Anda di halaman 1dari 28

TUGAS ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM NEFROTIK


PADA ANAK

DISUSUSN OLEH:
1. Agus supriatna
2. Helmy Priantoro
3. Muhammad effendi
4. Puriska
5. Rina afriani
6. Rita Nurcahayati

S1 KEPERAWATAN NON REGULER


STIKES PERTAMEDIKA JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulilllah kami haturkan Kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha


Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
 Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok pada mata kuliah anak.
Dimana dalam makalah ini membahas mengenai Sindrom nefrotik pada anak.
Kami menyadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
kami miliki, materi ulasan yang kami sajikan masih jauh dari kesempuranaan
sehingga tentunya tak akan luput dari kesalahan dan kehilafan.

Oleh karena itu, kami menghargai dan bahkan mengharapkan segala


bentuk masukan dan kritik dari rekan-rekan ataupun pihak lain untuk lebih
membangun dan menyegarkan wawasan yang lebih bijaksana sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan yang kompetitif, karena dengan adanya kritik
dan saran yang membangun tersebut dapat memberikan wawasan kepada kami
untuk kesempurnaan makalah-makalah berikutnya.

Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

                                                                                                        

                                                     

                                                                                      Jakarata, 2 Desember 2019


                                                                                                            

                                                                                                   Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Sindrom nefrotik (SN) ialah keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria
masif, hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan hiperlipidemia. Angka
kejadian SN di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7 per 100.000 anak berusia
di bawah 18 tahun per tahun, sedangkan di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000
anak per tahun, dengan perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1. Di
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM Jakarta, sindrom nefrotik
merupakan penyebab kunjungan sebagian besar pasien di Poliklinik Khusus
Nefrologi, dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal anak yang dirawat
antara tahun 1995-2000.
Semua penyakit yang mengubah fungsi glomerulus sehingga
mengakibatkan kebocoran protein (khususnya albumin) ke dalam ruang Bowman
akan menyebabkan terjadinya sindrom ini. Etiologi SN secara garis besar dapat
dibagi 3, yaitu kongenital, glomerulopati primer/idiopatik, dan sekunder
mengikuti penyakit sistemik seperti pada purpura Henoch-Schonlein dan lupus
eritematosus sitemik. Sindrom nefrotik pada tahun pertama kehidupan, terlebih
pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, merupakan kelainan kongenital (umumnya
herediter) dan mempunyai prognosis buruk. Pada tulisan ini hanya akan
dibicarakan SN idiopatik.
B.        Tujuan Penulisan
Tujuan umum dari penulisan makalah ini di harapkan mahasiswa mampu
membuat asuhan keperawatan penyakit sindrom nefrotik pada anak
Tujuan dari penulisan makalah diharapkan mahasiswa mampu:
1.   Mengetahui pengertian sindrom nefrotik
2.   Mengetahui etiologi sindrom nefrotik
3.   Mengetahui patofisologi sindrom nefrotik
4.   Mengetahui manifestasi klinis sindrom nefrotik
5.   Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak yang sindrom nefrotik
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi
Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan
peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang
mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong,
2004).
Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan
oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik;
proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema
(Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).
Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri
dari proteinuria massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia
(kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan
edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002).
Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema.
Kadang-kadang disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan
filtrasi glomerulus
Berdasarkan pengertian diatas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa Sindrom Nefrotik pada anak merupakan kumpulan
gejala yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria massif
hipoalbuminemia, hiperlipidemia yang disertai atau tidak disertai edema
dan hiperkolestrolemia.

B.     Insiden
Menurut Cecily L Betz, 2002:
 Insidens lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan.
 Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan
etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari, dan
responnya trerhadap pengobatan
 Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun
 Sindrom nefrotik perubahan minimal (SNPM) menacakup 60 – 90 % dari
semua kasus sindrom nefrotik pada anak
 Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan
majunya terapi dan pemberian steroid.
 Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi
bilateral dan transplantasi ginjal.

C.    Anatomi & Fisiologi


1.      Anatomi
Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak
retroperitoneal dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan
vertebra.
Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena
adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi
batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi batas bawah
vertebra lumbalis III.
Pada fetus dan infan, ginjal berlobulasi. Makin bertambah umur, lobulasi
makin kurang sehingga waktu dewasa menghilang.
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri atas
piramid-piramid yang berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap
piramid dipisahkan oleh kolumna bertini. Dasar piramid ini ditutup oleh korteks,
sedang puncaknya (papilla marginalis) menonjol ke dalam kaliks minor. Beberapa
kaliks minor bersatu menjadi kaliks mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal.
Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah
keluar ureter.
Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubili, sedangkan pada medula
hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron. Satu unit
nefron terdiri dari glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal
(kadang-kadang dimasukkan pula duktus koligentes). Tiap ginjal mempunyai
lebih kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula lebih kurang 1,5-2 juta glomeruli.
Pembentukan urin dimulai dari glomerulus, dimana pada glomerulus ini filtrat
dimulai, filtrat adalah isoosmotic dengan plasma pada angka 285 mosmol. Pada
akhir tubulus proksimal 80 % filtrat telah di absorbsi meskipun konsentrasinya
masih tetap sebesar 285 mosmol. Saat infiltrat bergerak ke bawah melalui bagian
desenden lengkung henle, konsentrasi filtrat bergerak ke atas melalui bagian
asenden, konsentrasi makin lama makin encer sehingga akhirnya menjadi
hipoosmotik pada ujung atas lengkung. Saat filtrat bergerak sepanjang tubulus
distal, filtrat menjadi semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotic dengan plasma
darah pada ujung duktus pengumpul. Ketika filtrat bergerak turun melalui duktus
pengumpul sekali lagi konsentrasi filtrat meningkat pada akhir duktus pengumpul,
sekitar 99% air sudah direabsorbsi dan hanya sekitar 1% yang diekskresi sebagai
urin atau kemih (Price,2001 : 785).

2.      Fisiologi
Telah diketahui bahwa ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi
yang sangat penting melalui ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus.
Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang
mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output.

a.   Faal glomerolus


Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang dapat
masuk ke tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding
tekanan hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid osmotik. Volume ultrafiltrat
tiap menit per luas permukaan tubuh disebut glomerula filtration rate (GFR). GFR
normal dewasa: 120 cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan tubuh). GFR normal umur
2-12 tahun: 30-90 cc/menit/luas permukaan tubuh anak.

b.  Faal Tubulus


Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari zat-
zat yang ada dalam ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Sebagaimana
diketahui, GF: 120 ml/menit/1,73 m2, sedangkan yang direabsorbsi hanya 100
ml/menit, sehingga yang diekskresi hanya 1 ml/menit dalam bentuk urin atau
dalam sehari 1440 ml (urin dewasa).
Pada anak-anak jumlah urin dalam 24 jam lebih kurang dan sesuai dengan
umur:
 1-2 hari : 30-60 ml
 3-10 hari : 100-300 ml
 10 hari-2 bulan : 250-450 ml
 2 bulan-1 tahun : 400-500 ml
 1-3 tahun : 500-600 ml
 3-5 tahun : 600-700 ml
 5-8 tahun : 650-800 ml
 8-14 tahun : 800-1400 ml

c.   Faal Tubulus Proksimal


Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyak melakukan
reabsorbsi yaitu ± 60-80 % dari ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Zat-zat
yang direabsorbsi adalah protein, asam amino dan glukosa yang direabsorbsi
sempurna. Begitu pula dengan elektrolit (Na, K, Cl, Bikarbonat), endogenus
organic ion (citrat, malat, asam karbonat), H2O dan urea. Zat-zat yang diekskresi
asam dan basa organik.

d.   Faal loop of henle


Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb dan ascending
thick limb itu berfungsi untuk membuat cairan intratubuler lebih hipotonik.

e.   Faal tubulus distalis dan duktus koligentes.


Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit dengan cara
reabsorbsi Na dan H2O dan ekskresi Na, K, Amonium dan ion hidrogen.

D.    Etiologi
Menurut Arif Mansjoer,2000 :488, sebab pasti belum diketahui. Umunya
dibagi menjadi :
 Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal
 Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut,
glomerulonefrits kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion,
paradion, penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis, dan lain-lain.
 Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)

E.     Patofisiologi
Menurut Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217 :
 Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari
proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin,
tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke
dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan
intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal
karena hypovolemi.
 Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin – angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik
hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium
dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.
 Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan
stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan
penurunan onkotik plasma
 Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein
dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak
akan banyak dalam urin (lipiduria)
 Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan
oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng.

F.     Manifestasi Klinis


Menurut Betz, Cecily L.2002 : 335
 Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi
dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan
cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata
(periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas
bawah.
 Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa
 Pucat
 Hematuri
 Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.
 Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan
umumnya terjadi.
 Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang)

G.    Penatalaksanaan
 Istirahat sampai edema tinggal sedikit
 Diet protein 3 – 4 gram/kg BB/hari
 Diuretikum : furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema
dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan
hididroklortiazid (25 – 50 mg/helama pengobatan diuretik perlu dipantau
kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan
intravaskuler berat.
 Kortikosteroid : Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60
mg/hari luas permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 mg/hari.
Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis
40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60
mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan ini
dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu
 Antibiotika bila ada infeksi
 Digitalis bila ada gagal jantung.

H.    Pemeriksaan Penunjang


Menurut  Betz, Cecily L, 2002 : 335 :
1.        Uji urine
 Protein urin – meningkat
 Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuri
 Dipstick urin – positif untuk protein dan darah
 Berat jenis urin – meningkat
2.        Uji darah
 Albumin serum – menurun
 Kolesterol serum – meningkat
 Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)
 Laju endap darah (LED) – meningkat
 Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan.
3.        Uji diagnostik
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin

I.       Komplikasi
Menurut Rauf, .2002 : .27-28 :
 Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat
hipoalbuminemia.
 Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang
menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock.
 Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga
terjadi peninggian fibrinogen plasma.
 Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A.    Pengkajian

1. Identitas.
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap
100.000 anak terjadi pada  usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan
perempuan yaitu 2:1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami komplikasi
sindrom nefrotik.

2. Riwayat Kesehatan.
a. Keluhan utama.
Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun
b. Riwayat penyakit dahulu.
Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan
kimia.
c. Riwayat penyakit sekarang.
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi,
diare, urine menurun.

3.   Riwayat Kesehatan Keluarga.


Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan
terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah
kelahiran.

4.   Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Tidak ada hubungan.

5.   Riwayat kesehatan lingkungan.


Endemik malaria sering terjadi kasus NS.
6.   Imunisasi.
Tidak ada hubungan.
7.   Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan.
 Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8
 Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
 Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri
meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya,
senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk
anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan
lebih dekat dengan ayah.
 Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs
rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru.
Jika usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi
anak peragu.
 Perkembangan kognitif: masuk tahap pre operasional yaitu mulai
mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan
alat-alat sederhana.
 Perkembangan fisik dan menta;: melompat, menari, menggambar orang
dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-
jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat
warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
 Respon hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan,
keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari
orang tua, teman.
8.   Riwayat Nutrisi.
Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status
gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %,
dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi
baik).

9.   Pengkajian Persistem.
 Sistem pernapasan.
Frekuensi pernapasan 15 – 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura karena
distensi abdomen
 Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg, hipertensi ringan bisa
dijumpai.
 Sistem persarafan.
Dalam batas normal.
 Sistem perkemihan.
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.
 Sistem pencernaan.
Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut,
malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.
 Sistem muskuloskeletal.
Dalam batas normal.
 Sistem integumen.
Edema periorbital, ascites.
 Sistem endokrin
Dalam batas normal
 Sistem reproduksi
Dalam batas normal.
 Persepsi orang tua
Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.

B.     Diagnosa Keperawatan


1.   Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder
terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
2.   Perubahan nutrisi kuruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi
sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan.
3.   Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
4.   Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak
hospitalisasi).
5.   Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit
serius.
6.   Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan.
7.   Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
8.   Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan
pertahanan tubuh.
9.   Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan
kehilangan protein dan cairan, edema.

No Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1 Kelebihan Tujuan : Mandiri :  PPerlu untuk
volume cairanPasien   Kaji masukan yangmenentukan fungsi
tidak
berhubungan menunjukkan relatif terhadapginjal, kebutuhan
dengan bukti-bukti keluaran secarapenggantian cairan
kehilangan akumulasi cairanakurat. dan penurunan
protein sekunder(pasien   Timbang berat badanresiko kelebihan
terhadap mendapatkan setiap hari (atauicairan.
peningkatan volume cairanlebih sering  
jika Mengkaji retensi
permiabilitas yang tepat)diindikasikan). cairan
glomerulus.   Kaji   Untuk
perubahan mengkaji
edema : ukur lingkarascites dan karena
Kriteria hasil: abdomen padamerupakan sisi
  Penurunan edema,umbilicus sertaumum edema.
ascites  
pantau edema sekitar Agar tidak
  Kadar proteinmata. mendapatkan lebih
  Atur masukan cairandari jumlah yang
darah meningkat
  Output urinedengan cermat. dibutuhkan
  Pantau infus intra
adekuat 600 – 700   Untuk
ml/hari vena mempertahankan
  Tekanan darah dan masukan yang
nadi dalam batasKolaborasi : diresepkan
normal.     Untuk menurunkan
Berikan
kortikosteroid sesuaiekskresi proteinuria
ketentuan.   Untuk memberikan
  Berikan diuretik bilapenghilangan
diinstruksikan. sementara dari
edema.

2 Perubahan nutrisiTujuan : Mandiri :   Monitoring asupan


kuruang   Catat
dariKebutuhan nutrisi intake dannutrisi bagi tubuh
kebutuhan akan terpenuhi output   Gangguan nuirisi
makanan
berhubungan secara akurat dapat terjadi secara
dengan Kriteria Hasil  
: Kaji adanyaperlahan. Diare
malnutrisi   Napsu makan baik anoreksia, sebagai reaksi
sekunder   Tidak terjadihipoproteinemia, edema intestinal
terhadap hipoprtoeinemia diare.   Mencegah status
kehilangan   Porsi makan yang
  Pastikan anaknutrisi menjadi
protein dandihidangkan mendapat makananlebih buruk.
penurunan napsudihabiskan dengan diet  
yang membantu
makan.   Edema dan ascitescukup. pemenuhan nutrisi
tidak ada.   Beri diet yang bergizi anak dan
  Batasi natrium selamameningkatkan daya
edema dan trerapitahan tubuh anak
kortikosteroid   asupan natrium
  Beri lingkungan yangdapat memperberat
menyenangkan, edema usus yang
bersih, dan rileksmenyebabkan
pada saat makan hilangnya nafsu
  Beri makanan dalammakan anak
porsi sedikit   agar anak lebih
pada
awalnya mungkin untuk
  Beri makanan spesialmakan
dan disukai anak   untuk merangsang
  Beri makanan dengannafsu makan anak
cara yang menarik  untuk mendorong
agar anak mau
makan
  untuk menrangsang
nafsu makan anak
3 Resiko tinggiTujuan : Mandiri :   Meminimalkan
infeksi Tidak   Lindungi anak darimasuknya
terjadi
berhubungan infeksi orang-orang yangorganisme.
dengan imunitasKriteria hasil : terkena  
infeksi Mencegah
tubuh  
yang Tanda-tandamelalui pembatasanterjadinya infeksi
menurun. infeksi tidak ada pengunjung. nosokomial.
  Tanda vital dalam
  Tempatkan anak 
di Mencegah
batas normal ruangan non infeksi. terjadinya infeksi
  Ada   Cuci tangan sebelumnosokomial.
perubahan
 
perilaku keluargadan sesudah tindakan. Membatasi
  Lakukan
dalam melakukan tindakanmasuknya bakteri
perawatan. invasif secara aseptik ke dalam tubuh.
  Gunakan teknikDeteksi dini adanya
mencuci tangan yanginfeksi dapat
baik mencegah sepsis.
  Jaga agar anak tetap
  Untuk
hangat dan kering meminimalkan
  Pantau suhu. pajanan pada
  Ajari orang tuaorganisme infektif
tentang tanda  
dan Untuk memutus
gejala infeksi mata rantai
penyebar5an infeksi
  Karena kerentanan
terhadap infeksi
pernafasan
  Indikasi awal
adanya tanda infeksi
  Memberi
pengetahuan dasar
tentang tanda dan
gejala infeksi
4 Kecemasan anakTujuan :   Validasi   Perasaan adalah
perasaan
berhubungan Kecemasan anaktakut atau cemas. nyata dan
dengan menurun   Pertahankan kontakmembantu
atau pasien
lingkungan hilang dengan klien. untuk tebuka
perawatan yangKriteria hasil :  Upayakan adasehingga dapat
asing   Kooperatif padakeluarga
(dampak yangmenghadapinya.
hospitalisasi). tindakan menunggu   Memantapkan
keperawatan   Anjurkan orang tuahubungan,
  Komunikatif padauntuk membawakanmeningkatan 
perawat mainan atau fotoekspresi perasaan.
  Secara verbalkeluarga   Dukungan yang
mengatakan tidak terus menerus
takur. mengurangi
ketakutan atau
kecemasan yang
dihadapi.
  Meminimalkan
dampak
hospitalisasi
terpisah dari
anggota keluarga.
5 Perubahan prosesTujuan :   Kenali  
masalah Mengidentifikasi
keluarga Pasien (keluarga)keluarga dankebuutuhan yang
berhubungan mendapat kebutuhan akandibutuhkan keluarga
dengan anakdukungan  
yanginformasi, dukungan Keluarga akan
yang menderitaadekuat   Kaji pemahamanberadaptasi terhadap
penyakit serius. Kriteria hasil : keluarga tentangsegala tindakan
diagnosa dan rencanakeperawatan yang
perawatan dilakukan
  Tekankan  
dan Agar keluarga juga
jelaskan profesionalmengetahui masalah
kesehatan tentangkesehatan anaknya
kondisi  
anak, Mengoptimalisasi
prosedur dan terapipendidikan
yang dianjurkan, sertakesehatan terhadap
prognosanya   Untuk memfasilitasi
  Gunakan setiappemahaman
kesempatan  
untuk Keluarga dapat
meningkatkan mengidentifikasi
pemahaman keluargaperilaku anak
Keluarga tentangsebagai orang yang
penyakit danterdekat dengan
terapinya anak
  Ulangi  
informasi Mempermantap
sesering mungkin rencana yang telah
  Bantu keluargadisusun sebelumnya
mengintrepetasikan
perilaku anak serta
responnya
  Jangan tampak
terburu-buru, bila
waktunya tidak tepat
6 Intoleransi Tujuan :   Pertahankan tirah  tirah baring yang
aktifitas Anak dapatbaring awal bilasesuai gaya
berhubungan melakukan terjadi edema hebat gravitasi dapat
dengan aktifitas  
sesuai Seimbangkanmenurunkan edema
kelemahan. dengan  
istirahat dan aktifitas ambulasi
kemampuan danbila ambulasi menyebabkan
mendapatkan   Rencanakan dankelelahan
istirahat dan tidurberikan  
aktivitas aktivitas yang
yang adekuattenang tenang mengurangi
  Instruksikan istirahatpenggunaan energi
bila anak mulaiyang dapat
Kriteria hasil : merasa lelah menyebabkan
  Berikan periodekelelahan
istirahat  
tanpa mengadekuatkan
gangguan fase istirahat anak
  anak dapat
menikmati masa
istirahatnya

7 Gangguan citraTujuan :   Gali masalah  


dan Untuk memudahkan
tubuh Agar dapatperasaan mengenaikoping
berhubungan mengespresikan penampilan   Meningkatkan harga
dengan perasaan  
dan Tunjukkan aspekdiri klien dan
perubahan masalah denganpositif darimendorong
penampilan mengikutin penampilan dan buktipenerimaan
aktivitas yangpenurunan edema terhadap kondisinya
sesuai   Dorong
dengan   Agar anak tidak
sosialisasi
minat dandengan individu tanpamerasa sendirian
kemampuan anak.infeksi aktif dan terisolasi
  Beri umpan balik
  Agar anak merasa
posisitf diterima
Kriteria hasil :

8 Resiko tinggiTujuan : Mandiri :   memberikan


kerusakan   Berikan perawatankenyamanan
Kulit anak tidak pada
integritas kulitmenunjukkan kulit anak dan mencegah
berhubungan   Hindari pakaian ketat kerusakan kulit
adanya kerusakan
dengan edema,integritas  : Bersihkan dan bedaki
  dapat
penurunan kemerahan ataupermukaan kulitmengakibatkan area
pertahanan iritasi beberapa kali sehari yang menonjol
tubuh.   Topang organ edema,tertekan
seperti skrotum   untuk mencegah
Kriteria hasil:   Ubah posisi denganterjadinya iritasi
sering ; pertahankanpada kulit karena
kesejajaran tubuhgesekan dengan alat
dengan baik tenun
  Gunakan penghilang
  unjtuk
tekanan atau matrasmenghilangkan aea
atau tempat tidurtekanan
penurun   karena anak dengan
tekanan
sesuai kebutuhan edema massif selalu
letargis, mudah
lelah dan diam saja
  untuk mencegah
terjadinya ulkus

9 Resiko tinggiTujuan : Mandiri :   Untuk mendeteksi


kekurangan Klien   Pantau tanda vital
tidak bukti fisik penipisan
volume cairanmenunjukkan   Kaji kualitas dancairan
(intravaskuler) kehilangan cairanfrekwensi nadi   Untuk tanda shock
berhubungan   Ukur tekanan darah hipovolemik
intravaskuler atau
dengan shock   Laporkan   Untuk mendeteksi
adanya
kehilangan hipovolemik yangpenyimpangan darishock hipovolemik
protein dandiyunjukkan normal   Agar pengobatan
cairan, edema. pasien minimum segera dapat
atau tidak ada dilakukan
Kriteria hasil :

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sindroma Nefrotic (SN) adalah gambaran klinis dengan ciri khusus
proteinuri masif lebih dari 3,5 gram per 1,73 m2 luas permukaan tubuh per hari
(dalam praktek, cukup > 3,0-3,5 gr per 24 jam) disertai hipoalbuminemi kurang
dari 3,0 gram per ml. Pada SN didapatkan pula lipiduria, kenaikan serum lipid
lipoprotein, globulin, kolesterol total dan trigliserida, serta adanya sembab sebagai
akibat dari proteinuri masif dan hipoproteinemi. Beberapa ahli penyakit ginjal
menambahkan kriteria lain :
1.Lipiduria yang terlihat sebagai oval fat bodies atau maltase cross bodies.
2.Kenaikan serum lipid, lipoprotein, globulin, kolesterol total dan trigliserida
3.Sembab.
B. Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama
mahasiswa keperawatan
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan.
3. semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi
dan forum terbuka.

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (Perawatan Medikal


Bedah), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta : EGC.
2. Carpenito, L. J.1999. Hand Book of Nursing (Buku Saku Diagnosa
Keperawatan), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC.
3. Doengoes, Marilyinn E, Mary Frances Moorhouse. 2000. Nursing Care
Plan: Guidelines for Planning and Documenting Patient Care (Rencana
Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien), alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta: EGC.
4.  Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, alih bahasa:
Monica Ester. Jakarta: EGC.
5.  Husein A Latas. 2002. Buku Ajar Nefrologi. Jakarta: EGC.
6. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
7.  Price A & Wilson L. 1995. Pathofisiology Clinical Concept of Disease
Process (Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit), alih bahasa:
Dr. Peter Anugrah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai