Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MATA KULIAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

“Sindrom Nefrotik”

Dosen Pembimbing : Ida Rosdiana, M.Kep., Ns.Sp.kep.M.B

Disusun Oleh :

Humaira Rahma Aulia P20620522058


Nadya Safira Deslita P20620522061
Novy Widianti Nuraeni P20620522064

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

DAN PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA

2023-2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. 


atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sindrom Nefrotik” untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
KMB. Saya berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
bagi pembaca mengenai suatu masalah yang terjadi pada sistem kinerja ginjal yaitu
sindrom nefrotik. Begitu juga atas limpahan nikmat sehat dan kesempatan yang Allah
SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat saya selesaikan melalui
beberapa sumber yakni melalui beberapa julnal maupun melalui media internet.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami muat pada makalah ini, kami
mohon maaf. Kami selaku penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari
pembaca agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya.

Tasikmalaya, 18 Juli 2023


Bagian 1 : Konsep Penyakit

Sindrom Nefrotik / Nefrotic Syndrom

a. Definisi
Sindrom nefrotik adalah suatu penyakit yang menganggu kerja
glomerulus ginjal yang ditandai dengan proteinuria masif, hipoalbuminemia,
edema, dan hiperkolesterolimia. Pada pasien yang mengalami sindrom ini
akan mengalami kerusakan pada glomerulus ginjalnya sehingga protein dapat
melewati membran glomerulus dan keluar bersatu dengan urin, hal ini terjadi
karena adanya peningkatan permeabilitas glomerulus yang mengakibatkan
protein dalam darah dapat melewatinya dan keluar dalam urin. Peningkatan
permeabilitas glomerulus dapat diakibatan oleh beberapa faktor seperti
peradangan, infeksi, atau gangguan imun.
Sindrom ini dapat terjadi pada anak ataupun dewasa dengan berbagai
penyebab, umumnya pada anak terjadi akibat penyakit ginjal minimal
(minimal change disease). Pada orang dewasa penyebab umunya yaitu
nefropati membranosa (membranous nephropathy) dan nefropati diabetes
(diabetic nephropathy). Selain itu juga, sindrom nefrotik dapat disebabkan
oleh penyakit autoimun seperti lupus aritematosus sistemik.
b. Etiologi
Umumnya etiologi dibagi menjadi :
1. Sindrom Nefrotik Bawaan.
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal.
Resisten terhadap semua pengobatan. Gejalanya edema pada masa
neonatus. Pernah melakukan pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi
tidak berhasil. Resiko buruk yang dapat terjadi adalah kematian pasien
pada bulan pertama kehidupannya.
2. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh :
a) Malaria kuartana atau parasit lainnya
b) Penyakit kolagen misalnya lupus eritematosus diseminata, purpura, dan
anafilaktoid.
c) Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronik dan trombosis
vena renalis
d) Bahan kima misalnya trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas,
sengatan lebah, racun oak, air raksa
e) Amiloidosis, anemia sel sabit, hiperprolinemia dan nefritis membrano
proliferatif hipokomplementemik
3. Sindrom nefrotik idiopatik
Tidak diketahui penyebabnya atau juga disebut SN primer. Menurut
histopatologis yang terlihat pada biopsi ginjal dengan pemeriksan
mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk, membagi dalan 4
jenis yaitu :
a) Kelainan minimal nila ditinjau menggunakan mikroskop biasa
glomerulus tampak normal, sedangkan dengan mikroskop elektron tampak
foot prosessus sel epitel berpadu.
b) Nefropati membranosa. Glomerulus menandakan adanya penebalan
dinding kapiler yang tersebar tanpa proliferasi sel.
c) Glomerulonefritis proliferarif
- Glomerulonefritis proliferatif eksudatif difus, adanya proliferasi sel
mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus. Pembengkakan sitoplasma
endotel menyebabkan kapiler tersumbat. Kelainan ini sering ditemukan
pada nefritis yang munul kembali setelah infeksi dengan Streptococcus
yang berjalan progresif dan pada sindrom nefrotik.
- Dengan penebalan batang lobular (lobular stalk thickening). Terdapat
proliferasi sel mesangial yang tersebar dan penebalan batang lobular.
- Glomerulunefritis membranoproliferatif. Proliferasi sel mesangial dan
penyimpanan fibrin yang mirip dengan membran basalis di mesangium.
- Glomerulosklerosis fokal segmental. Pada kelainan ini yang mencolok
sklerosis glomerulus. Sering disertai atrofi tubulus. Prognosis buruk.
c. Tanda dan Gejala
1. Proteinuria (terutama albumin >40mg/m2/jam)
Proteinuria masif adalah salah satu penyebab utama sindrom nefrotik.
Salahsatu teori menjelasan bahwa telah terjadinya kehilangan muatan
negatif yang berasal dari sepanjang endotel kapiler glomerulusdan
membran basal yang merupakan penyebab dari proteinuria. Hilangnya
muatan negatif tersebut menyebabkan peningkatan permeabilitas
membran glomerulus sehingga albumin yang bermuatan negatif tertarik
keluar menembus membran glomerulus dan terjadinya peningkatan filtrasi
protein plasma.
2. Hipoalbuminemia (albumin serum <3,0 g/dL)
Hipoalbuminemia terjadi apabila kompensasi sintesis albumin dalam
hepar tidak adekuat yang menyebabkan plasma albumin akan menurun.
3. Hiperolesterolimia (>250 mg/dL)
Protein yang kurang dalam darah merangsang sel hati untuk membentuk
lipoprotein lipid sehingga produksi lipid meningkat dan mempengaruhi
keadaan hiperolesterol.
4. Edema
Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkontik dari kapiler-
kapiler glomerulus yang diikuti langsung oleh difusi cairan ke jaringan
interstitial.
d. Patofisiologi

( Sumber : Asuhan keperawatan, 2011)

e. Penatalasanaan Umum
1) Pemberian kortikosteroid (prednison atau prednisolon) untuk
menginduksi remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu
terapi, apabila terjadi kekambuhan maka akan diatasi denngan
kortikosteroid dosis tinggi untuk beberapa hari.
2) Penggantian protein (albumin dari makanan ataupun intravena).
3) Pengurangan edema
a) Terapi diuretik (diuretik hendaknya digunakan secara cermat untuk
mencegah terjadinya penurunan volume intravaskular, pembentukan
trombus, dan atau ketidakseimbangan elektrolit).
b) Pembatasan natrium untuk mengurangi edema.
4) Mempertahankan keseimangan elektrolit
5) Pengobatan nyeri ( mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan edema dan terapi invasif).
6) Pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agens lain).
7) Terapi imunosupresif ( siklofisfamid, klorambusil, atau siklosporin)
untuk anak yang gagal berespon terhadap steroid
(Betz&Sowden,2009)
Bagian 2 : Literatur Review

Manfaat Ikan Gabus Bagi Penderita Sindrom Nefrotik


Humaira Rahma Aulia; Nadya Safira Deslita; Novy Widianti Nuraeni

Prodi Sarjana Terapan Keperawatan dan Profesi Ners, Poltekkes Kemenkes


Tasikmalaya;

