang menyebabkan hipoalbuminemia kurang dari 30 g/L, dengan akibat
hiperlipidemia, edema, dan berbagai komplikasi akibat peningkatan permeabilitas membran
basal yang rusak di glomerulus ginjal.
Sindrom nefrotik memiliki banyak penyebab, seperti penyakit ginjal prime, glomerulosklerosis
segmental fokal, dan glomerulonefritis membranosa. Sindrom nefrotik juga dapat terjadi akibat
penyakit sistemik yang mempengaruhi organ lain selain ginjal, seperti diabetes melitus,
amiloidosis, dan Sistemik lupus eritematos.
Tanda pertama sindrom nefrotik pada anak biasanya adalah pembengkakan pada wajah yang
diikuti oleh pembengkakan di seluruh tubuh. Pada orang dewasa gejala awal yang muncul dapat
berupa edema dependen, kelelahan dan kehilangan nafsu makan
B.ETIOLOGI
Penyakit menular terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas ditemukan sebagai faktor
pemicu di hampir setengah kasus.Reaksi alergi pada sepertiga kasus dan pada kasus yang lebih
jarang bisa dipicu gigitan serangga, vaksinasi, stres psikologis, dan pengobatan.
Penyebab sekunder sindrom nefrotik antara lain: Diabetes melitus, lupus eritematosus, vaskulitis,
antineutrofil sitoplasma (ANCA), penyakit Buerger, sindrom Goodpasture, glomeruli akut pasca
infeksi nefritis, glomerulonefritis ekstramembran, alloantibodi dari terapi penggantian enzim,
mikroangiopati trombotik, atau toksisitas obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID).
Beberapa infeksi juga bisa menjadi faktor penyebab seperti infeksi HIV, virus hepatitis B,
hepatitis C, cytomegalovirus, toksoplasmosis, parvovirus B1, amiloidosis dan paraproteinemia,
preeklamsia
Penyebab tersering pada anak adalah glomerulonefritis.Pada orang dewasa kulit putih sindrom
nefrotik paling sering disebabkan oleh nefropati membranosa sedangkan pada populasi
keturunan Afrika penyebab paling umum adalah glomerulosklerosis segmental fokal.
C.PATOFISIOLOGI/FATWAY
Kelainan patogenik yang memicu sindrom nefrotik ialah proteinuria, hasil dari
peningkatan permeabilitas dinding kapiler glomerulus.Proteinuri sebagai abnormalitas dasar
sindrom nefrotik.Proteinuri sebagian berawal dari kebocoran glomerulus (proteinuri glomerular)
dan cuma sebagian kecil berawal dari sekresi tubulus (proteinuri tubular).Perubahan
Serangkaian kondisi klinis yang terlihat dimulai dari proteinuri sampai sindrom nefrotik
bergantung dari perubahan kadar protein dari hipoalbiminemia. Hipoalbuminemia menurunkan
tekanan onkotik plasma dan menyebabkan pertukaran cairan intravascular ke ruangan
interstitial.Peristiwa ini memicu edema perifer, anasarka dan acites.Karena menyusutnya volume
darah arteri yang efisien, mengakibatkan terjadi kenaikan produksi garam dan penyimpanan
cairan lewat mekanisme renin-angiotensin-aldosteron dan mekanisme saraf simpatis.Proses
edema pada nefrosis tidak dipahami seutuhnya.
Karena tekanan onkotik plasma menyusut, natrium dan air yang sudah direabsorbsi masuk ke
area interstisial akan meningkatkan edema.Diperkirakan beberapa faktor yang lain ikut
berkontribusi dalam perkembangan edema bisa diperlihatkan dengan pengamatan jika beberapa
pasien sindrom nefrotik memiliki volume intravaskuler yang normal atau turunseperti defek intra
renal dalam ekskresi natrium dan air atau agen lain dalam sistem sirkulasi yang menaikan
permeabilitas dinding kapiler di tubuh dan dalam ginjal.Pada status nefrosis, sebagian besar
kadar lemak seperti cholesterol, trigiserid dan lipoprotein serum bertambah.
Sekurangnya ada dua factor yang yang di perkirakan mempengaruhi, yaitu hipoproteinemia
menstimulasi sintesis protein lengkap dalam hati, dan katabolisme lemak turun karena penurunan
kandungan lipoprotein lipase plasma, yang merupakan enzim khusus yang mengambil lemak dari
plasma. Apakah Penurunan lipoprotein lipase ini karena keluar lewat urin belum diidentifikasi
secara jelas. Pada pasien sindrom nefrotik primer muncul hiperkolesterolemia dan
hiperlipidemia.Biasanya terdapat hubungan yang bertolak belakang antara albumin serum dan
cholesterol. Pada pasien sindrom nefrotik kadar LDL biasanya rendah. Sedangkan HDL
biasanya normal atau bertambah pada beberapa anak meskipun rasio pada kolesterol HDL
dibandingkan cholesterol total masih tetap rendah.Sama dalam hipoalbuminemia, hiperlipidemia
bisa disebabkan karena sintesis yang bertambah atau karena pemecahan yang turun.
Tetapi bertambahnya kandungan lipid dapat terjadi pada sintesis albumin yang
normal.Abnormalitas patogenetik yang memicu nefrosis ialah proteinuria hasil dari peningkatan
permeabilitas dinding kapiler glomerulus, proses dari peningkatan permeabilitas ini
teridentifikasi tapi kemungkinan berkaitan dengan lenyapnya muatan negatif glikoprotein dalam
dinding kapiler.
