Disusun oleh :
Nim : PO71200190023
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.........................................................................................
BAB II PERMASALAHAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit kandung empedu yang paling umum ada dua jenis yaitu :
Kolesistitis
Peradangan kandung empedu, penyebab utamanya adalah batu empedu yang menyumbat
saluran empedu. Penyakit ini dapat disertai jaudice, karena cairan empedu tidak bisa masuk
ke saluran cerna berubah warna menjadi bilirubia yang berwarna kuning dan masuk ke
peredaran darah.
Kolelitiasis
Terbentuknya batu empedu yang bisa masuk ke dalam saluran empedu menimbulkan
penyumbatan dan kram. Penyaluran empedu ke doudenum terganggu sehingga mengganggu
absorpsi lemak. Ada dua jenis batu empedu yaitu kolesterol dan batu pigmen.
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapan
kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari larutan
membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi yang
lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris
yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan. (Schwartz S 2000).
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini :
bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan
terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karena adanya enzim glokuronil tranferase
bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil
tranferase tersebut yang akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut.
Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam
lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa
menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi.
Pengukuran Antropometrik
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Biokimia
Dan Riwayat diet
Pengukuran Antropometrik
Adalah pengukuran tentang ukuran berat badan, dan proporsi tubuh manusia.
Pengukuran antropometrik meliputi tinggi badan, berat badan, tebal lipatan kulit dan lengan.
Tujuan pengukuran antropometrik adalah untuk mengevaluasi pertumbuhan dan menkaji
status nutrisi dan ketersediaan energi pada tubuh.
1. Tinggi badan
Pada kasus di atas pasien memiliki tinggi badan 156 cm.
2. Berat badan
Pada kasus di atas pasien memiliki berat badan 72 kg.
Usahakan saat melakukan pengukuran berat badan / menimbang, pasien tidak
menggunakan alas kaki dan menggunakan pakaian yang tidak tebal. Lakukan
penimbangan pada jam yang sama setiap harinya, misal hari ini melakukan
penimbangan jam 10.00 maka besok juga melakukan penimbagan jam 10.00 juga.
Riwayat diet
Pengkajian riwayat diet dilakukan dengan mengkaji jumlah dan jenis makanan
yang dikonsumsi pasien selama 24 jam. Meliputi jumlah dan jenis karbohidrat,
protein, lemak, sayur – sayuran , buah – buahan , air dan mineral. Agar informasi
yang diperoleh dari pasien tepat dan akurat, perawat harus menggunakan bahasa yang
dapat dipahami oleh pasien. Demikian pula bentuk – bentuk pertanyaan yang
diajukan kepada pasien diusahakan agar mudah dimengerti. Oleh karena itu, perawat
perlu memperhatikan latar belakang pendidikan pasien. Berikut ini, diuraikan jenis –
jenis pertanyaan yang dapat digunakan dalam pengkajian riwayat diet yaitu :
1. Ketika anda mau pergi ke rumah sakit, apakah anda telah makan di rumah ?
2. Apa jenis rumah makan atau restoran yang sering anda kunjungi ?
3. Siapa yang memasak makanan di rumah ?
4. Bagaimana cara memasak makanan seperti, nasi, sayur, lauk pauk ?
5. Apa makanan yang anda sukai dan tidak sukai ?
6. Apa makanan yang menyebabkan anda alergi ?
7. Apakah anda suka mengkonsumsi obat – obat vitamin dan mineral ?
8. Adakah obat alergi yang biasa anda gunakan ?
9. Apa penyakit yang sering anda derita ?
10. Apakah anda mempunyai kaesulitan menelan atau mengunyah ?
11. Apakah anda suka mengeluh mual, muntah, diare, atau konstipasi ?
12. Bagaimana anda mengatasi masalah di atas ( nomor 11 ) ?
13. Apa aktivitas yang merupakan hobi anda ?
14. Apa jenis, frekuensi, intensitas, dan lama aktivita anda ?
15. Adakah peningkatan atau penurunan berat badan anda selama 6 bulan
terkahir ?
16. Apakah anda menjalani program diet khusus ?
17. Apakah anda pernah meminta nasehat tentang nurisi dan kepada siapa?
18. Makanan apa yang dilarang oleh agama anda ?
19. Berapakah anggota keluarga dirumah anda ?
20. Apakah anda suka mengkonsumsi makanan ringan (suka jajan atau cemilan) ?
A. Perhitungan Kebutuhan Nutrien
a. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
BBI (berat badan ideal) = (Tinggi Badan - 100) – 10 % (Tinggi Badan – 100)
= (156-100) – 10 % (156-100)
= 56 – 5.6 = 50.4 kg
b. Kebutuhan Energi
Selama sakit, kebutuhan kalori meningkat menurut beratnya penyakit yang diderita
pasien. Perhitungan kebutuhan energi tersebut dilakukan menurut kebutuhan energi masing –
masing pasien, seperti contoh kasus diatas maka kebutuhan energi nya yaitu :
= AMB x factor aktifitas x factor stres
= 1135.28 x 1.2 x 1.5
= 2043.504
Pasien obesitas sehingga asupan kalori dikurangi sebanyak 500-1000 kalori dari kebutuhan
normal.
= 2043.504 – 500
= 1543.504 kalori
c. Kebutuhan Protein
Kebutuha Protein diperkirakan : 10 – 20 % dari kebutuhan energi total . jadi
kebutuhan protein untuk pasien pada contoh kasus diatas adalah :
= 20% x energi sehari
= 308.7 : 4
= 77.175 gram
d. Kebutuhan Lemak
Kebutuhan lemak diperkirakan sekitar 20 % hingga 30 % dari kebutuhan total energi
dengan proporsi lemak tak jenuh yang lebih dominan daripada lemak jenuh. Jadi kebutuhan
lemak untuk pasien pada contoh kasus di atas adalah :
= 20 % x Energi Sehari
= 20 % x 1543.504 kalori
= 308.7: 9
= 34.3 gram
e. Kebutuhan Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat normal adalah 60-75 % dari kebutuhan energi total, atau sisa
energi setelah dikurangi energi yang berasal dari protein dan lemak. Kebutuhan karbohidrat
dalam keadaan sakit sering dinyatakan dalam bentuk karbohidrat yang dianjurkan. Misalnya
penyakit diabetes melitus, dislipedemia ,dan konstipasi membutuhkan serat tinggi (30-50 g /
hari ). Sedangkan untuk penyakit kandungg empedu ( kolelitiasis) Karbohidrat sedikit lebih
rendah, yaitu 55-65% dari kebutuhan energi total.
Jadi kebutuhan karbohidrat untuk pasien pada contoh kasus di atas adalah :
= 60 % x Energi Sehari
= 60 % x 1543.504 kalori
= 926.1024 : 4
= 231.53 gram
B. Perencanaan Diet
Penyakit pada kantung empedu umumnya terdiri atas infeksi ( kolesistitis ) dan batu
empedu (kolelitiasis). Ada beberapa faktor gizi yang turut menyebabkan terjadinya penyakit
kantung empedu. Faktor – faktor tersebut adalah :
1. obesitas
2. konsumsi lemak yang tinggi
3. dislipidemia, khususnya peningkatan kadar trigliserida yang berhubungan dengan
asupan lemak dan gula yang tinggi
4. penurunan berat badan cepat
Gejala yang ditimbulkan pada penyakit kantung empedu meliputi sakit perut, mual serta
muntah, gejala kuning (ikterus), demam, intoleransi lemak dan kembung atau sering buang
angin (flatulensi).
Intervensi gizi yang perlu dilakukan untuk mencegah penyakit kandung empedu adalah
dengan :
a. Prinsip diet
Makanan untuk sarapan pagi jangan mengndung banyak lemak, sarapan pagi
sebaiknya berupa sereal dan buah – buahan.
Gunakan susu rendah lemak ( kadar lemak 1 % ) atau susu skim untuk mengurangi
konsumsi lemak. Susu nabati seperti susu kedelai juga merupakan pilhan yang baik.
Gunakan pengganti gula seperti aspartam ( Equal, Diasweet) sebagai pemanis kopi,
teh, atau bubur sereal ( havermout).
Beli makanan camilan yang rendah lemak seperti buah – buahan, kue basah, roti
bekatul atau cracker rendah lemak dan bran cookies lainnya. Jangan menyimpan
tarcis, kue kering, keripik, cokelat, dan makanan gorengan dalam jumlah besar di
rumah karena akan menggoda anda untuk ngemil makanan berminyak.