Pendahuluan
Sindrom Nefrotik (SN) merupakan penyakit yang dapat terjadi pada anak ataupun
orang dewasa. Penyakit ini terjadi di glomerulus ginjal yang ditandai dengan gejala
proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema, dan hiperlipidemia.
Hipoalbuminemia adalah suatu kondisi dimana tubuh mengalami kekurangan
albumin yang disebabkan oleh kurangnya protein albumin dalam aliran darah. Albumin
merupakan protein yang memiliki peran penting salah satunya yaitu berperan dalam
membantu mempertahankan tekanan onkotik dalam kompartemen vascular dengan
mencegah kebocoran cairan dalam ruang ekstravaskular. Albumin memberi sekitar 80%
dari tekanan osmotik koloid pada darah. Selain itu, albumin juga berperan sebagai
pengangkut berbagai zat seperti enzim, hormon (tiroksin, kortisol, testosteron), bilirubin,
obat-obatan. Albumin membentuk sekitar 50-60% dari total protein plasma, 40% terdapat
dalam plasma dan 60% di ruang ekstraseluler.
Pengobatan utama untuk sindrom nefrotik adalah pemberian obat yang mengandung
steroid dengan dosis tinggi selama beberapa minggu. Sebagian besar pasien membutuhkan
pengobatan tambahan dengan cara mengonsumsi ekstrak ikan topi (Ophiocephalus striatus)
dapat digunakan untuk memperbaiki sindrom pasien nefrotik dalam keadaan
hipoalbuminemik, hal ini disebabkan oleh ekstrak ikan gabus mengandung banyak albumin
dan protein. (Nurhayati dan Muryawan, 2015)
Suplementasi ekstrak ikan gabus (Channa striata) dipelajari sebagai terapi. zat aditif
yang dapat membantu meningkatkan kadar albumin dalam darah dan mempercepat remisi
pada anak dengan sindrom nefrotik. Suplemen ini memiliki kandungan albuminnya tinggi
dibandingkan ikan lain dan mengandung asam amino esensial dan seng. (Pratiwi, 2020)
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengklarifikasi, berdasarkan tinjauan
pustaka, bahwa ekstrak ikan gabus berpengaruh terhadap peningkatan kadar albumin pada
pasien sindrom nefrotik. 
Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada tugas ini ialah literature review dengan mencari jurnal
nasional dan Internasional di Google Scholar dari tahun 2018 s.d 2023. Penulusuran artikel
dilakukan dengan berbagai macam search engine dengan kata kunci “Sindrom Nefrotik,
Hipoalbuminemia, Manfaat ikan gabus,”. Prosedur pencarian serta seleksi artikel dan jurnal
berdasarkan Prefered Reporting Systematic Reviews and Meteaanalyses (PRISMA)
tersebut didapatkan 8 artikel yang telah terpilih, namun kami seleksi kembali menjadi 5
artikel.

Tabel 1. Kata kunci literature review

Sindrom Nefrotik Hipoalbumin Ikan Gabus


Or Or Or
Nefrotic Syndrom Hipoalbuminemia Snakehead Fish

Tabel 2. Kriteria inklusi,eksklusi literature review

Kriteria Inklusi Eksklusi


Populasi Studi mengenai manfaat konsumsi Tidak ada
ikan gabus
Intervensi Mengetahui manfaat ikan gabus Tidak lengkap
bagi penderita sindrom nefrotik
Pembanding - -
Hasil Ikan gabus bermanfaat untuk Tidak di jelaskan
meningkatkan kadar albumin pada secara rinci
penderita sindrom nerotik
Desain studi dan Desain penelitian studi kasus Tidak ada
tipe publikasi
Tahun terbit Setelah 2018 Sebelum 2018
Wilayah Nasional dan internasional Tidak ada

Jumlah artikel dan jurnal dari pencarian di Google Scholar disaring dari 2018
-2023 terdapat 8 artikel, akan tetapi 3 artikel lainnya tidak dapat masuk diakibatkan
oleh artikel tersebut telah dibuat lebih dari 5 tahun yang lalu. Sumber data yang layak
review di peroleh berdasarkan kriteria insklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Prosedur literature dibawah ini.

Membuka search angine Google

Membuka Google Scholar

Menuliskan kata kunci

Ditemukan lebih dari 20 Artikel

Artikel 5 tahun terakhir

Ditemukan 8 artikel

3 artikel tidak memenuhi kriteria


insklusi dan eksklusi yang ditetapkan,
serta tidak dapat di akses secara
lengkap

Artikel yang direview

5 Artikel
Hasil

Penelitian ini dilakukan di Indonesia.Responden pada beberapa penelitian ini


yaitu pasien dengan rendahnya kadar albumin didalam tubuh sehingga mengalami
nefrotic sindrom atau bocor ginjal.Dari 5 jurnal yang dipilih tersebut berpengaruh
terhadap hasil,adanya pengaruh dari pemberian albumin dari ikan gabus
(ophiocephalus striatus) terhadap peningkatan kadar albumin pada penderita
hipoalbuminemia.Berdasarkan pada saat awal penelusuran ditemukan artikel
sebanyak 8 pada tahap awal identifikasi.Dari 8 artikel tersebut penulis melakukan
seleksi berdasarkan dari kriteria inklusi dan eksklusi,sehingga tersisa 5 artikel
berdasarkan dari judul serta abstrak untuk menilai variable penelitian yang lebih
relevan berdasarkan tujuan,serta memenuhi kriteria inklusi untuk dilakukan riview.
Ke 5 artikel tersebut disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Penelitian

No Penulis Judul Desain & Hasil


sampling
1. Rosiana Pengaruh Desain studi Ikan gabus memiliki
Waicang,Riri Suplemen kasus kandungan protein tinggi
Maria, dan Ikan Gabus berdasarkan terutama albumin. Kandungan
Tuti Herawati pada Pasien dari literatur albumin yang tinggi dari
(2022) Nefrotic riview ekstrak ikan gabus dapat
Syndrome berfungsi sebagai sumber
albumin untuk pasien
sindromnefrotik.
2. Syahrizal,Ali Pengaruh Desain studi ekstrak ikan gabus berpengaruh
ya Ekstra Ikan kasus pada peningkatan kadar
Salsabila,dan Gabus berdasarkan albumin pada pasien
Ardini dengan dari literatur sindrom nefrotik.
Sabrina Peningkatan riview Konsumsi protein yang cukup
(2023) Kadar melalui ikan gabus dapat
Albumin memberikan asam amino yang
Pada Pasien diperlukan untuk sintesis
Sindrom albumin dalam tubuh, sehingga
Nefrotik dapat meningkatkan kadar
albumin dalam darah
3. Nur Fatma Amino Acid Desain Salah satu ikan air tawar
Haris,Metusal Profiles Of eksperimental yang diketahui mengandung
ach Crude dengan albumin yang bermanfaat bagi
Metusalach,N Albumin menggunakan kesehatan manusia untuk
upudji Extracted 4 spesies ikan mempercepat proses
Talim,dan From laut dan air penyembuhan luka
Mala Nurilma Several tawar adalah ikan gabus(Channa
(2023) Marine and striata)
Brackish
Water Fish
in South
Sulawesi,
Indonesia
4. Dewi Kartika Albumin Desain Kandungan protein ikan gabus
Sari, dan Profile eksperimental 25,5% lebih tinggi dari ikan
Hafni Albumin dengan sarden (21,1%), ikan bandeng
Rahmawati and Protein menguji kadar (20,0%), Kakap (20,0%), Lele
(2023) Filtrate of albumin pada (17,71%), Ikan Mas (16,0%)
Snakehead ikan gabus
Fish
5. Agus Potensi Ikan Desain studi Berbagai khasiat ekstrak ikan
Trilansia Gabus kasus gabus telah dilaporkan
Pratiwi (Ophioceph berdasarkan diantaranya mempercepat
(2021) alus dari literatur penyembuhan luka, memiliki
Stratius) riview aktivitas antinociceptive, anti
untuk inflamasi, dan memiliki efek
Meningkatk penting untuk mengatasi
an Kadar hipoalbuminemia dengan
Albumin meningkatkan kadar albumin
pada dalam darah. Ekstrak ikan
Penderita gabus juga dapat meningkatkan
Hipoalbumi level IGF-1 dimana level IGF-1
nemia yang lebih tinggi mengurangi
peradangan yang mungkin
menjelaskan korelasinya
dengan peningkatan kadar
albumin.

Pembahasan

Albumin adalah protein utama dengan beragam peran fisiologis penting. Salah
satu peran paling vitalnya adalah membantu menjaga tekanan onkotik di dalam sistem
pembuluh darah, yang mencegah kebocoran cairan ke ruang ekstravaskular. Albumin
pun menyumbang sekitar 80% dari tekanan osmotik koloid darah. Selain itu, albumin
berperan sebagai pengangkut berbagai zat seperti enzim, hormon (seperti tiroksin,
kortisol, dan testosteron), bilirubin, dan obat-obatan. Dalam total protein plasma,
albumin membentuk sekitar 50-60%, dengan 40% berada di dalam plasma dan 60%
di ruang ekstrasel.

Albumin merupakan protein penting dalam plasma tubuh manusia dengan


nilai normal sekitar 3,5-4,5 g/dL. Albumin berperan krusial dalam menjaga
keseimbangan cairan tubuh dan sebagai medium transportasi berbagai zat penting
dalam tubuh. Sejauh ini, albumin telah digunakan sebagai terapi pengobatan dengan
mengambil dari serum human albumin yang diperoleh dari darah manusia.
Namun, albumin tidak hanya bisa diperoleh dari serum darah manusia.
Suprayitno (2003) mengidentifikasi sumber albumin lain yaitu dari ikan gabus
(Ophiocephalus striatus). Ikan gabus hidup di air tawar dan memiliki berbagai nama
sesuai dengan daerah di Indonesia, seperti ikan aruan di Kalimantan, ikan kocolan di
Betawi, dan ikan kutuk di Jawa.

Hipoalbumin ialah suatu kondisi dimna level albumin yang terkandung di


dalam darah ini rendah, yang mana albumin adalah komponen utama yang sangat
penting untuk tubuh. Penyebab hipoalbumin ialaha menurunnya produksi albumin
serta terjadinya peningkatan hilangnya albumin tersebut pada tubuh melalui ginjal,
kulit serta melalui saluran gastrointestinal. Albumin memiliki rentan waktu paruh
sekitar 21hari serta mempertimbangkan degradasi harian 4%. Setelah melalui
beberapa serangkaian sintesis mulai dari hati yang didalamnya mengandung asam
amino yang berasal dari katabolisme otot protein atau absorbsi pada usus. Lalu
albumin ini tidak disimpan oleh hati melainkan disekresikan pada aliran darah,
selanjutnya didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh.

Ruang intertisial hepatik juga terdistribusi maka harus mempertimbangkan


konsentrasi koloid yang digunakan sebagai pengatur osmotik untuk sintesis albumin
hati. Beberapa peneliti juga menunjukan jika albumin yang berada pada intravaskuler
melintasi dinding pembuluh darah lalu menyebar ke ruang ekstravaskuler terutama
pada kulit. Ada 2 cara albumin ini bisa masuk ke ruang ekstravaskuler yaitu, yang
pertama ialah melalui drainase limpatik, lalu yang kedua yang awalnya dari hepatosit
lalu ke ruang disse sampai sinussoid.

Menurunnya kadar konsentrasi pada serum albumin ini disebabkan oleh


menurunnya energi atau suplai asam amino, serta adanya masalah distribusi pada
peningkatan katabolisme jaringan.

Dalam kondisi seperti trauma atau infeksi, sepsis, maupun setelah melalui
operasi besar kadar albumin akan berkurang sekitar 10-15g/L dalam 1minggu
kejadian. Alasan dari berkurangnya albumin atau menurun ini ialah karena kombinasi
dari penurunan sintesus hati, katabolisme yang dipercepat serta adanya kebocoran
yang meningkat yang terjadi pada ruang intertisial.

Ikan secara luas dianggap sebagai makanan yanga kaya dengan bergizi tinggi
salah satunya ikan air tawar yang mengandung albumin yaitu ikan gabus ( channa
striata). Ikan gabus ini memiliki harga yang tinggi dan terus menerus naik karena dari
banyak khasiatnya serta permintaan dari konsumen terhadap albumin ikan gabus
sebagai pengganti Human Serum Albumin (HSA). Pasien dengan kadar albumin pada
tubuhnya rendah ini rata rata naik setelah mengkonsumsi ikan gabus dibandingkan
dengan pemberian albumin melalui infus. Bahkan pasien dengan komplikasi penyakit
seperti sindrom nefrotik, hepatitis, diabetes dan lain lain lebih baik dengan pemberian
ekstrak albumin dari ikan gabus. Hasil penelitian juga menunjukan pasien pasca
operasi dengan albumin rendah (1, 8g/100ml) di RSUD Dr. Saiful Anwar ,Malang
bahwa kadar albumin pada pasien meningkat menjadi normal (3,5-5,5g/100ml)
setelah diberikan ekstra ikan gabus 2kg/hari dari pengukusan.

Namun sayangnya pemanfaatan atau pengolahan pada ikan gabus ini masih
terbatas karena pada umumnya masyarakat hanya sebagai ikan konsumsi biasa tidak
ada olahan yang khusus untuk ikan gabus ini. Pada ikan gabus kandungan proteinnya
ialah sebesar (25,5%) lebih tinggi dibandingkan dengan ikan sarden yang hanya
sebesar (21,1%), ikan bandeng (20,0%), kakap (20,0%) , lele (17,1%) dan lain-
lain,tetapi ikan gabuslah pemenangnya dengan kadar albumin yang tinggi.

Ikan gabus atau bahasa lain nya ialaha ophiocephalus striatus yang dimana
habitat ikan ini berada di air tawar yang dangkal. Ikan gabus sendiri memiliki
kandungan protein yang tinggi, terutama kandungan albuminnya. Berbagai khasiat
dari ikan gabus ini sendiri sudah banyak dirasakan seperti mempercepat proses
penyembuhan pada luka juga memiliki antinociceptive serta anti inflamasi. Menurut
Mustofa dkk tahun 2012 bahwa ekstra protein dari ikan gabus ini memiliki efek yang
bagus terutama untuk mengatasi masalah hipoalbuminemia.
Pada ikan gabus terdapat asam amino jenis isdeusin, leusin dan juga calon
yang merupakan branched-chain amino acids (BCAA). Yang mana saat asam
aminotersebut disintesis di otot ini dapat membantu mencegah terjadinya kerusakan
jaringan otot. Sedangkan yang membuat kadar kolesterol dan lemak di dalam tubuh
rendah ialah dari asam amino lisin yang merupakan marker serta memiliki fungsi
sebagai perkusor untk pembentukan kartinin, ini merupakan proses perangsang beta
oksidasi dalam tubuh. Selain itu juga ada asam amino glisin dimana asam amino yang
terkandung ialah asam amino non esensial pada ikan gabus ini cukup tinggi yang
berperan pada sistem saraf sebagai salah satu inhibitor neurotransmitter pada SSP.

Nah untuk penyembuhan lukanya ini terjadi karena adanya kandungan glisin
asam , asam aspartat dan juga asam glutamat. Pada ikan gabus kandungan protein
yang tinggi ialah salah satunya yaitu albumin, dimana protein mayor yang ada pada
albumij ini berada dalam darah serta berperan penting dalam transport bahan
fisiologis atau juga untuk metabolit tubuh seperti hormon, bilirubin, asam lemak dan
ligan dari luar maupun sistem regulasi tekanan pada osmose koloid darah.

Pada penelitian Trully Kusumawati tahun 2004 yang mengenai tentang


pemberian diet dengan formula dari tepung ikan gabus pada pasien penderita
sindroma nefrotik. Menjelaskan jika suplememtasi tepung dari ikan gabus ini
meningkatkan kadar serum albumin lebih tinggi dibandingkan dengan diet yang
diberikan dengan standar rumah sakit pada pasien hipoalbuminemia kasus sindroma
nefrotik. Sedangkan penyebab dari meningkatnya kadar serum albumin pada
penderita hipoalbuminemia ialah disgetibilitas yang baik serta tinggi kandungan pada
asam amino esensial yang ada didalam ikan gabus. Pada peningkatan level IGF-1
yang lebih tinggi dapat mengurangi peradangan yang mana menjelaskan korelasinya
dengan peningkatan kadar albumin pada ekstra ikan gabus.

Kesimpulan
Manfaat dari ikan gabus bagi penderita sindrom nefrotik adalah sebagai
pengganti Human Serum Albumin (HSA) pada tubuh yang memiliki kadar albumin
yang rendah. Selain sebagai pengganti albumin, ikan ini juga memiliki manfaat lain
seperti percepat penyembuhan luka dengan adanya kandungan glisin asam , asam
aspartat dan juga asam glutamate. Dengan kandungan protein dan juga manfaat yang
melimpah, ikan ini menjadikan salah satu sumber perotein yang menuntungkan bagi
kesehatan.

Referensi

Anda mungkin juga menyukai