SINDROM NEFROTIK
1. KONSEP MEDIS
A. Definisi Sindrom Nefrotik
Sindrom Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan
kehilangan urinarius yang masif (Whaley & Wong, 2003).
Sindrom Nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering
ditemukan pada anak, dan didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang
disebabkan oleh adanya kerusakan glomerulus yang terjadi pada anak dengan
karakteristik proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Suradi
& Yuliani, 2010).
Sindrom Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat
hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014).
Whaley and Wong (1998) membagi tipe-tipe Sindrom Nefrotik :
1. Sindrom Nefrotik lesi minimal (MCNS) Minimal Change Nefrotik
Sindroma): kondisi yang tersering yang menyebabkan sindroma nefrotik
pada anak usia sekolah.
2. Sindrom Nefrotik Sekunder: Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler
kolagen, seperti lupus eritematosus sistemik dan purpura anafilaktoid,
glomerulonefritis, infeksi sistem endokarditis, bakterialis dan neoplasma
limfoproliferatif.
3. Sindrom Nefrotik Kongenital: Faktor herediter sindroma nefrotik
disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindroma
nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah edema dan
proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan dan kematian
dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi jika tidak
dilakukan dialisis.
B. Anatomi Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip
kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran
(terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam
bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya
disebut nefrologi (Astuti, 2013).
Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada
dinding abdomen. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang
perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di
bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar
adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan biasanya terletak
sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.Sebagian dari
bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal
dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang
membantu meredam goncangan (Astuti, 2013).
C. Etiologi
D. Klasifikasi
E. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah
proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder.
Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler
glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilangnya
muatan negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindrom nefrotik
keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya
terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran
glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Latas, 2002 : 383).
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria.
Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan
intravascular berpindah ke dalam intertisial. Perpindahan cairan tersebut
menjadikan volume cairan intravascular berkurang, sehingga menurunkan
jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke
renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin
angiotensin dan peningkatan sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi
aldosteron yang kemudian menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi
natrium dan air, akan menyebabkan edema (Wati, 2012).
Terjadi peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin
atau penurunan onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari
meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena
kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria).
Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan
oleh karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suriadi
dan yuliani, 2001 : 217).
F. Manifestasi klinis
G. Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisis dan biakan urin, dilakukan jika terdapat gejala klinis yang
mengarah pada infeksi saluran kemih (ISK).
b. Protein urin kuantitatif; Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan urin 24 jam atau rasio protein/kreatinin pada urin
pertama pagi hari, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
derajat dari proteinuria.
c. Pemeriksaan darah ; Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit,
hitung jenis leukosit, trombosit, hematokrit, LED), Albumin dan
kolesterol serum, Ureum, kreatinin, dan klirens kreatinin. (UKK
Nefrologi IDAI, 2014)
d. Pemeriksaan Radiologi ; dapat dilakukan USG ginjal untuk
mengidentifikasi trombosis vena renalis jika terdapat indikasi curiga
adanya keluhan nyeri pinggang (flank pain), hematuria atau gagal
ginjal akut.
e. Pemeriksaan Histopatologi; pada pemeriksaan ini dapat dilakukan
biopsi ginjal, pemeriksaan ini direkomendasikan pada pasien
sindrom nefrotik untuk mengkonfirmasi subtipe penyakitnya
atau untuk konfirmasi diagnosis. Meskipun begitu, belum ada
guidline yang pasti menjelaskan kapan biposi ginjal di
indikasikan.(Charles, 2009).
H. Penatalaksanaan
I. Komplikasi
Pathway
Reaksi antigen
antibody
Gangguan
keseimbangan
Penurunan fungsi
asam basa
ginjal
Kebocoran plasma Kerusakan Produksi
muntah
glomerular asam
meningkat
Masuk ke Permeabilitasglomerular Mual,
interstisital anoreksia
meningkat
Anoreksia Ketidakseimbangan
edema proteinuria
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Kelemahan Hipoalbuminemia
karena edema igG menurun
yang berat Tekanan onkotik
sel imun tertekan
Intoleransi Plasma menurun
aktivitas
Cairan intravaskuler Menurunnya
berpindah kedalaman respon imun
intelstisial
Resiko infeksi
Hypovolemia
Kompensasi
ginjal aktif
merangsang
Renin
Peningkatan vasokontriksi
c sekresi ADH &
aldosteran
penatalaksanaan
retensi air+natrium
hospitalisasi
edema
ketakutan
Kelebihan volume
cairan
Kerusakan
integritas kulit
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a) Umur: Lebih banyak pada anak-anak terutama pada usia pra-
sekolah (3-6 th). Ini dikarenakan adanya gangguan pada sistem
imunitas tubuh dan kelainan genetik sejak lahir.
b) Jenis kelamin: Anak laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan
anak perempuan dengan rasio 2:1. Ini dikarenakan pada fase umur
anak 3-6 tahun terjadi perkembangan psikoseksual : dimana anak
berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan
merasakan kenikmatan dari beberapa daerah genitalnya.
Kebiasaan ini dapat mempengaruhi kebersihan diri terutama
daerah genital. Karena anak-anak pada masa ini juga sering
bermain dan kebersihan tangan kurang terjaga. Hal ini nantinya
juga dapat memicu terjadinya infeksi.
c) Agama
d) Suku/bangsa
e) Status
f) Pendidikan
g) Pekerjaan
2. Identitas penanggung jawab
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pendidikan, agama, dan
hubungannya dengan klien.
3. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama: Kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik,
perut membesar (adanya acites)
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawatan perlu
menanyakan hal berikut:
c) Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output
d) Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai
dengan adanya keluhan pusing dan cepat lelah
e) Kaji adanya anoreksia pada klien
f) Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat perlu mengkaji:
1) Apakah klien pernah menderita penyakit edema?
2) Apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan
penyakit hipertensi pada masa sebelumnya?
3) Penting juga dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa
lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti DM yang
memicu timbulnya manifestasi klinis sindrom nefrotik
6. Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
a) Pola nutrisi dan metabolisme: Anoreksia, mual, muntah.
b) Pola eliminasi: Diare, oliguria.
c) Pola aktivitas dan latihan: Mudah lelah, malaise
d) Pola istirahat tidur: Susah tidur
e) Pola mekanisme koping : Cemas, maladaptif
f) Pola persepsi diri dan konsep diri : Putus asa, rendah diri
7. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
2) Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit berat
3) Kesadaran: biasanya compos mentis
4) TTV: sering tidak didapatkan adanya perubahan.
5) Pemeriksaan Sistem Tubuh
a) B1 (Breathing): Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan
pola nafas dan jalan nafas walau secara frekuensi mengalami
peningkatan terutama pada fase akut. Pada fase lanjut sering
didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang
merupakan respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
b) B2 (Blood): Sering ditemukan penurunan curah jantung respons
sekunder dari peningkatan beban volume.
c) B3 (Brain): Didapatkan edema terutama periorbital, sklera tidak
ikterik. Status neurologis mengalami perubahan sesuai dengan
tingkat parahnya azotemia pada sistem saraf pusat.
d) B4 (Bladder): Perubahan warna urine output seperti warna
urine berwarna kola
e) B5 (Bowel): Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia
sehingga didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
Didapatkan asites pada abdomen.
f) B6 (Bone): Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum,
efek sekunder dari edema tungkai dari keletihan fisik secara
umum.
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/ proses
kehidupan yang aktual atau potensial
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan yang termasuk
dibuat untuk membantu individu (klien) dalam beralih dari tingkat
kesehatan saat ini ketingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan
Perencanaan tersebut merupakan suatu petunjuk yang tertulis
dengan menggambarkan sasaran yang tepat dan sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku
perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai
dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara
mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilakukan.
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan
dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur
hasil dari proses keperawatan.
FORMAT PENGKAJIAN KERAWATAN ANAK
1. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. Y Tempat
2. tgl lahir/usia : 30-9-2018
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat :
7. Tgl masuk :29 Mei 2022
8. Tgl pengkajian : 15 juli 2022
9. Diagnosa medik : Sindrom Nefrotik
10. Rencana terapi : Infus NaCl 0,9% 39cc/jam,
pemberian cevtriaxone 1,3 gr per intravena/,24 jam /.
11. Ambrokxol 2ml/8 jam /oral
B. Identitas Orang tua
1. Ayah
a. N a m a : Tn. F
b. U s i a : 49
c. Pendidikan :-
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Sopir
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : makassar
2. Ibu
a. N a m a : Ny. A
b. U s i a : 39
c. Pendidikan : SD
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : IRT
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : Makassar
bersaudara.
2 12
ta Pasien berusia 12 tahun
Ket:
Generasi pertama: Kedua Orang tua dari ayah pasien sudah meninggal,
ayah ibu dari pasien sudah meninggal, dan ibu dari ibu pasien masih
hidup.
Generasi kedua: ayah pasien anak kedua dari dua bersaudara dan ibu
: perempuan. X : meninggal.
Reaksi Setelah
No Jenis Immunisasi Waktu Pemberian
Pemberian
6. Lain-lain Lengkap
A. Pertumbuhan Fisik
2. Tinggi Badan : 49 cm
A. Pemberi ASI
3. Cara memberikan :-
C. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
V. Riwayat Psikososial
Apakah rumah dekat sekolah dan ada tempat bermain, klien belum punya
ruang bermain:-
sakit, klien hanya menangis bila ada orang yang tidak dikenal berada di
dekatnya: Tidak.
A. Nutrisi
6. Pembahasan pola - -
B. Cairan
2. Frekuensi minum 5x 3x
3. Kebutuhan cairan - -
C. Eliminasi (BAB/BAK)
1. Tempat WC Popok
pembuangan
1. Jam tidur
tidur
E. Personal Gygiene
1. Mandi
2. Cuci rambut
Frekuensi 2x Sehari -
Cara Dimandikan -
3. Gunting kuku
sendiri
F. Aktivitas/Mobilitas Fisik
2. Pengaturan jadwal - -
harian
bantu aktivitas
pergerakan tubuh
B. Tanda-tanda vital
1. Suhu : 36,70C
2. Nadi : 94x/m
3. Respirasi : 28 x/m
1. Tinggi badan : 80 cm
2. Berat badan : 12 kg
4. Lingkar kepala : 53 cm
5. Lingkar dada : 45 cm
6. Lingkar perut : 55 cm
7. Skin fold :-
D. Sistem Pernapasan
1.Hidung :
2.Leher :
3.Dada
a. Inpeksi : dada simetris kiri dan kanan, dada datar ada kekuatan
E. Sistem Cardiovaskuler
F. Sistem Pencernaan
G. Sistem Indra
1. Mata
2. Hidung
a. Penciuman : baik
3. Telinga
a. Keadaan daun telinga kanan dan kiri sama, kanal auditoris: bersih
H. Sistem Syaraf
1. Fungsi Cerebral
pasien
4. Refleks:
c. Brudzinski I/ II : Negatif
I. Sistem Muskoloskeletal
J. Sistem Integumen
b. Temperature hangat
K. Sistem Endokrin
L. Sistem Perkemihan
N. Sistem Imun
tubuh
DO:
- Edema anasarka: ada edema pada
perut (asites), wajah dan anggota
gerak atas dan bawah yang dialami
sejak 2 minggu yang lalu. Edema
bermula dari wajah, kemudian
tangan, kaki dan perut.
- Kadar Hb/Ht turun:
HGB: 9.8 (12-16)
HCT: 32 (37-48)
-
2 DS: Kurang terpapar Ansietas
- Ayah klien mengatakan cemas informasi
dengan keadaan anaknya
DO:
- Ayah klien selalu menanyakan
tentang keadaan anaknya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
I
Nama Pasien : An.Y No.Rekam Medik : 949066 Ruang Rawat : Pinang 1 Anak Depan
No Hari/tgl Jam Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 RABU 14.00 Hipervolemia 1. Memeriksa tanda dan gejala hipervolemia (mis.
15 berhubungan dengan ortopnea, dispnea, edema, JVP/ CVP meningkat, suara S:
JUNI gangguan napas tambahan). - Ayah Klien mengatakan anaknya masih
2022 mekanisme regulasi Hasil: pasien masih sesak dan edema di seluruh tubuh, bengkak seluruh tubuh
tidak ada suara napas tambahan. O:
2. Mengidentifikasi penyebab hipervolemia. - Masih terdapat edema pada seluruh tubuh
Hasil: kerusakan glomerulus. pasien.
3. Memonitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung, - Kadar Hb/Ht turun:
tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, Cl). - HGB: 9,8(12-16).
Hasil: - HCT: 32(37-48).
N: 95 - Albumin : 2.1
TD: 100/70mmHg. - TTV:
4. Memonitor intake dan output cairan. TD :100/70 mmHg.
Hasil: RR : 22 x/mnt.
IWL: 15xBB/24 jam = 15x50/24= 31 cc/jam. N : 95 x/mnt.
5. Memonitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma S : 36,9 ˚C
(mis. kadar protein dan albumin meningkat). A: Hipervolemia belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
Memonitor kecepatan infus secara ketat.
Hasil: cairan diberikan dengan menggunakan infus
pump.
6. Membatasi asupan cairan dan garam.
Hasil: pasien dipuasakan.
Whaley & wong. 2003. Keperawatan anak vol 1. Jakarta :EGC, tanggal akses 31
mei 2022. http://makala-kesehatan-online
Suradi &yuliani, 2010. Sindrom nefrotik jilid 1 : media Aesculapius. tanggal akses
31 mei 2022. http://makala-kesehatan-online
Astute. 2013. Sindrom nefrotik jilid 1, media Aesculapius. . tanggal akses 31 mei
2022. http://makala-kesehatan-online
Nurarif &kusuma. 2013. Etiologic sindrom nefrotik. Tanggal akses 30 mei 2022.
http://healt-edukasion-online