Makan sayuran yang tidak banyak menimbulkan gas seperti wortel, bayam, terong,
dll. (kubis mentah, kembang kol, nangka dan durian merupakan jenis sayuran / buah
yang bisa menimbulkan gas dalam usus )
Lakukan olahraga santai seperti berjalan atau bersepeda ketika anda pergi berbelanja
atau bekerja. Ajak anak – anak untuk rekreasi lintas alam, berenang, hash pada waktu
– waktu liburan.
b. Preskripsi Diet
Dalam keadaan akut, biasanya pasien dipuasakan dan mendapatkan cairan serta
elektrolit lewat infus. Setelah lewat 12 – 24 jam, diet cair jernih dapat ditawarkan dan
kemudian dilanjutkan dengan diet rendah lemak.
Diet rendah lemak. Konsumsi lemak sekitar 20 – 40 gram / hari dianjurkan bagi
penderita batu empedu. Jumlah ini dianggap sudah memadai untuk mengurangi
stimulasi kandung empedu dan meredakan keluhan sakit perut. Diet tanpa lemak tidak
dianjurkan karena akan mengurangi konstraksi batu empedu sehingga jumlah
timbunan getah empedu akan meningkat yang selanjutnya membawa risiko
peningkatan batu empedu. Minyak nabati dengan rantai-karbon sedang (MTC) akan
mengurangi kontraksi kandung empedu untuk mengeluarkan getah empedu secara
mendadak karena penyerapan jenis minyak ini dapat terjadi langsung ke dalam darah
(MCT tidak diemulsikan dan penyerapannya tidak memerlukan getah empedu seperti
halnya minyak rantai- panjang).
Diet harus baik dan seimbang untuk menghindari defesiensi kalori, protein, dan
mikronutrien sebelum pembedahan.
Diet tidak boleh mengandung makanan yang merangsang ( makanan yang pedas ) dan
makanan yang menimbulkan gas seperti buncis, kembang kol, brokoli, bawang, dll.
Kopi dan teh kental yang mengandung kafein harus dihindari karena kafein dapat
meningkatkan kadar kolesistokinin yang akan menstimulasi kontraksi kandung
empedu.
Suplemen multivitamin / mineral khususnya suplemen A, D, E dan K jenis yang larut
dalam air dapat diberikan hingga memenuhi 100% AKG.
Diet rendah lemak dapat dianjurkan selama 4 – 6 minggu sesudah fase akut atau
sesudah pembedahan ( pengangkatan kandung empedu atau batu empedu ) kendati
sebgaian dokter mungkin percaya bahwa modifikasi diet tidak siperlukan pada
penyakit ini.
1. pengertian
Pada pasien yang mengalami penyakit kandung empedu, diet yang diberikan
adalah diet rendah lemak. Diet rendah lemak yang diberikan pada penderita penyakit ini
terdiri dari 3 jenis, yaitu :
Tujuan :
Syarat Diet :
Diet lemak rendah I (1500 kalori ). Diet lemak rendah I diberikan kepada pasien
kolesistitis dan kolelitiasis dengan kolik akut. Makanan yang diberikan berupa buah – buahan
dan minuman manis. Makanan ini rendah energi dan semua zat gizi kecuali vitamin A dan C.
b. Parameter
Asupan makan perhari
Kondisi fisik setelah pemberian diit
Status gizi pasien setelah pemberian diit
Adanya kenaikan berat badan setelah pemberian diit
c. Cara Mengevaluasi
o Membandingkan kondisi fisik pasien antara sebelum diberi diit dan sesudah diberi diit
o Membandingkan berat badan pasien antara sebelum diberi diit dan sesudah diberi diit
d. Implementasi :
Penyusunan menu sehari
Konsultasi dengan keluarga pasien
e. Rekomendasi
Perlu adanya pengawasan dalam hal pemberian makanan
Perlu adanya kerjasama petugas kesehatan dengan keluarga pasien
Perlu ditekankan mengenai perilaku keluarga dalam hal pola hidup sehat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cholelithiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu; batu ini mungkin
terdapat dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam ductus choledochus
(choledocholithiasis).
Kolesistitis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana
terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki
ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada
individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor
resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.
Salah satu keluhan yang paling banyak dialami oleh pasien cholelithiasis pasca
pembedahan (Colecystectomy) adalah nyeri. Oleh karena itu, salah satu manajemen nyeri
non-farmakologi adalah teknik relaksasi nafas dalam, dimana teknik relaksasi ini
bermanfaat mengurangi ketegangan otot yang akan mengurangi intensitas nyeri.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA