Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Era Globalisasi ini kita sering mendengar istilah syndrom nefrotik, hal ini lumrah
terjadi di kehidupan kita, tetapi kadang kita tidak mengetahui apa syndrome nefrotik itu
sebenarnya. Sekarang melalui makalah ini kami akan membahas mengenai syndrom
nefrotik.
Syndrome Nefrotik merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-kadang disertai
hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus. Sebab pasti belum
jelas, dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.

Semua penyakit yang mengubah fungsi glomerulus sehingga mengakibatkan


kebocoran protein (khususnya albumin) ke dalam ruang Bowman akan menyebabkan
terjadinya sindrom ini. Etiologi Sindrom Nefrotik secara garis besar dapat dibagi 3, yaitu
kongenital, glomerulopati primer/idiopatik, dan sekunder mengikuti penyakit sistemik
seperti pada purpura Henoch-Schonlein dan lupus eritematosus sitemik. Sindrom nefrotik
pada tahun pertama kehidupan, terlebih pada bayi berusia kurang dari 6 bulan,
merupakan kelainan kongenital (umumnya herediter) dan mempunyai prognosis buruk.
Pada tulisan ini hanya akan dibahas konsep dasar penyakit sindrom nefrotik dan asuhan
keperawatan pada anak atau bayi dengan gangguan sindrom nefrotik.
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting karena pada
pasien syndrome nefrotic sering timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan manusia. Perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai. Fokus asuhan keperawatan adalah mengidentifikasi masalah
yang timbul, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan,
melaksanakan dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakah sudah diatasi atau
belum atau perlu modifikasi. Sehingga makalah ini disusun untuk menambah wawasan
tentang penyakit dan asuhan keperawatan pada bayi atau anak dengan gangguan nefrotik
sindrom.
1.2 Rumusan Masalah

1
Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat dari latar belakang tersebut adalah
sebagai berikut.
1 Bagaimanakah konsep dasar penyakit nefrotik syndrome?
2 Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada anak atau bayi dengan gangguan
nefrotik syndrome?
1.3 Tujuan
1 Tujuan Umum
Mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada bayi/anak dengan gangguan nefrotik syndrom.
2 Tujuan Khusus
a Mengetahui konsep dasar penyakit nefrotik syndrome.
b Mengetahui dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada bayi atau anak
dengan gangguan nefrotik syndrome.
1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1 Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan pada bayi atau
anak dengan gangguan sistem perkemihan: nefrotik syndrom

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Bayi atau Anak Dengan Penyakit
Nefrotik Syndrom

A. Pengertian

Nefrotik syndrome ialah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,


hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal. Menurut kepustakaan sindrom nefrotik paling
banyak terdapat pada anak umur 3-4 tahun. Beberapa pengertian dari nefrotik
syndrome.
1. Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan
kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004 : 550).

2. Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri


glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria,
hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita
Yuliani, 2001: 217).
3. Sindrom nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein
karena kerusakan glomerulus. (Luckmans, 1996: 953).
4. Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal. (Ngastiyah, 1997).
5. Sindroma nefrotik adalah penyakit ginjal yang mengenai glomerulus (ginjal terdiri
dari tubulus, glomerulus dll.) dan ditandai proteinuria (keluarnya protein melalui air
kencing) yang masif, hipoalbuminemia (kadar albumin di dalam darah turun),
edema (bengkak) disertai hiperlipidemia (kadar lipid atau lemak dalam darah
meningkat) dan hiperkolesterolemia (kadar kolesterol darah meningkat).

Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh:

a. Peningkatan protein dalam urin secara bermakna (proteinuria).


b. Penurunan albumin dalam darah.
c. Edema.
d. Serum cholesterol yang tinggi (hiperlipidemia).

3
Tanda-tanda tersebut dijumpai disetiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler
glomerulus dan menyebabkan peningkatan permiabilitas glomerulus (Sukiane, 2002).

B. Tanda dan Gejala

1. Kenaikan berat badan.


2. Wajah tampak sembab (edema fascialis) terutama di sekitar mata, tampak pada
saat bangun di pagi hari dan berkurang di siang hari.
3. Pembengkakan abdomen (asites).
4. Efusi pleura.
5. Pembengkakan labia atau skrotum.
6. Edema pada mukosa intestinal yang dapat menyebabkan diare, anoreksia, dan
absorpsi intestinal buruk.
7. Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai.
8. Iritabilitas.
9. Mudah letih.
10. Letargi.
11. Tekanan darah normal atau sedikit menurun.
12. Rentan terhadap infeksi.
13. Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih.

C. Etiologi/Faktor Predisposisi

Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini
dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi.

Menurut pembagian berdasarkan etiologi (penyebab) dibagi menjadi :

1. Sindrom nefrotik bawaan


Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal.
Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Sindrom nefrotik jenis ini resisten
terhadap semua pengobatan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah
pencangkokan ginjal pada masa neonatus namun tidak berhasil. Prognosis buruk
dan biasanya penderita meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
2. Sindroma nefrotik sekunder yang penyebabnya berasal dari ekstra renal (diluar
ginjal). Penyebab SN sekunder adalah sangat banyak, diantaranya ialah:

a. Infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV), HIV, infeksi


streptococcal, serta endokardtitis.

4
b. Neoplasma seperti limfoma, leukemia, serta karsinoma (kanker).

c. Obat-obatan seperti penicillamine, captopril, heroin.

d. Penyakit sistemik, contohnya SLE, amiloidosis, kencing manis (Diabetes),


dll

e. Obesitas dan penyakit-penyakit metabolik serta penyakit-penyakit


multisistem lainnya.Malaria kuartana atau parasit lain.

f. Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid.

g. Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis vena renalis.

h. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas,


sengatan lebah, racun oak, air raksa.

i. Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis


membranoproliferatif hipokomplementemik.

3. Sindroma nefrotik primer yang atau disebut juga Sindroma nefrorik Idiopatik,
yang diduga ada hubungan dengan genetik, imunoligik dan alergi. Meliputi:

a. Nefropati lesi minimal (minimal change disease)

b. Nefropati membranosa (membranous nephropathy)

c. Glomerulo-sklerosis fokal segmental (focal segmental glomerulosclerosis)

d. Glomerulonefritis membrano-proliferatif (membrano proliferative


glomerulonephritis).

D. Patofisiologi

Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan

5
oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum
diketahui yang terkait dengan hilannya muatan negative gliko protein dalam dinding
kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan
protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat
dari kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. Manifestasi primer
sindrom nefrotik adalah hilangnya plasma protein, terutama albumin, ke dalam urine.
Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumin, namun organ ini tidak mampu
untuk terus mempertahankannya jika albumin terus menerus hilang melalui ginjal.
Akhirnya terjadi hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia disebabkan oleh hilangnya
albumin melalui urin dan peningkatan katabolisme albumin di ginjal menyebabkan
edema. Sintesis protein di hati biasanya meningkat (namun tidak memadai untuk
mengganti kehilangan albumin dalam urin). Hipotesis menunjukan kehilangan albumin
mengakibatkan penurunan tekanan onkotik dalam saluran darah. Ini mengakibatkan
kebocoran cairan dari dalam darah ke intestitium. Isi dari cairan yang berkurang dalam
saluran darah seterusnya akan mengaktifkan renin- angiotensin- aldosteron sistem.
Hormon vasopressin (ADH) akan dirembes untuk menstabilkan kandungan cairan dalam
saluran darah seperti sediakala. Meskipun demikian, pengumpulan cairan ini
menyebabkan kehilangan cairan yang terus- menerus ke interstitium karena protein terus
menerus hilang kedalam urin diikuti dengan kerusakan pada membran basal
glomerulus. Ini menyebabkan penumpukan cairan secara berlebih dalam jaringan dan
mengakibatkan edema. Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis lipoprotein
di hati dan peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia) hal ini
menyebabkan intake nutrisi berkurang sehingga menyebabkan terjadinya malnutrisi.
Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh
karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia.

6
E. Pathway
Perubahan permeabilitas
Virus,bakteri, protozoa inflamasi membrane glomerulus

glomerulus Diabetes militus peningkatan Mekanisme penghalang


protein
viskositas darah Sistemik lupus eritematous Kerusakan glomerulus

Kebocoran molekul besar


Protein dan albumin lolos ( immunoglobulin)
Kegagalan dalam proses
dalam filtrasi dan masuk ke
filtrasi
urine
Pengeluaran Ig G
Gangguan Citra
Protein dalam darah
Tubuh Protein dalam urine menurun
meningkat Sel T dalam sirkulasi
menurun
Pembengkakan pada Protenuria Hipoalbuminemia
periorbita Gangguan Imunitas

Ekstravaksi cairan SINDROM NEFROTIK Resiko Infeksi


Mata

Penumpukan cairan ke Volume


Oedema
ruang intestinum
ADH
7
reabsorbsi air

Penekanan pada tubuh Paru-paru Asites Kelebihan volume cairan


terlalu dalam
Efusi pleura Tekanan abdomen Menekan diafragma
meningkat
Nutrisi & O2
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas Otot pernafasan tidak
Mendesak rongga lambung

Hipoksia jaringan Metabolisme anaerob Anoreksia, nausea, Nafas tidak adekuat


vomitus

Produksi asam laktat Gangguan pemenuhan Ketidakefektipan


Iskemia
nutrisi pola nafas

Nekrosis Menumpuk di otot Ketidakseimbangan Volume urin


nutrisi kurang dari yang diekskresi
kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan Kelemahan, keletihan,
perfusi jaringan perifer Oliguri
mudah capek

Intoleransi
aktivitas
8
Efek
vasokontriksiarterioral Merangsang reabsorbsi
Beban
Tekanankerja
Penurunandarah
jantungjantung Volume plasma
Na+ dan air
anterioral curah
periper
Absorbsi air oleh usus Hipovolemia Tekanan arteri

Feses mengeras Sekresi renin Granulasi sel-sel


glomerolus

Konstipasi Mengubah angiotensin Aldosterone


menjadi angiotensin I
dan II
Merangsang reabsorbsi
Na+ dan air
Efek vasokontriksi
arterioral perifer

Tekanan volume plasma

Beban kerja
jantung

Penurunan curah
jantung

9
F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Urinalisa (protein, eritrosit, silinder)


a. Protein urin meningkat
b. Urinalisis cast hialin dan granular, hematuria
c. Dipstick urin positif untuk protein dan darah
d. Berat jenis urin meningkat
2. Clearance kreatinin (BUN / SC)
3. Uji darah
a. Albumin serum menurun
b. Kolesterol serum meningkat
c. Hemoglobin dan hematokrit meningkat (hemokonsetrasi)
d. Laju endap darah (LED) meningkat
e. Elektrolit serum bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan
4. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin (Betz,
Cecily L, 2002 : 335).
G. Penatalaksanaan Medis

1. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan tidak
berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk mempertahankan
tirah baring selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan yang cepat.
2. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari
dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis dan
edema menghilang, pembatasan ini dapat dihilangkan. Usahakan masukan protein
yang seimbang dalam usaha memperkecil keseimbangan negatif nitrogen yang
persisten dan kehabisan jaringan yang timbul akibat kehilangan protein. Diit harus
mengandung 2-3 gram protein/ kg berat badan/ hari. Anak yang mengalami anoreksia
akan memerlukan bujukan untuk menjamin masukan yang adekuat.
3. Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit. Trauma
terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester atau verban harus
dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan plester harus diangkat dengan lembut,
menggunakan pelarut dan bukan dengan cara mengelupaskan. Daerah popok harus
dijaga tetap bersih dan kering dan scrotum harus disokong dengan popok yang tidak
menimbulkan kontriksi, hindarkan menggosok kulit.

10
4. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan
untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air hangat.
5. Kemoterapi:

a. Prednisolon digunakan secra luas. Merupakan kortokisteroid yang mempunyai


efek samping minimal. Dosis dikurangi setiap 10 hari hingga dosis pemeliharaan
sebesar 5 mg diberikan dua kali sehari. Diuresis umumnya sering terjadi dengan
cepat dan obat dihentikan setelah 6-10 minggu. Jika obat dilanjutkan atau
diperpanjang, efek samping dapat terjadi meliputi terhentinya pertumbuhan,
osteoporosis, ulkus peptikum, diabeters mellitus, konvulsi dan hipertensi.

b. Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk mengangkat
cairan berlebihan, misalnya obat-obatan spironolakton dan sitotoksik
( imunosupresif ). Pemilihan obat-obatan ini didasarkan pada dugaan imunologis
dari keadaan penyakit. Ini termasuk obat-obatan seperti 6-merkaptopurin dan
siklofosfamid.

6. Penatalaksanaan krisis hipovolemik. Anak akan mengeluh nyeri abdomen dan


mungkin juga muntah dan pingsan. Terapinya dengan memberikan infus plasma
intravena. Monitor nadi dan tekanan darah.

7. Pencegahan infeksi. Anak yang mengalami sindrom nefrotik cenderung mengalami


infeksi dengan pneumokokus kendatipun infeksi virus juga merupakan hal yang
menganggu pada anak dengan steroid dan siklofosfamid.
8. Perawatan spesifik meliputi: mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan
harian, pencatatan tekanan darah dan pencegahan dekubitus.
9. Dukungan bagi orang tua dan anak. Orang tua dan anak sering kali tergangu dengan
penampilan anak. Pengertian akan perasan ini merupakan hal yang penting. Penyakit
ini menimbulkan tegangan yang berta pada keluarga dengan masa remisi, eksaserbasi
dan masuk rumah sakit secara periodik. Kondisi ini harus diterangkan pada orang tua
sehingga mereka mereka dapat mengerti perjalanan penyakit ini. Keadaan depresi

11
dan frustasi akan timbul pada mereka karena mengalami relaps yang memaksa
perawatan di rumahn sakit.
H. Pengkajian

1. Identitas anak: nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dll.
2. Riwayat :
a. Riwayat kesehatan yang lalu: pernahkah sebelumnya anak sakit seperti ini?
b. Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, penyakit anak yang sering dialami,
imunisasi, hospitalisasi sebelumnya, alergi dan pengobatan.
c. Pola kebiasaan seharihari : pola makan dan minum, pola kebersihan, pola
istirahat tidur, aktivitas atau bermain, dan pola eliminasi.
3. Riwayat penyakit saat ini:
a. Keluhan utama.
b. Alasan masuk rumah sakit.
c. Faktor pencetus.
d. Lamanya sakit.
4. Pengkajian sistem.
a. Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada (terkait dgn
edema).
b. Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas nadi, bunyi jantung, ada tidaknya
cyanosis, diaphoresis.
c. Sistem pernafasan : kaji pola bernafas, adakah wheezing atau ronki, retraksi
dada, cuping hidung.
d. Sistem persarafan : tingkat kesadaran, tingkah laku (mood, kemampuan
intelektual,proses pikir), sesuaikah dgn tumbang? Kaji pula fungsi sensori,
fungsi pergerakan dan fungsi pupil.
e. Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya hepatomegali /
splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan buang air besar.
f. Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan jumlahnya.
5. Pengkajian keluarga
a. Anggota keluarga.
b. Pola komunikasi.
c. Pola interaksi.
d. Pendidikan dan pekerjaan.
e. Kebudayaan dan keyakinan.
f. Fungsi keluarga dan hubungan.

I. Diagnosa Keperawatan

12
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan ekspansi paru tidak maksimal
ditandai dengan dyspnea
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan menurunnya suplai
suplai oksigen
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan didalam jaringan,
gangguan mekanisme regulasi (retensio sodium, natrium dan air).
5. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b/d penurunan asupan
oral, mual, muntah, vomit
6. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder
imunosupresi, prosedur invansif.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen dalam tubuh
8. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh

13
J. Rencana Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Ketidakefektifan NOC NIC
pola nafas 1. Respiratory status : Ventilation Airway Management
berhubungan 2. Respiratory status : Airway - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila
dengan ekspansi patency perlu
paru tidak 3. Vital sign status - Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
maksimal Kriteria Hasil : - Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
ditandai dengan 1. Mendemosntrasikan batuk efektif buatan
dyspnea dan suara nafas yang bersih, tidak - Pasang mayo bila perlu
ada sianosis dan dyspnue (mampu - Lakukan fisioterapi dada bila perlu
mengeluarkan sputum, mampu - Keluarkan secret dengan batuk atau suction
bernafas dengan mudah, tidak ada - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
pursed lips) - Lakukan suction pada mayo
2. Menunjukkan jalan nafas yang - Berikan bronkodilator bila perlu
paten (klien tidak merasa tercekik, - Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
irama nafas, frekuensi pernapasan - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
dalam rentang normal, tidak ada - Monitor respirasi dan status O2
suara nafas abnormal) Oxigen Therapy
3. Tanda-tanda vital dalam rentang - Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
normal (tekanan darah, nadi, - Pertahankan jalan nafas yang paten

14
pernapasan) - Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Observasi adanya tanda-tanda hivopentilasi
- Monitor vital sign
2. Ketidakefektifan NOC NIC
perfusi jaringan 1. Circulation status Peripheral Sensation management
perifer 2. Tissue Perfusion : cerebral (Management sensasi perifer)
berhubungan Kriteria Hasil 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
dengan Mendemonstrasikankan status panas/dingin/tajam/tumpul
menurunnya sirkulasi yang ditandai dengan : 2. Monitor adanya paretese
suplai oksigen 1. Tekanan systole dan diastole 3. Intruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi
dalam rentang yang diharapkan atau laserasi
2. Tidak ada ortostatik hipertensi 4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
3. Tidak ada tanda-tanda 5. Batasi gerakan pada kepala, leher, dan punggung
peningkatan tekanan intracranial 6. Monitor kemampuan BAB
(tidak lebih dari 15 mmHg) 7. Kolaborasi pemberian analgetik
Mendemonstrasikan kemampuan 8. Monitor adanya tromboplebitis
kognitif yang ditandai dengan : 9. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
1. Berkomunikasi yang jelas dan
sesuai kemampuan
2. Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi

15
3. Memproses informasi
4. Membuat keputusan dengan benar
3. Penurunan NOC NIC
curah jantung 1. Cardiac Pump Effectiveness Cardiac Care
berhubungan 2. Circulation Status 1. Evaluasi adanya nyeri dada
dengan 3. Vital Sign Status 2. Catat adanya disritmia jantung
perubahan Kriteria Hasil 3. Catat danya tanda dan gejala turunnya cardiac output
frekuensi 1. Tanda vital dalam rentang normal 4. Monitor status kardiovaskuler
jantung 2. Dapat mentoleransi aktivitas, 5. Monitor status pernapasan yang menandakan gagal
tidak ada kelelahan jantung
3. Tidak ada edema paru, perifer, 6. Monitor abdomen sebagai indikator penurunan perfusi
dan tidak ada asites 7. Monitor balance cairan
4. Tidak ada penurunan kesadaran 8. Monitor adanya perubahan tekanan darah
9. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
antiaritmia
10. Monitor toleransi aktivitas pasien
11. Anjurkan untuk menurunkan stres
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor kualitas dari nadi
4. Monitor jumlah dan irama jantung
5. Monitor bunyi jantung

16
6. Monitor frekuaensi dan irama pernapasan
7. Monitor suara paru
8. Monitor pola pernapasan abnormal
9. Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit
10. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
4. Kelebihan NOC NIC
volume cairan 1. Electrolite and acid base balance Fluid Management
berhubungan 2. Fluid balance 1. Timbang popok/pembalut
dengan 3. Hydration 2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
akumulasi Kriteria Hasil 3. Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan
cairan didalam 1. Terbebas dari edema 4. Monitor vital sign
jaringan, 2. Bunyi napas bersih, tidak ada 5. Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan
gangguan dispnea 6. Kaji lokasi dan luas edema
mekanisme 3. Terbebas dari distensi vena 7. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake
regulasi (retensio jugularis cairan kalori
sodium, natrium 4. Memelihara tekanan vena sentral, 8. Monitor status nutrisi
dan air). tekanan kapiler paru, output Fluid Monitoring
jantung, dan vital sign dalam batas 1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
normal eliminasi
5. Terbebas dari kelelahan, 2. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
kecemasan atau kebingungan ketidakseimbangan cairan
6. Menjelaskan indikator kelebihan 3. Catat secara akurat intake dan output
cairan 4. Monitor tanda dan gejala dari oedema

17
5. Ketidakseimban NOC NIC
gan Nutrisi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutrition Management
Kurang dari
x 24 jam diharapkan masalah 1. Kaji adanya alergi makanan
Kebutuhan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi
Tubuh kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
kurang dari kebutuhan tubuh dapat
berhubungan 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
teratasi dengan 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin
dengan
C
penurunan Kriteria Hasil : 5. Berikan substansi gula
asupan oral, 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
1. Adanya peningkatan berat badan
mual, muntah, untuk mencegah konstipasi
sesuai dengan tujuan 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
vomit 2. Berat badan ideal sesuai dengan
dengan ahli gizi)
tinggi badan 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan
harian
nutrisi 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
5. Menunjukkan peningkatan fungsi 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
pengecapan dari menelan dibutuhkan
6. Tidak terjadi penurunan berat badan
Nutrition Monitoring
yang berarti
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan

18
7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
13. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori dan intake kalori
15. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah
dan cavitas oral
16. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

6. Risiko infeksi NOC NIC


berhubungan
Imuno status knowledge : infection infection control ( kontrol infeksi)
dengan
control risk control.
ketidakadekuata - Bersihkam lingkungan setelah dipakai pasien lain.
- Pertahankan teknik isolasi
n pertahanan Kriteria hasil :
- Batasi pengunjung bila perlu
sekunder - Instruksikan pada pengunjung mencuci tangan saat
Klien bebas dari tanda dan gejala
imunosupresi, berkunjung, setelah berkunjung meninggalkan pasien.
infeksi - Xgunakan sabun anti mikrobia untuk cuci tangan
prosedur
- Cuci tangan setiap sebelum, sesudah tindakan
invansif. Mendeskripsikan proses penularan
keperawatan
penyakit faktor yang mempengaruhi - Gunakan baju sarung tangan sebagai alat pelindung
- Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
serta
- Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai

19
Penatalaksanaannya. dengan petunjuk umum
- Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
Menunjukan kemampuan untuk kandung kencing.
mencegah timbulnya infeksi - Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik bila perlu infection protection
Jumlah leukosit dalam batas normal ( proteksi terhadap infeksi )
- Monitoring tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
Menunjukan prilaku hidup sehat - Monitoring hitung granulosit , WBC
- Monitoring kerentanan terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Sering pengunjung terhadap penyakit menular
- Partahankan teknik aspesis pada yang berisiko
- Pertahankan teknik isolasi k/p
- Berikan perawatan kuliat pada epidema
- Infeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan ,
panas, drainase
- Infeksi kondisi luka /insisi bedah
- Dorong masukan utrisi yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien utuk minum antibiotik sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mengindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
7. Intoleransi NOC Activity Therapy:
aktivitas 1. Energy Conservation 1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitas Medik dalam
berhubungan 2. Activity Tolerance merencanakan program terapi yang tepat
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu
dengan 3. Self Care : ADLs
dilakukan
ketidakseimbang Kriteria Hasil :

20
an antara suplai 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik 3. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
dan kebutuhan tanpa disertai peningkatan tekanan yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
4. Bantu untuk mendapat alat bantu aktivitas seperti kursi
oksigen dalam darah, nadi dan RR
roda, krek
tubuh 2. Mampu melakukan aktivitas
5. Bantu untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
sehari-hari (ADLs) secara mandiri
beraktivitas
3. Tanda-tanda vital normal 6. Bantu pasien untuk mengembankan motivasi diri dan
4. Energy psikomotor penguatan
7. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
5. Level kelemahan
6. Mampu berpindah : dengan atau
tanpa bantuan alat
7. Status kardiopulmunari adekuat
8. Sirkulasi status baik
9. Status respirasi: pertukaran gas
dan ventilasi adekuat
8. Gangguan Citra NOC NIC
Tubuh
a. Body Image Body image enhancement
berhubungan b. Self esteem
dengan Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan: a. Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap
perubahan tubuhnya
Kriteria Hasil b. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
bentuk tubuh
c. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dalam
a. Body image positif prognosis penyakit
b. Mampu mengidentifikasi kekuatan d. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
personal e. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu

21
c. Mendeskripsikan secara faktual f. Fasilitas kontak dengan individu lain dalam kelompok
perubahan fungsi tubuh kecil
d. Mempertahankan interaksi social

22
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Bayi atau Anak Dengan Penyakit Nefrotik Syndrom

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama : .........................Tanggal Masuk RS : ....................


Tempat/Tanggal Lahir: .......................Sumber Informasi : ....................
Umur : .........................Agama : ....................
Jenis Kelamin : .........................S u k u : .....................
Pendidikan : ..............................................
Alamat : ......................................................................................
Diagnosa Medis : ......................................................................................

2. Identitas Orang Tua

Nama Ibu : .............................Nama Ayah : ....................

Tempat/Tanggal Lahir: ..........................Tempat/tanggal lahir : ....................

Umur : ..............................Umur : ....................

Jenis Kelamin : ..............................Jenis Kelamin : ....................

Pendidikan : ................................Pendidikan : ....................

Agama : ................................Agama : ....................

Suku : .................................S u k u : ....................

Pekerjaan : .................................Pekerjaan : ....................

Alamat : ..................................Alamat : ....................


3. Keluhan utama
a. Edema atau sembab, biasanya pada daerah mata, dada, perut, tungkai, dan genitalia
b. Malaise
c. Sesak nafas
d. Kaki terasa berat dan dingin karena adanya edema
e. Sakit kepala
f. Diare
4. Riwayat Kesehatan

23
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Edema masa neonatus, malaria, riwayat glomerulonefritis akut dan glomerulonefritis
kronis, terpapar bahan kimia.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Piting edema cekung dan lunak bila ditekan di daerah sekitar edema
2) Urine sedikit, gelap dan berbusa
3) Berat badan meningkat
4) Kulit pucat
5) Diare
6) Konstipasi
7) Sesak nafas
8) Malaise
9) Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit ini atau diabetes
mellitus. Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani
dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun
setelah kelahiran.
5. Kebutuhan bernafas
a. Nafas pendek
b. Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi, kedalaman (pernafasan Kussmaul); nafas
amonia.
6. Kebutuhan nutrisi
a. Nafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya edema, nyeri daerah
perut, malnutrisi berat.
b. Mual, muntah, anoreksia
7. Kebutuhan eliminasi
a. Perubahan pola berkemih biasanya : peningkatan frekuensi, polyuria (kegagalan
dini), atau penurunan frekuensi/ oliguria(fase akhir)
b. Disuria, ragu- ragu, dorongan, dan retensi( inflamasi obstruksi, infeksi).
c. Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
d. Oliguria( biasanya 12-21 hari); poliuria(2-6 L/hari)
e. Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih.
8. Kebutuhan tidur dan istirahat
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan hospitalisasi.
9. Kebutuhan gerak dan aktivitas
a. Keletihan, kelemahan, malaise
b. Edema pada area ektrimitas (sakrum, tumit, dan tangan). Pembengkakan pergelangan
kaki / tungkai.
10. Kebutuhan rasa nyaman
Sakit kepala, pusing, malaise, nyeri pada area abdomen, adanya asites.
11. Kebutuhan rasa aman

