Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH DIET PENYAKIT KANDUNG EMPEDU- CHOLELITIASIS

Disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Gizi dan Diit

Dosen pembimbing : Daryono S.Pd.,M.Kes

Disusun oleh :

Nama : Lisa Afriani

Nim : PO71200190023

Tingkat / Prodi : 1A / DIII Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................

1.2 Ruang Lingkup Masalah..............................................................................

1.3 Tujuan.........................................................................................

BAB II PERMASALAHAN

2.1 Rumusan Masalah .......................................................................................

BAB III KAJIAN PUSTAKA

3.1 Definisi Penyakit Kantung Empedu...............................................................


3.2 Etiologi Penyakit Batu Empedu.....................................................................

3.3 Patofisiologi Penyakit Batu Empedu...............................................................

3.3 Kasus Cholelitiasis.........................................................................................


3.4 Proses Perawatan .........................................................................................
A. Pengkajian Nutrisi...................................................................................
a. Pengukuran Antropometri..................................................................
b. Pemeriksaan Fisik...............................................................................
c. Pemeriksaan Biokimia / Lab...............................................................
d. Riwayat Diet.......................................................................................
B. Perhitungan Kebutuhan Nutrien..............................................................
a. Kebutuhan energi dan zat gizi..........................................................
b. Kebutuhan energi.............................................................................
c. Kebutuhan protein............................................................................
d. Kebutuhan lemak.............................................................................
e. Kebutuhan karbohidrat.....................................................................
C. Perencanaan Diet.....................................................................................
a. Prinsip diet.......................................................................................
b. Preskripsi diet...................................................................................
c. Diet rendah lemak............................................................................
D. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian.........................................................
a. Jenis makanan yang dianjurkan & dibatasi......................................
b. Contoh menu sehari untuk kasus cholelitiasis.................................

E. Rencana Monitoring & Evaluasi.............................................................


a. Intervensi keperawatan....................................................................
b. Parameter.........................................................................................
c. Cara mengevaluasi...........................................................................
d. Implementasi....................................................................................
e. Rekomendasi....................................................................................

BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan ..................................................................................................

4.2 Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kandung empedu adalah organ yang berfungsi untuk mengkonsentrasikan dan


menyimpan empedu yang diproduksi oleh hati. Cairan empedu mengandung garam empedu
dan kolesterol. Empedu membantu pencernaan serta absorpsi lemak dan vitamin larut lemak,
mineral besi, dan kalsium. Penyakit kandung empedu yang paling umum ada dua jenis yaitu :
Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu, penyebab utamanya adalah batu empedu
yang menyumbat saluran empedu. Penyakit ini dapat disertai jaudice, karena cairan empedu
tidak bisa masuk ke saluran cerna berubah warna menjadi bilirubia yang berwarna kuning dan
masuk ke peredaran darah.sedangkan Kolelitiasis adalah terbentuknya batu empedu yang bisa
masuk ke dalam saluran empedu menimbulkan penyumbatan dan kram. Penyaluran empedu
ke doudenum terganggu sehingga mengganggu absorpsi lemak. Ada dua jenis batu empedu
yaitu kolesterol dan batu pigmen.

1.2 Ruang Lingkup Masalah


Pada makalah ini, hanya membahas masalah – masalah yang berhubungan dengan diet
penyakit kandung empedu.
1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian penyakit kandung empedu


2. Mengetahui etiologi penyakit batu empedu
3. Mengetahui Patofisiologi Penyakit Batu Empedu
4. Mengetahui contoh kasus Cholelitiasis
5. Mengetahui proses keperawatan
BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian penyakit kandung empedu ?

2. Apa etiologi penyakit batu empedu ?

3. Apa saja Patofisiologi Penyakit Batu Empedu ?

4. Berikan contoh kasus Cholelitiasis

5. Bagaimana proses keperawatan pada kaus cholelitiasis ?


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Penyakit kantung empedu

Kandung empedu adalah organ yang berfungsi untuk mengkonsentrasikan dan


menyimpan empedu yang diproduksi oleh hati. Cairan empedu mengandung garam empedu
dan kolesterol. Empedu membantu pencernaan serta absorpsi lemak dan vitamin larut lemak,
mineral besi, dan kalsium.

Penyakit kandung empedu yang paling umum ada dua jenis yaitu :

 Kolesistitis

Peradangan kandung empedu, penyebab utamanya adalah batu empedu yang menyumbat
saluran empedu. Penyakit ini dapat disertai jaudice, karena cairan empedu tidak bisa masuk
ke saluran cerna berubah warna menjadi bilirubia yang berwarna kuning dan masuk ke
peredaran darah.

 Kolelitiasis

Terbentuknya batu empedu yang bisa masuk ke dalam saluran empedu menimbulkan
penyumbatan dan kram. Penyaluran empedu ke doudenum terganggu sehingga mengganggu
absorpsi lemak. Ada dua jenis batu empedu yaitu kolesterol dan batu pigmen.

3.2 Etiologi Penyakit Batu Empedu


Batu dalam kandung empedu sebagian besar tersusun dari pigmen -pigmen empedu
dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein. Menurut Muttaqin
(2011) yang mengutip beberapa pendapat para ahli, menyebutkan faktor resiko dan
patogenesis batu empedu sebagai berikut.

Jenis Batu Faktor Resiko Patogenesis


Batu Jenis kelamin Perempuan lebih cenderung untuk
Empedu perempuan mengembangkan batu empedu kolesterol dari
kolesterol pada laki-laki, khususnya pada masa reproduksi.
Peningkatan batu empedu disebabkan oleh faktor
esterogen-progesteron sehingga meningkatkan
sekresi kolesterol bilier (Wong, 2009)
Peningkatan Usia Peningkatan usia baik pada pria maupun wanita
keduanya meningkatkan resiko terbentuknya batu
pada kandung empedu (Ko, 1999)
Obesitas Kondisi obesitas akan meningkatkan metabolisme
umum, resistensi insulin, diabetes melitus type II,
hipertensi dan hiperlipidemia berhubungan
dengan peningkatan sekresi kolesterol hepatika
dan merupakan faktor resiko utama untuk
mengembangkan batu empedu kolesterol
(Donovan 1999)
Kehamilan Kolesterol batu empedu lebih sering terjadi pada
wanita yang mengalami kehamilan multipel. Hal
ini dianggap sebagai faktor utama adalah
progesteron pada saat kehamilan tinggi.
Progesteron yang mengurangi kontraktilitas
kandung empedu, menyebabkan retensi
berkepanjangan dan konsentrasi empedu lebih
besar di kandung empedu (Lindseth, 2004)
Statis Billier Kondisi stasis bilier menyebabkan peningkatan
resiko batu empedu. Kondisi yang bisa
meningkatkan kondisi stasis, seperti cedera tulang
belakang, puasa berkepanjangan atau pemebrian
diet nutrisi total parenteral (TPN, total parenteral
nutrition) dan perubahan berat badan yang
berhubungan dengan kalori dan pembatasan
lemak (misalnya: diet, operasi bypass lambung).
Kondisi stasis bilier akan menurunkan produksi
garam empedu ke intestinal (Portincasa, 2006)
Obat-obatan Esterogen yang diberikan untuk kontrasepsi atau
untuk pengobatan kanker prostat meningkatkan
resiko batu empedu kolesterol (Wang, 2009).
Clofibrate dan obat fibrate hipolipidemic
meningkatkan pengeluaran kolesterol hepatik
melalui sekresi bilier dan tampaknya
meningkatkan resiko batu empedu kolesterol
(Shaffer, 2005). Analog somastostatin muncul
sebagai faktor predisposisi untuk batu empedu
dengan mengurangi pengosongan kandung
empedu (Chiang, 2008)
Keturunan Sekitar 25% dari batu empedu kolesterol, faktor
predisposisi tampaknya adalah turun temurun,
seperti yang dinilai penelitian terhadap kembar
identik dan fraternal (Heuman, 2009). Kasus
jarang pada sindrom fosfolipid rendah terkait
kolelitiasis yang terjadi pada individu dengan
kekurangan turun-temurun dari transportasi bilier
lesitin protein yang diperlukan untuk sekresi (Ko,
2002)
Infeksi Bilier Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat
memegang peranan sebagian pada peningkatan
batu dengan meningkatkan dekuamasi seluler dan
pembentukan mukus. Mukus akan meningkatkan
viskositas dan unsur seluler sebagai pusat
presipitasi. Infeksi lebih sering sebagi akibat
pembentukan batu empedu dibanding infeksi
yang menyebabkan pembentukan batu (Ko, 2002)
Gangguan Pasien pasca reseksi dan penyakit crohn memiliki
Intestinal resiko penurunan atau kehilangan garam empedu
dari intestinal. Garam empedu merupakan agen
pengikat kolesterol, penurunan garam empedu
jelas akan meningkatkan konsentrasi kolestrasi
dan meningkatkan resiko batu empedu
(Sibernagi, 2007)
Batu Kalsium, Pada sebagian Kondisi batu empedu ini terjadi pada individu
Bilirubin dan besar kasus tidak dengan ketidakseimbangan tinggi pada pergantian
Pigmen Hitam ada faktor resiko heme. Gangguan hemolisis berhubungan dengan
yang dapat batu empedu pigmen ternasuk anemia sel sabit
diidentifikasi sperocytosis herediter dan betatalasemia (Chiang,
2008). Pada sirosis hipertensi portal
menyebabkan splenomegali, hal ini pada
gilirannya menyebabkan karantina sel darah
merah, yang menyebabkan peningkatan turnover
hemoglobin. Sekitar setengah dari semua pasien
memiliki pigmen sirotik batu empedu (Ko, 2002)
Batu Pigmen Infeksi Bilier Prasyarat untuk pembentukan batu pigmen coklat
Coklat meliputi kolonisasi empedu dengan bakteri dan
stasis intraduktal. Di Amerika Serikat, kombinasi
ini paling sering dujumpai pada pasien dengan
pasca operasi striktur bilier atau kista koledokus.
Dalam hepatolitiasias, suatu kondisi yang
dihadapi terutama di Asia Timur, pembentukan
batu pigmen cokklat intraduktal menyertai pada
kondisi striktur ekstra hepatik, seluruh intra
hepatik, dan saluran empedu. Kondisi ini
menyebabkan kolangitis berulang pada
predisposisi ke stasis bilier dan
cholangiocarsinoma. Etiologi tidak diketahui tapi
hati telah terlibat (Heuman, 2009)
Puasa Puasa menyebabkan gerakan kandung empedu
lambat dan menyebabkan empedu menjadi pekat
sehingga mempermudah terjadinya batu empedu.
Kehilangan berat Kehilangan berat badan yang cepat dapat
badan menyebabkan pengeluaran lebih banyak
kolesterol oleh hati dan menyebabkan
pembentukan batu.
Diabetes. Penderita diabetes cenderung mengalami
peningkatan kadar trigliserid yang mempermudah
terjadinya batu empedu

3.3 Patofisiologi Penyakit Batu Empedu


Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap:
(1) pembentukan empedu yang supersaturasi,
(2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan
(3) berkembang karena bertambahnya pengendapan.
Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting dalam pembentukan semua
batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan kolesterol terjadi bila perbandingan
asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol turun di bawah harga
tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut dalam media yang mengandung air. Empedu
dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan koloid yang mempunyai inti sentral
kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi
kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah, atau terjadi sekresi lesitin,
merupakan keadaan yang litogenik.

Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapan
kolesterol.  Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari larutan
membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan.  Pada tingkat saturasi yang
lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris
yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan. (Schwartz S 2000).
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini :
bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan
terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karena adanya enzim glokuronil tranferase
bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil
tranferase tersebut yang akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut.
Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam
lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa
menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi.

Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empedu



Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase

Presipitasi / pengendapan

Berbentuk batu empedu

Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi

3.4 Kasus Cholelitiasis:


Seorang bapak 59 tahun TB = 156 cm, BB = 72 kg, dirawat di RS sejak 3 hari yang
lalu dengan keluhan kolik epigastrium terutama setelah makan makanan berminyak, perut
terasa pebuh, demam dengan suhu 380 C, mata kuning, feses berbusa berwarna keputihan.
Hasil USG ada obstruksi di Kandung Empedu, pemeriksaan tensi 140/90 mmHg, Hb 12
g/dL, Albumin 31 g/dL (rendah), SGOT : 210 U/l ( Sangat Tinggi ) , SGPT : 150 U/l (
Sangat Tinggi ). Diagnosa medis cholelitiasis , kebiasaan makan makanan yang digoreng
dan bersantan, tidak ada makanan pantangan dan alergi terhadap makanan tertentu. Riwayat
gizi pasien :
- Asupan protein : mengkonsumsi ikan patin 3 – 4 x dalam smeinggu dan ayam 3 – 4
x dalam seminggu
- Asupan kafein : minum teh, kopi, dan soft drink.
- Asupan zat gizi mikro : jarang mengkonsumsi sayuran, tapi setiap hari
mengkonsumsi buah terutama pisang.
- Aktivitas fisik : jarang berolahraga

3.5 Proses keperawatan


A. Pengkajian nutrisi

Yang bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kelebihan nutrisi yang beresiko


terhadap obesitas, Diabetes Melitus, Penyakit jantung, Hipertensi dan untuk mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi pasien. Komponen pengkajian nutrisi meliputi :

 Pengukuran Antropometrik
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Biokimia
 Dan Riwayat diet

 Pengukuran Antropometrik
Adalah pengukuran tentang ukuran berat badan, dan proporsi tubuh manusia.
Pengukuran antropometrik meliputi tinggi badan, berat badan, tebal lipatan kulit dan lengan.
Tujuan pengukuran antropometrik adalah untuk mengevaluasi pertumbuhan dan menkaji
status nutrisi dan ketersediaan energi pada tubuh.

1. Tinggi badan
Pada kasus di atas pasien memiliki tinggi badan 156 cm.

2. Berat badan
Pada kasus di atas pasien memiliki berat badan 72 kg.
Usahakan saat melakukan pengukuran berat badan / menimbang, pasien tidak
menggunakan alas kaki dan menggunakan pakaian yang tidak tebal. Lakukan
penimbangan pada jam yang sama setiap harinya, misal hari ini melakukan
penimbangan jam 10.00 maka besok juga melakukan penimbagan jam 10.00 juga.

3. Indeks Massa Tubuh ( IMT )


IMT dihitung dengan pembagian berat badan ( dalam kg ) oleh tinggi badan
( dalam m ) pangkat dua. Indeks Massa Tubuh ( body mass index ) :
Berat badan (kg)
Tinggi Badan (m2)

Nilai standar ( yang diusulkan bagi orang Asia, 2000)


< 18,5 berat kurang
18,5 – 22,9 berat normal
>23 pre-obese
23 – 24,9 obese ringan
25 – 29,9 obese sedang
>sama dengan 30 obese berat

Contoh pengukuran IMT pada pasien :


Pada contoh kasus diatas pasien memiliki berat badan 59 kg dan tinggi 156 cm ( 1,56
m ). Berapa indeks massa tubuhnya dan bagaimana status gizinya ?
 IMT = 72 (kg) = 29.62 kg/m2 (Obesitas/ berat badan lebih)
(1,56) 2 m

4. Tebal lipatan kulit


Pengukuran ketebalan lapisan kulit merupakan salah satu cara menentukan
presentasi lemak pada tubuh. Pengukuran tebal lipatan kulit pada trisep atau tricep
skinfold (TSF). Pengukuran lipatan kulit mencerminkan lemak pada jaringan
subkutan, masa otot dan status kalori. Pengukuran ini dapat juga digunakan untuk
mengkaji kemungkinan malnutrisi, berat badan normal atau obesitas. Hal yang harus
diperhatikan perawat ketika melakukan pengukuran lipatan kulit yaitu :
1. Pertama, pasien dianjurkan untuk membuka baju untuk mencegah kesalahan
hasil pengukuran.
2. Kedua, privacy dan rasa nyaman pasien juga patut diperhatikan perawat.
3. Ketiga, dalam pengukuran TSF lengan yang tidak dominan, lebih diutamakan.
4. Keempat, pengukuran TSF dilakukan pada titik tengah lengan atas antara
processus acromion dan procesus olecranon.
5. Kelima, ketika pengukuran dilakukan, anjurkan agar pasien rileks.
6. Keenam, alat yang digunakan adalah kaliper.

 Pemeriksaan minis / pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan pada seseorang pasien adalah penilaian keadaan fisik yang berhubungan
dengan adanya malnutrisi. Prinsip pemeriksaan yang digunakan adalah cephalo caudal atau
head ti feet yaitu dari kepala ke kaki. Tanda – tanda dan gejala – gejala klinik difisiensi
nutrisi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

No. Bagian tubuh Tanda Klinik Kemungkinan


Kekurangan
1. Tanda umum a. Penurunan berat badan, lesu a. Kalori
b. Dehidrasi, haus b. Air
c. Pertumbuhan terhambat c. Vitamin A
2. Rambut Kekuningan, kekurangan pigmen, protein
kusut
3. Kulit a. Dermatitis a. niasin, riboflavin,
b. Dermatosis pada bayi biotin.
c. Petechial hemorrhages b. Lemak
d. Eksema c. Asam as
d. pirodoksin
4. Mata a. photopabia a. riboflavin
b. rabun senja b. vitamin A
5. Mulut a. stomatis a. riboflavin
b. glossitis b. riacin, asam filoc,
vitamin B12 atau zat
besi.
6. Gigi Gigi karies Fluor
7. Meuromuskular a. kejang otot a. vitamin D
b. lemah otot b. potassium
8. Tulang Riketsia Vitamin D
9. Gastro a. anoreksia a. thiamin
intestinal b. mual dan / muntah b. garam dapur (NaCl)
10. Endokrin Gondok Iodium
11. Kardiovaskuler a. perdarahan a. vitamin k
b. penyakit jantung b. thiamin
c. anemia c. pyridoxine dan zat besi
12. Sistem saraf Kelainan mental dan kelainan saraf Vitamin B12
perifer

 Pemeriksaan Biokimia / pemeriksaan laboratorium


Pemeriksaan laboratorium akan menunjukan resiko status nutrisi kurang bila
hasilnya menunjukan penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan nilai
limposit, serum albumin kurang dari 3,5 gram / dl dan peningkatan atau penurunan
kadar kolesterol.

 Riwayat diet
Pengkajian riwayat diet dilakukan dengan mengkaji jumlah dan jenis makanan
yang dikonsumsi pasien selama 24 jam. Meliputi jumlah dan jenis karbohidrat,
protein, lemak, sayur – sayuran , buah – buahan , air dan mineral. Agar informasi
yang diperoleh dari pasien tepat dan akurat, perawat harus menggunakan bahasa yang
dapat dipahami oleh pasien. Demikian pula bentuk – bentuk pertanyaan yang
diajukan kepada pasien diusahakan agar mudah dimengerti. Oleh karena itu, perawat
perlu memperhatikan latar belakang pendidikan pasien. Berikut ini, diuraikan jenis –
jenis pertanyaan yang dapat digunakan dalam pengkajian riwayat diet yaitu :
1. Ketika anda mau pergi ke rumah sakit, apakah anda telah makan di rumah ?
2. Apa jenis rumah makan atau restoran yang sering anda kunjungi ?
3. Siapa yang memasak makanan di rumah ?
4. Bagaimana cara memasak makanan seperti, nasi, sayur, lauk pauk ?
5. Apa makanan yang anda sukai dan tidak sukai ?
6. Apa makanan yang menyebabkan anda alergi ?
7. Apakah anda suka mengkonsumsi obat – obat vitamin dan mineral ?
8. Adakah obat alergi yang biasa anda gunakan ?
9. Apa penyakit yang sering anda derita ?
10. Apakah anda mempunyai kaesulitan menelan atau mengunyah ?
11. Apakah anda suka mengeluh mual, muntah, diare, atau konstipasi ?
12. Bagaimana anda mengatasi masalah di atas ( nomor 11 ) ?
13. Apa aktivitas yang merupakan hobi anda ?
14. Apa jenis, frekuensi, intensitas, dan lama aktivita anda ?
15. Adakah peningkatan atau penurunan berat badan anda selama 6 bulan
terkahir ?
16. Apakah anda menjalani program diet khusus ?
17. Apakah anda pernah meminta nasehat tentang nurisi dan kepada siapa?
18. Makanan apa yang dilarang oleh agama anda ?
19. Berapakah anggota keluarga dirumah anda ?
20. Apakah anda suka mengkonsumsi makanan ringan (suka jajan atau cemilan) ?
A. Perhitungan Kebutuhan Nutrien
a. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi

Untuk contoh kasus di atas :

BBI (berat badan ideal) = (Tinggi Badan - 100) – 10 % (Tinggi Badan – 100)
= (156-100) – 10 % (156-100)
= 56 – 5.6 = 50.4 kg
b. Kebutuhan Energi
Selama sakit, kebutuhan kalori meningkat menurut beratnya penyakit yang diderita
pasien. Perhitungan kebutuhan energi tersebut dilakukan menurut kebutuhan energi masing –
masing pasien, seperti contoh kasus diatas maka kebutuhan energi nya yaitu :
= AMB x factor aktifitas x factor stres
= 1135.28 x 1.2 x 1.5

= 2043.504

Pasien obesitas sehingga asupan kalori dikurangi sebanyak 500-1000 kalori dari kebutuhan
normal.

Kebutuhan energi sehari :

= kebutuhan energi normal – 500 kal

= 2043.504 – 500

= 1543.504 kalori

c. Kebutuhan Protein
Kebutuha Protein diperkirakan : 10 – 20 % dari kebutuhan energi total . jadi
kebutuhan protein untuk pasien pada contoh kasus diatas adalah :
= 20% x energi sehari

= 20% x 1543.504 kalori

= 308.7 : 4

= 77.175 gram

d. Kebutuhan Lemak
Kebutuhan lemak diperkirakan sekitar 20 % hingga 30 % dari kebutuhan total energi
dengan proporsi lemak tak jenuh yang lebih dominan daripada lemak jenuh. Jadi kebutuhan
lemak untuk pasien pada contoh kasus di atas adalah :
= 20 % x Energi Sehari

= 20 % x 1543.504 kalori

= 308.7: 9

= 34.3 gram

e. Kebutuhan Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat normal adalah 60-75 % dari kebutuhan energi total, atau sisa
energi setelah dikurangi energi yang berasal dari protein dan lemak. Kebutuhan karbohidrat
dalam keadaan sakit sering dinyatakan dalam bentuk karbohidrat yang dianjurkan. Misalnya
penyakit diabetes melitus, dislipedemia ,dan konstipasi membutuhkan serat tinggi (30-50 g /
hari ). Sedangkan untuk penyakit kandungg empedu ( kolelitiasis) Karbohidrat sedikit lebih
rendah, yaitu 55-65% dari kebutuhan energi total.

Jadi kebutuhan karbohidrat untuk pasien pada contoh kasus di atas adalah :

= 60 % x Energi Sehari

= 60 % x 1543.504 kalori

= 926.1024 : 4

= 231.53 gram

B. Perencanaan Diet
Penyakit pada kantung empedu umumnya terdiri atas infeksi ( kolesistitis ) dan batu
empedu (kolelitiasis). Ada beberapa faktor gizi yang turut menyebabkan terjadinya penyakit
kantung empedu. Faktor – faktor tersebut adalah :

1. obesitas
2. konsumsi lemak yang tinggi
3. dislipidemia, khususnya peningkatan kadar trigliserida yang berhubungan dengan
asupan lemak dan gula yang tinggi
4. penurunan berat badan cepat

Gejala yang ditimbulkan pada penyakit kantung empedu meliputi sakit perut, mual serta
muntah, gejala kuning (ikterus), demam, intoleransi lemak dan kembung atau sering buang
angin (flatulensi).

Intervensi gizi yang perlu dilakukan untuk mencegah penyakit kandung empedu adalah
dengan :

1. mengendalikan berat badan


2. membatasi asupan lemak hingga < 30% dari total kalori atau konsumsi lemak tidak
lebih dari 30 gram/hari
3. membatasi konsumsi gula murni ( gula pasir dan makanan manis lainnya ) dan
4. menghindari program penurunan berat yang terlalu drastis.

a. Prinsip diet
 Makanan untuk sarapan pagi jangan mengndung banyak lemak, sarapan pagi
sebaiknya berupa sereal dan buah – buahan.
 Gunakan susu rendah lemak ( kadar lemak 1 % ) atau susu skim untuk mengurangi
konsumsi lemak. Susu nabati seperti susu kedelai juga merupakan pilhan yang baik.
 Gunakan pengganti gula seperti aspartam ( Equal, Diasweet) sebagai pemanis kopi,
teh, atau bubur sereal ( havermout).
 Beli makanan camilan yang rendah lemak seperti buah – buahan, kue basah, roti
bekatul atau cracker rendah lemak dan bran cookies lainnya. Jangan menyimpan
tarcis, kue kering, keripik, cokelat, dan makanan gorengan dalam jumlah besar di
rumah karena akan menggoda anda untuk ngemil makanan berminyak.
 Makan sayuran yang tidak banyak menimbulkan gas seperti wortel, bayam, terong,
dll. (kubis mentah, kembang kol, nangka dan durian merupakan jenis sayuran / buah
yang bisa menimbulkan gas dalam usus )
 Lakukan olahraga santai seperti berjalan atau bersepeda ketika anda pergi berbelanja
atau bekerja. Ajak anak – anak untuk rekreasi lintas alam, berenang, hash pada waktu
– waktu liburan.

b. Preskripsi Diet
 Dalam keadaan akut, biasanya pasien dipuasakan dan mendapatkan cairan serta
elektrolit lewat infus. Setelah lewat 12 – 24 jam, diet cair jernih dapat ditawarkan dan
kemudian dilanjutkan dengan diet rendah lemak.
 Diet rendah lemak. Konsumsi lemak sekitar 20 – 40 gram / hari dianjurkan bagi
penderita batu empedu. Jumlah ini dianggap sudah memadai untuk mengurangi
stimulasi kandung empedu dan meredakan keluhan sakit perut. Diet tanpa lemak tidak
dianjurkan karena akan mengurangi konstraksi batu empedu sehingga jumlah
timbunan getah empedu akan meningkat yang selanjutnya membawa risiko
peningkatan batu empedu. Minyak nabati dengan rantai-karbon sedang (MTC) akan
mengurangi kontraksi kandung empedu untuk mengeluarkan getah empedu secara
mendadak karena penyerapan jenis minyak ini dapat terjadi langsung ke dalam darah
(MCT tidak diemulsikan dan penyerapannya tidak memerlukan getah empedu seperti
halnya minyak rantai- panjang).
 Diet harus baik dan seimbang untuk menghindari defesiensi kalori, protein, dan
mikronutrien sebelum pembedahan.
 Diet tidak boleh mengandung makanan yang merangsang ( makanan yang pedas ) dan
makanan yang menimbulkan gas seperti buncis, kembang kol, brokoli, bawang, dll.
Kopi dan teh kental yang mengandung kafein harus dihindari karena kafein dapat
meningkatkan kadar kolesistokinin yang akan menstimulasi kontraksi kandung
empedu.
 Suplemen multivitamin / mineral khususnya suplemen A, D, E dan K jenis yang larut
dalam air dapat diberikan hingga memenuhi 100% AKG.
 Diet rendah lemak dapat dianjurkan selama 4 – 6 minggu sesudah fase akut atau
sesudah pembedahan ( pengangkatan kandung empedu atau batu empedu ) kendati
sebgaian dokter mungkin percaya bahwa modifikasi diet tidak siperlukan pada
penyakit ini.

c. Diet Rendah Lemak

Cara Pemberian : Oral

Jenis Makanan : Biasa

1. pengertian

Pada pasien yang mengalami penyakit kandung empedu, diet yang diberikan
adalah diet rendah lemak. Diet rendah lemak yang diberikan pada penderita penyakit ini
terdiri dari 3 jenis, yaitu :

A. Diet lemak rendah I


- Diet lemak rendah I diberikan kepada pasien kolesistitis dan kolelitiasis dengan
kolik akut.
- Makanan yang diberikan berupa buah – buahan dan minuman manis
- Makanan ini rendah energi dan semua zat gizi kecuali vitamin A dan C
B. Diet lemak rendah II
- Diet lemak rendah II diberikan berangsur bila keadaan akut dapat diatasi dan
perasaan mual sudah berkurang
- Menurut keadaan pasien makanan diberikan dalam bentuk cincang, lunak atau
biasa.
- Makanan ini rendah energy, kalsium, dan tiamin
C. Diet lemak rendah III
- Diet lemak rendah III di berikan kepada pasien penyakit kandung empedu yang
tidak gemuk dan mempunyai nafsu makan
- Menurut keadaan pasien makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa
- Makanan ini cukup energi dan semua zat gizi
- Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk diet penyakit kandung empedu
adalah semua makanan dan daging yang mengandung lemak, gorengan, dan
makanan yang menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak,
ketimun, durian, dan nangka.

2. Tujuan dan Syarat Diet

Tujuan :

1) Memberi istirahat pada kandung empedu agar rasa sakit berkurang


2) Menurunkan berat badan bila kegemukan yang dilakukan secara bertahap
3) Membatasi makanan yang menyebabkan rasa mual dan kembung
4) Mengatasi malabsorbsi lemak

Syarat Diet :

1. Energi rendah, ditujukan untuk menurunkan berat badan. Pengurangan dilakukan


secara bertahap dengan mempertimbangkan kebiasaan makan dari segi kualitas
maupun kuantitas. Untuk menurunkan berat badan sebanyak ½-1 kg/minggu, asupan
energi dikuranggi sebanyak 500-1000 kal/hari dari kebtuhan normal. Perhitungan
kebutuhan energi normal dilakukan berdasarkan berat badan ideal.
2. Protein sedikit lebih tinggi, yaitu 1-1.5 gram/kg BB/hari atau 15-20% dari kebutuhan
energi total.
3. Lemak sedang yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat sedikit lebih rendah, yaitu 55-65% dari kebutuhan energi total.
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan.
6. Dianjurkan untuk 3 kali makan utama dan 2-3 kali makan selingan.
7. Cairan cukup, yaitu 8-10 gelas/hari.

D. Jenis diet dan indikasi pemberian

a. Jenis bahan makan yang dianjurkan dan dibatasi :

Jenis bahan makanan Dianjurkan Dibatasi


Sumber karbohidrat Nasi, bubur, bihun, Makanan bergas: ubi dan
roti,Gandum, makaroni, singkong
pasta, jagung, kentang,
talas, havermout
Sumber protein hewani Telur, susu skim/susu Hati, ginjal, jantung,
rendah lemak, ayam limpa,Otak, ham, sosis,
tanpa kulit, daging babat,Usus, paru, lemak sapi,
tanpa lemak, ikan babi, kambing, susu penuh
(full cream), cream, keju,
mentega 
Sumber protein nabati Kacang-kacangan dan Kacang-kacangan dan
olahannya seperti tahu, olahannya yang digoreng
tempe dan susu kedelai
Sayuran Semua sayuran Sayuran bergas: kol,
kembang kol, ketimun dan
daun pepaya, lobak
Buah-buahan Semua buah-buahan Buah-buahan yang
menimbulkan gas : nangka,
nanas, durian
Minuman Semua macam Teh kental atau kopi.
minuman yang tidak Minuman yang mengandung
beralkohol soda dan alkohol: soft drink,
arak, ciu, bir
Lainnya Semua macam Makanan yang berlemak
bumbuSecukupnya danPenggunaan santan
kental,Makanan yang
digoreng
E. Contoh menu sehari ( diet rendah lemak I 1500 kkal )

Diet lemak rendah I (1500 kalori ). Diet lemak rendah I diberikan kepada pasien
kolesistitis dan kolelitiasis dengan kolik akut. Makanan yang diberikan berupa buah – buahan
dan minuman manis. Makanan ini rendah energi dan semua zat gizi kecuali vitamin A dan C.

