Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK/PEDIATRIK

MALNUTRISI

DISUSUN OLEH :

MIA TRIANA

NIM. 433131490120020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS (KELOMPOK 4)

STIKes KHARISMA KARAWANG

Jln. Pangkal Perjuangan Km. 1 By Pass Karawang 41316

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
MALNUTRISI

A. Pengertian
Malnutrisi energy-protein adalah tidak adekuatnya intake protein dan kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh.
Malnutrisi adalah keadaan terang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam keadaan sehari-hari sehingga tidak memenuhi dalam angka
kecukupan gizi.

B. Etiologi
1. Penyebab langsung:
a. Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri dapat
disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya
kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah.
b. Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan
makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.
c. Infeksi apapun dapat memperburuk keadaan gizi, malnutrisi walaupun masih
ringan mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.

2. Penyebab tidak langsung:


a. Kurangnya ketahanan pangan keluarga: Keterbatasan keluarga untuk
menghasilkan atau mendapatkan makanan. Penyakit kemiskinan malnutrisi
merupakan problem bagi golongan bawah masyarakat tersebut.
b. Kualitas perawatan ibu dan anak.
c. Buruknya pelayanan kesehatan.
d. Sanitasi lingkungan yang kurang.
e. Faktor Keadaan Penduduk
Dalam World Food Conference di Roma dikemukakan bahwa kepadatan
jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan tambahnya persediaan
bahan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis
pangan. Ms. Lorent memperkirakan bahwa marasmus terdapat dalam jumlah
yang banyak jika suatu daerah terlalu padat daerahnya dengan hygiene yang
buruk.(Iskandar, 2002)

C. Patofisiologi
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.
Faktor-faktor ini dapat digolong-kan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri
(host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet
(makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mem-pergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting
untuk mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa
jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. Pada
Malnutrisi, di dalam tubuh sudah tidak ada lagi cadangan makanan untuk digunakan
sebagai sumber energi. Sehingga tubuh akan mengalami defisiensi nutrisi yang sangat
berlebihan dan akan mengakibatkan kematian.
Pathway Malnutrisi

D. Klasifikasi
1. Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan protein dalam makanan
akan mengakibatkan kekurangan asam amino essensial dalam serum yang
diperlukan untuk sintesis dan metabolisme terutama sebagai pertumbuhan dan
perbaikan sel, makin berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan
berkurangnya produksi albumin oleh hati. Kulit akan tampak bersisik dan kering
karena depigmentasi. Anak dapat mengalami gangguan pada mata karena
kekurangan vitamin A. Kekurangan mineral khususnya besi, kalsium dan seng.
Penyebab marasmus adalah sebagai berikut :
a. Intake kalori yang sedikit.
b. Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.
c. Kelainan struktur bawaan.
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan
f. Gangguan metabolism.
g. Tumor hipotalamus.
h. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang
kurang.
i. Urbanisasi.

2. Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekuranga kalori dan
protein. Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan, terutama lapisan
subkutan dan badan tampak kurus seperti orang tua. Penyebabnya adalah :
a. Intake protein yang buruk.
b. Infeksi suatu penyakit.
c. Masalah penyapihan.

Tabel Klasifikasi IMT Menurut WHO :

Klasifkasi IMT (Kg/M2)

Malnutrisi Berat <16,0

Malnutrisi Sedang 16,0 – 16,7

Berat Badan Kurang/Malnutrisi Ringan 17,0 – 18,5

Berat Badan Normal 18,5 – 22,9


Berat Badan Kurang ≥ 23

Dengan Resiko 23 – 24,9

Obesitas I 25 – 29,9

Obesitas II ≥ 30

E. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan dan kekurangan energy
2. Pusing
3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk
melawan infeksi)
4. Kulit yang kering dan bersisik
5. Gusi bengkak dan berdarah
6. Gigi yang membusuk
7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8. Berat badan kurang
9. Pertumbuhan yang lambat
10. Kelemahan pada otot
11. Perut kembung
12. Tulang yang mudah patah
13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh

F. Komplikasi
1. Kwashiorkor; diare, infeksi, anemia, gangguan tumbuh kembang, hipokalemi dan
hipernatremi.
2. Marasmus; infeksi, tuberculosis, parasitosis, disentri, malnutrisi kronik, gangguan
tumbuh kembang.

G. Pencegahan
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:

1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah
itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI
yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein,
lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak
minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan
sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program
Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika
tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada
petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah
sakit.
5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori
yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk
proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat
mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin
penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada
kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi
kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala
kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian
hari.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Prinsip pengobatan adalah makanan yang mengandung banyak protein
bernilai tinggi, banyak cairan, cukup vitamin dan mineral, masing-masing
dalam bentuk yang sudah dicerna dan diserap. Karena toleransi makanan
masih rendah pada permulaan, maka makanan jangan diberikan sekaligus
banyak, tetapi dinaikkan bertahap setiap hari. Diperlukan makanan yang
mengandung protein 3-4 gram/ kg BB/ hari 150-175 kalori. Antibiotik
diberikan jika terdapat infeksi penyakit penyerta marasmus. Antibiotik efektif
harus diberikan parenteral selama 5-10 hari.

Untuk dehidrasi ringan sampai sedang, cairan diberikan secara oral atau
dengan pipa nasogastrik. Bayi ASI harus disusui sesering ia menghendaki.
Untuk dehidrasi berat, cairan intravena diperlukan. Jika cairan intravena tidak
dapat diberikan, infuse intraosseus (sumsum tulang) atau intaperitoneal 70 ml/
kg larutan Ringer Laktat setengah kuat dapat menyelamatkan jiwa.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Pasien yang menderita defisiensi gizi tidak selalu dirawat di rumah sakit
kecuali yang menderita malnutrisi berat, kwashiorkor/ marasmik kwashiorkor
atau melnutrisi dengan komplikasi penyakit lainnya. Masalah pasien yang
perlu diperhatikan ialah memenuhi kebutuhan gizi, bahaya terjadi komplikasi,
gangguan rasa aman dan nyaman/ psikososial, dan kurangnya pengetahuan
orang tua pasien mengenai makanan anak.

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik
a. Pada anak penderita kwashiorkor ditemukan keluhan dan gejala, yaitu :
1) Muka sembab.
2) Letargi.
3) Edema.
4) Warna rambut pirang seperti rambut jagung.
5) Alopesia (botak).
6) Anoreksia (kurang nafsu makan).
7) Anemia (anemis).
8) Apatis.
9) Gagal tumbuh.
10) Pada pemeriksaan antropometri, berat badan dan tinggi badan
mengalami keterlambatan.
11) Jaringan otot mengecil (atrofi).
12) Jaringan subkutan tipis dan lembut.
13) Kulit bersisik.

b. Pada anak penderita marasmus ditemukan keluhan dan gejala, yaitu :


1) Kurus (perubahan berat badan).
2) Tampak seperti orang tua (old face).
3) Letargi.
4) Ubun-ubun cekung pada bayi.
5) Malaise.
6) Asites.
7) Apatis dan kelaparan.
8) Pada pemeriksaan antropometri status gizi kurang.
9) Turgor kulit rusak.
10) Kulit berkeriput.
11) Jaringan subkutan hilang.

2. Pemeriksaan laboratorium; albumin, creatinine dan nitrogen. Elektrolit, Hb,


Ht, transferrin
3. Pada data laboratorium penurunan albumin serum merupakan perubahan
yang paling khas. Ketonuria sering ada pada stadium awal kekurangan
makan tetapi seringkali menghilang pada stadium akhir. Harga glukosa
darah rendah, tetapi kurva toleransi glukosa dapat bertipe diabetic. Ekskresi
hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin dapat turun. Angka
asam amino esensial plasma dapat turun relatif terhadap angka asam amino
non-esensial, dan dapat menambah aminoasiduria. Defisiensi kalium dan
magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah, tetapi kadar ini
kembali ke normal sesudah beberapa hari pengobatan. Angka amilase,
esterase, kolinesterase, transaminase, lipase dan alkalin fosfatase serum
turun. Ada penurunan aktivitas enzim pancreas dan santhin oksidase, tetapi
angka ini kembali normal segera sesudah mulai pengobatan. Anemia dapat
normositil, mikrositik, atau makrositik. Tanda-tanda defisiensi vitamin dan
mineral biasanya jelas. Pertumbuhan tulang biasanya terlambat. Sekresi
hormon pertumbuhan mungkin bertambah.
4. Diagnosa banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit yang
menyebabkan kehilangan protein berlebihan melalui urin atau tinja, dan
keadaan ketidakmampuan metabolik untuk mensintesis protein.

J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan
pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada
tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya
gangguan kekurangan gizi.
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi
dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-
kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial,
psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam
hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat
kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan
lain-lain.
d. Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan
lain-lain.Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too
yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital,
area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah
pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan
atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan
adalah:
1) Penurunan ukuran antropometri
2) Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan
mudah dicabut)
3) Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema
palpebra
4) Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi,
retraksi otot intercostal)
5) Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat
meningkat bila terjadi diare.
6) Edema tungkai
7) Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement
dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong,
fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)

Pemeriksaan Penunjang :
 Pemeriksaan laboratorium; albumin, creatinine dan nitrogen.
Elektrolit, Hb, Ht, transferin

2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada anak dengan Malnutrisi
(SDKI, 2017).
a. Defisit Nutrisi
b. Hipovolemia
c. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
d. Defisit Pengetahuan Ibu

3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan pada pasien anak dengan Malnutrisi (SIKI, 2018)
a. Defisit Nutrisi
Tindakan : Manajemen Nutrisi [I.03119]
Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intolenransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis, piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis, pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

b. Hipovolemia
Tindakan : Manajemen Hipovolemia
Observasi
 Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin
menurun, hematokrit, haus, lemah).
 Monitor intake dan output cairan.
Terapeutik
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi modified trendelenbung
 Berikan asupan cairan oral
Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2.5%, NaCl
0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, Plasmanate)
 Kolaborasi pemberian produk darah

c. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan


Tindakan : Perawatan Integritas Kulit
Observasi
 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis, perubahan
sirkulasi, perubahna status nutrisi, penurunan kelembapan, suhu
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
 Monitor karakteristik luka (mis, drainase, warna, ukuran, bau)
 Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
 Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
 Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai
kebutuhan
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Bersihkan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Berikan dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
Edukasi
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi terutama kalori dan protein
 Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
 Ajarkan perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement (mis, enzimatik, biologis, mekanis,
autolitik), jika perlu
 Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu.

d. Defisit Pengetahuan Ibu


Edukasi Kesehatan [I.12383]
Observasi
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
 Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup sehat

Terapeutik

 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

 Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan


 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih sehat
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi,S.Kp dan Yuliani Rita,S.Kp. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Anak (edisi 1).
Jakarta : CV. Sagung Seto

http://www.infogizi.com/94/pencegahan-dan-pengobatan-gizi-buruk-pada-anak.html

elisa.ugm.ac.id/asuhan-keperawatan-malnutrisi-pada-anak.html. Diakses pada tanggal


26 Oktober 2020.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus PPNI Pusat

Anda mungkin juga menyukai