Di kejadian nekrosis, protein yang lenyap rata-rata melampaui 2 gr/24 jam khususnya albumin,
hipoproteinemianya pada intinya ialah hipoalbuminemia. Biasanya edema akan terjadi jika
kandungan albumin serum turun yakni di bawah 2,5 gr/dl (25 gr/dl).
D.MANIFISTASI KLINIS
Tanda gejala umum sindrom nefrotik berupa peningkatan cairan pada tubuh, antara lain :
E.KOMPLIKASI
1)Keseimbangan Nitrogen
Proteinuria masif pada sindrom nefrotik akan mengakibatkan kesetimbangan nitrogen menjadi
negatif. Pengurangan massa otot kerap dijumpai namun tanda-tanda ini tertutup oleh tanda-tanda
edema anasarka dan baru terlihat sesudah edema lenyap. Kehilangan massa otot sejumlah 10-
20% dari berat badan (lean body mass) sering ditemui pada sindrom nefrotik.
2)Hiperlipidemia serta Lipiduria
Kandungan trigliserid yang tinggi dihubungkan dengan kenaikan VLDL (Very Low Densitas
Lipoprotein). Lipiduria kerap diketemukan pada sindrom nefrotik dan diikuti dengan
penumpukan lipid pada debris sel dan cast seperti badan lemak berbentuk oval (oval fat bodies)
dan fatty cast. Lipiduria lebih dihubungkan dengan proteinuria daripada dengan hiperlipidemia.
3)Hiperkoagulasi
5)Infeksi
Diuretik diikuti diet rendah garam dan tirah baring bisa memebantu mengendalikan
edema. Furosemid oral bisa diberikan dan jika resisten bisa di gabung dengan tiazid,
metalazon, dan atau asetazolamid.
Therapi steroid umumnya dengan prednison. Pada pasien yang tidak memperlihatkan
respon pada prednison, imunosupresan siklofosfamid (cytoxan) bisa diberikan. Obat
deuretik bisa diberikan dengan berhati-hati.
BAB II
. KONSEPDASARASUHANKEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Pengkajian adalah tahap awal atau dasar dalam proses keperawatan
danmerupakantahappalingmenentukanbagitahapberikutnyayangberasaldariberbagaimacam
sumberdata.
b. Biodata
1. IdentitasPasien
Nama/
Namapanggilan,tempattanggallahir,usia,jeniskelamin,agama,pendidikan,alamat,tanggalmasuk,t
anggalpengkajian,diagnosamedis,rencanaterapi.
2. IdentitasOrangTua/PenanggungJawab
Namaayahdanibuataupenanggungjawab,usia,pendidikan,pekerjaan,sumber penghasilan, agama,
alamat.
3. IdentitasSaudaraKandung
c. Riwayat kesehatan
1. KeluhanUtama
Alasanutamamengapaklienmencaripertolonganpadatenagaprofessional.
2. Riwayat KeluhanUtama
Halyangberhubungandengankeluhanutama:
a). Munculnyakeluhan
Tanggalmunculnyakeluhan,waktumunculnyakeluhan(gradual/tiba-tiba),presipitasi/
predisposisi(perubahanemosional,kelelahan,kehamilan,lingkungan, toksin/allergen,infeksi).
b). Karakteristik
Karakter(kualitas,kuantitas,konsistensi),loksaidanradiasi,timing(terusmenerus,
intermiten,durasisetiapkalinya),hal-halyangmeningkatkan,menghilangkan,
mengurangikeluhan,gejala-gejalalainyangberhubungan.
4.RiwayatKeluarga
Penyakityangpernahatausedangdideritaolehkeluarga(baikberhubungan/tidak berhubungan dengan
penyakit yang diderita klien),gambargenogramdenganketentuanyangberlaku(symboldan3generasi).
d.RiwayatTumbuhKembang
Pertumbuhan,Fisik:
Beratbadan,tinggibadan,waktutumbuhgigi,jumlahgigi,pengukuranlingkarlenganatas,pengukura
nlingkarkepala.
PerkembanganTiapTahap:
Usiaanaksaatberguling,duduk,merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain pertama
kali,bicarapertamakali,kalimatpertamayangdisebutkan dan umur mulaiberpakaiantanpabantuan.
Diagnisa Keperawatan
1. Hipervolemia (D.0022)
3. Keletihan (D.0057)
6.Ansietas (D.0080)
Rencana Keperawatan
Monitor status hemodinamik, tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO jika tersedia
Monitor tanda hemokonsentrasi ( kadar Natrium, BUN, hematocrit, berat jenis urine)
Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus seperti cahaya, suara, dan kunjungan
Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau aktivitas lainnya
Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat seperti kelelahan, sesak nafas saat
aktivitas.
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Menurut Setiadi dalam Februanti, 2019 tahapan penilaian atau evaluasi adalah
perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaiaan
dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.
Daftar Pustaka
Referensi:
PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta
PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta
PPNI, 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta
Tapia C, Bashir K. 2021. Nephrotic Syndrome. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470444/
Wang, C., & Greenbaum, L. A. 2019.Nephrotic Syndrome. Pediatric Clinics of North America,
66(1), 73–85. doi:10.1016/j.pcl.2018.08.006