Waktu Bahan makanan Berat (g) Urt menu


Makan pagi beras 100 ¾ gls nasi
Tempe 30 1 ptg. sdg Bacem tempe
( 06.00 – 08.00 WIB)
Kecap 10 1 sdm
Apel malang 100 1 bh buah
Susu sapi 200 1 gls susu
Waktu Bahan makanan Berat (g) Urt menu
Selingan pagi roti 70 2 ptg. sdg Roti
Coklat meses 10 1 sdm
( 09.00 – 10.00 WIB) Bakar
Pisang ambon 50 1 bh sdg
piscok
mangga 100 1 bh buah
Waktu Bahan makanan Berat (g) Urt menu
Makan Siang beras 100 ¾ gls nasi
Tahu 50 1 ptg . sdg Tahu goreng
( 13.00 – 14.00 WIB)
Ikan gabus 70 1 ptg . bsr pepes
Tomat 5 1 bh
Ikan
Jeruk manis 50 1 bh . sdg buah
Minyak 5 ½ sdm lemak
Waktu Bahan makanan Berat (g) Urt menu
Selingan sore Agar – agar 100 ½ gls Puding
Susu kental tak 100 ½ gls
( 16.00 – 17.00 WIB)
manis
Sawo 100 2 bh . sdg Buah

Waktu Bahan makanan Berat (g) Urt Menu


Makan malam Beras 100 ¾ gls Nasi
( 19.00 – 20.00 WIB ) Kacang panjang 15 2 bh Sayur
Labu siam 10 1 ptg kcl asem
Kacang tanah 5 1 sdm
Kol 10 1 ptg kcl
Janten 10 1 bh
Pepaya 100 1 ptg . sdg Buah
Nilai gizi
Energi 1500 kkal
Protein 77,175 gram
Lemak 34,3 gram
Karbohidrat 231, 53 gram

F. Rencana Monitoring & Evaluasi


a. Intervensi keperawatan
1. Pemantauan BB 3 hari sekali
2. Pemeriksaan biokimia (SGOT, SGPT , Albumin, dan Hb) sesuai ketentuan rumah
sakit.
3. Melakukan pemeriksaan klinis (tekanan darah) setiap hari.

b. Parameter
 Asupan makan perhari
 Kondisi fisik setelah pemberian diit
 Status gizi pasien setelah pemberian diit
 Adanya kenaikan berat badan setelah pemberian diit

c. Cara Mengevaluasi
o Membandingkan kondisi fisik pasien antara sebelum diberi diit dan sesudah diberi diit
o Membandingkan berat badan pasien antara sebelum diberi diit dan sesudah diberi diit

d. Implementasi :
 Penyusunan menu sehari
 Konsultasi dengan keluarga pasien

e. Rekomendasi
 Perlu adanya pengawasan dalam hal pemberian makanan
 Perlu adanya kerjasama petugas kesehatan dengan keluarga pasien
 Perlu ditekankan mengenai perilaku keluarga dalam hal pola hidup sehat
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cholelithiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu; batu ini mungkin
terdapat dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam ductus choledochus
(choledocholithiasis).
Kolesistitis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana
terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki
ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada
individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor
resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.
Salah satu keluhan yang paling banyak dialami oleh pasien cholelithiasis pasca
pembedahan (Colecystectomy) adalah nyeri. Oleh karena itu, salah satu manajemen nyeri
non-farmakologi adalah teknik relaksasi nafas dalam, dimana teknik relaksasi ini
bermanfaat mengurangi ketegangan otot yang akan mengurangi intensitas nyeri.

3.2 Saran

Peran perawat dalam penanganan kolelitiasis mencegah terjadinya kolelitiasis adalah


dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat
untuk klien kolelitiasis harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius
yang dapat terjadi seiring dengan kejadian kolelitiasis.

DAFTAR PUSTAKA

Hartono,Andry .2004.Terapi Gizi Diet Rumah Sakit,Ed.2.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC

Jauhari,Ahmad;Nasution,Nita.2013.Nutrisi & Keperawatan.Yogyakarta: DUA SATRIA


OFFSET

Anda mungkin juga menyukai