Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN

SINDROM NEFROTIK

1. KONSEP MEDIS
A. Definisi Sindrom Nefrotik
Sindrom Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan
kehilangan urinarius yang masif (Whaley & Wong, 2003).
Sindrom Nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering
ditemukan pada anak, dan didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang
disebabkan oleh adanya kerusakan glomerulus yang terjadi pada anak dengan
karakteristik proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Suradi
& Yuliani, 2010).
Sindrom Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat
hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014).
Whaley and Wong (1998) membagi tipe-tipe Sindrom Nefrotik :
1. Sindrom Nefrotik lesi minimal (MCNS) Minimal Change Nefrotik
Sindroma): kondisi yang tersering yang menyebabkan sindroma nefrotik
pada anak usia sekolah.
2. Sindrom Nefrotik Sekunder: Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler
kolagen, seperti lupus eritematosus sistemik dan purpura anafilaktoid,
glomerulonefritis, infeksi sistem endokarditis, bakterialis dan neoplasma
limfoproliferatif.
3. Sindrom Nefrotik Kongenital: Faktor herediter sindroma nefrotik
disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindroma
nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah edema dan
proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan dan kematian
dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi jika tidak
dilakukan dialisis.
B. Anatomi Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip
kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran
(terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam
bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya
disebut nefrologi (Astuti, 2013).
Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada
dinding abdomen. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang
perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di
bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar
adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan biasanya terletak
sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.Sebagian dari
bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal
dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang
membantu meredam goncangan (Astuti, 2013).

Gambar 1.1 Anatomi Ginjal


Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih
dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan
dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urin (Astuti, 2013).
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut
korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran
(tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut
glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat
aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-
pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding
epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena
adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang
dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring
akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen (Astuti, 2013).
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting
melalui ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat
ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari
seluruh cardiac output (Astuti, 2013).  

C. Etiologi

Menurut Nurarif dan Kusuma (2013), penyebab Sindrom nefrotik yang


pasti belum diketahui. Umumnya etiologi dibagi menjadi:
1. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagi resesif autosom atau karena reaksi
meternofetal. Resisten terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada
masa neonates. Pernah dicoba pencangkokan ginjal pada neonates
tetapi tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal
pada bulan-bulan pertama.

2. Sindrom nefrotik sekunder


disebabkan oleh:
a. Malaria quartana atau parasite lainnya
b. Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid
c. Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, thrombosis
vena renalis
d. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam
emas, sengatan lebah, racun otak, air raksa.
e. Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia,nefritis
membraneproliferatif hipokomplementemik.
3. Sindrom nefrotik idiopatik atau sekunder
Sindrom nefrotik idiopatik aalah Sindrom nefrotik yang tidak
diketahui penyebabnya atau juga disebut sindrom nefrotik primer.
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsy ginjal dengan
pemeriksaan mikroskopi biasa dan mikroskopi electron, Churg
dkk membagi dalam 4 golongan yaitu kelainan minimal, nefropati
membranosa, glomerulonefritis proliferatif, glomerulosklerosis
fokal segmental.

D. Klasifikasi

Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:


1. Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal change nephrotic
syndrome).
Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia
sekolah. Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya
terlihat hampir normal bila dilihat dengan mikroskop cahaya.
2. Sindrom Nefrotik Sekunder
Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler seperti lupus eritematosus
sistemik, purpura anafilaktik, glomerulonefritis, infeksi system
endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.
3. Sindrom Nefrotik Kongenital
Faktor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif
autosomal. Bayi yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya pendek
dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten
terhadap semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun-
yahun pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialysis.

E. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah
proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder.
Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler
glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilangnya
muatan negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindrom nefrotik
keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya
terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran
glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Latas, 2002 : 383).
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria.
Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan
intravascular berpindah ke dalam intertisial. Perpindahan cairan tersebut
menjadikan volume cairan intravascular berkurang, sehingga menurunkan
jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke
renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin
angiotensin dan peningkatan sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi
aldosteron yang kemudian menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi
natrium dan air, akan menyebabkan edema (Wati, 2012).
Terjadi peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin
atau penurunan onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari
meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena
kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria).
Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan
oleh karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suriadi
dan yuliani, 2001 : 217).
F. Manifestasi klinis

Sindrom nefrotik ditegakkan berdasarkan 4 gejala klinik yang khas,


yaitu :
1. Proteinuria
Ada tiga jenis proteinuria yaitu glomerular, tubular dan
overflow. Kehilangan protein pada sindrom nefrotik termasuk
dalam proteinuria glomerular. Proteinuria pada penyakit
glomerular disebabkan oleh meningkatnya filtrasi makromolekul
melewati dinding kapiler glomerulus. Hal ini sering diakibatkan
oleh kelainan pada podosit glomerular. Dalam keadaan normal
membran basal glomerulus mempunyai mekanisme penghalang
untuk mencegah kebocoran protein. Mekanisme penghalang
pertama berdasarkan ukuran molekul dan yang kedua berdasarkan
muatan listriknya.(Charles, 2009) Pada sindrom nefrotik kedua
mekanisme tersebut terganggu.proteinuria dibedakan menjadi
selektif dan non-selektif berdasarkan ukuran molekul protein yang
keluar melalui urin. Protein selktif apabila protein yang keluar
terdiri dari molekul kecil mialnya albumin, sedangkan yang non-
selektif apabila protein yang keluar terdiri dari molekul besar
seperti imunoglobulin. (Kodner, 2016)
2. Hipoalbuminemia
Pada keadaan normal, produksi albumin di hati adalah 12-
14 g/hari (130-200 mg/kg) dan jumlah yang diproduksi sama
dengan jumlah yang dikatabolisme. Katabolisme secara dominan
terjadi pada ekstrarenal, sedangkan 10% di katabolisme pada
tubulus proksimal ginjal setelah resorpsi albumin yang telah
difiltrasi. Pada pasien sindrom nefrotik, hipoalbuminemia
merupakan manifestasi dari hilangnya protein dalam urin yang
berlebihan dan peningkatan katabolisme albumin. (Kharisma,
2017) Hilangnya albumin melalui urin merupakan konstributor
yang penting pada kejadian hipoalbuminemia. Meskipun
demikian, hal tersebut bukan merupakan satu-satunya penyebab
pada pasien sindrom nefrotik karena laju sintesis albumin dapat
meningkat setidaknya tiga kali lipat dan dengan begitu dapat
mengompensasi hilangnya albumin melalui urin. (UKK
Nefrologi IDAI, 2014).
3. Edema
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang
timbulnya edema pada sindrom nefrotik. Underfilled theory
merupakan teori klasik tentang pembentukan edema. Teori ini berisi
bahwa adanya edema disebabkan oleh menurunnya tekanan onkotik
intravaskuler dan menyebabkan cairan merembes ke ruang
interstisial. Adanya peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus
menyebabkan albumin keluar sehingga terjadi albuminuria dan
hipoalbuminemia. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu fungsi
vital dari albumin adalah sebagai penentu tekanan onkotik. Maka
kondisi hipoalbuminemia ini menyebabkan tekanan onkotik koloid
plasma intravaskular menurun. Sebagai akibatnya, cairan transudat
melewati dinding kapiler dari ruang intravaskular ke ruang
interstisial kemudian timbul edema. (Kharisma, 2017).
Menurut teori lain yaitu teori overfilled, retensi natrium
renal dan air tidak bergantung pada stimulasi sistemik perifer
tetapi pada mekanisme intrarenal primer. Retensi natrium
renal primer mengakibatkan ekspansi
volume plasma dan cairan ekstraseluler. Overfilling cairan ke
dalam ruang
interstisial menyebabkan terbentuknya edema.
4. Hiperlipidemia
Penderita sindrom nefrotik idiopatik mengalami
hiperkolesterolemia (kolesterol serum lebih dari 200 mg/dl), yang
tampak lebih nyata pada sindrom nefrotik kelainan minimal.
Umumnya terdapat korelasi terbalik antara kadar albumin serum
dan kolesterol. Apabila albumin serum kembali normal, baik secara
spontan ataupun dengan pemberian albumin, kadar lipid akan juga
kembali normal. Lipid dapat ditemukan di dalam urin dalam bentuk
oval fat bodies.
Gejala lain yang menyertai :
1. Perubahan urin (penurunan volume, berbau buah, gelap)
2. Pembengkakan abdomen (asites)
3. Kesulitan pernapasan (efusi pleura)
4. Mudah lelah
5. Hipertensi
6. Anoreksia, mual dan muntaH

G. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakaukan pada sindrom


nefrotik adalah sebagai berikut :

a. Urinalisis dan biakan urin, dilakukan jika terdapat gejala klinis yang
mengarah pada infeksi saluran kemih (ISK).
b. Protein urin kuantitatif; Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan urin 24 jam atau rasio protein/kreatinin pada urin
pertama pagi hari, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
derajat dari proteinuria.
c. Pemeriksaan darah ; Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit,
hitung jenis leukosit, trombosit, hematokrit, LED), Albumin dan
kolesterol serum, Ureum, kreatinin, dan klirens kreatinin. (UKK
Nefrologi IDAI, 2014)
d. Pemeriksaan Radiologi ; dapat dilakukan USG ginjal untuk
mengidentifikasi trombosis vena renalis jika terdapat indikasi curiga
adanya keluhan nyeri pinggang (flank pain), hematuria atau gagal
ginjal akut.
e. Pemeriksaan Histopatologi; pada pemeriksaan ini dapat dilakukan
biopsi ginjal, pemeriksaan ini direkomendasikan pada pasien
sindrom nefrotik untuk mengkonfirmasi subtipe penyakitnya
atau untuk konfirmasi diagnosis. Meskipun begitu, belum ada
guidline yang pasti menjelaskan kapan biposi ginjal di
indikasikan.(Charles, 2009).

H. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal.


Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa hari mungkin
diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna mengurangi edema. Masukan
protein ditingkatkan untuk menggantikan protein yang hilang dalam urin dan
untuk membentuk cadangan protein di tubuh. Jika edema berat, pasien
diberikan diet rendah natrium. Diuretik diresepkan untuk pasien dengan
edema berat, dan adrenokortikosteroid (prednison) digunakan untuk
mengurangi proteinuria (Brunner & Suddarth, 2001).

Diet bagi klien sindrom nefrotik


1. Tujuan Diet
a. Mengganti kehilangan protein terutama albumin.
b. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
c. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida.
d. Mengontrol hipertensi.
e. Mengatasi anoreksia.
(Almatsier, 2007)
2. Syarat Diet
a. Energi cukup, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif
yaitu 35 kkal/kg BB per hari.
b. Protein sedang, yaitu 1 g/kg BB, atau0,8 g/kg BB ditambah jumlah
protein yang dikeluarkan melalui urin. Utamakan penggunaan protein
bernilai biologik tinggi.
c. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energy total.
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energy total
e. Natrium dibatasi, yaitu 1-4 gr sehari, tergantung berat ringannya
edema.
f. Kolesterol dibatasi < 300mg, begitu pula gula murni, bila ada
peningkatan trigliserida darah.
g. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui
urin ditambah  500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit
dan pernafasan (Almatsier, 2007)
3. Diet yang Dianjurkan dan Dihindari
Jenis Bahan
Dianjurkan Dibatasi
Makanan
Sumber Nasi, bubur, bihun, roti, Roti, biskuit dan kue-
karbohidrat gandum, makaroni, pasta, kue yang dibuat
jagung, kentang, ubi, talas, menggunakan garam
singkong, havermout dapur dan soda.
Sumber Telur, susu skim/susu rendah Hati, ginjal, jantung,
protein lemak, daging tanpa lemak, limpa, otak, ham, sosis,
hewani ayam tanpa kulit, ikan babat, usus, paru,
sarden, kaldu daging,
bebek, burung, angsa,
remis, seafood dan
aneka. Protein hewani
yang diawetkan
menggunakan garam
seperti sarden, kornet,
ikan asin dan
sebagainya
Sumber Kacang-kacangan dan aneka Kacang-kacangan yang
protein nabati olahannya diasinkan aatu
diawetkan
Sayuran Semua jenis sayuran segar Sayuran yang
diasinkan atau
diawetkan
Buah-buahan Semua macam buah-buahan Buah-buahan yang
segar diasinkan atau
diawetkan
Minum Semua macam minuman yang Teh kental atau kopi.
tidak beralkohol Minuman yang
mengandung soda dan
alkohol: soft drink,
arak, ciu, bir
Lainnya Semua macam bumbu Makanan yang
secukupnya berlemak, penggunaan
santan kental, bumbu:
garam, baking powder,
soda kue, MSG, kecap,
terasi, ketchup, sambal
botol, petis, tauco,
bumbu instan, dan
sebagainya

I. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada sindrom nefrotik yaitu :


1. Keseimbangan Nitrogen Negatif
Proteinuria masif akan menyebabkan keseimbangan nitrogen
menjadi negatif, yang secara klinis dapat diukur dengan kadar
albumin plasma. Diet tinggi protein tidak terbukti memperbaiki
metabolisme albumin karena respon hemodinamik terhadap asupan
yang meningkat adalah meningkatnya tekanan glomerulus yang
menyebabkan kehilangan protein dalam urin yang semakin banyak.
Diet rendah protein akan mengurangi proteinuria namun juga
menurunkan kecepatan sintesis albumin dan dalam jangka panjang
akan meningkatkan risiko memburuknya keseimbangan nitrogen
negatif.
2. Hiperkoagulasi
Komplikasi tromboemboli sering ditemukan pada sindrom nefrotik
akibat peningkatan koagulasi intravaskular. Kadar berbagai protein
yang terlibat dalam kaskade koagulasi terganggu pada sindrom
nefrotik serta agregasi paltelet ikut meningkat. Gangguan koaglasi
yang terjadi disebabkan oleh peningkatan sisntesis protein oleh hati
dan kehilangan protein melalui urin.
3. Hiperlidemia dan lipiduria
Merupakan keadaan yang serig menyertai sindrom nefrotik. Respon
hiperlipidemik sebagian dicetuskan oleh menurunnya tekanan onkotik
plasma, serta derajat hiperlipidemia berbanding terbalik dan
berhubungan erat dengan menurunnya tekanan onkotik. Kondisi
hiperlipidemia dapat reversibel seiring dengan resolusi dari
sindronefrotik yang terjadi baik secara spontan maupun diinduksi
dengan obat.
4. Gangguan metabolism kalsium dan tulang
Vitamin D yang terikat protein maka akan diekskresikan melalui
uring sehingga terjadi penurunan kadar plasma. Kadar 25(OH)D dan
1,25 (OH) 2D plasma juga ikut menurunan sedangkan kadar vitamin
D bebas tidak mengalamu gangguan.
5. Infeksi
Infeksi merupakan penyebab tersering terjadinya kematian pada
sindrom nefrotik terutama oleh organisme berkapsul. Infeksi pada
sindrom nefrotik terjadi akibat defek imunitas humoral, seluler dan
gangguan sistema komplemen. (PAPDI, 2014)

Pathway
Reaksi antigen
antibody
Gangguan
keseimbangan
Penurunan fungsi
asam basa
ginjal
Kebocoran plasma Kerusakan Produksi
muntah
glomerular asam
meningkat
Masuk ke Permeabilitasglomerular Mual,
interstisital anoreksia
meningkat
Anoreksia Ketidakseimbangan
edema proteinuria
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Kelemahan Hipoalbuminemia
karena edema igG menurun
yang berat Tekanan onkotik
sel imun tertekan
Intoleransi Plasma menurun
aktivitas
Cairan intravaskuler Menurunnya
berpindah kedalaman respon imun
intelstisial
Resiko infeksi
Hypovolemia

Kompensasi
ginjal aktif
merangsang

Renin
Peningkatan vasokontriksi
c sekresi ADH &
aldosteran
penatalaksanaan
retensi air+natrium

hospitalisasi
edema

ketakutan
Kelebihan volume
cairan

Kerusakan jaringan epidermis


Kurang
dan dermis
pengetahuan
Terjadi kemerahan

Turgo kulit jelek

Kerusakan
integritas kulit
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a) Umur: Lebih banyak pada anak-anak terutama pada usia pra-
sekolah (3-6 th). Ini dikarenakan adanya gangguan pada sistem
imunitas tubuh dan kelainan genetik sejak lahir.
b) Jenis kelamin: Anak laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan
anak perempuan dengan rasio 2:1. Ini dikarenakan pada fase umur
anak 3-6 tahun terjadi perkembangan psikoseksual : dimana anak
berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan
merasakan kenikmatan dari beberapa daerah genitalnya.
Kebiasaan ini dapat mempengaruhi kebersihan diri terutama
daerah genital. Karena anak-anak pada masa ini juga sering
bermain dan kebersihan tangan kurang terjaga. Hal ini nantinya
juga dapat memicu terjadinya infeksi.
c) Agama
d) Suku/bangsa
e) Status
f) Pendidikan
g) Pekerjaan
2. Identitas penanggung jawab
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pendidikan, agama, dan
hubungannya dengan klien.
3. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama: Kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik,
perut membesar (adanya acites)
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawatan perlu
menanyakan hal berikut:
c) Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output
d) Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai
dengan adanya keluhan pusing dan cepat lelah
e) Kaji adanya anoreksia pada klien
f) Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat perlu mengkaji:
1) Apakah klien pernah menderita penyakit edema?
2) Apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan
penyakit hipertensi pada masa sebelumnya?
3) Penting juga dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa
lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti DM yang
memicu timbulnya manifestasi klinis sindrom nefrotik
6. Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
a) Pola nutrisi dan metabolisme: Anoreksia, mual, muntah.
b) Pola eliminasi: Diare, oliguria.
c) Pola aktivitas dan latihan: Mudah lelah, malaise
d) Pola istirahat tidur: Susah tidur
e) Pola mekanisme koping :  Cemas, maladaptif
f) Pola persepsi diri dan konsep diri : Putus asa, rendah diri
7. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
2) Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit berat
3) Kesadaran: biasanya compos mentis
4) TTV: sering tidak didapatkan adanya perubahan.
5) Pemeriksaan Sistem Tubuh
a) B1 (Breathing): Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan
pola nafas dan jalan nafas walau secara frekuensi mengalami
peningkatan terutama pada fase akut. Pada fase lanjut sering
didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang
merupakan respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
b) B2 (Blood): Sering ditemukan penurunan curah jantung respons
sekunder dari peningkatan beban volume.
c) B3 (Brain): Didapatkan edema terutama periorbital, sklera tidak
ikterik. Status neurologis mengalami perubahan sesuai dengan
tingkat parahnya azotemia pada sistem saraf pusat.
d) B4 (Bladder): Perubahan warna urine output seperti warna
urine berwarna kola
e) B5 (Bowel): Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia
sehingga didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
Didapatkan asites pada abdomen.
f) B6 (Bone): Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum,
efek sekunder dari edema tungkai dari keletihan fisik secara
umum.

