Anda di halaman 1dari 45

TUGAS KELOMPOK 2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN NEFROTIK SINDROM AKUT,

GAGAL GINJAL AKUT, DAN GAGAL GINJAL KRONIK

(Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Anak II)

Dosen Pengampu: Ns. Dwi Kustriyanti, M.Kep

Disusun Oleh :

Awal Astrianto Mei 2207007


Fitriana Noor Sabrina 2207008
Herlina Firda Arifia 2207009

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KARYA HUSADA
SEMARANG
2023
BAB I
TINJAUAN TEORI NEFROTIK SINDROM AKUT

A. DEFINISI
Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan
glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang dapat
menyebabkan terjadinya proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Betz
& Sowden, 2009). Sindroma Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema,
proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat
hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014).
Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis yang terdiri atas proteinuria massif,
hipoalbuminemia (< 2,5 g/dL), edema, dan hiperkolesterolemia. Sindrom nefrotik ialah
penyakit ginjal yang sering terjadi pada anak.

B. KLASIFIKASI
Secara klinis nefrotik sindrom di bagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Nefrotik Sindrom Primer atau Idiopatik
Dikatakan nefrotik sindrom primer oleh karena sindrom nefrotik ini secara primer
terjadi akibat kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa ada penyebab.
2. Nefrotik Sindrom Sekunder
Timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau sebagai akibat dari berbagai
sebab lain yang nyata. Penyebab yang sering dijumpai antara lain :
a. Penyakit metabolik atau kongenital : amiloidosis, sindrom Alport, dan miksedema.
b. Infeksi : hepatitis B, malaria, lepra, sifilis, streptokokus, AIDS.
c. Toksin dan alergen : logam berat (Hg), penisillamin, probenesid, racun serangga,
dan bisa ular.
d. Penyakit sistemik bermediasi imunologik : lupus eritematosus, sistemik, purpura
Henoch-Schonlein, sarkoidosis.
C. ANATOMI FISIOLOGI

Di dalam korteks terdapat jutaan nefron. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal
yang terdiri atas tubulus kontroktus proximal, tubulus kontortus distal dan duktus duktus
koligentes. Berikut adalah penjelasan bagian-bagian di dalam nefron :
1. Nefron adalah tempat penyaringan darah. Di dalam ginjal terdapat lebih dari 1 juta
buah nefron. 1 nefron terdiri dari glomerulus, kapsul bowman, tubulus kontortus
proksimal, lengkung henle, tubulus kontortus distal, tubulus kolektivus.
2. Glomerulus merupakan tempat penyaringan darah yang akan menyaring air, garam,
asam amino, glukosa, dan urea. Menghasilkan urin primer.
3. Kapsul bowman adalah semacam kantong/kapsul yang membungkus glomerulus.
Kapsul bowman ditemukan oleh Sir William Bowman.
4. Tubulus kontortus proksimal adalah tempat penyerapan kembali/ reabsorbsi urin
primer yang menyerap glukosa, garam, air, dan asam amino. Menghasilkan urin
sekunder.
5. Lengkung henle merupakan penghubung tubulus kontortus proksimal dengan tubulus
kontortus distal.
6. Tubulus kontortus distal merupakan tempat untuk melepaskan zat- zat yang tidak
berguna lagi atau berlebihan ke dalam urine sekunder. Menghasilkan urin
sesungguhnya.
7. Tubulus kolektivus adalah tabung sempit panjang dalam ginjal yang menampung urin
dari nefron, untuk disalurkan ke pelvis menuju kandung kemih.
D. ETIOLOGI
Menurut Umboh (2019) penyebab nefrotik sindrom yang pasti belum diketahui. Akhir-
akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu : suatu reaksi antigen antibody.
Umumnya etiologi dibagi menjadi :
1. Nefrotik sindrom bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi maternofetal. Resistensi
terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus. Pernah dicoba
pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya
pasien meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
2. Nefrotik sindrom sekunder > disebabkan oleh :
a. Malaria quartana atau parasit lainnya
b. Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid
c. Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosis vena renalis
d. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan
lebah, racun otak, air raksa
e. Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membrane proliferatif
hipokomplementemik.

E. TANDA DAN GEJALA


1. Urine berbusa akibat adanya protein dalam urine
2. Diare
3. Mual
4. Letih, lesu, dan kehilangan nafsu makan
5. Bertambahnya berat badan akibat penumpukan cairan tubuh
6. Pembengkakan (edema) pada mata, kaki dan pergelangan kaki

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada sindrom nefrotik, yaitu :
1. Keseimbangan nitrogen negatif
Proteinuria masif akan menyebabkan keseimbangan nitrogen menjadi negatif, yang
secara klinis dapat diukur dengan kadar albumin plasma. Diet tinggi protein tidak
terbukti memperbaiki metabolisme albumin karena respon hemodinamik terhadap
asupan yang meningkat adalah meningkatnya tekanan glomerulus yang menyebabkan
kehilangan protein dalam uri yang semakin banyak. Jurfima rendah protein akan
mengurangi proteinuria namun juga menurunkan kecepatan sintesis albumin dan
dalam jangka panjang akan meningkatkan risiko memburuknya keseimbangan
nitrogen negatif.
2. Hiperkoagulasi
Komplikasi tromboemboli sering ditemukan pada sindrom nefrotik akibat peningkatan
koagulasi intravaskular. Kadar berbagai protein yang terlihat dalam kaskade koagulasi
terganggu pada sindrom nefrotik serta agregasi paltelet ikut meningkat. Gangguan
koagulasi yang terjadi disebabkan oleh peningkatan sisntesis protein oleh hati dan
kehilangan protein melalui urin.
3. Hiperlidemia dan lipiduria
Merupakan keadaan yang sering menyertai sindrom nefrotik. Respon hiperlipidemik
sebagian dicetuskan oleh menurunnya tekanan onkotik plasma, serta derajat
hiperlipdemia berbanding terbalik dan berhubungan erat dengan menurunnya tekanan
onkotik. Kondisi ini dapat reversibel seiring dengan resolusi dari sindronefrotik yang
terjadi baik secara spontan maupun diinduksi dengan obat.
4. Gangguan metabolisme kalsium dan tulang
Vitamin D yang terkait protein maka akan diekskresikan melalui urin sehingga terjadi
penurunan kadar plasma. Kadar 25 (OH) D dan 1,25 (OH) 2D plasma juga ikut
menurun, sedangkan kadar vitamin D bebas tidak mengalami gangguan.
5. Infeksi
Merupakan penyebab yang sering terjadinya kematian pada sindrom nefrotik terutama
oleh organisme berkapsul. Pada sindrom nefrotik terjadi akibat defek imunitas
humoral, seluler dan gangguan sistem komplemen.

G. PATOFISIOLOGI
1. Proteinuria
Ada tiga jenis proteinuria yaitu glomerular, tubular dan overflow. Kehilangan protein
pada sindrom nefrotik termasuk dalam proteinuria glomerular. Proteinuria pada
penyakit glomerular disebabkan oleh meningkatnya filtrasi makromolekul melewati
dinding kapiler glomerulus. Hal ini diakibatkan oleh kelainan pada podosit glomerular.
Dalam keadaan normal membran basal glomerulus mempunyai mekanisme
penghalang untuk mencegah kebocoran protein. Mekanisme penghalang pertama
berdasarkan ukuran molekul dan yang kedua berdasarkan muatan listriknya. Pada
sindrom nefrotik kedua mekanisme tersebut terganggu. Proteinuria dibedakan menjadi
selektif dan non-selektif berdasarkan ukuran molekul yang keluar melalui uri. Protein
selektif apabila protein yang keluar terdiri dari molekul kecil misalnya albumin,
sedangkan non-selektif apabila protein yang keluar terdiri dari molekul besar seperti
imunoglobulin.
2. Hipoalbuminemia
Pada keadaan normal, produksi albumin di hati adalah 12-14 g/hari (130-200 mg/kg
dan jumlah yang diproduksi sama dengan jumlah yang di katabolisme. Katabolisme
secara dominan terjadi pada ekstrarenal, sedangkan 10% di katabolisme pada tululus
proksimal ginjal setelah resorpsi albumin yang telah di filtrasi. Pada sindrom nefrotik,
hipoalbuminemia merupakan manifestasi dari hilangnya protein dalam urin yang
berlebihan dan peningkatan katabolisme albumin. Hilangnya albumin melalui urin
merupakan konstribusi yang penting pada kejadian hipoalbuminemia. Meskipun
demikian, hal tersebut bukan merupakan satu-satunya penyebab pada pasien sindrom
nefrotik karena laju sintesis albumin dapat meningkat setidaknya 3 kali lipat dan
dengan begitu dapat mengompensasi hilangnya albumin melalui urin.
3. Edema
Terdapat teori yang menjelaskan tentang timbulnya edema pada sindrom nefrotik.
Underfilled theory merupakan teori klasik tentang pembentukan edema. Teori ini berisi
adanya edema yang disebabkan oleh menurunnya tekanan onkotik intravaskuler dan
menyebabkan cairan merembes ke ruang interstisial. Adanya peningkatan
permeabilitas kapiler glomerulus menyebabkan albumin keluar sehingga terjadi
albuminuria dan hipoalbuminemia. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu fungsi
vital dari albumin adalah sebagai penentu tekanan onkotik. Maka kondisi
hipoalbuminemia ini menyebabkan tekanan onkotik. Maka kondisi intravaskular
menurun. Sebagai akibatnya, cairan transudat melewati dinding kapiler dari ruang
intravaskular ke ruang interstisial kemudian timbul edema.
4. Hiperkolesterolemia
Hampir semua kadar lemak (kolesterol, trigliserid) dan lipoprotein serum meningkat
pada sindrom nefrosis. Hal ini dapat dijelaskan dengan penjelasan antara lain yaitu
adanya kondisi hipoproteinemia yang merangsang sintesis protein menyeluruh dalam
hati, termasuk lipoprotein. Selain itu, katabolisme lemak menurun karena terdapat
penurunan kadar lipoprotein lipase plasma, sistem enzim utama yang mengambil
lemak dari plasma. Beberapa peningkatan serum lipoprotein yang di filtrasi di
glomerulus akan mencetuskan terjadinya lipiduria sehingga adanya temuan khas oval
fat bodies dan fatty cast pada sedimen uri.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis sindrom nefrotik, antara lain :
1. Urinalisis dan bila perlu biakan urin
Biakan urin dilakukan apabila terdapat gejala klinik yang mengarah pada infeksi
saluran kemih (ISK)
2. Protein urin kuantitatif
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan uri 24 jam atau rasio protein atau
kreatinin pada uri pertama pagi hari.
3. Pemeriksaan darah
a. Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit, trombosit,
hematokrit, LED)
b. Albumin dan kolesterol serum
c. Ureum, kreatinin, dan klirens kreatinin

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Anamnesis
Pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, suatu anamnesis yang terarah dapat
mempermudah penegakkan diagnosis sesuai dengan keluhan yang dikemukakan oleh
anak atau orang tua. Ananesis terdiri dari :
a. Identitas pasien
Seperti nama, usia, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, pendidikan, nama
orang tua dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Yaitu keluhan yang menyebabkan pasien di bawa berobat. Keluhan utama tidak
selalu merupakan keluhan yang pertama disampaikan oleh pasien atau orang tua.
Pada gangguan cairan keluhan utama yang muncul adalah edema pada tubuh
sehingga mengakibatkan penambahan berat badan. Edema terjadi pada periorbital,
edema pada genetalia eksterna, asite, distensi abdomen, edema fasial atau pada
wajah khusus daerah mata terlihat bengkak.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Ditanyakan kapan edema mulai tampak, apakah di mulai ditempat tertentu
(kelopak mata, atau kaki), apakah kemudian menjalar, dan bagaimana penjalaran
apakah tergantung waktu (pagi siang, atau sepanjang hari, ditanyakan pula
perkembangan edema, apakah progrsive lambat atau cepat, atau menetap. Keluhan
lain yang ditanyakan apakah ada batuk, oliguria, sesak napas, cepat lelah, berdebar,
pucat, pernah sakit kuning, dan sebagainya.
d. Riwayat penyakit yang pernah di derita
Penyakit yang pernah diderita anak sebelumnya perlu diketahui, karena mungkin
ada hubungannya dengan penyakit sekarang.
e. Riwayat kehamilan ibu
Hal pertama yang perlu ditanyakan adalah keadaan kesehatan ibu selama hamil,
ada atau tidaknya penyakit, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit
tersebut.
f. Riwayat kelahiran
Ikhwal kelahiran pasien harus ditanyakan dengan teliti, termasuk tanggal dan
tempat kelahiran, lama kehamilan juga ditanyakan apakah cukup bulan, kurang
bulan, ataukah lewat bulan dan berat serta panjang lahir.
g. Riwayat makanan
Pada anamnesis diharapkan dapat diperoleh keterangan tentang makanan yang
dikonsumsi oleh anak, baik jangka pendek (beberapa waktu sebelum sakit),
maupun jangka panjang (sejak bayi).
h. Riwayat imunisasi
Status imunisasi pasien baik itu imunisasi dasar maupun imunisasi ulang
khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B.
i. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
1) Riwayat pertumbuhan
Status pertumbuhan anak terutama pada usia balita dapat ditelaah dari kurva
berat badan terhadap usia dan panjang badan terhadap usia.
2) Riwayat perkembangan
a) Perkembangan sosioemosional : anak berada pada fase pre school pada
masa ini anak dapat mengatakan apa yang dirasakan. Selain itu emosi malu
dan bangga mulai berkembang. Bermain interaksi dengan teman sebaya
dengan cara bermain.
b) Perkembangan kognitif : kemampuan untuk mengenal tempat, mengetahui
jarak melalui peta, mengetahui sebab akibat, kemampuan memahami
ukuran walaupun bentuk objek diubah, memahami angka matematika, yaitu
berhitung.
c) Respon hospitalisasi : pada anak pra sekolah merasa takut pada orang asing
dan ketiadaan menyadari keluarga mereka, dari usia 1-5 tahun, anak
seringkali menunjukkan ansietas berat saat dipisahkan dari rumah dan
keluarga. Pada anak usia sekolah kendati seringkali menyembunyikan
banyak ketakutan.
d) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik anak berbeda dengan orang dewasa, pada
pemeriksaan fisik anak diperlukan cara pendekatan tertentu agar
pemeriksaan dapat memperoleh informasi keadaan fisik anak secara
lengkap dan akurat. Cara tersebut dimaksudkan agar anak tidak merasa
takut, tidak menangis, dan tidak menolak untuk diperiksa. Pada anak yang
lebih besar, pendekatan dapat dimulai dengan memberikan salam,
menanyakan nama, usia, sekolahnya, kelas nya dan lain sebagainya.
2. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Mencakup kesan keadaan sakit, termasuk posisi pasien, kesadaran, kesan status
gizi.
b. Tanda-tanda vital
Mencakup nadi, tekanan darah (terjadi peningkatan sistolik dan diastolik),
pernapasan dan suhu tubuh.
c. Antropometri
Berat badan, tinggi badan, LILA, lingkar kepala.
d. Head to toe
1) Kepala : bentuk kepala (normal, makrosefali, mikrosefali), wajah (adanya
pembengkakan wajah local disebabkan edema).
2) Mata : pengkajian mata eksternal mengamati kelopak mata mengalami
pembengkakan konjungtiva (anemis, ananemis).
3) Telinga : adakah tonjolan pada telinga dan kebersihannya.
4) Hidung : pernapasan cuping hidung, sianosis.
5) Mulut : pembengkakan, lesi, warna bibir, pemeriksaan lidah terhadap gerakan
dan bentuk, karies gigi, mukosa mulut.
6) Leher : palpasi leher mengetahui ada tidaknya pembesaran vena jugularis.
7) Integument : keadaan turgor kulit, edema periorbital, edema (dependen) pada
ekstermitas bawah dan bokong serta sensasi rasa.
8) Dada
a) Paru-paru
Inspeksi : amati irama pernapasan, kedalaman, frekuensi pernapasan.
Palpasi : taktil fremitus dengan menggunakan jari telunjuk atau permukaan
telapak tangan.
Perkusi : pada dada anterior dan posterior.
Auskultasi : dengar adanya bunyi tambahan.
b) Kardiovaskuler
Inspeksi dan palpasi : ada atau tidak pembesaran jantung.
Perkusi : normal bunyi redup.
Auskultasi : bunyi jantung lup-dup
9) Gastrointestinal
Inspeksi : abdomen menonjol atau ada tidak edema.
Auskultasi : bunyi bising usus normal 10-30 detik.
Palpasi : nyeri tekan, pembesaran hati dan limfa.
Perkusi : bunyi timpani diseluruh permukaan abdomen, terdapat asites pada
penyakit sindrom nefrotik.
10) Ekstremitas
Menilai keadaan tulang, otot, serta sendi, inspeksi : terdapat edema pada
ekstremitas.
11) Neurologis : kesadaran anak.
12) Sistem perkemihan : cek input dan output urine dala 24 jam.

3. Analisa Data
Diagnosa Data Fokus Problem
Defisit DS : Ketidaktahuan
Pengetahuan a. Menanyakan masalah yang dihadapi menemukan sumber
(D.0111) informasi
DO :
a. Menunjukkan perilaku tidak sesuai
anjuran
b. Menunjukkan perilaku yang
berlebihan (mis. apatis, bermusuhan,
agitasi, hysteria)
Defisit Nutrisi DS : Peningkatan
(D.0019) a. Nafsu makan menurun kebutuhan
metabolisme
DO :
a. Bising usus hiperaktif
b. Membran mukosa pucat
c. Sariawan
d. Diare
Intoleransi DS : Kelemahan
Aktivitas a. Mengeluh lelah
(D.0056) b. Merasa lemah

DO :
a. Frekuensi jantung meningkat >20%
dari kondisi istirahat
b. Tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istirahat
Risiko DS : Ketidakseimbangan
Ketidakseimba a. Keluarga mengatakan pasien lemas cairan
ngan Elektrolit
(D.0037) DO :
a. Dehidrasi
b. CRT >2 detik
c. Membran mukosa pucat
Risiko Infeksi DS : Statis cairan tubuh
(D.0142) a. Keluarga mengatakan daerah mata
pasien bengkak

DO :
a. Edema
b. Kebersihan tangan dan badan

4. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit Pengetahuan (D.0111) berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan
sumber informasi.
b. Defisit Nutrisi (D.0019) berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme.
c. Intoleransi Aktivitas (D.0056) berhubungan dengan kelemahan.
d. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0037) berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan.
e. Risiko Infeksi (D.0142) berhubungan dengan statis cairan tubuh.

5. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan EDUKASI KESEHATAN
(D.0111) keperawatan selama …x24 jam (I.12383)
berhubungan dengan diharapkan tingkat Observasi
ketidaktahuan pengetahuan (L.12111) a. Identifikasi kesiapan dan
menemukan sumber meningkat, dengan kriteria kemampuan menerima
informasi hasil : informasi
a. Perilaku sesuai anjuran b. Identifikasi faktor-faktor
meningkat yang dapat meningkatkan
b. Verbalisasi minat dalam dan menurunkan motivasi
belajar meningkat perilaku hidup bersih dan
c. Perilaku sesuai dengan sehat
pengetahuan meningkat Terapeutik
d. Pertanyaan tentang a. Sediakan materi dan media
masalah yang dihadapi pendidikan kesehatan
menurun)
e. Persepsi yang keliru b. Jadwalkan pendidikan
terhadap masalah menurun kesehatan sesuai
f. Menjalani pemeriksaan kesepakatan
yang tidak tepat menurun c. Berikan kesempatan untuk
g. Perilaku membaik bertanya
Edukasi
a. Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
b. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
c. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN BERAT


(D.0019) keperawatan …x24 jam BADAN (I.03097)
berhubungan dengan diharapkan status nutrisi Observasi
peningkatan (L.03030) membaik, dengan a. Identifikasi kondisi
kebutuhan kriteria hasil : kesehatan pasien yang dapat
metabolisme a. Porsi makanan yang mempengaruhi berat badan
dihabiskan meningkat
b. Pengetahuan tentang Terapeutik
pilihan makanan yang a. Hitung berat badan ideal
sehat meningkat pasien
c. Pengetahuan tentang b. Hitung presentase lemak
pemilihan minuman yang dan otot pasien
sehat meningkat c. Fasilitasi menentukan target
d. Berat badan membaik berat badan yang realistis
e. Indeks Massa Tubuh
membaik
f. Nafsu makan membaik Edukasi
a. Jelaskan hubungan antara
asupan makanan, aktivitas
fisik, penambahan berat
badan dan penurunan berat
badan
b. Jelaskan faktor risiko berat
badan lebih dan berat badan
kurang
c. Anjurkan mencatat berat
badan setiap minggu, jika
perlu
d. Anjurkan melakukan
pencatatan asupan makanan,
aktivitas fisik dan
perubahan berat badan

Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN ENERGI (I.


(D.0056) keperawatan selama …x 24 05178)
berhubungan dengan jam diharapkan toleransi Observasi
kelemahan aktivitas (L.05047) pasien a. Identifkasi gangguan fungsi
meningkat, dengan kriteria tubuh yang mengakibatkan
hasil : kelelahan
a. Frekuensi nadi meningkat b. Monitor kelelahan fisik dan
b. Saturasi oksigen emosional
meningkat c. Monitor pola dan jam tidur
c. Kemudahan dalam d. Monitor lokasi dan
melakukan aktivitas ketidaknyamanan selama
sehari-hari meningkat melakukan aktivitas
d. Keluhan lelah menurun
e. Perasaan lemah menurun Terapeutik
f. Tekanan darah membaik a. Sediakan lingkungan
g. Frekuensi napas membaik nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
b. Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
c. Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
d. Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
d. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Risiko Setelah dilakukan tindakan PEMANTAUAN
Ketidakseimbangan keperawatan selama …x 24 ELEKTROLIT (I.03122)
Elektrolit (D.0037) jam keseimbangan elektrolit Observasi
berhubungan dengan (L.03021) meningkat, dengan a. Monitor kemungkinan
ketidakseimbangan kriteria hasil : penyebab
cairan a. Serum natrium meningkat ketidakseimbangan
b. Serum kalium meningkat elektrolit
c. Serum klorida meningkat b. Monitor kadar elektrolit
d. Serum kalsium meningkat serum
e. Serum magnesium c. Monitor mual, muntah,
meningkat diare
f. Serum fosfor meningkat d. Monitor kehilangan cairan,
jika perlu
e. Monitor tanda dan gejala
hipokalemia (mis:
kelemahan otot, interval QT
memanjang, gelombang T
datar atau terbalik, depresi
segmen ST, gelombang U,
kelelahan, parestesia,
penurunan refleks,
anoreksia, konstipasi,
motilitas usus menurun,
pusing, depresi pernapasan)
f. Monitor tanda dan gejala
hiperkalemia (mis: peka
rangsang, gelisah, mual,
muntah, takikardia
mengarah ke bradikardia,
fibrilasi/takikardia
ventrikel, gelombang T
tinggi, gelombang P datar,
kompleks QRS tumpul,
blok jantung mengarah
asistol)
g. Monitor tanda dan gejala
hiponatremia (mis:
disorientasi, otot berkedut,
sakit kepala, membrane
mukosa kering, hipotensi
postural, kejang, letargi,
penurunan kesadaran)
h. Monitor tanda dan gejala
hipernatremia (mis: haus,
demam, mual, muntah,
gelisah, peka rangsang,
membrane mukosa kering,
takikardia, hipotensi,
letargi, konfusi, kejang)
i. Monitor tanda dan gejala
hipokalsemia (mis: peka
rangsang, tanda Chvostek
[spasme otot wajah] dan
tanda Trousseau [spasme
karpal], kram otot, interval
QT memanjang)
j. Monitor tanda dan gejala
hiperkalsemia (mis: nyeri
tulang, haus, anoreksia,
letargi, kelemahan otot,
segmen QT memendek,
gelombang T lebar,
komplek QRS lebar,
interval PR memanjang)
k. Monitor tanda dan gejala
hypomagnesemia (mis:
depresi pernapasan, apatis,
tanda Chvostek, tanda
Trousseau, konfusi,
disritmia)
l. Monitor tanda gan gejala
hypermagnesemia (mis:
kelemahan otot,
hiporefleks, bradikardia,
depresi SSP, letargi, koma,
depresi)

Terapeutik
a. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan PENCEGAHAN INFEKSI
(D.0142) keperawatan selama …x 24 (I.14539)
berhubungan dengan jam tingkat infeksi (L.14137)
Observasi :
statis cairan tubuh menurun dengan kriteria hasil :
a. Monitor tanda dan gejala
a. Nafsu makan meningkat
infeksi local dan sistemik
b. Demam menurun
c. Kemerahan menurun
d. Bengkak menurun Terapeutik
a. Batasi jumlah pengunjung
b. Berikan perawatan kulit
pada area edema
c. Cuci tangan seblum dan
sesudah kontak dengan
klien dan lingkungan klien
d. Pertahankan teknik aseptic
pada klien beresiko tinggi

Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
b. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
c. Ajarkan etika batuk
d. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
e. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
BAB II
TINJAUAN TEORI GAGAL GINJAL AKUT

A. DEFINISI
Gagal ginjal akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal dalam
membersihkan darah dari bahanbahan racun, yang menyebabkan penimbunan limbah
metabolik didalam darah (misalnya urea). Gagal ginjal akut merupakan suatu keadaan
klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara mendadak dengan akibat
terjadinya peningkatan hasil metabolik (Ayu,2010). Gagal ginjal akut merupakan suatu
keadaan dimana ginjal mengalami gangguan dalam melaksanakan fungsi-fungsi vital
(Bonez,2011).
Gagal ginjal akut (ARF) atau yang dikenal dengan Cedera Ginjal akut (AKI) adalah
kondisi klinis yang menunjukkan penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dan bisanya
bersifat reversibel yang diukur dengan laju filtrasi glomerulus (GFR). Pada gagal ginjal
akut, penurunan fungsi ginjal terjadi secara tiba-tiba yang meliputi cedera dan kehilangan
fungsi. Gagal ginjal akut sering terjadi pada pasien yang sedang dalam masa rawat inap di
rumah sakit, terutama pada pasien dengan penyakit kritis dan membutuhkan perawatan
intensif.
Sebagian besar pasien cedera ginjal akut memiliki beberapa etiologi yang terjadi
secara bersamaan seperti sepsis, iskemia, dan nefrotoksisitas. Seorang pasien juga bisa
dicurigai mengalami gagal ginjal akut juga jika terjadi penurunan produksi urin secara
mendadak walaupun Kadar nitrogen urea darah (BUN) atau kreatinin darah berada dalam
kisaran normal. Kondisi ini dapat menyebabkan akumulasi air, natrium, produk
metabolisme lainnya dan gangguan elektrolit.
B. ETIOLOGI
Tabel Penyebab Gagal Ginjal Akut
Kategori GGA Kategori GGA Kategori GGA
Perdarahan, Deplesi Volume, Kehilangan Cairan
Hipovolemia Ginjal (Over Diuresis), Luka bakar, peritonitis,
trauma otot
Gangguan Fungsi Gagal Jantung Kongestif, Infark Miokard Akut,
GGA Pre Renal Jantung Emboli paru massif
Vasodilatasi Obat Antihipertensi, Bateremia gram negatif,
Sistemik Sirosis, Anafilaksis
Peningkatan Anestesi, Bedah, Sindrom Hepatorenal, Obat
Resistensi NSAID, Obat yang menyebabkan vasokonstriksi
Pembuluh Darah ginjal
Iskemia Ginjal (Syok, Komplikasi pembedahan,
perdarahan, trauma, bakteremia, pankreatitis,
kehamilan)
Obat Nefrotoksik (Antibiotik, obat antineoplastik,
Tubular media kontras, pelarut organik, obat anestesi, logam
berat)
Toksin endogen (mioglobin, hemoglobin, asam
GGA Intra Renal urat)
(Intrinsik) Glomerulonefritis akut pasca infeksi, lupus nefritis,
Glomerulonefritis IgA, Endokarditis Infektif,
Glomerulus Sindrom Goodpasture, Penyakit Wegnerer
Interstitium Infeksi bakteri dan Virus, Obat-obatan
Stenosis arteri ginjal bilateral, trombosis vena ginjal
bilateral, vaskulitis, hipertensi maligna, emboli
Vaskular
aterosklerotik atau trombotik, sindrom uremik
hemolitik, purpura trombositopenik trombotik
Hipertrofi prostat, pemasangan kateter yang tidak
Obstruksi tepat, kanker kandung kemih, kanker prostat, kanker
GGA Post Renal Ekstrarenal serviks, Fibrosis retroperitoneal
Obstruksi Nefrolithiasis, gumpalan darah, Nekrosis Papiler
Intrarenal

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (M. Nurs Salam 2006) manifestasi gagal ginjal akut, yaitu :
a. Pasien tampak sangat menderita dan mual muntah, diare
b. Kulit dan membaran mukosa kering akibat dehidrasi dan nafas mungkin berbau urine
(fetouremik)
c. Manifestasi system saraf (lemah, sakit kepala, kedutan otot dan kejang)
d. Perubahan pengeluaran produksi urine sedikit, dapat mengandung darah
e. Anoreksia (disebabkan oleh akumulasi produk sisa nitrogen)
f. Sakit dan nyeri pada tulang dan sendi (karena kehilangan kalsium dari tulang)
g. Kelelahan akibat anemia
h. Hipertensi, peningkatan BB dan edema

D. PATOFISIOLOGI
Umumnya gagal ginjal akut terjadi disebabkan oleh penurunan dan kerusakan
nefron yang mengakibatkan fungsi ginjal yang progresif menghilang. Total laju filtrasi
glomerolus (GFR) dan klirens mengalami penurunan sedangkan terjadi peningkatan pada
Blood urea nitrogen dan kreatin. Kemudian nefron yang masih ada menjadi hipertrofi
karena fungsinya untuk menyaring menjadi lebih banyak. Hal ini berakibat pada ginjal,
dimana ginjal kehilangan kemampuan dalam mengentalkan urine. Ditahap ekskresi urine
dikeluarkan dalam jumlah besar sehingga pasien mengalami kehilangan cairan. Tubulus
pada akhirnya akan kehilangan kemampuan dalam menerima elektrolit dan urine yang
dibuang mengandung banyak sodium yang mengakibatkan terjadinya poliuri
(Bayhakki,2013) dalam (Khanmohamadi, 2014)

E. KOMPLIKASI
1. Edema paru-paru
Edema paru-paru berlangsung akibat berlangsungnya penimbunan cairan Serosaatau
serosanguinosa yang terlalu berlebih didalam area interstisial Sertaalveolus paru-paru.
perihal ini timbul dikarenakan ginjal tidak bisa mensekresiurine serta garam didalam
jumlah cukup, sering kali edema paru-paru mengakibatkan kematian.
2. Hiperkalemia
Komplikasi ke-2 yaitu hiperkalemia (kandungan kalium darah yang tinggi) yakni satu
situasi di mana konsentrasi kalium darah kian lebih 5 meq/l darah. Konsentrasi kalium
yang tinggi justru beresiko dari pada situasi sebaliknya (konsentrasi kalium rendah ).
konsentrasi kalium darah yang lebih tinggi dari 5, 5 meq/l bisa merubah sistem
konduksi listrik jantung. Jika perihal ini terus berlanjut, irama jantung jadi tidak normal
serta jantung pun berhenti berdenyut.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut (Tambayong, jan 2013) pemeriksaan penunjang meliputi :
1. Kreatinin dan BUN serum keduanya tinggi karena beratnya gagal ginjal.
2. Klirens kreatinin menunjukkan penyakti ginjal tahap akhir bila berkurang s/d 90%.
3. Elektrolik serum menunjukkan peningkatan kalium, fasfor, kalsium, magnesium dan
produk fasfor- kalsium dengan natrium serum rendah.
4. Gas darah arter (GDA) menunjukkan asidosis metabolic (nilai PH, kaderbikarbonat dan
kelebihan basa dibawah rentang normal).
5. HB dan hematokrit dibawah rentang normal.
6. Jumlah sel darah merah dibawah rentang normal.
7. Kadar alkalin fosfat mungkin tinggi bila metabolism tulang dipengaruhi (Engran
Balbarra).

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku atau bangsa.
b. Riwayat Kesehatan
(a) Keluhan Utama
Biasanya pasien dengan diagnose gagal ginjal akut sering terasa sesak, mual,
muntah.
(b) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien mengeluh badan terasa lemah, kencing terasa sesak, mual dan
muntah dan penambahan BB, nyeri tekan pada abdomen, anoreksia dan lemah.
(c) Riwayat Penyakit Dahulu
Menanyakan pasien apakah pernah merasakan penyakit gagal ginjal akut
sebelumnya.
(d) Riwayat Penyakit Keluarga
Menanyakan kepada keluarga apakah keluarga pasien pernah mengalami
penyakit yang sama dengan penyakit yang dialami pasien.
c. Pola Kebiasaan Sehari-hari
(a) Pola Nutrisi
Biasanya pasien tidak mampu makan karena pasien mual dan muntah pasien
hanya mampu menghabiskan 3 sendok makan dari porsi yang disediakan dan
pasien minum 2 gelas / hari.
(b) Pola Istirahat
Biasanya pasien tidak dapat tidur dengan tenang dan hanya tidur 4-5 jam/hari.
(c) Pola Eliminasi
Biasanya BAB 2 hari satu kali dengan konsistensi padat dan untuk BAK
dengan urine warna kuning pekat agak kental.
(d) Pola Aktivitas
Biasanya aktivitas pasien dibantu keluarga karena pasien lemah.
(e) Personal Hygine
Biasanya personal hygene pasien dibantu keluarga karena k/u pasien lemah.
d. Riwayat Psikologis
Menanyakan pada pasien apakah ia merasa cemas dan berharap cepat sembuh.
e. Riwayat Sosial
Biasanya pasien GGA dapat berinteraksi dengan keluarga dan keluarga pasien
lainnya.
f. Riwayat Spiritual
Menanyakan pada pasien apakah pasien berdoa untuk kesembuhan penyakitnya
dan mau berobat kerumah sakit.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : edema pada kedua tungkai, pasien terlihat lemah terbaring ditempat tidur.
Palpasi : nyeri tekan pada abdomen bagian bawah.
Perkusi : perut kembung.
Auskultasi : peristaltik usus terdengar sedikit lemah.
3. Pemeriksaan Head to toe
a. Kepala
Kesimetrisan, edema periorbital, bentuk kepala : (makrosefali, anecapali,
encefalokel), caput succeodenum, cephalhematom, distribusi rambut dan warna.
b. Mata
Kesimetrisan, apakah ada kelainan atau infeksi, apakah terdapat secret, refleks
cahaya, kemampuan akomodasi cahaya.
c. Hidung
Kesimetrisan, perhatikan jembatan hidung (tidak ada Down Sindrom), cuping
hidung masih keras, passase udara (gunakan kapas).
d. Mulut
Kesimetrisan, adanya labioschisi, perhatikan adanya ovula apakah simetris, ovula
naik bila bayi menangis, pengeluaran saliva, pertumbuhan gigi ( apakah sejak
lahir).
e. Telinga
Inspeksi : struktur telinga luar, bentuk : simetris atas bawah atau tidak, cairan : ada
cairan yang keluar dari telinga atau tidak.
f. Leher
Lipatan pada leher (garis), ada pembengkakan atau tidak, benjolan ada atau tidak.
g. Dada
Bentuk : simetris atau tidak (Barel chest : anterior posterior, dan transversal 1 : 1)
Puting : timbul atau tidak
Bunyi nafas : teratur atau tidak
Takikardi, edema pulmonal, terdengar suara nafas tambahan.
Bunyi jantung : normal/tidak, lemah/kuat
h. Abdomen
Terdapat distensi abdomen.
Inspeksi ukuran abdomen dan palpasi kontur abdomen : bulat menonjol, berbentuk
seperti kubah karena otot otot abdomen belum berkembang sempurna.
Hepar dapat teraba 2 – 3 cm dibawah arcus costae.
Auskultasi bisisng usus : terdengar satu sampai dua jam setelah lahir.
i. Ekstremitas
Jumlah Jari >5 (polidaktili), jari bersatu (sidaktili)
Ujung jari halus, kuku Clubing finger <180 derajat (gangguan pernapasan),
telapak kaki nampak datar, kelengkapan organ.
j. Genetalia
(a) Laki-laki
Penis : ada atau tidak
Prepotium : menutupi glans Penis
Testis : simetris atau tidak, sudah turun masuk serotum atau tidak
(b) Perempuan
Vagina : berlobang atau tidak
Terdapat labia mayor dan minor atau tidak
Perhatikan adanya klitoris
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Kreatinin dan BUN serum keduanya tinggi karena beratnya gagal ginjal.
b. Klirens kreatinin menunjukkan penyakti ginjal tahap akhir bila berkurang s/d
90%.
c. Elektrolik serum menunjukkan peningkatan kalium, fasfor, kalsium, magnesium
dan produk fasfor- kalsium dengan natrium serum rendah.

5. Analisa Data
Diagnosa Data Fokus Problem
Hipervolemia DS : Gangguan mekanisme
(D.0022) a. Dyspnea regulasi
DO :
a. Edema perifer
b. BB meningkat dalam waktu singkat
c. Distensi vena jugularis
d. Kadar hematokrit turun
e. Intake lebih banyak dari output
Intoleransi DS : Kelemahan
Aktivitas a. Mengeluh lelah
(D.0056) b. Merasa lemah

DO :
a. Frekuensi jantung meningkat >20%
dari kondisi istirahat
b. Tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istirahat
Ansietas DS : Kurang terpapar
(D.0080) a. Merasa bingung informasi
b. Merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi
DO :
a. Tampak tegang
b. Tampak gelisah
c. Frekuensi napas meningkat
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Tekanan darah meningkat
f. Berorientasi pada masa lalu
Defisit Nutrisi DS : Faktor psikologis
(D.0019) a. Nafsu makan menurun (keengganan untuk
makan
DO :
a. Bising usus hiperaktif
b. Membran mukosa pucat
c. Sariawan
d. Diare

6. Diagnosa Keperawatan
a. Hipervolemia (D.0022) berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
b. Intoleransi Aktivitas (D.0056) berhubungan dengan kelemahan
c. Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kurang terpapar informasi
d. Defisit Nutrisi (D.0019) berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan
untuk makan

7. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN
(D.0022) b/d keperawatan ...x 24 jam diharapkan HIPERVOLEMIA (I.03114)
gangguan keseimbangan cairan (L.03020) Observasi
mekanisme meningkat dengan kriteria hasil : a. Periksa tanda dan gejala
regulasi a. Asupan cairan meningka hipervolemia (mis.
b. Haluaran urin meningkat Ortopnea, dyspnea,
c. Kelembaban membrane mukosa edema, JVP/CVP
meningkat meningkat, reflex
d. Asupan makanan meningkat hepatojugular posistif,
e. Edema menurun suara napas tambahan)
f. Tekanan darah membaik b. Identifikasi penyebab
g. Denyut nadi radial membaik hipervolemia
h. Tekanan arteri rata-rata membaik c. Monitor status
i. Membran mukosa membaik hemodinamik
j. Turgor kulit membaik d. Monitor intake dan
k. Berat badan membaik output cairan
Terapeutik
a. Timbang berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama
b. Batasi asupan cairan dan
garam
c. Tinggikan kepala tempat
tidur 30o-40o
Edukasi
a. Anjurkan melapor jika
haluaran urin <0,5
ml/kg/jam dalam 6 jam
b. Anjurkan melapor jika
BB bertambah >1 kg
dalam sehari
c. Ajarkan cara mengukur
dan mencatat asupan
dan haluaran cairan
d. Ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi :
l. Kolaborasi pemberian
diuretic
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN ENERGI (I.
Aktivitas keperawatan selama …x 24 jam 05178)
(D.0056) b/d diharapkan toleransi aktivitas Observasi
kelemahan (L.05047) pasien meningkat, dengan a. Identifkasi gangguan
kriteria hasil : fungsi tubuh yang
a. Frekuensi nadi meningkat mengakibatkan
b. Saturasi oksigen meningkat kelelahan
c. Kemudahan dalam melakukan b. Monitor kelelahan fisik
aktivitas sehari-hari meningkat dan emosional
d. Keluhan lelah menurun c. Monitor pola dan jam
e. Perasaan lemah menurun tidur
f. Tekanan darah membaik d. Monitor lokasi dan
g. Frekuensi napas membaik ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas

Terapeutik
a. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
b. Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
c. Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
d. Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
c. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
d. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Ansietas Setelah dilakukan keperawatan selama REDUKSI ANSIETAS
(D.0080) b/d ...x 24 jam Tingkat Ansietas (L.09093) (I.09134)
kurang terpapar menurun dengan kriteria hasil : Observasi
informasi a. Verbalisasi kebingungan menurun a. Identifikasi saat tingkat
b. Verbalisasi khawatir akibat kondisi ansietas berubah ( mis.
yang dihadapi menurun Kondisi, waktu,
c. Perilaku gelisah menurun stressor)
d. Perilaku tegang menurun b. Identifikasi kemampuan
e. Keluhan pusing menurun mengambil keputusan
f. Frekuensi pernapasan menurun c. Monitor tanda-tanda
g. Frekuensi nadi menurun ansietas (verbal dan
h. Tekanan darah menurun nonverbal)
i. Konsentrasi membaik
j. Pola berkemih membaik Terapeutik
k. Orientasi membaik a. Ciptakan suasana
terapeutik ntuk
menumbuhkan
kepercayaan
b. Temani pasien untuk
c. mengurangi kecemasan,
jika memungkinkan
d. Pahami situasi yang
membuat ansietas
e. Dengarkan dengan
penuh perhatian
f. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
g. Tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
h. Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan
i. Diskusiakan
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan dating

Edukasi
a. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mugkin dialami
b. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
c. Anjurkan keluarga
untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
d. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
e. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
f. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
g. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
h. Latih Teknik relaksasi

Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN BERAT
(D.0019) b/d keperawatan …x24 jam diharapkan BADAN (I.03097)
faktor psikologis status nutrisi (L.03030) membaik, Observasi
(keengganan dengan kriteria hasil : a. Identifikasi kondisi
untuk makan a. Porsi makanan yang dihabiskan kesehatan pasien yang
meningkat dapat mempengaruhi
b. Pengetahuan tentang pilihan berat badan
makanan yang sehat meningkat
c. Pengetahuan tentang pemilihan Terapeutik
minuman yang sehat meningkat a. Hitung berat badan ideal
d. Berat badan membaik pasien
e. Indeks Massa Tubuh membaik b. Hitung presentase lemak
f. Nafsu makan membaik dan otot pasien
c. Fasilitasi menentukan
target berat badan yang
realistis

Edukasi
a. Jelaskan hubungan
antara asupan makanan,
aktivitas fisik,
penambahan berat badan
dan penurunan berat
badan
b. Jelaskan faktor risiko
berat badan lebih dan
berat badan kurang
c. Anjurkan mencatat berat
badan setiap minggu,
jika perlu
d. Anjurkan melakukan
pencatatan asupan
makanan, aktivitas fisik
dan perubahan berat
badan
BAB III
TINJAUAN TEORI GAGAL GINJAL KRONIK

A. DEFINISI
Gagal ginjal kronik merupakan perburukan fungsi ginjal yang lambat, progresif
dan irreversible yang menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk membuang produk sisa
dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit (Onainor, 2019).
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat
pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme, gagal memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum (Erma
Kasumayanti, 2020).

B. ETIOLOGI
Etiologi gagal ginjal kronis pada masa kanak-kanak berkorelasi erat dengan umur
penderita pada saat pertama kali gagal ginjal tersebut terdeteksi. Gagal ginjal kronis
dibawah 5 tahun biasanya akibat kelainan anatomis (hipoplasdia, displadia, obstruksi dan
malformasi), sedangkan setelah usia 5 tahun yang dominan adalah penyakit glomerulus
didapat (glumerolusnefritis, sindrom hemolitik uremik, atau gangguan herediter (sindrom
alport, penyakit kistik).
Menurut Stein (2001), penyebab gagal ginjal yang sering temui pada anak-anak
antara lain: penyakit glomerulonefritis, penyakit glomerulus yang disertai dengan penyakit
sistemik, penyakit tubulointerstisial, penyakit renovaskuler, penyakit tromboembolik,
sumbatan saluran kemih, nefrosklerosis hipertensif, nefropati dibetes, penyakit polikistik
dan penyakit bawaan lain.

C. KLASIFIKASI
Menurut (IUs. Cut Husna, 2010) terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal
kronik yaitu :
1. Stadium 1 (Glomerulo filtrasi rate / GFR normal (>90ml/min)
Seseorang perlu waspada akan kondisi ginjalnya berada pada satidum 1 apabila kadar
ureum atau kreatinin berada di atas normal, didapati darah atau protein dalam urin,
adanya bukti visual kerusakan ginjal melalui pemeriksaan MRI, CT Scan, ultrasound
atau contrast xray, dan salah satu keluarga menderita penyakit ginjal polikistik. Cek
serum kreatinin dan protein dalam urin secara berkala dapat menunjukan sampai
berapa jauh kerusakan ginjal penderita.
2. Stadium 2 (Penurunan GFR Ringan atau 60 s/d 89 ml/min)
Seseorang perlu waspada akan kondisi ginjalnya berada pada stadium 2 apabila kadar
ureum atau kreatinin berada di atas normal, didapati darah atau protein dalam urin,
adanya bukti visual kerusakan ginjal melalui pemeriksaan MRI, CT Scan, ultrasound
atau contrast xray, dan salah satu keluarga menderita penyakit ginjal polikistik.
3. Stadium 3 (Penurunan GFR moderat atau 30 s/d 59 ml/min)
Seseorang yang menderita gagal ginjal kronik stadium 3 mengalami penurunan GFR
moderat yaitu diantara 30 s/d 59 ml/min. Dengan penurunan pada tingkat ini akumulasi
sisa-sisa metabolisme akan menumpuk dalam darah yang disebut uremia. Pada stadium
ini muncul komplikasi seperti hipertensi, anemia, atau keluhan pada tulang. Penderita
stadium ini biasanya akan diminta untuk menjaga kecukupan protein namun tetap
mewaspadai kadar fosfor yang ada dalam makanan tersebut, karena menjaga kadar
fosfor dalam darah tetap rendah penting bagi kelangsungan fungsi ginjal. Selain itu,
penderita juga harus membatasi asupan kalium apabila kandungan dalam darah terlalu
tinggi. Tidak ada pembatasan kalium kecuali didapati kadar dalam darah diatas normal.
Membatasi karbohidrat biasanya juga dianjurkan bagi penderita yang mempunyai
diabetes. Mengontrol minuman diperlukan selain pembatasan sodium untuk penderita
hipertensi.
4. Stadium 4 (Penurunan GFR Parah atau 15-29 ml/min)
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15-30% saja dan apabila seseorang berada
pada stadium ini maka sangat mungkin dalam waktu dekat diharuskan menjalani terapi
pengganti ginjal atau dialisis atau melakukan transplantasi ginjal. Kondisi dimana
terjadi penumpukan racun dalam darah atau uremia biasanya muncul pada stadium ini.
Selain itu, besar kemungkinan muncul komplikasi seperti hipertensi, anemia, penyakit
tulang, masalah pada jantung dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Rekomendasi
untuk memulai terapi pengganti ginjal adalah apabila fungsi ginjal hanya tinggal 15%
ke bawah.
5. Stadium 5 (Penyakit ginjal stadium akhir/terminal atau 15 ml/min)
Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk bekerja secara
optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal (dialisis) atau transplantasi
ginjal agar penderita dapat bertahan hidup.

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut STIKIM (2009) manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada anak dengan gagal
ginjal kronis antara lain sebagai berikut :
1. Edema, oliguria, hipertensi, gagal jantung kongesti
2. Poliuria, dehidrasi
3. Hiperkalemia
4. Hipernatremia
5. Anemia
6. Gangguan fungsi trombosit
7. Apatis, letargi
8. Anoreksia
9. Asidosis
10. Gatal-gatal
11. Kejang, koma
12. Disfungsi pertumbuhan

E. FAKTOR RISIKO
Menurut (Rasyid, 2017) Faktor resiko yang dianggap berperan pada kejadian gagal ginjal
kronik dapat dikelompokan atas beberapa faktor resiko yaitu :
1. Faktor yang berpeluang meningkatkan risiko kerusakan ginjal yaitu :
a. Usia tua
b. Ras atau suku
c. Tingkat pendidikan dan ekonomi
d. Kegemukan
e. Faktor genetik atau Riwayat keluarga
f. Berkurangnya massa ginjal
2. Faktor Inisiasi merupakan faktor yang secara langsung menyebabkan kerusakan ginjal
antara lain :
a. Kencing manis
b. Tekanan darah tinggi
c. Gangguan kekebalan tubuh
d. Infeksi menyeluruh
e. Infeksi saluran kencing dan adanya batu/sumbatan
f. Efek toksik dari obat
3. Faktor Progresi merupakan faktor yang menyebabkan perburukan kerusakan ginjal
yaitu :
a. Protein dalam urin yang masif
b. Tekanan darah yang tidak terkontrol
c. Kontrol gula darah yang buruk
d. Merokok

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut (Rendi & TH, 2019) penatalaksanaan pada pasien gagal ginjal kronis adalah :
1. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan terdapat
edema betis ringan. Pengawasan dilakukan melalui berat badan, urine dan pencatatan
keseimbangan cairan.
2. Diet tinggi kalori dan rendah protein.
Diet rendah protein (20 - 40 g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia
dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan uremia, menyebabkan penurunan
ureum dan perbaikan gejala. Hindari masukan berlebih dari kalium dan garam.
3. Kontrol hipertensi
Pada pasien hipertensi dengan penyakit gagal ginjal, keseimbangan garam dan cairan
diatur sendiri tanpa tergantung tekanan darah. Sering diperlukan diuretik loop, selain
obat antihipertensi.
4. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk mencegah
hiperkalemia, dihindari masukan kalium yang besar (batasi hingga 60 mmol/hari),
diuretik hemat kalium, obat-obat yang berhubungan dengan ekskresi kalium (misalnya
penghambat ACE dan obat antiinflamasi nonsteroid), asidosis berat, atau kekeurangan
garam yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi
melalui kadar kalium plasma dan EKG.
5. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mnegikat fosfat seperti aluminium
hidroksida (300-800 mg) atau kalsium karbonat (500-3.000mg) pada setiap makan.
6. Deteksi dini dan terapi infeksi.
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan diterapi lebih ketat.
7. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisinya karena metabolitnya toksik dan
dikeluarkan oleh ginjal.
8. Deteksi dini dan terapi komplikasi
Awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis, neuropati perifer,
hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang
mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialisis.
9. Persiapkan dialisis dan program transplantasi ginjal
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi, indikasi dilakukan dialisis
biasanya adalah gagal ginjal dengan gejala klinis yang jelas meski telah dilakukan
terapi konservatif atau terjadi komplikasi.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi pada gagal ginjal kronik yaitu :
1. Anemia
2. Neuropati perifer
3. Komplikasi kardiopulmoner
4. Komplikasi GI
5. Disfungsi seksual
6. Defek skeletal
7. Parestesia
8. Disfungsi saraf motorik seperti foot drop dan paralisis flasid
9. Fraktur patologis

H. PATOFISIOLOGI
Patofisiologis gagal ginjal kronik melibatkan kerusakan dan menurunnya nefron
dengan kehilangan fungsi ginjal yang progresif. Ketika laju filtrasi glomerulus menurun
dan bersihan menurun, nitrogen urea serum meningkat dan kreatinin meningkat. Sisa
nefron yang masih berfungsi mengalami hipertrofi ketika menyaring zat terlarut yang
besar. Akibatnya, ginjal kehilangan kemampuan untuk mengonsentrasi urin secara
adekuat. Untuk melanjutkan ekskresi zat terlarut, maka volume urin yang keluar akan
meningkat sehingga pasien rentan mengalami kehilangan cairan. Selain itu, tubulus
kehilangan kemampuan untuk mereabsorpsi elektrolit secara bertahap. Terkadang hasilnya
adalah pembuangan garam yang menyebabkan urine mengandung banyak natrium dan
memicu terjadinya poliuria berat.
Pada saat kerusakan ginjal berlanjut dan jumlah nefron yang masih berfungsi
mengalami penurunan maka laju glomerulus total akan menurun lebih jauh dan
menyebabkan tubuh tidak mampu mengeluarkan kelebihan air, garam, dan produk limbah
lainnya melalui ginjal. Pada saat laju filtrasi glomerulus kurang dari 10-20ml/min, maka
tubuh mengalami keracunan ureum. Apabila penyakit gagal ginjal kronik tidak diatasi
dengan dialisis atau transplantasi ginjal, maka terjadi stadium akhir yang menyebabkan
uremia dan kematian (Yasmara, 2016).
I. PATHWAY
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Wong, 2004 dalam Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, fokus pengkajian
pada anak dengan gagal ginjal adalah :
a. Pengkajian awal
1) Lakukan pengkajian fisik rutin dengan perhatian khusus pada pengukuran
parameter pertumbuhan.
2) Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai disfungsi ginjal, perilaku
makan, frekuensi infeksi, tingkat energi.
3) Observasi adanya bukti-bukti manifestasi gagal ginjal kronik.
b. Pengkajian terus menerus
1) Dapatkan riwayat untuk gejala-gejala baru atau peningkatan gejala.
2) Lakukan pengkajian fisik dengan sering, dengan perhatian khusus pada tekanan
darah, tanda edema, atau disfungsi neurologis.
3) Kaji respons psikologis pada penyakit dan terapinya.
4) Bantu pada prosedur diagnostik dan pengujian (urinalisis, hitung darah
lengkap, kimia darah, biopsi ginjal).
c. Biodata
Dari 70 % kasus GGA terjadi pada bayi di bawah 1 tahun pada minggu pertama
kahidupannya.
d. Riwayat penyakit sekarang
Urine klien kurang dari biasanya kemudian wajah klien bengkak dan klien muntah.
e. Riwayat penyakit dahulu
1) Diare hingga terjadi dehidrasi
2) Glomerulonefritis akut pasca streptokokus
3) Penyakit infeksi pada saluran kemih yang penyembuhannya tidak adekuat
sehingga menimbulkan obstruksi.
f. Activity Daily Life
1) Nutrisi : Nafsu makan menurun (anorexia), muntah
2) Eliminasi : Jumlah urine berkurang sampai 10–30 ml sehari (oliguri)
3) Aktivitas : Klien mengalami kelemahan
4) Istirahat tidur : Kesadaran menurun
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum :
BB meningkat, TD dapat normal, meningkat atau berkurang tergantung
penyebab primer gagal ginjal.
2) Pemeriksaan Fisik :
(a) Keadaan Umum: malaise, debil, letargi, tremor, mengantuk, koma.
(b) Kepala : Edema periorbital
(c) Dada : Takikardi, edema pulmonal, terdengar suara nafas tambahan.
(d) Abdomen: Terdapat distensi abdomen karena asites.
(e) Kulit : Pucat, mudah lecet, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut
tipis dan kasar, leukonikia, warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering
bersisik.
(f) Mulut : Lidah kering dan berselaput, fetor uremia, ulserasi dan perdarahan
pada mulut.
(g) Mata : Mata merah.
(h) Kardiovaskuler : Hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung, pericarditis,
pitting edema, edema periorbital, pembesaran vena jugularis, friction rub
perikardial.
(i) Respiratori : Hiperventilasi, asidosis, edema paru, efusi pleura, krekels,
napas dangkal, kussmaul, sputum kental dan liat.
(j) Gastrointestinal : Anoreksia, nausea, gastritis, konstipasi atau diare,
vomitus, perdarahan saluran pencernaan.
(k) Muskuloskeletal : Kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur tulang, foot
drop, hiperparatiroidisme, defisiensi vitamin D, gout.
(l) Genitourinari: amenore, atropi testis, penurunan libido, impotensi,
infertilitas, nokturia, poliuri, oliguri, haus, proteinuria.
(m) Neurologi : Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
(n) Hematologi : Anemia, defisiensi imun, mudah mengalami perdarahan.
2. Analisa Data
Diagnosa Data Fokus Problem
Defisit Nutrisi DS : Ketidakmapuan
(D.0019) a. Nafsu makan menurun mengabsorbsi
nutrient, faktor
DO : psikologis (mis.
a. Bising usus hiperaktif keengganan
b. Membran mukosa pucat untuk makan)
c. Sariawan
d. Diare
Gangguan DS :- Kelebihan
Integritas Kulit DO : volume cairan,
(D.0129) a. Kerusakan lapisan kulit perubahan
b. Kemerahan pigmentasi
c. Hematoma
Intoleransi DS : Kelemahan
Aktivitas a. Mengeluh lelah
(D.0056) b. Merasa lemah

