SINDROM NEFROTIK
KELOMPOK 4
KELOMPOK 4
1. MUH. FARHAN RIZQULLAH/1801019
2. IQRAM ARISTYO FAIZUL/1801054
3. ANDI MUH. FIRMANSYAH/1801038
4. MULIANI INDAH SARI/1801022
5. FADILATUL JANAH PAKAYA/1801030
6. ASRINA/1801046
7. NURJANAH/1801004
2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala kebesaran dan
nikmat hidayah yang telah diberikan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
sindrom nefrotik ini dengan lancar. Penyusunan Makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata
Makalah ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf
atas kekurangan tersebut. Juga senantiasa membuka tangan untuk menerima kritik dan saran
yang membangun agar kelak kami bisa berkarya lebih baik lagi. Harapan kami semoga karya
DAFTAR ISI
Sampul
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
A. Defenisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Klasifikasi
E. Manifestasi klinis
F. Pemeriksaan diagnostic
G. Penatalaksanaan
H. Pemeriksaan penunjang
I. Komplikasi
A. Pengkajian
B. Diagnose keperawatan
C. Intervensi
A. Scenario kasus
B. Daftar pertanyaan
BAB V PEMBAHASAN
A. Jawaban pertanyaan
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
B. saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindrom nefrotik merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada
masa kanak-kanak. Menurut kepustakaan di Amerika Serikat dan Eropa, insiden sindrom
nefrotik pada anak berkisar antara 1-3 kasus baru dari setiap 100.000 anak dibawah 16
tahun setiap tahunnya, dengan prevalensi kumulatif sebesar 16 kasus per 100.000 anak.
Di negara berkembang angka kejadian sindrom nefrotik pada anak lebih tinggi daripada
di negara maju. Di Indonesia Willa Wirya (Jakarta) memastikan adanya 6 orang anak
menderita sindrom nefrotik di antara 100.000 anak yang berusia di bawah 14 tahun per
tahun.
Insidens lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Mortalitas dan prognosis
anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan
ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari, dan responnya trerhadap pengobatan. Sindrom
nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun. Sindrom nefrotik perubahan
minimal ( SNPM ) menacakup 60 – 90 % dari semua kasus sindrom nefrotik pada anak.
Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya
terapi dan pemberian steroid. Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon
terjadinya sindrom ini. Etiologi SN secara garis besar dapat dibagi 3, yaitu kongenital,
purpura Henoch-Schonlein dan lupus eritematosus sitemik. Sindrom nefrotik pada tahun
pertama kehidupan, terlebih pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, merupakan kelainan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Nefrotik
Menganalisis artikel jurnal terkait dengan intervensi
D. Manfaat
1. Bagi Institusi
2. Bagi Mahasiswa
infertilisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Betz, Cecily dan Sowden, Linda, 2002)
Sindroma nefrotik merupakan sekumpulan gejala yang terdiri atas proteinuria masif
(lebih dari 50 mg/kg BB/24 jam). Hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100ml). Yang
disertai atau tidak disertai denagn edema dan hiperkolesterolemia (Rauf, 2002).
penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum kolesterol yang
tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). (Brunner & Suddarth, 2001).
disebabkan oleh hilangnya permeabilitas glomerulus terhadap protein yang ditandai dengan
B. Etiologi
kehidupannya.
Disebabkan oleh:
renalis
membranoproliferatif hipokomplementemik.
biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk. membagi dalam 4 golongan yaitu:
a. Kelainan minimal
b. Nefropati membranosa
c. Glomerulonefritis proliferative
Pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering disertai atrofi
C. Patofisiologi
Sindroma nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan
menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi. Karena terjadi penurunan
aliran darah ke renal, maka ginjal akan melakukan kompensasi denagn merangsang produksi
renin-angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretic hormone (ADH) dan sekresi
aldosteron yang kemudian terjadi retensi natrium dan air, denagn retensi natrium dan air
Membran glomerulus yang normalnya impermiabel terhadap albumin dan protein lain
menjadi permiabel terhadap protein terutama albumin, yang melewati membran dan ikut
akumulasi cairan di interstisial (edema) dan pembengkakan tubuh, biasanya pada abdominal
serta aldosteron. Reabsorbsi tubulus terhadap air dan sodium meningkatkan volume
D. Klasifikasi
syndrome).
Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia sekolah.
Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat hampir
Faktor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi
yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya
E. Manifestasi Klinis
Dalam urin terdapat protein ≥40 mg/m2/jam, atau >50 mg/kg/24jam, atau rasio
albumin/kreatinin urin sewaktu >2 mg/mg, atau dipstik ≥2+. Proteinuria pada
oleh albumin.
2. Hipoalbuminemia
Albumin serum < 2,5 g/dl. Kadar albumin plasma normal pada anak denagn
gizi baik berkisar antara 3,6-4,4 g/dl. Retensi cairan dean sembab akan mulai
tampak bila kadar albumin plasma kurang dari 2,5-3,0 g/dl, tetapi sering sekali
3. Edema
Edema merupakan manifestasi klinis utama yang mudah terlihat oleh orang
timbulnua edema. Diawali dengan edema disekitar mata dan wajah yang
4. Hiperlipidemia
(kolesterol serum lebih dari 200 mg/dl), yang tampak lebih nyata pada
antara kadar albumin serum dan kolesterol. Apabila albumin serum kembali
normal, baik secara spontan ataupun dengan pemberian albumin, kadar lipid
akan juga kembali normal. Lipid dapat ditemukan di dalam urin dalam bentuk
Hipertensi
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji Urin
2. Uji Darah
dan anti-dsDNA
3. Uji Diagnostik
ginjal
c. Biopsi ginjal dapat menunjukkan salah satu bentuk glomerulonefritis
glomeruli.
G. Penatalaksanaan
1. Medik
a. Diuretik
b. Kortikosteroid
Pengobatan Inisial
pengobatan.
12 bulan.
12 bulan.
obat ini yang biasa dipakai adalah kaptopril 0,1-2 mg/kgBB/hari 3 kali
2. Keperawatan
tergantung.
b. Diet
protein. Jadi diet protein yang dianjurkan adalah normal atau sesuai
diberikan dengan jumlah yang tidak melebihi 30% jumlah total kalori
setiap 3 jam dan bagian tubuh yang bekas tertekan di lap dengan air
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah : urinalisis bila perlu dan biakan urin,
I. Komplikasi
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : An.X
Umur : 5 tahun
2. Analisa data
Data subjektif
b. Keluarga klien mengatakan dua hari ini kaki dan tangannya mulai ikut
membengkak.
b. N : 48x/menit
P : 22x/menit
S : afebris
TD : 130/80 mmHg
3. Pemeriksaan penunjang
B. Diagnose
C. Intervensi
Kriteria hasil :
Intervensi
Kriteria hasil : tidak ada tanda kemerahan, lecet dan tidak terjadi tenderness bila
disentuh.
Intervensi :
b. Pertahankan kebersihan tubuh anak setiap hari dan pengalas tempat tidur.
TINJAUAN KASUS
A. Scenario kasus
Seorang anak laki-laki, 5 tahun dibawah ayahnya ke klinik pratama karena bengkak.
Awalnya seminggu yang lalu kelopak mata anak tampak bengkak saat bangun tidur. Dua
hari ini kaki dan tangannya mulai bengkak.frekuensinya kencing menjadi berkurang dan
sedikit.saat kencing air seni tampak berbusa. Hasil tekanan darah 130/80 mmHg.
Pemeriksaan ascites dan ditemukan piting edema. Dokter menyarankan pemeriksaan urin.
B. Daftar pertanyaan
BAB V
PEMBAHASAN
A. Jawaban pertanyaan
yang berfungsi menyaring darah dan membuat urine. Akibatnya protein yang
seharusnya tetap didalam darah malah bocor ke urine. Dalam kondisi normal,
urine seharusnya tidak mengandung protein. Kerusakan di bagian ginjal ini dabat
disebabkan oleh sel ginjal yang menebal atau membentuk jaringan parut. Sampai
saat ini belum dapat diketehaui penyebab glomerulus menebal atau membentuk
jaringan parut. Sindrom nefrotik yang disebabkan oleh glomerulus yang menebal
atau membentuk jaringan parut disebut juga sindrom nefrotik primer. Selain
penebalan dan pembentukan jaringan parut pada ginjal, sindrom nefrotik dapat
Selain itu peningkata permeabilitas ini juga akibat degradasi heperan sulphate
maupun mutuasi gen yang mengkode beberapa protein padosit pada anak dengan
urine, kadar albumin, dan kadar kolesterol darah. Pemeriksaan protein urin dapat
dilakukan dengan peeriksaan urin yang paling sederhana yaitu pemeriksaan urine
tergantung pada penyebabnya. Ada beberapa obat yang dapat diberikan kepada
Obat kortikosteroid
Obat antihipertensi
Obat ini berfungsi untuk menurunkan penekanan darah tinggi yang bisa
meningkat saat terjadi kerusakan ginjal. Selain itu, obat daarah tinggi
obat ini adalah oabt ACE inhibitor, seperti enalapri atau catropil.
Obat diuretic
Fungsi obat ini adalah untuk membbuang cairan yang berlebihan dari
dalam tubuh, segingga dapat mengurangi gejala edema. Contoh obat ini
adalah furosemide.
Pensilin adalah obat adalah obat yang digunakan untuk mencegah infeksi
Bila protein dalam darah terlalu rendah, dokter juga akan menyarankan albumin
melalui infus. Dokter juga akan menyarankan penderita untuk cuci darah atau
transpalatasi ginjal bila sudah mengalami gagal ginjal kronis. Disamping obat
obatan pola makan penderita sindrom nefrotik perlu diatur. Penderita perlu
mengomsumsi protein yang cukup, tidak terlebih ataupun kurang. Selain itu,
dengan dokter gizi mengenai pola makan bagi penderita sindrom nefrotik. Tingkat
kesembuhan dari kondisi ini sangat bergantung pada penyebab, keperahan, dan
5. Asupan protein bagi penderita sindrom nefrotik tidak perlu dibatasi, cukup 1.5-2
gram/kgBB per hari. Sedangkan, asupan sodium cukup 1500-2000 mg per hari.
yaitu:
Keju keras.
Ikan segar.
Nasi putih.
Sereal gandum.
Homemade pasta.
Buah-buahan.
Sayuran segar.
Bumbu seperti cabe bubuk, cengkeh, pala, cuka, bawang, daun salam dll.
Untuk kebutuhan kalori, hampir sama dengan kebutuhan kalori manusia pada
umumnya. Tidak ada perbedaan. Hanya saja untuk asupan lemak dan kolesterol
gizi agar dapat terkontrol dengan baik asupan nutrisi yang dikonsumsi oleh
Diet pada orang dengan sindrom nefrotik perlu dimanajemen dengan baik agar
gejala yang terutama ditandai dengan edema, yang terjadi akibat gangguan
nefrotik disarankan untuk mengikuti pola makan rendah sodium, rendah lemak,
pasien sindrom nefrotik lain. Asupan kalori total yang direkomendasikan adalah
35 kkal/kgBB/hari.
6. Edukasi dan promosi kesehatan terhadap penderita dan keluarga dengan sindrom
nefrotik (SN) sangat penting. Beberapa edukasi yang penting untuk disampaikan,
Edukasi Pasien
Sindrom nefrotik (SN) adalah penyakit kronis yang dapat mengalami remisi dan
relaps. Pada kondisi yang berat, ada risiko komplikasi gagal ginjal hingga
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi hal-hal:
dari keempat kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan
Etiologi dari sindrom nefrotik dibagi menjadi tiga kelompok yaitu bawaan,
dilakukan secara medik (kortikosteroid dan diuretik) serta keperawatan (diet rendah
Tanda paling umum adalah adanya peningkatan cairan di dalam tubuh (edema).
Sehingga masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah kelebihan volume cairan,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktifitas, kerusakan
B. Saran
Demikian isi dari makalah yang dapat kami sampaikan. Kami berharap agar makalah
yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan baik dosen, mahasiswa ataupun
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (Perawatan Medikal Bedah), alih bahasa:
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak Edisi 4, alih bahasa: Monica Ester.
Jakarta: EGC.
Price A & Wilson L. 1995. Pathofisiology Clinical Concept of Disease Process (Patofisiologi
konsep klinis proses-proses penyakit), alih bahasa: Dr. Peter Anugrah. Jakarta: EGC.
Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan : Konsep,
Soemyarso, Ninik Asmaningsih, dkk. 2014. Model Pembelajaran Ilmu Kesehatan Anak.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Behrman, Kliegman dan Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Volume 3. Jakarta: EGC.
O’callaghan, Cheis. 2009. At a Glance Sistem Ginjal Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga