BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kurang Kalori Protein(KKP)akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori
,protein,atau keduanya,tidak tercukupi oleh diet.kedua bentuk difesiensi ini tidak jarang
berjalan bersisian,meskipun salah satu lebih dominan dari pada yang lain.Keperahan KKP
berkisar dari hanya penyusutan besar berat badan atau terlambat nya tunbuh,sampai ke
sindrown klinis yang nyata,dan tidak jarang berkaitan dengan defisiensi vitamin dan mineral.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah Kurang Kalori Protein(KKP).
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari KKP
2. Untuk mengetahui etiologi KKP.
3. UntUk mengetahui patofisiologi KKP.
4. Untuk mengetahui manifestasi kilis KKP
5. Untuk mengetahui klasifikasi KKP
6. Untuk mengetahui penatalaksanaa KKP
7. Untuk mengetahui komplikasi KKP
8. Untuk mengetahui akibat dari KKP
9. Untuk mengetahui cara penanggulangan KKP
10. Untuk mengetahui pemberian askep KKP
BAB II
PEMBAHASAN
C.Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekuranganmakanan, tubuh selalu
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untukmempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal
yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan
tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jamsudah dapat
terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam
amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak
dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam
lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau ke
kurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai
memecah protein lagi seteah kira - kira kehilangan separuh dari tubuh.
D.Manifestasi Klinik
1. KKP Ringan :
a. Pertumbuhan linear terganggu
b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun
c. Ukuran lingkar lengan atas menurun
d. Maturasi tulang terlambat
e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun
f. Anemia ringan atau pucat
g. Aktifitas berkurang
h. Kelainan kulit (kering, kusam)
i. Rambut kemerahan
2. KKP Berat :
a. Gangguan pertumbuhan
b. Mudah sakit
c. Kurang cerdas
d. Jika berkelanjutan menimbulkan kematian
2. Marasmus
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.
(Suriadi, 2001:196). Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi yang
ekstrem (Sediaoetama, 1999)
.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kurang kalori protein (Suriand & Rita Yuliani, 2001)
1. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
3. Penannganan diare bila ada : cairan, antidiare, dan antibiotic
Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin (Arief Mansjoer, 2000) :
1. Atasi atau cegah hipoglikemi
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala < 35 derajat celciul suhu rektal 35,5
derajat celcius). Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegahkedua kondisi
tersebut. Bila kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, berikan : a. 50 mlbolus glukosa 10 % atau
larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 adm air) secara oral atau sonde / pipa nasogastrik b.
Selanjutnya berikan lanjutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼
bagian dari jatah untuk 2 jam) c. Berikan antibiotik d. Secepatnya berikan makanan setiap 2
jam, siang dan malam
2. Atasi atau cegah hipotermi
Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius : a. Segera berikan makanan cair / formula khusus
(mulai dengan rehidrasi bila perlu) b. Hangatkan anak dengan pakaian atau seelimut sampai
menutup kepala, letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau
peluk anak di dasa ibu, selimuti. c. Berikan antibiotik d. Suhu diperiksa sampai mencapai >
36,5 derajat celcius
3. Atasi atau cegah dehidrasi
Jangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali keadaan syok/rentan. Lakukan
pemberian infus dengan hati – hati, tetesan pelan – pelan untuk menghindari beban sirkulasi
dan jantung. Gunakan larutan garam khusus yaitu resomal (rehydration Solution for
malnutrition atau pengantinya).
G. Komplikasi KKP
1. Defisiensi vitamin A (xerophtalmia) Vitamin A berfungsi pada penglihatan (membantu
regenerasi visual purple bila mata terkena cahaya). Jika tidak segera teratasi ini akan berlanjut
menjadi keratomalasia (menjadi buta).
2. Defisiensi Vitamin B1 (tiamin) disebut Atiaminosis. Tiamin berfungsi sebagai ko-enzim
dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin B1 menyebabkan penyakit beri-beri dan
mengakibatkan kelainan saraf, mental dan jantung.
3. Defisiensi Vitamin B2 (Ariboflavinosis) Vitamin B2/riboflavin berfungsi sebagai ko-enzim
pernapasan. Kekurangan vitamin B2 menyebabkan stomatitis angularis (retak-retak pada
sudut mulut, glositis, kelainan kulit dan mata.
4. Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.
5. Defisiensi Vitamin B12 Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam faktor ekstrinsik.
Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa.
6. Defisit Asam Folat Menyebabkan timbulnya anemia makrositik, megaloblastik,
granulositopenia, trombositopenia.
7. Defisiensi Vitamin C Menyebabkan skorbut (scurvy), mengganggu integrasi dinding
kapiler. Vitamin C diperlukan untuk pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblas karena
merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel, pada proses pematangan eritrosit,
pembentukan tulang dan dentin.
8. Defisiensi Mineral seperti Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium Kekurangan
yodium dapat menyebabkan gondok (goiter) yang dapat merugikan tumbuh kembang anak.
9. Tuberkulosis paru dan bronkopneumonia.
10. Noma sebagai komplikasi pada KEP berat Noma atau stomatitis merupakan pembusukan
mukosa mulut yang bersifat progresif sehingga dapat menembus pipi, bibir dan dagu. Noma
terjadi bila daya tahan tubuh sedang menurun. Bau busuk yang khas merupakan tanda khas
pada gejala ini.
ASUHAN KEPERRAWATAN
A. Pengkajian
I.Identitas
Nama
Umur
Jenis kelamin
No MR
Alamat
Nama orangtua
II.Pemeriksaan fisik
1) Kaji tanda-tanda vital.
2) Kaji perubahan status mental anak, apakah anak nampak cengeng atau apatis.
3) Pengamatan timbulnya gangguan gastrointestinal, untuk menentukan kerusakan fungsi
hati, pankreas dan usus.
4) Menilai secara berkelanjutan adanya perubahan warna rambut dan keelastisan kulit dan
membran mukosa.
5) Pengamatan pada output urine.
6) Penilaian keperawatan secara berkelanjutan pada proses perkembangan anak.
7) Kaji perubahan pola eliminasi. Gejala : diare, perubahan frekuensi BAB. Tanda : lemas,
konsistensi BAB cair.
8) Kaji secara berkelanjutan asupan makanan tiap hari. Gejala : mual, muntahdan tanda :
penurunan berat badan.
9) Pengkajian pergerakan anggota gerak/aktivitas anak dengan mengamati tingkah laku anak
melalui rangsangan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a) pemeriksaan darah tepi memperlihatkan anemia ringan sampai sedang, umumnya berupa
anemia hipokronik atau normokromik.
b) Pada uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat rendah, trigliserida normal, dan
kolesterol normal atau merendah.
c) Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau menurun.
d) Kadar gula darah umumnya rendah.
e) Asam lemak bebas normal atau meninggi.
f) Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah atau meninggi.
g) Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon pertumbuhan dapat normal, merendah
maupun meninggi.
h) Analisis asam amino dalam urine menunjukkan kadar 3-metil histidin meningkat dan
indeks hidroksiprolin menurun.
i) Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang dijumpai dengan kasus
perlemakan berat.
j) Kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
k) Kadar imunoglobulin A sekretori rendah.
l) Penurunan kadar berbagai enzim dalam serum seperti amilase, esterase, kolin esterase,
transaminase dan fosfatase alkali. Aktifitas enzim pankreas dan xantin oksidase berkurang.
m) Defisiensi asam folat, protein, besi.
n) Nilai enzim urea siklase dalam hati merendah, tetapi kadar enzim pembentuk asam amino
meningkat.
Pemeriksaan Radiologik
Pada pemeriksaan radiologik tulang memperlihatkan osteoporosis ringan.
B. Diagnosa
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake.
makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
2.Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.
C.Intervensi
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake.
makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
Tujuan : Pasien mendapat nutrisiyang adekuat
Kriteria hasil :
1. Meningkatkan masukan oral
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Nafsu makan meningkat
Intervensi :
1. Dapatkan riwayat diet
2. Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
3. Gunakan alat makan yang dikenalnya
4. Sajikan makan sedikit tapi sering
Rasional :
1. Sebagai suport untuk anak sewaktumakan
2. Untuk menambah semangat makan si anak
3. Menggunakan alat makan yang dikenal oleh si anak akan menambah semangat anak untuk
makan
4. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan hidup,
makanan juga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-zat seperti
karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun, di zaman yang sudah
modern ini justru banyak orang yang tidak dapat memenuhi zat-zat tersebut.
Kurang kalori dan protein ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi
kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi atau
defisit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita karena pada
umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makanan tidak
seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan
protein).
Beberapa ahli hanya membedakan antara 2 macam KKP saja, yakni KKP ringan atau
gizi kurang dan KKP berat (gizi buruk) atau lebih sering disebut marasmus (kwashiorkor).
Anak atau penderita marasmus ini tampak sangat kurus, berat badan kurang dari 60% dari
berat badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang tua, apatis terhadap sekitarnya,
rambut kepala halus dan jarang berwarna kemerahan.
KKP dibagi menjadi dua jenis, yaitu kwashiorkor dan marasmus.dan faktor penyebab nya
yaitu masalah sosial,masalah ekonomi,masalah biologi dan masalah lingkungan.
B. SARAN
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran
perawat yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas-tugas dengan penuh tanggung
jawab, dan selalu mengembangkan ilmu keperawatan
http://indahverawati.blogspot.co.id/2015/02/askep-kekurangan-kalori-protein-kkp.html
BAB I
PENDAHULUAN
kasus gizi buruk umumnya menimpa balita dengan latar belakang ekonomi lemah. Beragam
masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak dari kurang gizi hingga busung lapar.
Menurut UNICEF saat ini ada sekitar 40 % anak Indonesia di bawah usia lima tahun
menderita gizi buruk. Betapa banyaknya bayi dan anak-anak yang sudah bergulat dengan
kelaparan dan penderitaan sejak mereka dilahirkan.
Pemicu utama kasus gizi buruk di Indonesia tampaknya karena masalah ekonomi atau kurang
pengetahuan. Kemiskinan memicu kasus gizi buruk, kemiskinan dan ketidakmampuan orang
tua menyediakan makanan bergizi bagi anaknya menjadi penyebab utama meningkatnya
korban gizi buruk di Indonesia. Dan juga faktor alam, manusiawi ( kultur social masyarakat
setempat ), pemerintah, dan lain – lain.
Persoalan gizi buruk masih menghantui sebagian warganya. Bagaimana bisa di era sekarang,
masih dijumpai ribuan, dan ratusan ribu anak balita, yang menjadi pemegang masa depan
Indonesia menderita gizi buruk. Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan
kasus gizi buruk terlambat seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat
penderita gizi buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk
merebak barulah pemerintah melakukan tindakan ( serius ). Sebab, perilaku masyarakat yang
sudah membudaya selama ini adalah, anak-anak yang menderita penyakit kurang
mendapatkan perhatian orang tua. Anak-anak itu hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli
akan kadar gizi dalam makanan yang diberikan. Apalagi kalau persediaan pangan keluarga
sudah menipis. Kasus ini banyak menimpa anak di indonesia.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Yaitu, agar Mahasiswa/i memahami tentang penyakit kekurangan kalori protein pada anak
tujuan Khusus
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinis
5. Komplikasi
6. penatalaksanaan
7. pengobatan
C. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan makalah ini, penulis membatasi topik pada materi Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengankekurangan kalori protein, pembahasan mengenai :
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinis
5. Komplikasi
6. penatalaksanaan
7. pengobatan
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ilmiah tentang materi tetanus pada anak ini terdiri dari 3
BAB, masing-masing BAB terdiri dari sub-sub bahasan yaitu :
1. BAB I Pendahuan
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup penulisan dan
sistematika penulisan.
4. BAB IV Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFENISI
Nama internasional KKP yaitu Calori Protien Malnutrition atau CPM adalah suatu penyakit
difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protien Energi Malnutrisi ( PEM
)
Secara klinik dibedakan dalam bentuk yaitu Kwashiorkor dan marasmus. Diantara kedua
bentuk tersebut terdapat bentuk antara atau “ Marasmus Kwasiorkor “
a. Marasmus yaitu keadaan kurang kalori
b. Kwashiorkor yaitu keadaan kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang
kurang.
c. Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara marasmus dan kwashiorkor.
B. ETIOLOGI
1. Marasmus
a) Masukkan kalori yang kurang akibat kesalahan pemberian
b) makanan.
c) Penyakit metabolik
d) Kelaian kongenital
e) Infeksi kronik atau kelainan organ tubuh lainnya.
2. Kwashiorkor
a) Diare yang kronik
b) Malabsorbsi protien
c) Sindrom nefrotik
d) Infeksi menahun
e) Luka bakar
f) Penyakit hati.
C. PATOFISIOLOGI
1. Marasmus
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejummlah energi yang dalam keadaan
normal dapat dipenuhhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenhi pada
masukan yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein senagai
sumber energi. Pengahancuran jaringan pada defesiensi kalori tidak saja membantu
memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit
esensial lainnya, seperti berbagai asam amino.
2. Kwashiorkor.
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat lebih, karena
persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.kelianan yang mencolok
adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edem dan perlemakan hati.
Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial
dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam
amnino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang
kemudian berakibat edem.perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-
lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan akibat terjadinya
penimbunan lemah dalam hati.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Marasmus
a) Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat minum.
b) Pertumbuhan berkurang atau tehenti.
c) Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek dan kulit keriput.
d) Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu terlihat
menonjol, mata lebih besar dan cekung.
e) Hipotoni akibat atrofi otot
f) Perut buncit
g) Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai
h) Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.
2. Kwashiorkor
a) Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah terangsang, pada tahap
lanjut anak menjadi apatus dan koma.
b) Pertumbuhan terlambat
c) Udema
d) Anoreksia dan diare.
e) Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek.
f) Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.
g) Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan
lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati.
h) Anak mudah terjangkit infeksi
i) Terjadi defesiensi vitamin dan mineral
E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
1. Pada kwashiorkor ;penurunan kadar albumin, kolesteron dan glukosa.
2. Kadar globulin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan albumin dan globulin
serum dapat terbalik
3. Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah dari pada asam amino non
essiensial.
4. Kadar imunoglobulin normal, bahkan dapat menigkat.
5. Kadar IgA serim normal, namun kadar IgA sekretori rendah.
F. PENGOBATAN
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung protein bernilai
biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan miniral. Makan tersebut dalam
bentuk mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenteral adalah sebagai berikut:
1) Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor atau marasmus kwashiorkor.
2) 250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
3) Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB
4) Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
5) Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada anak besar
6) KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
7) Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.
BAB III
ASUHANKEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien:
Nama, alamat, umur, jemis kelamin, alamat dst.
2. Keluhan utama
Ø Kwashiorkor: ibu mengatakan anaknya mengalami bengkak pada kaki dan tangan, kondisi
lemah dan tidak mau maka, BB menurun dll.
Ø Marasmus : ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan, badan kelihatan
kurus dll.
3. Riwayat kesehatan;
a. Riwayat penyakit sekarang
a) Kapan keluhan mulai dirasakan
b) Kejadian sudah berapa lama.
c) Apakah ada penurunan BB
d) Bagaimanan nafsu makan psien
e) Bagaimana pola makannya
f) Apakah pernah mendapat pengobatan, dimanan, oleh siapa, kapan, jenis obatnya.
e. Riwayat spiritual
a) Adanya kepercayaan yang melarang makanan tertentu.
f. Tumbuh kembang
PENGKAJIAN FISIK.
1. Inspeksi:
Meliputi observasi sistemik keadaan pasien sehubungan dengan status gizi pasien meliputi :
b) Pemampilan umum pasien menunjukkan status nutrisi atau gizi pasien
c) Pada kwashiorkor; apakah ada edema, rambut rontok, BB menurun, muka seperti bulan.
d) Pada marasmus : badan kurus, atrofi otot, rambut kemerahan dan kusam, tampak siannosis,
perut membuncit.
2. Palpasi
Pada marasmus terdapat tugor kulit yang jelek.
Pada kwashiorkor terdapat pembesaran hati.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Data laboratorium;
– feses, urine, darah lengkap
– pemeriksaan albumin.
– Hitung leukosit, trombosit
– Hitung glukosa darah.
DIAGNOSA KEPERAWATAN.
A. Pada Kwashiorkor
1. Gangguan nutrisi s/d intake yang kurang ( protien ) ditandai dengan pasien tidak mau
makan, anoreksia, makanan tidak bervariasi, BB menurun, tinggi badan tidak bertambah.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasein terpenuhi dengan kreteria timbul nafsu makan, BB bertambah ½ kg
per 3 hari.
Intervensi :
a. Mengukur dan mencatat BB pasein
b. Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
c. Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan
d. Memberikan makanan tinggi TKTP
e. Memberi motivasi kepada pasien agar mau makan.
f. Memberi makan lewat parenteral ( D 5% )
Rasional:
a. BB menggambarkan status gizi pasien
b. Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
c. Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d. Protein mempengaruhi tekanan osmotik pembuluh darah.
e. Alternatif lain meningkatkan motivasi pasein untuk makan.
f. Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral
Evaluasi :
Pasien mau makan makanan yang TKTP, BB bertambah ½ kg tiap 3 hari.
Intervensi :
a. Kaji aktivitas pasien sehari-hari
b. Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c. Melatih dan membimbing dalam merubah posisi.
d. Membantu pasien melekukan aktivitas / gerakan-gerakan yang ringan.
Rasional :
a. Aktivitas mengambarkan kekuatan fisik pasien
b. Meni ngkatkan motivasi pasien untuk beraktivitas walau dalam keterbatasan / sesuai
kemampuannya.
c. Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas.
d. Sebagai support mental bagi pasien.
Evaluasi :
Kebutuhan aktivirtas pasien dapat maksimal. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya
tanpa bantuan orang lain.
Intervensi :
a. Memberikan makanan cukup gizi (TKTP)
b. Menjaga personal hygiene pasien
c. Memberikan penkes tentang pentingnya gizi untuk kesehatan.
d. Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
Rasional :
a. Makanan yang cukup gizi mempengaruhi daya tahan tubuh.
b. Personal hygiene mempengaruhi status kesehatan pasien.
c. Pendidikan gizi menentukan status gizi dan status kesehatan pasien.
d. Mengganti/ memenuhi zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral.
Evaluasi :
Komplkasi dapat tehindar atau tidak terjadi.
B. Pada marasmus.
1. gangguan pemenuhan nutrisi b.d intake yang kurang adekuat ditandai dengan pasien tidak
mau makan, BB menurun, anoreksia, rambut merah dan kusam, fisik tampak lemah.
Tujuan :
Kebutuhan nutisi pasien terpenuhi dengan kreteria; BB bertambah ½ kg / 3 hari , rambut
tidak kusam, penderita mau makan.
Intervensi :
a. Mengukur dan mencatat berat badan pasien.
b. Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
c. Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan.
d. Memberi makanan TKTP
e. Memberi motivasi kepada penderita agar mau makan.
f. Memberikan makanan lewat parenteral ( D 5% )
Rasional :
a. BB menggambarkan status gizi pasien
b. Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
c. Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d. Kalori dan protien sangat berpengaruh terhadap gizi pasien.
e. Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral
Evaluasi :
Pasien mau makan makanan TKTP , BB bertambah ½ kg tiap 3 hari.
2. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d intake yang kurang adekuat ditandai
dengan turgor kulit yang jelek, bibir pecah-pecah. Pasien merasa haus ,nadi cepat 120 / menit.
Tujuan :
Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi dengan kreteria ; turgor kulit normal, bibir
lembab, pasien tidak mengeluh haus, nadi normal.
Intervensi :
a. mengukur tanda vital pasien.
b. Menganjurkan agar minum yang banyak kepada pasien
c. Mengukur input dan output tiap 6 jam.
d. Memberikan cairan lewat parenteral
Rasional :
a. Tanda vital ( nadi dan tensi ) menggambarkan keseimbangan cairan dan elektrolit pasien.
b. Alternative penggantian cairan secara cepat.
c. Input dan output menggambarkan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh pasien.
d. Sebagai alternatif penggantian cairan cepat melalui parenteral.
Evaluasi :
Keseimbangan cairan dan elektrolit pasien terpenuhi ditandai dengan turgor kulit normal,
mokusa bibir lembab, pasien tidak mengeluh haus , Td dan nadi normal.
Intervensi :
a. Kaji aktivitas pasien sehari-hari.
b. Membantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c. Melatih dan membimbing pasien dalam ,merubah posisi.
d. Membantu pasien melakukan gerakan-gerakan ringan.
Rasional :
a. Aktivitas menggambarkan kekuatan fisik pasien.
b. Meningkatkan motivasi pasien untuk beraktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c. Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas pasien.
d. Sebagai support mental bagi pasien.
Evaluasi
Kebutuhan aktivitas pasien dapat maksimal. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa bantuan orang lain.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persoalan gizi buruk masih menghantui sebagian warganya. Bagaimana bisa di era sekarang,
masih dijumpai ribuan, dan ratusan ribu anak balita, yang menjadi pemegang masa depan
Indonesia menderita gizi buruk. Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan
kasus gizi buruk terlambat seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat
penderita gizi buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk
merebak barulah pemerintah melakukan tindakan
B. Saran
diharapkan dengan adanya makalah ini mahasiswa mampu memahami tentang penyakit
kalori protein. Dan dalam prakteknya mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Klaus & Fanaroff. 1998. Penata Laksanaan Neonatus Resiko Tinggi. Edisi
4 EGC. Jakarta.
Wong. Donna. L. 1990. Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing,Fourth
Edition,Mosby-Year Book Inc, St. Louis Missouri.
https://resiridesvina.wordpress.com/2012/10/16/asuhan-keperawatan-anak-dengan-kkp/
Tinjauan Teori dan Asuhan Keperawatan Anak dengan KKP
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
• Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori
yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya
lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).
• Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi,
2001:196).
• Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak
cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang
menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
• Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk
pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157).
• Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses katabolisme zat gizi
yang tersimpan dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang terkandung dalam makanan
yang kita konsumsi.
• Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping membantu pengaturan
metabolisme protein. Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang penting bagi
tubuh untuk :
1. Mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma protein.
2. Sebagai cadangan protein tubuh.
3. Mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen).
4. Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu.
5. Sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma globulin.
Dalam darah ada 3 fraksi protein, yaitu : Albumin, globulin, fibrinogen.
B. ETIOLOGI
• Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet
yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-
anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
• Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang
tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan
saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun
dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).
C. PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan
pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa)
dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh
untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam
puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah
protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina
Mursada, 2002:11).
D. MANIFESTASI KLINIK
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan
sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan
longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak
relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen
dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal,
nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu
makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe
kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. (Nelson,1999).
E. PENATALAKSANAAN
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya
baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian
antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji
tanda-tanda vital.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB
b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam
meter)
c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik
menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan
menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari
lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada
wanita.
d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot
rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.
G. FOKUS INTERVENSI
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak
adekuat (nafsu makan berkurang). (Wong, 2004)
Tujuan :
Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
meningkatkan masukan oral.
Intervensi :
a. Dapatkan riwayat diet
b. Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
c. Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
d. Gunakan alat makan yang dikenalnya
e. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan
memuji anak untuk makan mereka
f. Sajikan makansedikit tapi sering
g. Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah