PROGRAM S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2018
1
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah laporan pendahuluan asuhan keperawatan ini tepat pada
waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah satu tugas dari keperawatan anak II.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan
beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bias terwujud. Oleh karena itu, melalui
media ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh
dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami
miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik
yang dapat memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan
kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004).
1.3 Tujuan
3
Untuk mengetahui bagaimana konsep medis Sindrom nefrotik (SN) pada
Anak dan konsep asuhan keperawatan pada pasien anak dengan Sindrom nefrotik
(SN).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
5
B. Insiden
Insiden lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan.
C. Etiologi
D. Patofisiologi
7
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling
utama adalah proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai
manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh karena
kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya
belum diketahui yang terkait dengan hilannya muatan negative
gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindrom nefrotik
keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang
sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak
akibat dari kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan
dalam urin. (Husein A Latas, 2002 : 383).
E. Manifestasi klinik
1. Edema yang berat dan menyebar
6. Ascites
10. Hipertensi
F. Klasifikasi
Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:
G. Faktor risiko
a. Jenis kelamin: pada anak lebih sering terjadi pada anak laki-laki.
Dengan angka kejadian 2/100.000 kelahiran/tahun. Sementara
untuk orang dewasa perbandingannya sama antara laki-laki dan
11
perempuan.
b. Usia: biasanya banyak di usia 2-6 tahun .
H. Pemeriksaan penunjang
1. Uji urine
a. Urinalisis : proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2
g/m2/hari), bentuk hialin dan granular, hematuria
b. Uji dipstick urine : hasil positif untuk protein dan darah
c. Berat jenis urine : meningkat palsu karena proteinuria
d. Osmolalitas urine : meningkat
2. Uji darah
a. Kadar albumin serum : menurun (kurang dari 2 g/dl)
b. Kadar kolesterol serum : meningkat (dapat mencapai 450
sampai 1000 mg/dl)
c. Kadar trigliserid serum : meningkat
d. Kadar hemoglobin dan hematokrit : meningkat
e. Hitung trombosit meningkat (mencapai 500.000 sampai
1.000.000/ul)
f. Kadar elektrolit serum : bervariasi sesuai dengan keadaan
penyakit perorangan.
12
c. Uji diagnostic : biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin)
I. Pathway
Nekrosis
Menumpuk di Defisit nutrisi Volume urin
otot (D.0019) yang diekskresi
Perfusi
perifer tidak
efektif Kelemahan, Oliguri
(D.0009) keletihan,
mudah capek
Intoleransi
aktivitas (D.0056)
Mengubah
Konstipasi
angiotensin Aldosterone
(D.0049)
menjadi
angiotensin I &
II Merangsang
reabsorbsi Na+
dan air
Efek
vasokontriksi
arterioral Volume plasma
perifer
Tekanan darah
14
Beban kerja Penurunan curah
J. Penatalaksanaan jantung jantung (D.0008)
15
diperlukan untuk mencapai waktu tromboplastin parsial (PTT)
terapeutik mungkin meningkat karena adanya penurunan jumlah
antitrombin III. Setelah terapi heparin intravena , antikoagulasi oral
dengan warfarin dilanjutkan sampai sindrom nefrotik dapat diatasi.
5. TerapiObat
Terapi khusus untuk sindroma nefrotik adalah pemberian
kortikosteroid yaitu prednisone 1 – 1,5 mg/kgBB/hari dosis tunggal
pagi hari selama 4 – 6 minggu. Kemudian dikurangi 5 mg/minggu
sampai tercapai dosis maintenance (5 – 10 mg) kemudian diberikan 5
mg selang sehari dan dihentikan dalam 1-2 minggu. Bila pada saat
tapering off, keadaan penderita memburuk kembali (timbul edema,
protenuri), diberikan kembali full dose selama 4 minggu kemudian
tapering off kembali. Obat kortikosteroid menjadi pilihan utama
untuk menangani sindroma nefrotik (prednisone, metil prednisone)
terutama pada minimal glomerular lesion (MGL), focal segmental
glomerulosclerosis (FSG) dan sistemik lupus glomerulonephritis.
Obat antiradang nonsteroid (NSAID) telah digunakan pada pasien
dengan nefropati membranosa dan glomerulosklerosis fokal untuk
mengurangi sintesis prostaglandin yang menyebabkan dilatasi. Ini
menyebabkan vasokonstriksi ginjal, pengurangan tekanan
intraglomerulus, dan dalam banyak kasus penurunan proteinuria
sampai 75 %. Sitostatika diberikan bila dengan pemberian prednisone
tidak ada respon, kambuh yang berulang kali atau timbul efek
samping kortikosteroid. Dapat diberikan siklofosfamid 1,5
mg/kgBB/hari. Obat penurun lemak golongan statin seperti
simvastatin, pravastatin dan lovastatin dapat menurunkan kolesterol
LDL, trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL.
6. Obat anti proteinurik misalnya ACE inhibitor (Captopril 3 x 12,5
mg), kalsium antagonis (Herbeser 180 mg) atau beta bloker. Obat
penghambat enzim konversi angiotensin (angiotensin converting
16
enzyme inhibitors) dan antagonis reseptor angiotensin II dapat
menurunkan tekanan darah dan kombinasi keduanya mempunyai efek
aditif dalam menurunkan proteinuria..
K. Komplikasi
1. Malnutrisi karena hipoalbuminemia berat dan berlangsung lama
menyebabkan penurunan keadaan umum pasien
2. Gangguan koagulasi karena SN mempunyai sifat hiperkoagulasi
(peningkatan faktor pembekuan V dan VII, fibrinogen, dan
trombosit) menyebabkan fenomena tromboemboli pada arteri dan
vena misal trombosit vena renalis (dapat sebagai etiologi dan
komplikasi).
3. Akselerasi aterosklerosis disebabkan hiperlipidemia.
4. Kolaps hipovolemia disebabkan proteinuria > 60 g per hari
terutama pada anak.
5. Efek samping dari obat-obatan diuretic, antibiotik, kortikosteroid,
anti hipertensi, dll.
6. Infeksi sekunder mungkin terjadi karena kadar imunoglobulin
yang rendah akibat hipoalbuminemia.
7. Shock: terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 g / 100
mL) yang menyebabkan hipovolemia berat sehingga
menyebabkan shock.
8. Trombosis vaskuler mungkin akibat gangguan sistem koagulasi
sehingga terjadi peninggian fibrinogen plasma. Akibat kehilangan
anti-thrombin 3 yang berfungsi mencegah terjadinya trombosis.
9. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan
ginjal.
10. Gagal ginjal akut akibat hipovolemia.
11. Edema pulmonalakibat kebocoran cairan kadang- kadang masuk
pada paru-paru dan bisa mengakibatkan dispnea atau apnea.
12. Anemia
17
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a) Umur: Lebih banyak pada anak-anak terutama pada usia pra-sekolah
(3-6 th). Ini dikarenakan adanya gangguan pada sistem imunitas tubuh
dan kelainan genetik sejak lahir.
b) Jenis kelamin: Anak laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan anak
perempuan dengan rasio 2:1. Ini dikarenakan pada fase umur anak 3-6
tahun terjadi perkembangan psikoseksual : dimana anak berada pada
fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan
dari beberapa daerah genitalnya. Kebiasaan ini dapat mempengaruhi
kebersihan diri terutama daerah genital. Karena anak-anak pada masa
ini juga sering bermain dan kebersihan tangan kurang terjaga. Hal ini
nantinya juga dapat memicu terjadinya infeksi.
c) Agama
d) Suku/bangsa
e) Status
f) Pendidikan
g) Pekerjaan
2. Identitas penanggung jawab
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pendidikan, agama, dan
hubungannya dengan klien.
3. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama: Kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik, perut
membesar (adanya acites)
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawatan perlu
menanyakan hal berikut:
18
1) Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output
2) Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai
dengan adanya keluhan pusing dan cepat lelah
3) Kaji adanya anoreksia pada klien
4) Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat perlu mengkaji:
1) Apakah klien pernah menderita penyakit edema?
2) Apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan
penyakit hipertensi pada masa sebelumnya?
3) Penting juga dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu
dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti DM yang memicu
timbulnya manifestasi klinis sindrom nefrotik
6. Riwayat kehamilan
a) Prenatal
Adakah penyakit penyerta selama kehamilan seperti HT, DM,
penyakit jantung dll. Bagaimana keadaan kehamilan ibu, diperiksakan
atan tidak?
b) Intranatal
Bagaimana proses persalianan ibu dan cara persalinan ibu?
c) Postnatal
Adakah masalah kesehatan pada bayi dan ibu setelah proses
persalianan? Seperti Hpp pada ibu, sepsis neonatum pada bayi
7. Riwayat psikologis
Kaji bagaimana keadaan suasana hati (emosional) klien dan keluarga
dalam menghadapi penyakit yang diderita, biasanya suasana hati klien
kurang baik (gelisah) dan keluarga biasanya cemas.
19
8. Riwayat sosial ekonomi
Mengkaji kehidupan sosial ekonomi klien, tipe keluarga bagaimana
dari segi ekonomi dan tinggal bersama siapa klien. Bagaimana interaksi
klien baik di kehidupan sosial maupun masyarakat atau selama di rumah
sakit.
9. Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
a) Pola nutrisi dan metabolisme: Anoreksia, mual, muntah.
b) Pola eliminasi: Diare, oliguria.
c) Pola aktivitas dan latihan: Mudah lelah, malaise
d) Pola istirahat tidur: Susah tidur
e) Pola mekanisme koping : Cemas, maladaptif
f) Pola persepsi diri dan konsep diri : Putus asa, rendah diri
Perkembangan anak :
1) Anak pada usia 3-6 bulan mengangkat kepala dengan tegak pada
posisi telungkup.
2) Anak pada usia 9-12 bulan berjalan dengan berpegangan.
3) Anak pada usia 12-18 bulan minum sendiri dari gelas tanpa tumpah.
4) Anak pada usia 18-24 bulan mencorat-coret dengan alat tulis.
5) Anak pada usia 1-3 tahun mampu melakukan toilet training.
20
6) Anak pada usia 2-3 tahun berdiri dengan satu kaki tanpa
berpegangan, melepas pakaian sendiri.
7) Anak pada usia 3-4 tahun mengenal dan menyebutkan paling sedikit
1 warna.
8) Anak pada usia 4-5 tahun mencuci dan mengeringkan tangan tanpa
bantuan (Depkes RI, 2009).
a) B1 (Breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan
nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama
pada fase akut. Pada fase lanjut sering didapatkan adanya
gangguan pola nafas dan jalan nafas yang merupakan respons
terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
b) B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder dari
peningkatan beban volume.
c) B3 (Brain)
Didapatkan edema terutama periorbital, sklera tidak ikterik. Status
neurologis mengalami perubahan sesuai dengan tingkat parahnya
azotemia pada sistem saraf pusat.
d) B4 (Bladder)
Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola
e) B5 (Bowel)
21
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan
asites pada abdomen.
f) B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder
dari edema tungkai dari keletihan fisik secara umum
22
B. Diagnosa
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru tidak
maksimal
2. bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan napas
3. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
4. Defisit nurtrisi berhubungan dengan dengan ketidakmampuan
menelan makanan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
6. perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penekanan tubuh
terlalu dalam akibat edema
7. penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh
9. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan cairan
10. Risiko infeksi berhubungandengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder
23
C. Perencanaan
24
a. Pasien mampu batuk 4. Atur intake untuk cairan
efektif mengoptimalkan keseimbangan
b. Suara napas bersih 5. Kolaboratif dalam pemberian
c. Tidak ada sianosis dan oksigen menggunakan nasal
dispnea kanul dengan dosis yang sesuai
d. Frekuensi pernapasan dengan intruksi
dalam rentang normal 6. Berikan bronkodilator bila perlu
e. Tidak ada suara napas
tambahan
3. Hipervolemia NOC : 1. Kaji indikasi retensi atau
berhubungan dengan Electrolit and Acid Base kelebihan cairan (cracles, CVP,
gangguan mekanisme Balance (keseimbangan edema, distensi vena leher,
regulasi asam basa) asites)
Fluid Balance 2. Monitor masukan cairan
(keseimbangan cairan) 3. Monitor vital sign
Hydration (hidrasi) 4. Monitor hasil Hb yang sesuai
Kriteria Hasil : dengan retensi cairan
a. Terbebas dari edema, 5. Timbang popok jika perlu
efusi, anaskara 6. Pertahankan catatan intake dan
b. Tidak ada suara napas output yang akurat
tambahan 7. Pasang urine kateter jika
c. Vital sign dalam rentang diperlukan
normal 8. Kolaboratif dalam pemberian
d. Tidak mengalami diuretic sesuai intruksi
kelelahan
4. Defisit nurtrisi NOC : 1. Observasi adanya penurunan
berhubungan dengan Nutritional Status : berat badan
dengan ketidakmampuan Food and Fluid Intake 2. Kaji adanya alergi makanan
menelan makanan (status nutrisi : intake 3. Kaji kemampuan pasien untuk
25
makanan dan cairan) mendapatkan nutrisi yang
Nutritional Status : dibutuhkan
Nutrient Intake 4. Monitor jumlah nutrisi dan
Weight Control (kontrol kandungan kalori
berat badan) 5. Berikan makanan yang terpilih
Kriteria Hasil : (sudah dikonsultasikan dengan
a. Adanya peningkatan ahli gizi)
berat badan sesuai tujuan 6. Ajarkan keluarga pasien
b. Berat badan ideal sesuai bagaimana membuat catatan
dengan tinggi badan makanan harian
c. Mampu mengidentifikasi 7. Berikan keluarga informasi
kebutuhan nutrisi mengenai kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda 8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
malnutrisi menentukan jumlah kalori dan
e. Tidak terjadi penurunan nutrisi yang dibutuhkan pasien
berat badan yang berarti
5. Intoleransi aktivitas Energy Conservation 1. Observasi keadaan umum pasien
berhubungan dengan (konservasi energi) 2. Bantu pasien untuk
ketidakseimbangan antara Activity Tolerance mengidentifikasi aktivitas yang
suplai dan kebutuhan (toleransi aktivitas) mampu dilakukan
oksigen Self Care : ADLs 3. Bantu untuk mengidentifikasi
(perawatan diri : ADL) aktivitas yang disukai
Kriteria Hasil : 4. Bantu klien dan keluarga untuk
a. Mampu melakukan membuat jadwal latihan di waktu
aktivitas sehari-hari luang
secara mandiri 5. Kolaborasi dengan tenaga
b. Vital sign dalam rentang rehabilitasi medic dalam
normal merencanakan program terapi
c. Mampu berpindah yang tepat
26
dengan atau tanpa
bantuan alat
d. Status respirasi :
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
6. perfusi perifer tidak efektif NOC : 1. Monitor adanya daerah tertentu
berhubungan dengan Circulation Status yang hanya peka terhadap
penekanan tubuh terlalu (status sirkulasi) panas/dingin/tajam/tumpul
dalam akibat edema Tissue Perfusion : 2. Monitor adanya paretese
cerebral 3. Intruksikan keluarga untuk
(perfusi jaringan mengobservasi kulit jika ada lesi
serebral) atau laserasi
Kriteria hasil :
a. Tekanan systole dan
diastole dalam rentang
normal
b. Vital sign dalam rentang
normal
c. Tidak ada tanda-tanda
peningkatan tekanan
intracranial (tidak lebih
dari 15 mmHg)
7. penurunan curah jantung NOC : 1. Monitor balance cairan
berhubungan dengan Cardiac Pump 2. Monitor adanya perubahan
perubahan frekuensi Effecktiveness tekanan darah
jantung (efektivitas pompa 3. Monitor toleransi aktivitas pasien
jantung ) 4. Monitor adanya dispnea, fatigue,
Circulation Status tacipnea, dan ortopnea
(status sirkulasi) 5. Monitor vital sign
27
Vital Sign Status (status 6. Monitor irama jantung
tanda-tanda vital) 7. Monitor suhu, warna dan
Kriteria hasil : kelembaban kulit
a. Tanda vital dalam
rentang normal
b. Dapat melakukan
aktivitas dan tidak
kelelahan
c. Tidak ada edema paru,
perifer, dan asites
d. Tidak ada penurunan
kesadaran
8. Gangguan citra tubuh NOC : 1. Kaji secara verbal dan nonverbal
berhubungan dengan Body Image (citra respon pasien terhadap tubuhnya
perubahan bentuk tubuh tubuh) 2. Dorong pasien mengungkapkan
Self Esteem (harga diri) perasaannya
Kriteria hasil : 3. Fasilitasi kontak dengan individu
a. Body image positif lain dalam kelompok kecil
28
konstipasi pencahar yang benar
c. Feses lunak dan 6. Konsultasikan dengan dokter
berbentuk tentang penurunan dan
peningkatan bising usus
7. Kolaborasi dalam pemberian
laktasif
10. Risiko infeksi NOC : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
berhubungandengan Immune Status (status sistemik dan local
ketidakadekuatan imun) 2. Monitor hitung granullosit, WBC
pertahanan tubuh sekunder Knowledge : Infection 3. Bersihkan ligkungan setelah
Control (Pengetahuan: digunakan oleh pasien lain
Pengendalian Infeksi) 4. Batasi pengunjung bila perlu
Risk Control (kontrol 5. Instruksikan pada pengunjung
resiko) untuk mencuci tangan saat
Kriteria hasil : berkunjung dan setelah
a. Tidak terdapat tanda dan berkunjung
gejala infeksi 6. Ajarkan pasien/keluarga pasien
b. Jumlah leukosit dalam cara menghindari infeksi
rentang normal 7. Kolaboratif dalam pemberian
c. Menunjukkan perilaku terapi antibiotik (Infection
hidup sehat Protection) bila perlu
D. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya : Intervensi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien
29
dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien. Pada tahap
implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai
kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi berfokus pada ketepatan perawatan yang diberikan dan
kemajuan pasien atau kemunduran pasien terhadap hasil yang diharapkan.
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinu karena setiap
tindakan keperawatan dilakukan, respon klien dicatat dan dievaluasi
dalam hubungannya dengan hasil yang yang diharapkan. Kemudian
berdasarkan respon klien, direvisi intervensi keperawatan atau hasil yang
diperlukan. Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan
computer keperawatan, yaitu :
1. Proses (sumatif)
Fokus tipe ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus
dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan, dilaksanakan untuk
membantu keefektifan terhadap tindakan.
2. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan klien
30
BAB 3
TINJAUAN KASUS
4.1 Pengkajian
Pengkajian diambil pada tanggal 16 April 2012 di Ruangan Anak RSUD Dr.
Soetomo Surabaya dengan diagnosa medik Nefrotic Syndrome. Anak masuk rumah
1. Identitas.
Pekerjaan : petani
Agama : Islam
Suku : Jawa
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama.
Mengeluh muka dan badan bengkak, perut tambah besar, kencing jarang dan
sedikit.
31
b. Riwayat penyakit dahulu.
Agustus 2001, klien mengalami bengkak pada muka, kaki dan perut tambah
besar. Oleh keluarga diperiksakan ke dokter di Lamongan dan dapat pil hijau
3 X ½ selama satu minggu. Setelah bengkak turun, pasien tidak kontrol lagi.
Tanggal 16 April 2002 pagi, pasien tidak mau makan karena sakit perut,
tegang, muka tangan dan kaki mulai bengkak. Sesak, klien dibawa ke dokter
Antenatal : saat hamil ibu pernah sakit jantung/paru-paru. Dan minum obat
dari dokter di rumah sakit, Kontrol kehamilan di bidan satu bulan sekali
secara teratur.
Natal : klien lahir dibantu dukun (bidan tidak ada). Berat 3 kg, usia kehamilan
Neonatal : warna kulit merah, pucat, kejang dan lumpuh tidak ada, menangis
kuat.
e. Imunisasi
32
BCG 1 kali, DPT 3 kali, polio 3 kali, campak 1 kali dan TT satu kali.
Berat badan 16 kg, panjang badan 102 cm, perkembangan fisik dan mental
meliputi dapat menghitung jari 1 – 10, menyebut warna merah, hijau, kuning
dan biru, menurut ibu klien kalau sehat anak bermain dengan teman
seusianya.
g. Status nutrisi
Sejak sakit tahun 2001, klien tidak makan ikan laut dan telur. Dari dokter
dianjurkan juga tidak makan asinan dan makanan snack yang mengandung
banyak penyedap rasa. Tetapi anak tidak mau karena kesukaan seperti mie
remes, chiki dan snack lainnya. Klien akan mengamuk jika tidak diberikan.
Dua hari sebelum MRS minum air putih bisa sampai 1 liter/hari, tidak mau
a. Sistem pernapasan.
33
RR 40 X/menit (takipnea), ronki positif dan whezeeng negatif, terpasang
b. Sistem kardiovaskuler.
Nadi 148 x/menit, reguler, Tekanan darah 90/60 mmHg, berbaring, tangan
c. Sistem persarafan
d. Sistem Perkemihan
Menurut ibunya sejak pagi klien jarang kencing walaupun minumnya tetap,
e. Sistem pencernaan.
Abdomen tegang, kembung, bising usus normal suara lemah. Klien tidak mau
makan karena sakit, nyeri abdomen, saat diraba dan diperkusi klien menangis
dan menjerit. Vena abdomen menonjol, ascites, BAB positif, mencret sedikit-
f. Sistem muskuloskeletal.
g. Sistem integumen.
34
Edem ekstremitas atas dan bawah, akral hangat, suhu/aksila 392 0C, muka
h. Sistem reproduksi
i. Sistem endokrin
4. Respon keluarga.
Kelaurga atau ibu cemas akan keadaan anaknya karena biaya sudah banyak yang
dikeluarkan tetapi klien tidak sembuh. Terlebih saat ini biaya menipis dan
keluarga sudah mengurus JPS. Keluarga berharap klien cepat sembuh agar cepat
pulang.
5. Pemeriksaan penunjang.
Tanggal 16-4-2002
35
Radiologi : foto thoraks : cor besar dan bentuk normal, pulmo tidak
6. Pengobatan/therapi.
Lasiks 3 X 18 mg
Diit TKTPRL
Analisa data
Edema
37
4.2 Diagnosa
keperawatan
38
f. Tidak ada sianosis dan
dispnea
g. Menunjukkan jalan napas
yang paten
Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
39
(keseimbangan cairan) 4. Monitor hasil Hb yang
Hydration (hidrasi) sesuai dengan retensi cairan
Kriteria Hasil : 5. Timbang popok jika perlu
e. Terbebas dari edema, 6. Pertahankan catatan intake
efusi, anaskara dan output yang akurat
f. Tidak ada suara napas 7. Pasang urine kateter jika
tambahan diperlukan
g. Vital sign dalam rentang Kolaboratif dalam pemberian
normal diuretic sesuai intruksi
Tidak mengalami kelelahan
1. Diagnosa keperawatan 1.
Jam Implementasi Evaluasi
40
08.30 Minum 50 cc
11.15 Ngompol 50 cc
Minum 50 cc
Balans cairan + 25 cc
2. Diagnosa keperawatan 2.
Jam Implementasi Evaluasi
41
3. Diagnosa keperawatan 3.
Jam Implementasi Evaluasi
4. Diagnosa keperawatan 4.
Jam Implementasi Evaluasi
1. Diagnosa keperawatan 1.
Jam Implementasi Evaluasi
43
2. Diagnosa keperawatan 2.
Jam Implementasi Evaluasi
P : intervensi diteruskan,
3. Diagnosa keperawatan 3.
Jam Implementasi Evaluasi
44
12.30 Mengobservasi bising usus 37 x/menit, teratasi
lingkar perut 55 cm.
P : intervensi diteruskan.
45
Daftar Pustaka
Alatas, H., 2002, Pemeriksaan Laboratorium pada Penyakit Ginjal, dalam Alatas, H.,
Tambunan, T., Trihono, P., dan Pardede, S. (Editor), Buku Ajar Nefrologi
Anak: Jakarta, Balai Penerbit FKUI, hal. 51-72.
Betz, cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik (Mosby’s Pediatric Nursing
Reference). Edisi 3. Jakarta : EGC
Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, alih bahasa: Monica
Ester. Jakarta: EGC.
Donna L. Wong. et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan pertama.
Jakarta : EGC
SDKI, DPP & PPNI, 2016. Sandar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indicator diagnostic. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam. Edisi 1.
Jakarta: Agung Setia.
Whaley and Wong. (2000). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC
46
47