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/ proses
kehidupan yang aktual atau potensial
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan yang termasuk
dibuat untuk membantu individu (klien) dalam beralih dari tingkat
kesehatan saat ini ketingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan
Perencanaan tersebut merupakan suatu petunjuk yang tertulis
dengan menggambarkan sasaran yang tepat dan sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku
perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai
dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara
mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilakukan.
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan
dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur
hasil dari proses keperawatan.
FORMAT PENGKAJIAN KERAWATAN ANAK

STIKES TANA TORAJA

1. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. Y Tempat
2. tgl lahir/usia : 30-9-2018
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat :
7. Tgl masuk :29 Mei 2022
8. Tgl pengkajian : 15 juli 2022
9. Diagnosa medik : Sindrom Nefrotik
10. Rencana terapi : Infus NaCl 0,9% 39cc/jam,
pemberian cevtriaxone 1,3 gr per intravena/,24 jam /.
11. Ambrokxol 2ml/8 jam /oral
B. Identitas Orang tua
1. Ayah
a. N a m a : Tn. F
b. U s i a : 49
c. Pendidikan :-
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Sopir
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : makassar
2. Ibu
a. N a m a : Ny. A
b. U s i a : 39
c. Pendidikan : SD
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : IRT

e. A g a m a : Islam

f. Alamat : Makassar

C. Identitas Saudara Kandung : Klien adalah anak ke 2 dari 2

bersaudara.

I. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit:ayah klien mengatakan anaknya


mengalami bengkak di seluruh tubuh diperhatikan sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit.
A. Riwayat Kesehatan Sekarang: Ayah klien mengatakan anaknya
mengalami bengkak sejak 2 minggu lalu diseluruh tubuh mulai dari
kelopak mata, pipi, perut, dan menyebar keseluruh tubuh dan kedua kaki
B. Riwayat Kesehatan Lalu:ayah klien mengatakan klien pernah dirawat di
rumah sakit sebelumnya dan pernah mengikuti kemo
C. (Untuk semua usia)
 Penyakit yang pernah dialami : tidak ada.
 Kecelakaan yang dialami : tidak pernah.
 Klien belum/pernah dirawat di RS: tidak pernah
 Riwayat alergi : tidak ada.
 Konsumsi obat-obatan bebas :-
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
 Penyakit anggota keluarga: tidak ada.
 Genogram

2 12
ta Pasien berusia 12 tahun

Ket:

Generasi pertama: Kedua Orang tua dari ayah pasien sudah meninggal,

ayah ibu dari pasien sudah meninggal, dan ibu dari ibu pasien masih

hidup.

Generasi kedua: ayah pasien anak kedua dari dua bersaudara dan ibu

anak kedua dari dua bersaudara

Generasi ketiga: pasien anak ke enam dari tujuh bersaudara.

: laki-laki. : tinggal serumah.

: perempuan. X : meninggal.

: garis perkawinan. : pasien


: garis keturunan

II. Riwayat Immunisasi

Reaksi Setelah
No Jenis Immunisasi Waktu Pemberian
Pemberian

1. BCG 1 bulan Tidak Ada

2. DPT (I, II, III) 2,3,4 bulan Demam

3. Polio (I,II,III,IV) 1,2,3,4 bulan Tidak Ada

4. Campak 9 bulan Tidak Ada

5. Hepatitis 0-7 bulan Tidak Ada

6. Lain-lain Lengkap

III. Riwayat Tumbuh Kembang

A. Pertumbuhan Fisik

1. Berat Badan lahir : 3,3 kg

2. Tinggi Badan : 49 cm

3. Waktu tumbuh gigi: 1 Tahun

B. Perkembangan tiap tahap usia anak saat

1. Berguling : umur 5 bulan

2. Duduk : umur 6 bulan

3. Merangkak : umur 8 bulan

4. Berdiri : umur 9 bulan

5. Berjalan : umur 11 bulan


6. Senyum kepada orang lain pertama kali :umur 3 bulan

7. Bicara pertama kali : umur 8 bulan

8. Berpakaian tanpa bantuan : umur 1 tahun 8 bulan

IV. Riwayat Nutrisi

A. Pemberi ASI

1. Pertama kali disusui : saat lahir.

2. Cara pemberian : disusui.

3. Lama pemberian : 2 tahun.

B. Pemberian susu formula

1. Alasan pemberian : membantu memenuhi kebutuhan nutrisi.

2. Jumlah pemberian : 5x sehari.

3. Cara memberikan :-

C. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini

No Usia Jenis Nutrsi Lama Pemberian

1 0-4 bulan Asi Ekslusif 0-4 bulan

2 4-12 bulan Bubur 4-12 bulan

3 Saat Ini Bubur dan lauk Saat Ini

V. Riwayat Psikososial

 Anak tinggal bersama orang tua di rumahnya sendiri : ya.

 Lingkungan berada : jln. Poros.

 Apakah rumah dekat sekolah dan ada tempat bermain, klien belum punya

kamar tidur sendiri: -


 Di rumah tidak ada tangga yang bisa berbahaya, anak tidak mempunyai

ruang bermain:-

VI. Riwayat Spiritual

 Support system dalam keluarga: Ayah.

 Kegiatan keagamaan: Sholat.

VII. Reaksi Hospitalisasi

A. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap : Baik

 Ibu membawa anaknya ke RS, karena khawatir akan keadaan anaknya: Ya

 Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak: Ya

 Orang tua nampak cemas dan khawatir: Ya

 Orang tua selalu berkunjung ke rumah sakit: Ya

 Ibu klien yang menemani/tinggal dengan klien di rumah sakit: Tidak.

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

 Klien nampak belum mampu mengatakan mengapa ia berada di rumah

sakit, klien hanya menangis bila ada orang yang tidak dikenal berada di

dekatnya: Tidak.

VIII. Aktivitas Sehari-hari

A. Nutrisi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Selera makan Baik Baik

2. Menu makan Nasi, telur, sayur bubur

3. Frekuensi makan 2 s/d 3x sehari 2 s/d 3x sehari

4. Makanan yang Nasi goreng dan -


disukai jajanan -

5. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada

6. Pembahasan pola - -

makan Makan sendiri Disuapi

7. Cara makan Berdoa Berdoa

8. Ritual saat makan

B. Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jenis minuman Air dan susu Air

2. Frekuensi minum 5x 3x

3. Kebutuhan cairan - -

4. Cara pemenuhan Minum air putih Minum air putih

5. Jumlah 150cc/hari 150cc/hari

C. Eliminasi (BAB/BAK)

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Tempat WC Popok

pembuangan

2. Frekuensi (waktu) 1x sehari 1x sehari

3. Konsistensi Encer Encer, ada darah segar

4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada

5. Obat pencahar Tidak ada Tidak ada


D. Istirahat Tidur

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jam tidur

 Siang Pukul 13.00- 15.00 Tidak Menentu

 Malam Pukul 20.00-06.00 Tidak Menentu

2. Pola tidur Baik Baik

3. Kebiasaan sebelum Tidak ada Tidak ada

tidur

4. Kesulitan tidur Tidak ada Terganggu akibat mual

E. Personal Gygiene

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Mandi

 Cara Mandi sendiri Dibantu ayah

 Frekuensi 2x Sehari 1x sehari

 Alat mandi Air dingin Air hangat

2. Cuci rambut

 Frekuensi 2x Sehari -

 Cara Dimandikan -

3. Gunting kuku

 Frekuensi 2x Seminggu 2x Seminggu

 Cara Diguntingkan Diguntingkan


4. Gosok gigi

 Frekuensi 2x sehari 1x sehari

 Cara Menggosok gigi Digosokkan

sendiri

F. Aktivitas/Mobilitas Fisik

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Kegiatan sehari-hari Bermain -

2. Pengaturan jadwal - -

harian

3. Penggunaan alat Tidak Ada -

bantu aktivitas

4. Kesulitan Tidak ada -

pergerakan tubuh

IX. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan Umum Klien : bengkak seluruh tubuh

B. Tanda-tanda vital

1. Suhu : 36,70C

2. Nadi : 94x/m

3. Respirasi : 28 x/m

4. Tekanan darah : 100/60 mmhg


C. Antropometri

1. Tinggi badan : 80 cm

2. Berat badan : 12 kg

3. Lingkar lengan atas : 47 cm

4. Lingkar kepala : 53 cm

5. Lingkar dada : 45 cm

6. Lingkar perut : 55 cm

7. Skin fold :-

D. Sistem Pernapasan

1.Hidung :

a. Inpeksi : tidak ada polip, dispnea.

b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

2.Leher :

a. Inpeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

3.Dada

a. Inpeksi : dada simetris kiri dan kanan, dada datar ada kekuatan

dinding dada, ada penggunaan otot pernapasan

b. Palpasi: tidak ada nyeri tekan

c. Perkusi: hipersonor kanan kiri

d. Auskultasi: ada suara napas tambahan.

E. Sistem Cardiovaskuler

a. Inspeksi: konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir terlihat kering


b. Palpasi: tidak ada nyeri tekan

c. Auskultasi: bunyi jantung b1 dan b2 lup-dup, CRT normal <2 detik

F. Sistem Pencernaan

1. Sclera : ikterus tidak ada, bibir kering.

2. Mulut stomatitis, kemampuan menelan baik

G. Sistem Indra

1. Mata

a. Kelopak mata: bengkak

b. Visus (gunakan Snallen chard): Tidak Dikaji

c. Lapang Pandang : Tidak dikaji

2. Hidung

a. Penciuman : baik

b. Trauma : tidak ada

c. Perih dihidung : tidak

d. Mimisan : tidak ada

3. Telinga

a. Keadaan daun telinga kanan dan kiri sama, kanal auditoris: bersih

b. Fungsi pendengaran: pasien mampu mendengar dengan baik.

H. Sistem Syaraf

1. Fungsi Cerebral

a. Status Mental: baik

b. Kesadaran: kesadaran compos mentis.

c. Bicara Ekspresive: pasien mampu mengekspresikan.


2. Fungsi Cranial

a. Nervus I (olfaktorius): tidak ada kelainan pada hidung

b. Nervus II (optikus): tidak ada edema pada penglihatan

pasien

c. Nervus III, IV, VI (okomolotorius, ochealis, abducens) :

ada gangguan pada otot mata, pergerakan bola mata

terganggu, pasien dapat merasakan nyeri yang sama

d. Nervus V (trigaminus): pergerakan mata normal.

e. Nervus VII (cranialis): pasien dapat merasakan dan

membedakan rasa manis, dan pahit .

f. Nervus VIII (vestibulocochlearis): pasien dapat

mendengarkan dengan baik.

g. Nervus IX (glossofaringeal): tidak ada gangguan

h. Nervus X (vagus): tidak dikaji

i. Nervus XI (assesorius): tidak ada gangguan.

j. Nervus XII (hypoglossus): pasien dapat menggerakkan

lidah dari kiri kekanan dan sebaliknya.

3. Fungsi cerebellum: koordinasi, keseimbangan: tidak dikaji.

4. Refleks:

a. Bisep: tidak dikaji

b. trisep : tidak dikaji

c. Patela : tidak dikaji


5. Initasi menigen

a. Kuku Kuduk : Negatif

b. Lassea Sign: Negatif

c. Brudzinski I/ II : Negatif

I. Sistem Muskoloskeletal

a. Kepala: kulit kepala tampak Lembab

b. Pelvis : tidak terdapat cidera dan lesi

c. Kaki: ada pembengkakan

d. Tangan : ada pembengkakan pada tangan

J. Sistem Integumen

a. Kebersihan kulit lembab

b. Temperature hangat

c. Turgor kembali 2 detik

d. Kelainan kulit : bengkak

K. Sistem Endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

L. Sistem Perkemihan

Ada edema palpebral, ada edema anasarka

M.Sistem reproduksi : Tidak dikaji

N. Sistem Imun

1. Tidak ada riwayat alergi makanan.

2. Berhubungan dengan cuaca: tidak ada


X. Tes Diagnostik

A. Pemeriksaan Laboratorium (15 juni 2022)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


HEMATOLOGI
ALBUMINE 1.1 3.8-5.1 gr/dl
RET - 0,00-0.10 10^3/ul
WBC 12.4 4.00-10.0 10^3/Ul
RBC 4.97 4.00-6.00 10^6/Ul
HGB 9.8 12.0-16.0 gr/dl
HCT 32 37.0-48.0 %
MCV 65 80.0-97.0 Fl
MCH 20 26.5-33.5 Pg
MCHC 30 31.5-35.0 gr/dl
PLT 1.063 150-400 10^3/uL
RDW-SD 37.0-54.0 fL
RDW-CV 19.0 10.0-15.0
PDW - 10.0-18.0 fL
MPV 7.9 6.50-11.0 fL
P-LCR 13.0-43.0 %
PCT 0.84 0.15-0.50 %
NEUT 57.60 52.0-75.0 %
LYMPH 28.5 20.0-40.0 %
MONO 10.5 2.00-8.00 10^3/uL
EO 2.5 1.00-3.00 10^3/uL
BASO 0.11 0.00-0.10 10^3/uL
TERAPI PENGOBATAN

1. Furosemide 40 mg/24 jam/ oral

Manfaat : untuk mengatasi penumpukan cairan didalam tubuh atau edema

2. Calnic sirup 5 cc/24 jam/ oral

Manfaat : untuk membantu memenuhi kebutuhan kalsium (Ca)

3 . Ambroxol:untuk meredahkan batuk berdahak

4 furosemid:untuk mengatasi penumpukan cairan dalam tubuh

5.ceftriaxone:untuk anti nyeri


KLASIFIKASI DATA

Nama Pasien : An.Y


No.Rekam Medik : 949066
Ruang Rawat : Pinang 1 Anak Depan
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

3. Ayah Klien mengatakan anankya 1. Keadaan umum: bengkak seluruh


mengalami pembengkakan tubuh
diseluruh tubuh 2. Kesadaran: compos mentis GCS
4. ayah klien mengatakan cemas 15.
dengan keadaan anaknya 3. Ada edema pada perut (asites),
wajah dan anggota gerak atas dan
bawah yang dialami sejak 2 hari
yang lalu. Edema bermula dari
wajah, kemudian tangan, kaki dan
perut.
4. ayah klien sering bertanya tentang
keadaan anaknya
5. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,90C
Nadi : 98x/menit
Respirasi : 28 x/menit
Tekanan darah : 100/60 mmhg.
6. Pemeriksaan Lab
HGB: 9.8 (12-16)
HCT: 32 (37-48)
Albumine : 1.1 gr/dl
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 DS: Gangguan Hipervolemia
-ayah klien mengatakan anaknya mekanisme
mengalami bengkak di seluruh regulasi

tubuh
DO:
- Edema anasarka: ada edema pada
perut (asites), wajah dan anggota
gerak atas dan bawah yang dialami
sejak 2 minggu yang lalu. Edema
bermula dari wajah, kemudian
tangan, kaki dan perut.
- Kadar Hb/Ht turun:
HGB: 9.8 (12-16)
HCT: 32 (37-48)

-
2 DS: Kurang terpapar Ansietas
- Ayah klien mengatakan cemas informasi
dengan keadaan anaknya
DO:
- Ayah klien selalu menanyakan
tentang keadaan anaknya

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An.Y No.Rekam Medik : 980223


Ruang Rawat : Pinang 1 Anak Depan
No Diagnosa Keperawatan Tgl. Ditemdukan
1 Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi 14 juni 2022
ditandai dengan:
DS:
- Ayah Klien mengatakan mengeluh bengkak seluruh tubuh
disertai sesak nafas
DO:
- Edema anasarka: ada edema pada perut (asites), wajah dan
anggota gerak atas dan bawah yang dialami sejak 2 minggu
yang lalu. Edema b ermula dari wajah, kemudian tangan,
kaki dan perut.
- Kadar Hb/Ht turun:
HGB: 10.1 (12-16)
HCT: 30 (37-48)
Albumin : 2.1 gr/dl

2 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi 14 juni 2022


DS:
- Ayah klien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya
DO:
- Ayah klien sering menanyakan tentang keadaan anaknya
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An.Y No.Rekam Medik : 980223


Ruang Rawat : Pinang 1 Anak Depan
No SDKI SLKI SIKI
1 Hipervolemia Keseimbangan Cairan Intervensi utama:
(D.0022) (L.03020) Manajemen Hipervolemia
Tujuan: ((I.03114)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. ortopnea, dispnea, edema,
selama 3x24 jam, diharapkan
JVP/ CVP meningkat, suara napas tambahan).
keseimbangan cairan meningkat dengan 2. Identifikasi penyebab hipervolemia.
Kriteria Hasil: 3. Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung, tekanan darah,
MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, Cl).
1. Edema menurun. 4. Monitor intake dan output cairan.
2. Asites menurun. 5. Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. kadar natrium, hematocrit, berat
jenis urine).
3. BB membaik. 6. Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma (mis. kadar protein
dan albumin meningkat).
7. Monitor kecepatan infus secara ketat.
Terapeutik
1. Batasi asupan cairan dan garam.
2. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40˚.
Edukasi
1. Anjurkan melapor jika haluaran urin 0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam.
2. Ajarkan cara membatasi cairan.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik.
2. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik.
3. Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy (CRRT), jika
perlu.
4. Ansietas (D. Tujuan : Intervensi utama :
0080) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi ansietas
selama kurang lebih 2x24 jam (I. 09314 )
diharapkan tingkat ansietas Observasi
menurun 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah ( mis. Kondisi, waktu, stressor )
Tingkat ansietas 2. identifikasi kemampuan mengambil keputusan
1. Verbalisasi kuatir akibat kondisi 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
yang dihadapi menurun Terapeutik
2. gelisah menurun 1. ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
3. pusing menurun 2. dengarkan dengan penuh perhatian
4. palpitasi menurun Edukasi
5. pucat menurun 2. anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6. pola tidur membaik 3. latih teknik relaksasi
7. tegang menurun

IMPLEMENTASI
I
Nama Pasien : An.Y No.Rekam Medik : 949066 Ruang Rawat : Pinang 1 Anak Depan
No Hari/tgl Jam Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 RABU 14.00 Hipervolemia 1. Memeriksa tanda dan gejala hipervolemia (mis.
15 berhubungan dengan ortopnea, dispnea, edema, JVP/ CVP meningkat, suara S:
JUNI gangguan napas tambahan). - Ayah Klien mengatakan anaknya masih
2022 mekanisme regulasi Hasil: pasien masih sesak dan edema di seluruh tubuh, bengkak seluruh tubuh
tidak ada suara napas tambahan. O:
2. Mengidentifikasi penyebab hipervolemia. - Masih terdapat edema pada seluruh tubuh
Hasil: kerusakan glomerulus. pasien.
3. Memonitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung, - Kadar Hb/Ht turun:
tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, Cl). - HGB: 9,8(12-16).
Hasil: - HCT: 32(37-48).
N: 95 - Albumin : 2.1
TD: 100/70mmHg. - TTV:
4. Memonitor intake dan output cairan. TD :100/70 mmHg.
Hasil: RR : 22 x/mnt.
IWL: 15xBB/24 jam = 15x50/24= 31 cc/jam. N : 95 x/mnt.
5. Memonitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma S : 36,9 ˚C
(mis. kadar protein dan albumin meningkat). A: Hipervolemia belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
Memonitor kecepatan infus secara ketat.
Hasil: cairan diberikan dengan menggunakan infus
pump.
6. Membatasi asupan cairan dan garam.
Hasil: pasien dipuasakan.

Meninggikan kepala tempat tidur 30-40˚.


7. Menganjurkan melapor jika haluaran urin 0,5
mL/kg/jam dalam 6 jam.
8. Mengajarkan cara membatasi cairan.
Hasil: pasien mengerti dan hanya membasahi mukosa
bibir apabila pasien mengeluh haus.
9. Melakukan kolaborasi pemberian diuretik.
Hasil: injeksi furosemide 40mg/24 jam/iv.
10. Melakukan kolaborasi penggantian kehilangan kalium
akibat diuretik.
Hasil: pemberin KSR tablet 300mg/24 jam/oral.
11. Melakukan kolaborasi pemberian continuous renal
replacement therapy (CRRT), jika perlu.

2. KAMIS 23:00 Ansietas Reduksi ansietas (I. 09314 )


16 JUNI berhubungan dengan Observasi S = ayah klien mengatakan kecemasannya
2022 kurang terpapar 1. mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah ( berkurang setelah mengungkapkan
mis. Kondisi, waktu, stressor ) perasaannya, pasien merasa tenang, mampu
informasi
Hasil : saat ibu klien tidak berfokus pada mengidentifikasi situasi yang mencetuskan
kecemasannya ansietas.
2. mengidentifikasi kemampuan mengambil O = ayah klien tidak tampak gelisah
keputusan Ayah Klien dapat tidur dengan nyeyak
Hasil ayah klien tidak mampu mengambil A = Masalah teratasi
16keputusan sendiri tampa ayah klien P = pertahankan intervensi
3. Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
nonverbal)
Hasil : ayah klien masih tampah gelisah
Terapeutik
1. menciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
Hasil : mengajak ibu klien pasien bercerit
2. mendengarkan dengan penuh perhatian
Hasil : mendengarkan cerita ibu klien
Edukasi
3. menganjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
Hasil : ayah klien mengungkapkan perasaan takut
akan keadaan anaknya
4. melatih teknik relaksasi
Hasil : ayah klien melakukan Tarik nafas lewat
hidung hembuskan perlahan lewat mulut.
IMPLEMENTASI
II
Nama Pasien : An.Y No.Rekam Medik : 949066 Ruang Rawat : Pinang 1 Anak Depan
No Hari/tgl Jam Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 21.00 Hipervolemia 12. Memeriksa tanda dan gejala hipervolemia (mis.
berhubungan dengan ortopnea, dispnea, edema, JVP/ CVP meningkat, suara S:
gangguan napas tambahan). - Ayah Klien mengatakan bengkak
mekanisme regulasi Hasil: pasien masih sesak dan edema di seluruh tubuh, seluruh tubuh mulai berkurang
tidak ada suara napas tambahan. O:
13. Mengidentifikasi penyebab hipervolemia. - edema pada seluruh tubuh pasien sudah
Hasil: kerusakan glomerulus. mulai berkurang
14. Memonitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung, - Kadar Hb/Ht turun:
tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, Cl). - HGB: 10,1 (12-16).
Hasil: - HCT: 30 (37-48).
N: 95 - Albumin : 3.0
TD: 180/120 mmHg. - TTV:
15. Memonitor intake dan output cairan. TD :110/80 mmHg.
Hasil: RR : 22 x/mnt.
IWL: 15xBB/24 jam = 15x50/24= 31 cc/jam. N : 95 x/mnt.
16. Memonitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma S : 36,6 ˚C
(mis. kadar protein dan albumin meningkat). A: Hipervolemia belum teratasi.
17. Memonitor kecepatan infus secara ketat. P: Lanjutkan intervensi.
Hasil: cairan diberikan dengan menggunakan infus
pump.
18. Membatasi asupan cairan dan garam.
Hasil: pasien dipuasakan.
19. Meninggikan kepala tempat tidur 30-40˚.
20. Menganjurkan melapor jika haluaran urin 0,5
mL/kg/jam dalam 6 jam.
21. Mengajarkan cara membatasi cairan.
Hasil ayah pasien mengerti dan hanya membasahi
mukosa bibir apabila pasien mengeluh haus.
22. Melakukan kolaborasi pemberian diuretik.
Hasil: injeksi furosemide 40mg/24 jam/iv.
23. Melakukan kolaborasi penggantian kehilangan kalium
akibat diuretik.
Hasil: pemberin KSR tablet 300mg/24 jam/oral.
24. Melakukan kolaborasi pemberian continuous renal
replacement therapy (CRRT), jika perlu.
2. Selasa, 22:00 Ansietas Reduksi ansietas (I. 09314 )
31 Mei berhubungan dengan Observasi S = ayah klien mengatakan kecemasannya
kurang terpapar 4. mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah ( berkurang setelah mengungkapkan
2022 informasi mis. Kondisi, waktu, stressor ) perasaannya, pasien merasa tenang, mampu
Hasil : saat ibu klien tidak berfokus pada mengidentifikasi situasi yang mencetuskan
kecemasannya ansietas.
5. mengidentifikasi kemampuan mengambil O = ayah klien tidak tampak gelisah
keputusan Ayah Klien dapat tidur dengan nyeyak
Hasil : ayah klien tidak mampu mengambil A = Masalah teratasi
keputusan sendiri tampa ayah klien P = pertahankan intervensi
6. Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
nonverbal)
Hasil : ayah klien masih tampah gelisah
Terapeutik
5. menciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
Hasil : mengajak ibu klien pasien bercerit
6. mendengarkan dengan penuh perhatian
Hasil : mendengarkan cerita ibu klien
Edukasi
7. menganjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
Hasil : ayah klien mengungkapkan perasaan takut
akan keadaan anaknya
8. melatih teknik relaksasi
Hasil : ayah klien melakukan Tarik nafas lewat
hidung hembuskan perlahan lewat mulut.
DAFTAR PUSTAKA

Whaley & wong. 2003. Keperawatan anak vol 1. Jakarta :EGC, tanggal akses 31
mei 2022. http://makala-kesehatan-online

Suradi &yuliani, 2010. Sindrom nefrotik jilid 1 : media Aesculapius. tanggal akses
31 mei 2022. http://makala-kesehatan-online

Astute. 2013. Sindrom nefrotik jilid 1, media Aesculapius. . tanggal akses 31 mei
2022. http://makala-kesehatan-online

Nurarif &kusuma. 2013. Etiologic sindrom nefrotik. Tanggal akses 30 mei 2022.
http://healt-edukasion-online

wati. 2012. Keperawatan anak: tanggal akses 31 mei 2022


intervensi keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1. Intoleransi aktivitas Tujuan : Manajemen energi (I.05178)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
kelemahan (D.0056) selama kurang lebih 3x24 jam diharapakn 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
toleransi aktivitas klien meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Kriteria hasil : 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Keluhan lelah menurun 4. Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan aktivitas
2. Dyspnea saat beraktivitas menurun Terapeutik
3. Dyspnea setelah beraktivitas 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
meneurun 2. Lakukan aktivitas rentang gerak pasif atau dan aktif
4. Perasaan lemah menurun 3. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah dan berjalan
Edukasi
1. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaburasi
1. Kolaburasikan dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
2. D.0019 L.030330 I.03119
Defisit nutrisi berhubungan Tujuan : Manajemen nutrisi
dengan kurangnya asupan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
makanan
selama kurang lebih 3x24 jam diharapkan 1. Identifikasi status nutrisi
status nutrisinya membaik 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan yang disukai
1. Frekuensi makan membaik 4. Identifikasi kalori dan jenis nutrien
2. Nafsu makan membaik 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
3. Berat badan membaik 6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaburasi
1. Kolaburasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Peredah nyeri,
antiemetik), jika perlu.
2. Kolaburasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.

3 Hipervolemia Keseimbangan Cairan Intervensi utama:


(D.0022) (L.03020) Manajemen Hipervolemia
Tujuan: ((I.03114)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. ortopnea, dispnea, edema, JVP/
selama 3x24 jam, diharapkan keseimbangan
CVP meningkat, suara napas tambahan).
cairan meningkat dengan 8. Identifikasi penyebab hipervolemia.
Kriteria Hasil: 9. Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung, tekanan darah, MAP,
CVP, PAP, PCWP, CO, Cl).
4. Edema menurun. 10. Monitor intake dan output cairan.
5. Asites menurun. 11. Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. kadar natrium, hematocrit, berat jenis
urine).
12. Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma (mis. kadar protein dan
6. BB membaik. albumin meningkat).
13. Monitor kecepatan infus secara ketat.
Terapeutik
3. Batasi asupan cairan dan garam.
4. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40˚.
Edukasi
3. Anjurkan melapor jika haluaran urin 0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam.
4. Ajarkan cara membatasi cairan.
Kolaborasi
4. Kolaborasi pemberian diuretik.
5. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik.
6. Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy (CRRT), jika
perlu.
4. Gangguan integritas Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Intervensi utama:
kulit/jaringan selama 3x24 jam diharapkan luaran Perawatan integritas kulit
utama perawatanintergritas kulit dan Observasi:
jaringan ekspektasi meningkat dengan • identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Kriteria Hasil: Teraupetik:
• Kerusakan jaringan menurun • gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
• Kerusakan lapisan menurun Edukasi:
• Anjurkan minum air yang cukup
Intervensi Utama
Perawatan Luka
Observasi:
• Monitor karakteristik luka
• Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
• Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
• Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
• Bersihkan jaringan nekrotik
• Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
• Pasang balutan sesuai jenis luka
• Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Edukasi
• Jelaskan tanda dan gejala infeksi
• Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
• Kolaborasi prosedur debridement

5. Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan infeksi


selama 3x24 jam diharapkan luaran Observasi:
utama tingkat infeksi ekspektasi menurun • Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
dengan Terapeutik
Kriteria Hasil: • Berikan perawatan kulit pada daerah edema
• Kebersihan tangan meningkat • Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
• Kebersihan badan meningkat • Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
• Suhu tubuh dalam batas normal Edukasi
• Jelaskan tanda dan gejala infeksi
• Ajarkan cara memeriksa luka
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik, Jika perlu

Anda mungkin juga menyukai