Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

NUTRISI PADA LANSIA

Disusun Oleh:
ERLINA
NIM : 433131490120052

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


STIKES HORIZON KARAWANG
Jl. Pangkal Perjuangan KM. 1 By Pass Karawang 41316
Telp. (0267) 412480, Fax: (0267) 410842
2020
A. Lansia

1. Pengertian

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya menglami

perubahan biologis, fisis, kejiwaan dan sosial (Undang-undang No 23 Tahun

1992 tentang kesehatan). pengertian dan pengelolaan lansia menurut Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lansia sebagai

berikut:

a. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas

b. Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang ataujasa.

c. Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah

sehingga hidupnya tergantung pada bantuan oranglain.

2. BatasanLansia

Menurut dokumen Pelembagaan lansia dalam kehidupan bangsa yang

diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka perencanaan hari lansia

nasional tanggal 29 Mei oleh Presiden RI, batas umur lansia adalah 60 tahun

atau lebih (Setiabudhi, 1999), dan menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan

Lansia bagi petugas kesehatan yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI

tahun 1999, umur dibagi lansia 3 yaitu:

a. Usia pra senilis atau virilitas adalah seseorang yang berusia45-49tahun

b. Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Usia lanjut resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih

atau dengan masalahkesehatan.


3. ProsesMenua

Menurut Constantinides (1994) dalam Nugroho (2000) mengatakan

bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara berlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan

proses yang terus menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap

indvidu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan

proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari

dalam maupun dari luartubuh.

Karakteristik proses penuaan menurut Crisofalo (1990) dalam Setiabudhi

(1999) ada beberapa karakteristik tentang proses penuaan pada manusia dan

hewan yang menyusui yaitu:

a. Peningkatan kematian sejalan dengan peningkatanusia

b. Terjadinya perubahan kimiawi dalam sel jaringan tubuh yang

mengakibatkan massa tubuh berkurang, peningkatan lemak dan lipofuscin

yang dikenal dengan age pigmen, serta perubahan diserat kolagen yang

dikenal dengancross-linking.

c. Terjadinya perubahan yang progresif danmerusak

d. Menurunnya kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan di

lingkungan

e. Meningkatnya kerentaan terhadap berbagai penyakit tertentu

Berdasarkandariuraiandiatasmakadapatdisimpulkanbahwa

penuaan adalah proses yang secara berangsur-angsur mengakibatkan perubahan

yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan di dalam tubuh yang berakibat


dengan kematian. Menurut teori biologis penuaan terbagi menjadi dua tipe

yaitu teori instrinsik yang menjelaskan perubahan berkaitan dengan usia timbul

akibat penyebab dari dalam sel sendiri dan teori ekstrintik yang menjelaskan

bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.

4. Perubahan yang terjadi padalansia

Suatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara terus

menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya menyebabkan perubahan

anatomis, fisiologis dan biokemis. Pada jaringan tubuh dan akhirnya

mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Depkes RI,

1998). Menurut Setiabudhi (1999) perubahan yang terjadi pada lansia yaitu:

a. Perubahan dari aspekbiologis

Perubahan yang terjadi pada sel seseorang menjadi lansia yaitu

adanya perubahan genetika yang mengakibatkan terganggunya metabolisme

protein, gangguan metabolisme Nucleic Acid dan deoxyribonucleic (DNA),

terjadinya ikatan DNA dengan protein stabilyang mengakibatkan gangguan

genetika, gangguan kegiatan enzim dan sistem pembuatan enzim,

menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal darah dan hati, terjadinya

pengurangan parenchim serta adanya penambahan lipofuscin.

1) Perubahan yang terjadi di sel otak dan syaraf berupa jumlah sel

menurun dan fungsi digantikan sel yang tersisa, terganggunya

makanisme perbaikan sel, kontrol inti sel terhadap sitoplasma menurun,

terjadinya perubahan jumlah dan struktur mitokondria, degenerasi

lisosom yang mengakibatkan hoidrolisa sel, berkuarngnya butir Nissil,

penggumpalkan kromatin, dan penambahan lipofiscin, terjadi


vakuolisasiprotoplasma.

