KEPERAWATAN ANAK/PEDIATRIK
MALNUTRISI
DISUSUN OLEH :
MIA TRIANA
NIM. 433131490120020
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
MALNUTRISI
A. Pengertian
Malnutrisi energy-protein adalah tidak adekuatnya intake protein dan kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh.
Malnutrisi adalah keadaan terang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam keadaan sehari-hari sehingga tidak memenuhi dalam angka
kecukupan gizi.
B. Etiologi
1. Penyebab langsung:
a. Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri dapat
disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya
kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah.
b. Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan
makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.
c. Infeksi apapun dapat memperburuk keadaan gizi, malnutrisi walaupun masih
ringan mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
C. Patofisiologi
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.
Faktor-faktor ini dapat digolong-kan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri
(host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet
(makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mem-pergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting
untuk mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa
jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. Pada
Malnutrisi, di dalam tubuh sudah tidak ada lagi cadangan makanan untuk digunakan
sebagai sumber energi. Sehingga tubuh akan mengalami defisiensi nutrisi yang sangat
berlebihan dan akan mengakibatkan kematian.
Pathway Malnutrisi
D. Klasifikasi
1. Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan protein dalam makanan
akan mengakibatkan kekurangan asam amino essensial dalam serum yang
diperlukan untuk sintesis dan metabolisme terutama sebagai pertumbuhan dan
perbaikan sel, makin berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan
berkurangnya produksi albumin oleh hati. Kulit akan tampak bersisik dan kering
karena depigmentasi. Anak dapat mengalami gangguan pada mata karena
kekurangan vitamin A. Kekurangan mineral khususnya besi, kalsium dan seng.
Penyebab marasmus adalah sebagai berikut :
a. Intake kalori yang sedikit.
b. Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.
c. Kelainan struktur bawaan.
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan
f. Gangguan metabolism.
g. Tumor hipotalamus.
h. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang
kurang.
i. Urbanisasi.
2. Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekuranga kalori dan
protein. Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan, terutama lapisan
subkutan dan badan tampak kurus seperti orang tua. Penyebabnya adalah :
a. Intake protein yang buruk.
b. Infeksi suatu penyakit.
c. Masalah penyapihan.
Obesitas I 25 – 29,9
Obesitas II ≥ 30
E. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan dan kekurangan energy
2. Pusing
3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk
melawan infeksi)
4. Kulit yang kering dan bersisik
5. Gusi bengkak dan berdarah
6. Gigi yang membusuk
7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8. Berat badan kurang
9. Pertumbuhan yang lambat
10. Kelemahan pada otot
11. Perut kembung
12. Tulang yang mudah patah
13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
F. Komplikasi
1. Kwashiorkor; diare, infeksi, anemia, gangguan tumbuh kembang, hipokalemi dan
hipernatremi.
2. Marasmus; infeksi, tuberculosis, parasitosis, disentri, malnutrisi kronik, gangguan
tumbuh kembang.
G. Pencegahan
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah
itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI
yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein,
lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak
minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan
sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program
Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika
tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada
petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah
sakit.
5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori
yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk
proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat
mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin
penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada
kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi
kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala
kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian
hari.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Prinsip pengobatan adalah makanan yang mengandung banyak protein
bernilai tinggi, banyak cairan, cukup vitamin dan mineral, masing-masing
dalam bentuk yang sudah dicerna dan diserap. Karena toleransi makanan
masih rendah pada permulaan, maka makanan jangan diberikan sekaligus
banyak, tetapi dinaikkan bertahap setiap hari. Diperlukan makanan yang
mengandung protein 3-4 gram/ kg BB/ hari 150-175 kalori. Antibiotik
diberikan jika terdapat infeksi penyakit penyerta marasmus. Antibiotik efektif
harus diberikan parenteral selama 5-10 hari.
Untuk dehidrasi ringan sampai sedang, cairan diberikan secara oral atau
dengan pipa nasogastrik. Bayi ASI harus disusui sesering ia menghendaki.
Untuk dehidrasi berat, cairan intravena diperlukan. Jika cairan intravena tidak
dapat diberikan, infuse intraosseus (sumsum tulang) atau intaperitoneal 70 ml/
kg larutan Ringer Laktat setengah kuat dapat menyelamatkan jiwa.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Pasien yang menderita defisiensi gizi tidak selalu dirawat di rumah sakit
kecuali yang menderita malnutrisi berat, kwashiorkor/ marasmik kwashiorkor
atau melnutrisi dengan komplikasi penyakit lainnya. Masalah pasien yang
perlu diperhatikan ialah memenuhi kebutuhan gizi, bahaya terjadi komplikasi,
gangguan rasa aman dan nyaman/ psikososial, dan kurangnya pengetahuan
orang tua pasien mengenai makanan anak.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik
a. Pada anak penderita kwashiorkor ditemukan keluhan dan gejala, yaitu :
1) Muka sembab.
2) Letargi.
3) Edema.
4) Warna rambut pirang seperti rambut jagung.
5) Alopesia (botak).
6) Anoreksia (kurang nafsu makan).
7) Anemia (anemis).
8) Apatis.
9) Gagal tumbuh.
10) Pada pemeriksaan antropometri, berat badan dan tinggi badan
mengalami keterlambatan.
11) Jaringan otot mengecil (atrofi).
12) Jaringan subkutan tipis dan lembut.
13) Kulit bersisik.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan
pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada
tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya
gangguan kekurangan gizi.
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi
dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-
kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial,
psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam
hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat
kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan
lain-lain.
d. Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan
lain-lain.Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too
yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital,
area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah
pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan
atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan
adalah:
1) Penurunan ukuran antropometri
2) Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan
mudah dicabut)
3) Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema
palpebra
4) Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi,
retraksi otot intercostal)
5) Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat
meningkat bila terjadi diare.
6) Edema tungkai
7) Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement
dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong,
fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan laboratorium; albumin, creatinine dan nitrogen.
Elektrolit, Hb, Ht, transferin
2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada anak dengan Malnutrisi
(SDKI, 2017).
a. Defisit Nutrisi
b. Hipovolemia
c. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
d. Defisit Pengetahuan Ibu
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan pada pasien anak dengan Malnutrisi (SIKI, 2018)
a. Defisit Nutrisi
Tindakan : Manajemen Nutrisi [I.03119]
Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intolenransi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis, piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis, pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
b. Hipovolemia
Tindakan : Manajemen Hipovolemia
Observasi
Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin
menurun, hematokrit, haus, lemah).
Monitor intake dan output cairan.
Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan
Berikan posisi modified trendelenbung
Berikan asupan cairan oral
Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2.5%, NaCl
0,4%)
Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, Plasmanate)
Kolaborasi pemberian produk darah
Terapeutik
Edukasi
Suriadi,S.Kp dan Yuliani Rita,S.Kp. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Anak (edisi 1).
Jakarta : CV. Sagung Seto
http://www.infogizi.com/94/pencegahan-dan-pengobatan-gizi-buruk-pada-anak.html
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus PPNI Pusat