DO :
a. Frekuensi jantung meningkat >20% dari
kondisi istirahat
b. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi
istirahat
Pola Napas DS : Penurunan
Tidak Efektif a. Dyspnea ekspansi paru,
(D.0005) DO : edema pulmo
a. Penggunaan otot bantu pernapasan
b. Pola napas abnormal (takikardi)
c. Tekanan ekspirasi menurun
d. Tekanan inspirasi menurun
Gangguan DS : Ketidakseimbang
Pertukaran Gas a. Dyspnea an ventilasi-
(D.0003) DO : perfusi,
a. PCO2 menurun perubahan
b. PO2 menurun membrane
c. Takikardia alveolus-kapiler
d. Bunyi napas tambahan
e. Pola napas abnormal
f. Diaforesis
g. Kesadaran menurun

3. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit Nutrisi (D.0019) berhubungan dengan ketidakmapuan mengabsorbsi
nutrient, faktor psikologis (mis. keengganan untuk makan)
b. Gangguan Integritas Kulit (D.0129) berhubungan dengan kelebihan volume cairan,
perubahan pigmentasi
c. Intoleransi Aktivitas (D.0056) berhubungan dengan kelemahan
d. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005) berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
edema pulmo
e. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003) berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi, perubahan membrane alveolus-kapiler

4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN BERAT
(D.0019) b/d keperawatan …x24 jam BADAN (I.03097)
ketidakmapuan diharapkan status nutrisi Observasi
mengabsorbsi (L.03030) membaik, dengan b. Identifikasi kondisi
nutrient, faktor kriteria hasil : kesehatan pasien yang
psikologis (mis. g. Porsi makanan yang dapat mempengaruhi berat
keengganan untuk dihabiskan meningkat badan
makan) h. Pengetahuan tentang pilihan
makanan yang sehat Terapeutik
meningkat d. Hitung berat badan ideal
i. Pengetahuan tentang pasien
pemilihan minuman yang e. Hitung presentase lemak
sehat meningkat dan otot pasien
j. Berat badan membaik f. Fasilitasi menentukan
k. Indeks Massa Tubuh target berat badan yang
membaik realistis
l. Nafsu makan membaik
Edukasi
e. Jelaskan hubungan antara
asupan makanan, aktivitas
fisik, penambahan berat
badan dan penurunan berat
badan
f. Jelaskan faktor risiko berat
badan lebih dan berat
badan kurang
g. Anjurkan mencatat berat
badan setiap minggu, jika
perlu
h. Anjurkan melakukan
pencatatan asupan
makanan, aktivitas fisik
dan perubahan berat badan

Gangguan Setelah dilakukan tindakan PERAWATAN INTEGRITAS


Integritas Kulit keperawatan selama .. x 24 jam KULIT (I.11353)
(D.0129) b/d diharapkan integritas kulit dan Observasi
kelebihan volume jaringan (L.14125) meningkat a. Identifikasi penyebab
cairan, perubahan dengan kriteria hasil : gangguan integritas kulit
pigmentasi (mis: perubahan sirkulasi,
a. Elastisitas meningkat perubahan status nutrisi,
b. Hidrasi meningkat penurunan kelembaban,
c. Kerusakan lapisan kulit suhu lingkungan ekstrim,
menurun penurunan mobilitas)
d. Pigmentasi abnormal
menurun Terapeutik
e. Jaringan parut menurun a. Ubah posisi setiap 2 jam
f. Suhu kulit membaik jika tirah baring
b. Lakukan pemijatan pada
area penonjolan tulang,
jika perlu
c. Bersihkan perineal dengan
air hangat, terutama selama
periode diare
d. Gunakan produk berbahan
petroleum atau minyak
pada kulit kering
e. Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitive
f. Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering

Edukasi
a. Anjurkan menggunakan
pelembab (mis: lotion,
serum)
b. Anjurkan minum air yang
cukup
c. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
d. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
e. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrim
f. Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal 30
saat berada diluar rumah
g. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN ENERGI (I.
Aktivitas (D.0056) keperawatan selama …x 24 jam 05178)
b/d kelemahan diharapkan toleransi aktivitas Observasi
(L.05047) pasien meningkat, e. Identifkasi gangguan
dengan kriteria hasil : fungsi tubuh yang
h. Frekuensi nadi meningkat mengakibatkan kelelahan
i. Saturasi oksigen meningkat f. Monitor kelelahan fisik
j. Kemudahan dalam dan emosional
melakukan aktivitas sehari- g. Monitor pola dan jam tidur
hari meningkat h. Monitor lokasi dan
k. Keluhan lelah menurun ketidaknyamanan selama
l. Perasaan lemah menurun melakukan aktivitas
m. Tekanan darah membaik
n. Frekuensi napas membaik Terapeutik
e. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
f. Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
g. Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
h. Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi
e. Anjurkan tirah baring
f. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
g. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
h. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi
b. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Pola Napas Tidak Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN JALAN
Efektif (D.0005) keperawatan selama …x 24 jam NAPAS (I.01011)
b/d penurunan diharapkan pola napas (L.01004) Observasi
ekspansi paru, membaik, dengan kriteria hasil : a. Monitor bunyi napas
edema pulmo a. Tekanan ekspirasi meningkat (frekuensi, kedalaman,
b. Tekanan inspirasi meningkat usaha napas)
c. Dispnea menurun b. Monitor bunyi napas
d. Penggunaan otot bantu napas tambahan (mis. gurgling,
menurun mengi, wheezing, ronkhi
e. Frekuensi napas membaik kering)
f. Kedalaman napas membaik c. Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)

Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-
tilt dan chin-lift (jaw-thrust
jika curiga trauma servikal)
b. Posisikan semi-Fowler atau
fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
e. Lakukan ppenghisapan
lender kurang dari 15 detik
f. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endrotrakeal
g. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
h. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
terkontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk
efektif

Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Gangguan Setelah dilakukan tindakan PEMANTAUAN RESPIRASI
Pertukaran Gas keperawatan selama …x 24 jam (I.01014)
(D.0003) b/d diharapkan pertukaran gas Observasi
ketidakseimbangan (L.01003) meningkat, dengan a. Monitor frekuensi, irama,
ventilasi-perfusi, kriteria hasil : kedalaman dan upaya napas
perubahan a. Tingkat kesadaran meningkat b. Monitor pola napas (seperti
membrane b. Dispnea menurun bradipnea, takipnea,
alveolus-kapiler c. Bunyi napas tambahan hiperventilasi, kussmaul,
menurun cheyne-stokes, biot,
d. Diaforesis menurun ataksik)
e. PCO2 membaik c. Monitor kemampuan batuk
f. PO2 membaik efektif
g. Takikardi membaik d. Monitor adanya produksi
h. Pola napas membaik sputum
e. Monitor adanya sumbatan
jalan napas
f. Auskultasi bunyi napas
g. Monitor saturasi oksigen
h. Monitor nilai AGD
i. Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
a. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
b. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

1. Erma Kasumayanti, M. (2020). JURNAL NERS Research & Learning in Nursing Science.
Jurnal Ners, 4(23), 47–55.
2. Mainnah, NM, Hendriyono, FX & Mujianto, S. (2020). Gambaran Kadar Kalsium Total
dan Vitamin D Pada Anak Sindrom Nefrotik Di RSUD Ulin Banjarmasin. Homeostasis,
2(3), 451-460.
3. Onainor, E. R. (2019). TERAPI THOUGHT STOPPING, RELAKSASI PROGRESIF
DAN PSIKOEDUKASI TERHADAP PENURUNAN ANSIETAS PASIEN GGK YANG
MENJALANI HEMODIALISA. 1, 105–112.
4. Padila. (2019). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika.
5. Pratiwi, Ni Komang Dian. (2019). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Pada Anak Dengan Penyakit Sindrom Nefrotik di Ruang
Alamanda RSUD Tm.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019. Diploma thesis,
Poltekkes Tanjungkarang.
6. Rendi, C., & TH, M. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DAN
PENYAKIT DALAM (IV). Nuha Medika.
7. Sudung, O. (2017). Tata Laksana Non-imunosupresan Sindrom Nefrotik Pada Anak RS
Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta. Fakultas Kedokteran UI. Saripediatri.
8. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
9. Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
10. Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
11. Umboh, Valentine. (2019). Luaran pada anak-anak dengan Sindroma nefrotik senditive
steroid di RSUP.Dr.Kandau Manado. JKK (Jurnal Kedokteran Klinik).
12. Yıldırım S. Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal
Ginjal Akut Dengan Masalah Kelebihan Cairan di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit
Umum Daerah Bangil Pasuruan. Vol. C. STIKES Inasan Cendekia Medika Jombang;
2018.

Anda mungkin juga menyukai