2) Perubahan yang terjadi di otak lansia adalah otak menjadi trofi yang

beratnya berkurang 5 sampai 10% yang ukurannya kecil terutama di

bagian prasagital, frontal dan parietal, jumlah neuron berkurang dan

tidak dapat diganti dengan yang baru, terjadi pengurangan

neurotransmiter, terbentuknya struktur abnormal di otak dan akumulasi

pigmen organik mineral (lipofuscin, amyloid, plaque, neurofibrillary

tangle), adanya perubaan biologis lainnya yang mempengaruhi otak

seperti gangguan indera telinga, mata, gangguan kardiovaskuler,

gangguan kelenjar thyroid, dan kartikosteroid.

3) Perubahan jaringan yaitu terjadinya penurunan sitoplasma protein,

peningkatan metaplastic protein seperti kolagen danelastin.

b. Perubahan Fisiologis

Menurut Arisman (2004) dan Nugroho (2000) perubahan fisiologis

akibat penuaan terkait status nurtisi (gizi), meliputi:

1) Perubahan sistem gastrointestinal menurut Arisman (2004)yaitu:

a) Rongga mulut: Tanggalnya gigi, dan ketidak bersihan mulut yang

menyebabkan gigi, dan gusi kerap terinfeksi, serta sekresi air ludah

berkurang, yang mengakibatkan pengeringan rongga mulut, dan

berkemungkinan menurunkan citarasa.

b) Esofagus: Gangguan menelan akibat gangguan neuromuscular,

seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot

menebal

c) Lambung: Lapisan lambung menipis, sekresi HCL dan pepsin

berkurang akibatnya penyerapan vitamin B12 dan zat besi menurun.


d) Usus: Berat total usus halus berkurang, peristaltic melemah,

penyerapan kalsium dan zat besimenurun.

c. PerubahanPsikologis

Perubahan psikologis pada lansia sejalan dengan perubahan secara

fisiologis. Masalah psikologis ini pertama kali mengenai sikap lansia

terhadap kemunduran fisiknya (disengagement theory) yang berarti adanya

penarikan diri dari masyarakat dan dari diri pribadinya satu sama lain.

Lansia dianggap terlalu lamban dengan daya reaksi yang lambat, kesigapan

dan kecepatan bertindak dan berfikir menurun(Darmojo, 1999). Daya ingat

(memory) lansia memang banyak menurun dari lupa sampai pikiran dan

demensia. Pada umumnya lansia masih ingat pada peristiwa-peristiwa yang

telah lama terjadi, tetapi lupa dengan kejadian yang baru (Darmojo,1999).

5. Masalah yang Terjadi PadaLansia

a. PermasalahUmum

Setiabudhi (1999) menegaskan kembali bahwa permasalahan secara

umum lansia sebagaiberikut

1) Besarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya persentase kenaikan

lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan

pembinaankesehatannya.

2) Jumlah lansia miskin semakinbanyak

3) Nilai kekerabatan melemah, tatanan masyarakat makin

individualistik

4) Rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional yang


melayani usialanjut

5) Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagilansia

6) Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan

polusi pada kehidupan dan penghidupanlansia.

b. Permasalah Khusus

Menurut Setiabudhi (1999) permasalahan khusus pada lansia terbagi

2 aspek yaitu:

1) Permasalahan dari Aspek Fisiologis

Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi

oleh faktor kejiwaan sosial, ekonomis dan medik. perubahan tersebut

akan terlihat dalam jaringan dan organ tubuh seperti kulit menjadi

kering dan berkeriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan

menurun sebagian atau menyeluruh, pendengaran berkurang, indra

perasa menurun, daya penciuman berkurang, tinggi badan menyusut

karena proses osteoporosis yang berakibat badan menjadi bungkuk,

tulang keropos, massanya dan kekuatannya berkurang dan mudah

patah, elastisitas jaringan paru- paru berkurang, nafas menjadi pendek,

terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh

darah menebal dan terjadi tekanan darah tinggi, otot jantung bekerja

tidak efisien, adanya penurunan fungsi organ reproduksi, terutama pada

wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria,

serta seksualitas tidak terlalu menurun.

2) Permasalahan dari Aspek Psikologis

Menurut Hadi Martono (1997) dalam Budi Darmojo (1999)

beberapa masalah psikologis lansia antara lain:


a) Kesepian (loneliness), yang dialami lansia pada saat meninggalnya

pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami

penurunan status kesehatan seperti menderita penyakit fisik berat,

gangguan mobilitas ataugangguansensorik terutama gangguan

pendengaran. harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri.

Banyak lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian karena aktivitas

sosialnya tinggi, lansia yang hidup di lingkungan yang beranggota

keluarga yang cukup banyak tetapi mengalami kesepian.

b) Duka cita (beravement), dimana pada periode duka cita ini

merupakan periode yang sangat rawan bagi lansia. Meninggalnya

pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan bisa

meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang

lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan

kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan

ingin menangis dan kemudian suatu episode depresi. Depresi akibat

duka cita biasanya bersifat selflimiting.

c) Depresi, pada lansia stress lingkungan sering menimbulkan depresi

dan kemampuan beradaptasi sudahmenurun.

d) Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobio,

gangguan panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah

trauma dan gangguan obsetif-kompulsif. Pada lansia gangguan

cemas merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan biasanya

berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek

samping obat atau gejala penghentian mendadak suatuobat

e) Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa


terdapat pada lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa

muda atau yang timbul pada lansia.

f) Parafrenia, merupakan suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering

terdapat pada lansia yang ditandai dengan waham (curiga) yang

sering lansia merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau

tetangga berniat membunuhnya. Parafrenia biasanya terjadi pada

lansia yang terisolasi atau di isolasi atau menarik diri dari

kegiatransosial.

g) Sindroma Diagnosa, merupakan suatu keadaan dimana lansia

menunjukkan penampilan perilaku yang sangat menganggu. Rumah

atau kamar yang kotor serta berbau karena sering lansia ini

bermain-main dengan urine dan fesesnya. Lansia sering memupuk

barang-barangnya dengan tidak teratur (Jawa: “Nyusuh”). Kondisi

ini walaupun kamar telah dibersihkan lansia dimandikan bersih

namun dapat berulangkembali.

3) Permasalahan dari aspek sosialbudaya

Menurut Setiabudhi (1999) permasalahan sosial budaya lansia

secara umum yaitu masih besarnya jumlah lansia yang berada di bawah

garis kemiskinan, makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga

anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan

dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga

yang secara fisik lebihmengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya

kelompok masyarakat industri yang memiliki ciri kehidupan yang lebih

bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan

perhitungan untung rugi, lugas dan efisien yang secara tidak langsung
merugikan kesejahteraan lansia, masih rendahnya kuantitas dan kualitas

tenaga profesional dalam pelayanan lansia dan masih terbatasnya

sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lansia dalam berbagai

bidang pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum

membudayanya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraanlansia.

B. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi PadaLansia

1. Pengertiannutrisi

Menurut Wartonah (2003) nutrisi merupakan zat-zat gizi dan zat lain

yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit termasuk keseluruhan proses

dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari

lingkungan hidupnya dan mengunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas

penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Dampak dari pemenuhan

nutrisi pada lansia akan menjaga kondisi lansia menjadi sehat, tidak gampang

terserang penyakit serta emmelihra statusgiznya.

2. Macam-macam zat gizi(Nutrisi)

Zat-zat gizi (nutrisi) terdiri dari Karbohidrat, Protein, Lemak, air,

mineral, vitamin dan serat. Sumber makanan mengandung KH

terutamabersama dari serealia (padi-padian), umbi dan olahannya. Sumber

makanan yang mengandung lemak berasal dari minyak, lemak, binatang,

kelapa dan kacang-kacangan (Almatzier,2003).


3. Pemenuhan KebutuhanNutrisi

Menurut Sediaoetama (2000) jumlah nutrisi yang mencukupi pemenuhan

kebutuhan tubuh meliputi :

a. Bahan makanan pokok

Bahan makanan pokok dianggap yang terpenting di dalam suatu susunan

hidangan di Indonesia, karena bila suatu susunan hidangan tidak

mengandung bahan makanan pokok tidak dianggap lengkap dan sering

orang yang mengkonsumsinya mengatakan belum makan, meskipun

perutnya telah kenyang.

b. Bahan makanan laukpauk

Golongan bahan makanan ini disebut lauk pauk, karena memang mencakup

bahan pangan (ikan, daging, kacang-kacangan). Pada umumnya kelompok

bahan makanan ini merupakan sumber utama protein di dalam hidangan.

c. Bahan makanan sayur dan bahan makananbuah

Kedua kelompok bahan makanan ini termasuk bahan nabati, bahan

makanan sayur dan buah, umumnya merupakan penghasil vitamin dan

mineral.

4. Permasalah Nutrisi PadaLansia

Menurut Budi (1998) masalah nutrisi pada lansia dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain:

a. Nutrisi yangberlebihan

Kebiasaan pola makan yang banyak pada usia muda yang

menyebabkan berat badan berlebihan. kebiasaan itu sukar untuk dirubah

pada masa lansia, padahal lansia dalam pola makan perlu mengurangi

asupan makanan, karena aktivitas fisik yang menurun, apabila berlanjut


akan terjadi kegemukan dan merupakan pencetus penyakit jantung,

Diabetes Mellitus, hipertensi.

b. KurangnyaNutrisi

Pada lansia apabila kekurangan nutrisi disebabkan adanya masalah-

masalah sosial ekonomi serta gangguan penyakit. Konsumsi kalori, protein

yang kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan berat badan

berkurang dari normal. Jika berlanjut akan menyebabkan kerusakan-

kerusakan sel yang berakibat rambut rontok, gaya tahan terhadap penyakit

menurun. Pada lansia yang mengalami malnutrisi (kekurangan gizi) akibat

penurunan nafsu makan yang disebabkan berkurangnya kepekaan indera

perasa dan penciuman yang umum terjadi pada lansia.

c. KurangVitamin

Konsumsi makanan pada lansia berupa buah dan sayur sayuran dalam

makanan maka akan menyebabkan nafsu makan berkurang, penglihatan

menurun serta kulit kering lesu dan tidak semangat.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia

antara lain (Nugroho, 2000).

a. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan (akibat kerusakan gigi

atauompong)

Pada lansia terjadi gangguan nutrisi terjadi pada gigi geligi dan

semuanya tanggal yang akan mengalami kesulitan dalam mengunyah

makanan, apabila makanan yang disajikan tidak diolah sedemikian rupa

sehingga tidak memerlukan pengunyahan maka akan terjadi gangguan


dalam pencernaan dan penyerapan oleh usus.

b. Berkurangnya cita rasa (rasa danbuah)

Hal ini terjadi pada lansia dengan berkurangnya cita rasa yang

disebabkan oleh gangguan pada indera pengecap yang menurun serta

adanya iritasi yang kronis dari selapur lendir. hilangnya sensitivitas dari

syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, serta hilangnya

sensitivitas dari syaraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit. Pada

lansia apabila terjadi gangguan emosional seperti stress, putus asa dan rasa

takut akan menyebabkan mulut kering, yang dipengaruhi oleh pengaruh

simpatik dari sistem syaraf autonom yang menyebabkan sekresa saliva.

Keluhan mulut kering dapat menghambat nafsu makan pada lansia yang

menyebabkan asupan nutrisi berkurang. Pada lansia sesuai dengan

pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah

komposisi sedikit (Ernawati,2000).

c. Berkurangnya koordinasi otot-ototsyaraf

Sistem persyarafan yang terjadi suatu perubahan sistem persyarafan

yang cepat dapat menurunkan hubungan persyarafan menjadi lambat dalam

respon dan waktu bereaksi, serta mengecilnya syaraf panca indera, adanya

gangguan pendengaran, penglihatan serta sistem respirasi. Pada lansia

gangguan ini terjadi karena pengaruh pertambahan umur dan menurunnya

fungsi organ tubuh misalnya pada gangguan refleks yang dapat menurun.

Pada syaraf otot terejadi flaksi atau lemah, tonus kurang, tendernes dan

tidak mampu bekerja. Untuk otot pada saluran cerna yang terjadi suatu

kelemahan karena pengunaan yang menurun yang berakibat terjadinya

konstipasi (Ernawati, 2000).


d. Keadaan fisik yang kurangbaik

Keadaan fisik pada lansia terjadi suatu perubahan-perubahan fisik

diantaranya dari perubahan sel yang lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar

ukurannya. Masalah yang menyangkut fisik yaitu lansia tidak bisa berjalan

atau melakukan sesuatu sendiri. Masalah fisik misalnya apatis dan lesu

dengan tanda-tanda fizik yaitu berat badan menurun, wajah pucat,

sedangkan kelemahan fisik terjadi seperti artritis (cedera serebrovaskuler)

yang menyebabkan kesulitan untuk berbelanja dan memasak (Darmojo,

2000).

e. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi mempengaruhi lansia dalam melaksanakan

pengobatan. Pada lansia secara umu lansia yang memiliki pendapatan

sendiri cenderung menolak bantuan orang lain. Lansia yang tidak memiliki

penghasilan akan menggantungkan hidupnya pada anak atau saudara

meskipun status ekonomi mereka juga tergolong miskin, dimana lansia

menggantungkan hidupnya terutama pada anak perempuan terdekat. Rata-

rata penghasilan lansia adalah < Rp 300.000 lebih rendah daripada rata-rata

pengeluaran >300.000. keadaan tersebut menunjukkan betapa rentannya

kondisi ekonomi lansia apalagi kalau dilihat dari lansia yang tidak

berpenghasilan yang secara langsung akan mempengaruhi dalam hal

pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia dan perawatan lansia (Siroit,1999).

f. Faktor Sosial lansia

Pada lansia terjadi perubahan-perubahan psikososial yaitu merasakan

atau sadar akan kematian, penyakit kronis dan ketidakmampuan dalam

melakukan aktifitas fisiknya. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan


sosial dari segi ekonomi akibat pemberhentian jabatan atau pensiun yang

dipengaruhi oleh meningkatnya biaya hidup dengan penghasilan yang

rendah sulit, serta bertambahnya biaya untuk pengobatan. Keadaan lansia

ini membutuhkan dukungan keluarga sepeneuhnya khususnya dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi sehari-hari karena hal ini penting

danbertujuan untuk menjaga kondisi dan status gizi lansia sehari-harinya.

Tanpa adanya dukungan keluarga akan menyebabkan keadaan lansia tidak

baik dan menimbulkan permasalahan misalnya akan menimbulkan berbagai

penyakitnya. Karena kurangnya pemenuhan asupan nutrisi.

g. Faktor Penyerapan Makananlansia

Masalah nutrisi pada lansia dipengaruhi oleh fungsi obsorpsi yang

melemah (adanya daya penyerapan yang terganggu. Apabila hal ini terjadi

pada lansia maka akan mempengaruhi status gizinya yang berakibat

timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh asupan makanan yang

terganggu.

6. Kebutuhan Nutrisi PadaLansia

Konsumsi kebutuhan makanan pada lansia bervariasi sesuai dengan

keadaan tubuh, dimana kebutuhan Karbohidrat (KH), lemak (L) dan protein (P)

merupakan zat gizi yang menghasilkan energi tergantung pada Basal

Metabolisme Rate (BMR) dan kegiatannya. BMR dipengaruhi oleh usia, jenis

kelamin, suhu, lingkungan penyakit dan komposisi tubuh. Setiap kelebihan

energi yang tidak diperlukan untuk metabolisme akan diubah menjadi lemak

dan disimpan dalam jaringan adipose. Kecukupan energi per orang perhari laki-

laki umur 60 tahun keatas adalah 2200 kalori/hari, untuk wanita umur 60 tahun
keatas adalah 1500 kalori / hari (Almatsier, 2003).

Konsumsi sumber protein pada lansia diperlukan untuk pembentukan dan

perbaikan semua jaringan-jaringan di dalam tubuh termasuk darah, enzim,

hormon, kulit, rambut dan kuku. Angka energi yang ditunjukkannya akan

demikian tergantung dari macam dan jumlah bahan makanan nabati dan hewani

yang dikonsumsi manusia setiap harinya. Ada dua jenis protein yaitu protein

nabati dan protein hewani. Protein hewani mengandung lemak jenuh,

sedangkan protein nabati mengandung lemak tak jenuh. Kecukupan protein

untuk laki- laki umur 60 tahun keatas adalah 55 gram/ hari, sedang untuk

wanita dengan umur yang sama adalah 40 gram/ hari (Almatsier,2003).

7. Usaha Perbaikan GiziLansia

Pencegahan dalam mengurangi dan menghindari kemungkinan gangguan

kesehatan dan serangan penyakit yang cenderung menyerang pada lansia, maka

dianjurkan berpola makan yang tidak berlebihan yaitu

a. Makanan yang konsumsi bervariasi baik dalam macam bahan makanan

maupun caramemasaknya,

b. Cukup mengandung protein dan membatasi konsumsi lemak dan makanan

yang banyak mengandung lemak yang tidak kelihatan (kue, ikan, daging

berlemak dankeju)

c. Membatasi konsumsi gula, makanan dan minuman yang mengandung

banyakgula

d. Membatasi konsumsi garam dapur atau ikatan Na antara lain bumbu

penyedap atauvetsin
e. Cukup mengandung serat, zat pembangun dan zat pengatur dengan makan

beras setengah giling, tumbuk atau beras merah, kacang- kacangan, sayur-

sayuran dan sedapat mungkin secara teratur makan sayuran mentah (lalap,

asinan, karedok), makan buah setiap hari, minum yang cukup, sedapat

mungkin susu rendah lemak, minum sari buah segar yang mengandung

vitamin C tinggi (jeruk, tomat, pepaya) (Almatsier, 2003). Adapun

kecukupan gizi untuk laki-laki umur 60 tahun keatas adalah 55 gram/ hari,

sedangkan untuk wanita dengan umur yang sama adalah 40 gram/ hari

(Almatsier,2003).

Tabel.1. Rata-Rata AKG Yang Dianjurkan


Umur (Th) BB (kg) TB (kg) Energi Protein
(Kkal) (grm)
Pria > 60Th 62 165 2050 60
Wanita > 60 Th 55 156 1600 50
(Sumber: Dep Kes RI, 2004)

C. Status GiziLansia

Menjadi tua merupakan proses alami maka perlu memperhatikan asupan

nutrisi yang lansia konsumsi setiap hari. Pada lansia seringkali terjadi masalah

dalam hal makan yaitu nafsu makan menurun, padahal pada lansia tetap

membutuhkan asupan nutrisi yang lengkap seperti Karbohidrat, Protein, Lemak,

Vitamin dan mineral (Wulan, 2007).

Status Gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh konsumsi

makanan dan absorpsi yang diukur dari berat dan tinggi badan dengan perhitungan

IMT (Indeks Massa Tubuh). Penilaian klinis status giziyaitu penilaian yang

mempelajari dan mengevaluasi tanda fisik yang ditimbulkan sebagai akibat

gangguan kesehatan dan penyakit kurang gizi. Gejala dan tanda-tanda fisik yang
tampak dapat menjadi bantuan untuk mengetahui kekurangan gizi. Adanya

hambatan pertumbuhan dan perkembangan yang ditentukan dengan

membandingkan individu atau kelompok dengan nilai-nilai normal (Depkes, 1999).

Orang-orang yang berbeda di bawah ukuran berat normal mempunyai resiko

penyakit infeksi, sementara yang berada di atas ukuran berat normal mempunyai

resiko tinggi terhadap penyakit degeneratif. Laporan FAON atau WHO/UNU tahun

1995 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan

berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index

diterjemahkan menjadi Index Massa Tubuh (IMT). IMT adalah alat yang sederhana

untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yagn berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal

memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang

(Almatsier, 2003).

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/ WHO untuk

kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman

klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Akhirnya diambil

kesimpulan Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia yaitu kategori ambang

batas IMT untuk Indonesia yang dihitung dengan rumus Berat Badan (BB) dibagi

Tinggi Badan (TB) dikali Tinggi Badan (TB), dimana batas ambang IMT

ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHOuntuk kepentingan Indonesia,

batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian

di beberapa negara berkembang. Untuk Indonesia adalah sebagai berikut:


Tabel. 2. Kategori Ambang Batas IMT
UntukWanita UntukLaki-laki
Normal (17–23) Normal (18 – 25 )
Kegemukan (23-27) Kegemukan ( 25-27 )
Obesitas(> 27) Obesitas ( >27)

Sumber : Depkes RI 2000

D. DukunganKeluarga

1. Pengertian

Menurut sarason (1983) dalam Zainuddin (2002), dukungan keluarga

adalah keberadaan,kesediaan,kepedulian dari orang-orang yang dapat

diandalkan,menghargai dan menyayangi kita. Pandangan yang sama juga

dikemukakan oleh Cobb (2002) dalam Zainuddin (2002), mendefinisikan

dukungan keluarga sebagai suatu tempat yang ada kenyamanan, perhatian,

penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya.

Dukungan keluarga merupakan suatu strategi intervensi preventif yang

paling baik dalam membantu anggota keluarga mengakses dukungan sosial

yang belum digali untuk suatu strategi bantuan yang bertujuan untuk

meningkatkan dukungan keluarga yang adekuat. Dukungan keluarga mengacu

pada dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang

dapat diakses untuk keluarga misalnya dukungan bisa atau tidak digunakan,

tapi anggota keluarga memandang bahwaorangyang bersifat mendukung selalu

siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998).

Dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antar keluarga dengan

lingkungan sosialnya, ketiga dimensi interaksi dukungan keluarga tersebut

bersifat reproksitas (timbal balik atau sifat dan frekuensi hubungan timbal

balik), umpan balik (kualitas dan kualitas komunikasi) dan keterlibatan


emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial. Baik

keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi

anggota-anggotanya, keluarga merupakan pelaku aktif dalam memodifikasi dan

mengadaptasi komunitas hubungan personal untuk mencapai keadaan berubah.

Berbagai bentuk kehidupan keluarga sekarang menunjukkan berbagai

kemampuan untuk menyediakan dukungan yang diperlukan selama masa

dimana permintaannya besar. Penyakit kronis biasanya menuntut pengorbanan

ekonomi, sosial, psikologis yang lebih besar dari keluarga (Friedman,1998).

2. Batasan Dukungan

Dukungan keluarga dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu

yang dapat diakeses atau diasakan untuk keluarga artinya dukungan keluarga

bisa tidak digunakan tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolomgan dan bantuan jika

diperlukan (Friedman,1998).

a. JenisDukungan

1). DukunganEmosional

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

Dukungan emosionsl mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian orang yang bersangkutan misalnya umpan balik, penegasan

(Smet Bart, 1999).

2). DukunganPenghargaan

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan emnengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber


dan validator identitas anggota (Cohen, 1999). Dukungan penghargaan

terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk orang

tersebut, dorongan maju, persetujuan demgan gagasan atauperasaan

individu dn perbandingan positif orang itu dengan orang-orang lain

seperti msalnya orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk

keadaannya (menambah penghargaan diri).

3). DukunganInstrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan

kongkrit (Friedman, 1998). Dukungan instrumental mencakup bantuan

langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi

lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan waktu mengalami

stres.

4). DukunganInformatif

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator

(penyebar) informasi tentang dunia (Friedman,

1998).Dukunganinformative mencakup memberi nasehat,

petunjuk-petunjuk, saran-saran atau umpan balik.

E. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

PadaLansia

Secara spesifik dengan keberadaan dukungan keluarga yang adekuat

terbukti berhubungan dengan status kesehatan yaitu terjadinya perubahan perilaku

lansia, sehingga menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh dari sakit. Jadi

dengan adanya dukungan dari keluarga maka status kesehatan lansia akan lebih

baik yang berasal dari pemenuhan kebutuhan nutrisi semakin baik dan terkontrol.

lebih meningkat. Dari berbagai strategi untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan


nutrisi pada lansia merupakan salah satu perawatan pada lansia dan hal ini

membutuhkan adanya keterlibatan keluarga, lingkungan sosial. Perawatan lansia

sangat penting karena dapat meningkatkan status kesehatan lansia

(Friedman,1998).

Salah satu faktor sosial yang perlu diperhatikan pada pemenuhan kebutuhan

nutrisi pada lansia adalah adanya dukungan keluarga, karena sebagian besar lansia

dalam masa kehidupannya keadaannya kurang berdaya, membutuhkan perawatan,

baik secara fisik, mental, sosial, dan finansial. Oleh sebab itu para lansia

menghadapi berbagai keterbatasan, maka lansia membutuhkan bantuan dalam

mencapai rasa tenteram, nyaman, serta perlakuan layak dari lingkungan, dan yang

lebih penting adalah mendapatkan perhatian dengan cara mengupayakan agar para

lansia tidak tergantung dengan orang lain, dan mampu mengurus diri sendiri

(mandiri) serta menjaga kesehatan diri (Friedman,1998).

Lansia dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi sangat membutuhkan bantuan

setiap anggota keluarga, hal ini disebabkan karena keadaan lansia yang sudah

terbatas kemampuannya dalam melakukan segala sesuatunya sendiri, agar dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi mereka dapat tercapai sesuai dengan keadaan kondisi

mereka.

Anda mungkin juga menyukai