24
a. Adanya reaksi transfusi
b. Demam(sepsis, dehidrasi)
c. Pretekie, area kulit ekimosis
d. Pruritus, kulit kering
12. Kebutuhan Seksual
- Anak usia pra sekolah mulai membedakan perilaku sesuai jender. Anak mulai
menirukan tindakan orangtua yang berjenis kelamin sama. Eksplorasi tubuh
mencakup mengelus diri sendiri, manipulasi genital, memeluk boneka.
13. Pola pikir dan persepsi
- Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah sampai pada tahap pemikiran
prakonseptual ditandai dengan anak-anak menilai orang, benda, dan kejadian di luar
penampilan luar mereka.
14. Persepsi diri
- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
- Anak usia pra sekolah dapat mengungkapkan apa yang dirasakan. Kosakata sudah
mulai meluas, kalimat kompleks sederhana tapi dipahami. Untuk usia 3 tahun,
komunikasi lebih sering berbentuk simbolis.
15. Pertahanan koping
- Perpisahan
- Lingkungan baru
- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
- Menyangkal, menarik diri, marah.
16. Sistem nilai kepercayaan
Kebutuhan spiritual pada anak mengikuti orangtua.
17. Neosensori
a. Sakit kepala, pengelihatan kabur
b. Kram otot/ kejang; sindrom kaki gelisah
c. Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidak mampuan
berkonsentrasi, hilang memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia,
ketidakseimbangan elektrolit/ asam/ basa)
18. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal, wajah tampak sembab karena ada edema fascialis.
b. Pemeriksaan Mata
Edema periorbital, mata tampak sayu karena malnutrisi.
c. Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.

25
d. Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
e. Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir biasanya
kering, pucat.

f. Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan peningkatann kerja
jantung.
g. Pemeriksaan Jantung
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.
h. Pemeriksaan Paru
Suara paru saat bernapas mungkin ditemukan ronkhi karena efusi pleura,
pengembangan ekspansi paru sama atau tidak.
i. Pemeriksaan Abdomen
Adanya asites, nyeri tekan, hepatomegali.
j. Pemeriksaan Genitalia
Pembengkakan pada labia atau skrotum.
k. Pemeriksaan Ektstrimitas
Adanya edema di ekstrimitas atas maupun bawah seperti di area sakrum, tumit, dan
tangan.
l. Tanda vital : peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas cepat
dan dalam (kusmaul), dyspnea
19. Tes Diagnostik
a. UJI URINE
1) Protein urine meningkat
2) Urinalis cast hialin dan granular, hematuria
3) Dipstick urine positif untuk protein dan darah
4) Berat jenis urine meningkat
b. UJI DARAH
1) Albumin serum menurun
2) Kolesterol serum meningkat
3) Hemoglobin dan hematokrit meningkat (hemokonsentrasi)
4) Laju endap darah (LED) meningkat
5) Elektrolit serum bervariasi dengan keadaan penyakit per orang

c. UJI DIAGNOSTIK
Biopsy ginjal merupakan uji diagnostic yang tidak dilakukan secara rutin
Selain proteinuria masif, sedimen urin biasanya normal. Bila terjadi hematuria
mikroskopik lebih dari 20 eritrosit/LPB dicurigai adanya lesi glomerular (misal sklerosis

26
glomerulus fokal). Albumin plasma rendah dan lipid meningkat. IgM dapat meningkat,
sedangkan IgG menurun. Komplemen serum normal dan tidak ada krioglobulin.
Anamnesis penggunaan obat, kemungkinan berbagai infeksi, dan riwayat penyakit
sistemik klien perlu diperhatikan. Pemeriksaan serologit dan biopsi ginjal sering
diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan penyebab GN
sekunder. Pemeriksaan serologit sering tidak banyak memberikan informasi dan biayanya
mahal. Karena itu sebaiknya pemeriksaan serologit hanya dilakukan berdasarkan indikasi
yang kuat.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan ekspansi paru tidak maksimal
ditandai dengan asites, dyspnea.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan menurunnya suplai
oksigen
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan didalam jaringan,
gangguan mekanisme regulasi (retensio sodium, natrium dan air).
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan asupan oral, mual, muntah, vomit.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder
imunosupresi, prosedur invasive.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen dalam tubuh.
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh.

27
C. Perencanaan

Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Ketidakefektifan NOC NIC
1. Respiratory status : Ventilation Airway Management
pola nafas
2. Respiratory status : Airway patency - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust
berhubungan 3. Vital sign status
bila perlu
Kriteria Hasil :
dengan ekspansi - Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
1. Mendemosntrasikan batuk efektif dan suara
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
paru tidak
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
buatan
maksimal
dyspnue (mampu mengeluarkan sputum, - Pasang mayo bila perlu
ditandai dengan - Lakukan fisioterapi dada bila perlu
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
- Keluarkan secret dengan batuk atau suction
dyspnea
pursed lips) - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien - Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronkodilator bila perlu
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
- Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
pernapasan dalam rentang normal, tidak ada - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
- Monitor respirasi dan status O2
suara nafas abnormal)
Oxigen Therapy
3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
- Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
(tekanan darah, nadi, pernapasan) - Pertahankan jalan nafas yang paten
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Observasi adanya tanda-tanda hivopentilasi
- Monitor vital sign
2. Ketidakefektifan NOC NIC
1. Circulation status Peripheral Sensation management
perfusi jaringan
2. Tissue Perfusion : cerebral (Management sensasi perifer)
perifer Kriteria Hasil 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka

28
berhubungan Mendemonstrasikankan status sirkulasi terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
2. Monitor adanya paretese
dengan yang ditandai dengan :
3. Intruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada
1. Tekanan systole dan diastole dalam
menurunnya
isi atau laserasi
rentang yang diharapkan
suplai oksigen 4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
2. Tidak ada ortostatik hipertensi
5. Batasi gerakan pada kepala, leher, dan punggung
3. Tidak ada tanda-tanda peningkatan
6. Monitor kemampuan BAB
tekanan intracranial (tidak lebih dari 15 7. Kolaborasi pemberian analgetik
8. Monitor adanya tromboplebitis
mmHg)
9. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
Mendemonstrasikan kemampuan kognitif
yang ditandai dengan :
1. Berkomunikasi yang jelas dan sesuai
kemampuan
2. Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan
orientasi
3. Memproses informasi
4. Membuat keputusan dengan benar
3. Penurunan NOC NIC
1. Cardiac Pump Effectiveness Cardiac Care
curah jantung
2. Circulation Status 1. Evaluasi adanya nyeri dada
b/d perubahan 3. Vital Sign Status 2. Catat adanya disritmia jantung
Kriteria Hasil 3. Catat danya tanda dan gejala turunnya cardiac output
afterload,
1. Tanda vital dalam rentang normal 4. Monitor status kardiovaskuler
kontraktilitas 2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada 5. Monitor status pernapasan yang menandakan gagal
dan frekuensi kelelahan jantung
3. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak 6. Monitor abdomen sebagai indikator penurunan
jantung
ada asites perfusi
4. Tidak ada penurunan kesadaran 7. Monitor balance cairan
8. Monitor adanya perubahan tekanan darah
9. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan

29
antiaritmia
10. Monitor toleransi aktivitas pasien
11. Anjurkan untuk menurunkan stres
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor kualitas dari nadi
4. Monitor jumlah dan irama jantung
5. Monitor bunyi jantung
6. Monitor frekuaensi dan irama pernapasan
7. Monitor suara paru
8. Monitor pola pernapasan abnormal
9. Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit
10. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
4. Kelebihan NOC NIC
1. Electrolite and acid base balance Fluid Management
volume cairan
2. Fluid balance 1. Timbang popok/pembalut
b/d akumulasi 3. Hydration 2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Kriteria Hasil 3. Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan
cairan b/d
1. Terbebas dari edema 4. Monitor vital sign
akumulasi 2. Bunyi napas bersih, tidak ada dispnea 5. Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan
3. Terbebas dari distensi vena jugularis 6. Kaji lokasi dan luas edema
cairan didalam
4. Memelihara tekanan vena sentral, tekanan 7. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake
jaringan,
kapiler paru, output jantung, dan vital signcairan kalori
gangguan 8. Monitor status nutrisi
dalam batas normal
Fluid Monitoring
mekanisme 5. Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau
1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
regulasi (retensio kebingungan
eliminasi
6. Menjelaskan indikator kelebihan cairan
sodium, natrium 2. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
dan air). ketidakseimbangan cairan
3. Catat secara akurat intake dan output
4. Monitor tanda dan gejala dari oedema

30
5. Ketidakseimban NOC NIC
gan Nutrisi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan x 24 Nutrition Management
Kurang dari
jam diharapkan masalah keperawatan 1. Kaji adanya alergi makanan
Kebutuhan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
Tubuh kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan
berhubungan 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
dengan Kriteria Hasil :
vitamin C
penurunan 5. Berikan substansi gula
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai
asupan oral, 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
dengan tujuan
mual, muntah, 2. untuk mencegah konstipasi
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
7. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
vomit 3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi dengan ahli gizi)
5. Menunjukkan peningkatan fungsi 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
pengecapan dari menelan harian
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
berarti
11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan

31
7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
13. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori dan intake kalori
15. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla
lidah dan cavitas oral
16. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

6. Risiko infeksi NOC NIC


berhubungan
Imuno status knowledge : infection control risk infection control ( kontrol infeksi)
dengan
control.
ketidakadekuata - Bersihkam lingkungan setelah dipakai pasien lain.
- Pertahankan teknik isolasi
n pertahanan Kriteria hasil :
- Batasi pengunjung bila perlu
sekunder - Instruksikan pada pengunjung mencuci tangan saat
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
imunosupresi, berkunjung, setelah berkunjung meninggalkan pasien.
- Xgunakan sabun anti mikrobia untuk cuci tangan
prosedur Mendeskripsikan proses penularan penyakit
- Cuci tangan setiap sebelum, sesudah tindakan
invansif. faktor yang mempengaruhi serta
keperawatan
- Gunakan baju sarung tangan sebagai alat pelindung
Penatalaksanaannya. - Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan

Menunjukan kemampuan untuk mencegah alat


- Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing
timbulnya infeksi
sesuai dengan petunjuk umum

32
Jumlah leukosit dalam batas normal - Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing.
Menunjukan prilaku hidup sehat - Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik bila perlu infection protection
( proteksi terhadap infeksi )
- Monitoring tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
- Monitoring hitung granulosit , WBC
- Monitoring kerentanan terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Sering pengunjung terhadap penyakit menular
- Partahankan teknik aspesis pada yang berisiko
- Pertahankan teknik isolasi k/p
- Berikan perawatan kuliat pada epidema
- Infeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan , panas, drainase
- Infeksi kondisi luka /insisi bedah
- Dorong masukan utrisi yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien utuk minum antibiotik sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mengindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
7. Intoleransi NOC Activity Therapy:
1. Energy Conservation
aktivitas 1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitas Medik
2. Activity Tolerance
berhubungan 3. Self Care : ADLs dalam merencanakan program terapi yang tepat
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang
dengan
Kriteria Hasil :
mampu dilakukan
ketidakseimbang 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa
3. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan

33
an antara suplai disertai peningkatan tekanan darah, nadi sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
dan kebutuhan dan RR diinginkan
2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari 4. Bantu untuk mendapat alat bantu aktivitas seperti
oksigen dalam
(ADLs) secara mandiri kursi roda, krek
tubuh
3. Tanda-tanda vital normal 5. Bantu untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
4. Energy psikomotor
beraktivitas
5. Level kelemahan
6. Bantu pasien untuk mengembankan motivasi diri dan
6. Mampu berpindah : dengan atau tanpa
penguatan
bantuan alat
7. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
7. Status kardiopulmunari adekuat
8. Sirkulasi status baik
9. Status respirasi: pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
8. Gangguan Citra NOC NIC
Tubuh
a. Body Image Body image enhancement
berhubungan b. Self esteem
dengan a. Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap
perubahan tubuhnya
Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan: b. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
bentuk tubuh
c. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan
Kriteria Hasil dalam prognosis penyakit
d. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
a. Body image positif e. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat
b. Mampu mengidentifikasi kekuatan
bantu
personal f. Fasilitas kontak dengan individu lain dalam kelompok
c. Mendeskripsikan secara faktual perubahan
kecil
fungsi tubuh
d. Mempertahankan interaksi social

34
D. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.

E. EVALUASI

Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil yang telah ditentukan.

35
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Nefrotik syndrome ialah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,


hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi
dan penurunan fungsi ginjal. Menurut kepustakaan sindrom nefrotik paling banyak
terdapat pada anak umur 3-4 tahun. Sindroma nefrotik adalah penyakit ginjal yang
mengenai glomerulus (ginjal terdiri dari tubulus, glomerulus dll.) dan ditandai proteinuria
(keluarnya protein melalui air kencing) yang masif, hipoalbuminemia (kadar albumin di
dalam darah turun), edema (bengkak) disertai hiperlipidemia (kadar lipid atau lemak
dalam darah meningkat) dan hiperkolesterolemia (kadar kolesterol darah meningkat).
Gejala Klinis pada nefrotik sindrom seperti proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau
0,05 g/kg BB/hari pada anak-anak, hipoalbuminemia< 30 g/l, edema anasarka. Edema
terutama jelas pada kaki, di sekitar mata (periorbital), asites, dan efusi pleura,
hiperlipidemia, hiperkoagulabilitas, yang akan meningkatkan risiko trombosis arteri dan
vena. Keluhan utama yang biasa terjadi adalah adanya, edema atau sembab, biasanya
pada daerah mata, dada, perut, tungkai, dan genitalia, malaise, sesak nafas, kaki terasa
berat dan dingin karena adanya edema, sakit kepala dan diare.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, sebagai berikut: ketidakefektifan pola


napas b/d ekspansi paru tidak maksimal ditandai dengan asites atau dyspnea,
ketidakefektifan bersihan jalan napas, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d
menurunnya suplai O2, hipertensi, penurunan curah jantung b/d perubahan afterload,
kontraktilitas dan frekuensi jantung, kelebihan volume cairan b/d akumulasi cairan b/d
akumulasi cairan didalam jaringan, gangguan mekanisme regulasi (retensio sodium,
natrium dan air), ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan
asupan oral, mual, muntah, vomit, resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan
sekunder imunosupresi, prosedur invasive, intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen dalam tubuh, gangguan citra tubuh b/d perubahan
bentuk tubuh, hambatan mobilitas fisik b/d kelelahan dan konstipasi. Pelaksanaan

36
disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan dan evaluasi disesuaikan dengan
kriteria hasil yang telah ditentukan.

3.2 Saran

Diharapkan kepada mahasiswa menambah wawasan mengenai asuhan


keperawatan pada anak atau bayi dengan gangguan nefrotik sindrom dan mampu
melaksanakan asuhan keperawatan pada anak atau bayi dengan gangguan nefrotik
sindrom secara baik dan benar. Dan diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan
keperawatan secara komprehensif dan memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga
klien.

37
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk, 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 1. Jakarta:
Media Aesculapius.

Suryadi dan Yuliani, Rita. 2001. Praktek klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
Sagung Seto.

Brunner & Suddart, dkk. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Waldo E. Nelson. 2007. Ilmu kesehatan anak. Ed.12. Jakarta: EGC.

Suriadi dan Rita Yulianni. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: PT. Fajar
Interpratama.

38

Anda mungkin juga menyukai