SYNDROM NEFROTIK
DI INSTALASI GAWAT DARURAT ( PICU ) RSUD JOMBANG
Disusun Oleh :
Moh.Dafid Ardiwiyanto (203210049)
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014). Whaley and Wong (1998)
sekolah.
3. Sindroma Nefrotik Kongenital Faktor herediter sindroma nefrotik disebabkan oleh gen
resesif abnormal. Bayi yang terkena sindroma nefrotik, usia gestasinyapendek dan
gejala awalnya adalah edema dan protenuria. Penyakit ini resisten terhadap
semua pengobatan dan kematian dan dapat terjadi pada tahun-tahun pertama
B. Etiologi
4 golongan yaitu :
namun dengan mikroskop elektron terlihat foot prosessus sel epitel berpadu.
4. Glomerulonefritis Proliferatif
C. Patofisiologi
Ada beberapa macam pembagian klasifikasi pada sindrom nefrotik. Menurut berbagai
penelitian, respon terhadap pengobatan steroid lebih sering dipakai untuk menentukan prognosis
dibandingkan gambaran patologi anatomi.5 Berdasarkan hal tersebut, saat ini klasifikasi SN lebih
F. Manifestasi Klinis
Mifestasi Klinis Walaupun gejala pada anak akan bervariasi seiring dengan
perbedaan proses penyakit, gejala yang paling sering berkaitan dengan
sindroma nefrotik adalah:
1. Penurunan haluaran urine dengan warna gelap dan berbusa.
2. Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area
genitalia dan ekstremitas).
3. Distensi abdomen karena edema yang mengakibatkan sulit bernapas,
nyeri abdomen, anoreksia dan diare.
4. Pucat.
5. Keletihan dan intoleransi aktivitas.
6. Nilai uji laboratorium abnormal seperti proteinuria > 2gr/m2 /hari,
albumin serum < 2gr/dl, kolesterol serum mencapai 450-1000mg/dl.
(Betz & Sowden, 2022
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Betz & Sowden, (2022) penatalaksanaan medis untuk sindrom nefrotik meliputi:
a. Terapi diuretik, hendaknya terapi ini diberikan lebih cermat guna mencegah
terjadinya penurunan volume intravaskuler, pembentukan trombus maupun
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Membatasi pemberian natrium.
4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit.
5. Pengobatan nyeri untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan edema
maupun tindakan medis yang dilakukan kepada pasien.
6. Pemberian antibiotik seperti penisilin oral atau jenis lain, mengingat pasien dengan
sindroma nefrotik rentan terkena infeksi akibat daya tahan tubuhnya yang rendah.
7. Terapi Imunosupresif untuk anak yang gagal berespon dengan terapi steroid.
Menurut Ngastiyah, (2014) Penatalaksanaan medis pada anak dengan Sindroma nefrotik
Meliputi :
1. Diit tinggi protein sebanyak 2-3 gr/Kg BB dengan garam minimal bila edema masih berat.
Bila edema sudah berkurang, maka dapat diberikan sedikit garam ( Buku Kuliah IKA Jilid
II).
2. Mencegah infeksi juga perlu dilakukan, karena anak kemungkinan akan menderita
tuberkulosis. Bila terjadi infeksi beri terapi antibiotik.
3. Kondisi alkalosis akibat hipokalemia dapat dibantu dengan pemberian terapi KCl.
4. Kondisi hipertensi pada klien dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan
antihipertensif seperti resephin atau pemblok beta dengan efek samping penurunan
laju filtrasi glomerulus dan harus digunakan dengan sangat hati-hati.
5. Berikan diuretik untuk mengatasi edema 6. Berikan terapi kortikosteroid. International
Kooperative Study Of Kidney Disease in Children (ISKDC) mengajukan cara pengobatan
sebagai berikut:
a. Selama 28 hari prednison diberikan peroral dengan dosis 60 mg/hari/luas
permukaan badan dengan maksimum 80 mg/hari/luas permukaan badan.
Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral 28 hari dengan dosis 40
mg/hari/lpb, setiap 3 hari dalam seminggu diberikan dosis 60 mg/hari/
Konsep Asuhan Keperawatan Syndrom Nefrotik
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil
pengkajian yang dilakukan perawat berguna untuk menentukan masalah keperawatan yang
muncul pada pasien. Konsep keperawatan anak pada klien Syndrom Nefrotik menurut
a. Pengkajian
4) Riwayat tumbuh kembang, penyakit yang pernah diderita, apakah pernah dirawat
sebelumnya.
Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam, apakah
6. Riwayat psikososial
serta penanganannya.
Pemeriksaan Fisik
1.TTV
a. Tekanan Darah: Pada masa anak-anak tekanan darah sistole normal 80 sampai
100 mmHg dan nilai diastole normal 60 mmHg. Anak dengan hipovolemik
akan mengalami hipotensi, maka akan ditemukan tekanan darah kurang dari
nilai normal atau dapat ditemukan anak dengan hipertensi apabila kolesterol
anak meningkat.
b. Nadi: berdasarkan usia, frekuensi nadi anak usia 2-6 tahun 105x/ menit,
frekuensi nadi anak usia 6-10 tahun 95x/menit, frekuensi nadi anak usia 10 14
tahun 85x/menit dan frekuensi nadi anak usia 14-18 tahun 82x/menit.
c. Pernapasan: frekuensi napas anak usia 2-6 tahun 21- 30x/menit, anak 6
sampai 10 tahun 20-26x/menit dan anak usia 10-14 tahun 18-22x/menit.
2. Postur
BB Ideal: bagi anak usia 2-12 tahun dengan cara 2n (umur dalam tahun) + 8.
Perlu ditanyakan kepada orangtua, BB anak sebelum sakit untuk menentukan
adanya peningkatan BB pada anak dengan sindroma nefrotik. Edema pada
anak juga dapat ditandai dengan peningkatan Berat Badan >30%
3. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, normalnya
Jugularis Vein Distention (JVD) terletak 2 cm diatas angulus
sternalis pada posisi 450 , pada anak dengan hipovolemik akan
ditemukan JVD datar pada posisi supinasi, namun pada anak
dengan hipervolemik akan ditemukan JVD melebar sampai ke
angulus mandibularis pada posisi anak 450 .
4. Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami edema pada
periorbital yang akan muncul pada pagi hari setelah bangun tidur atau
konjunctiva terlihat kering pada anak dengan hipovolemik.
5. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun anak
dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan memiliki pola napas yang tidak
teratur sehingga akan ditemukan pernapasan cuping hidung.
6. Mulut
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat penurunan saturasi
oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula bibir kering serta pecah-pecah pada
anak dengan hipovolemik .
7. Kardiovaskuler
a.Inspeksi, biasanya tampak retraksi dinding dada akibat pola napas
yang tidak teratur
b. Palpasi, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut jantung
c. Perkusi, biasanya tidak ditemukan masalah
Auskultasi, biasanya auskultasi akan terdengar ronk
d. serta penurunan bunyi napas pada lobus bagian bawah.
Bila dilakukan EKG, maka akan ditemukan aritmia, pendataran gelombang T,
penurunan segmen ST, pelebaran QRS, serta peningkatan interval PR.
1. Paru-Paru
a. Inspeksi, biasanya tidak ditemukan kelainan.
b. Palpasi, biasanya dapat ditemukan pergerakan fremitus tidak simetris bila
anak mengalami dispnea
c. Perkusi, biasanya ditemukan sonor
d. Auskultasi, biasanya tidak ditemukan bunyi napas tambahan. Namun,
frekuensi napas lebih dari normal akibat tekanan abdomen kerongga dada.
2. Abdomen
a. Inspeksi, biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat
bila anak asites
b. Palpasi, biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur
lingkar perut anak akan terjadi abnormalitas ukuran
c. Perkusi, biasanya tidak ada kelainan
d. Auskultasi, pada anak dengan asites akan dijumpai shifting
dullness
3. Kulit
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare akan tampak
pucat serta keringat berlebihan, ditemukan kulit anak tegang akibat edema dan
berdampak pada risiko kerusakan integritas kulit.
4. Ekstremitas
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila edema anasarka
atau hanya edema lokal pada ektremitas saja. Selain itu dapat ditemukan CRT >
2 detik akibat dehidrasi.
5. Genitalia
Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema pada skrotum dan pada
anak perempuan akan mengalami edema pada labia mayora.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipervelomia
2. Risiko infeksi
3. Defisit nutrisi
4. Defisiit pengetahuan
3. Rencana Keperawatan
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
– rencana perawatan.
2. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan sebagai pengukuran dari
a. Tujuan tercapai
Jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standart yang telah ditetapkan.
Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali bahkan timbul
masalah baru.
DAFTAR PUSTAKA