Anda di halaman 1dari 13

PENGKAJIAN PRIMER DAN SEKUNDER PADA NEONATUS,BAYI DAN ANAK

DISUSUN OLEH :

MULIANI INDAH SARI

(1801022)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKUKANG MAKASSAR

2021
A. PENGKAJIAN PRIMER DAN SEKUNDER PADA NEONATUS,BAYI DAN ANAK

a. Pengkajian

Data subyektif yang ditanyakan, meliputi:

1. Identitas pasien

Identitas pasien meliputi : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama dan


alamat. Anda bisa bertanya langsung pada pasien apabila pasien sadar
atau pada keluarga apabila pasien bayi atau tidak sadar.

2. Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien saat ini.

3. Riwayat penyakit/keluhan yang sekarang dirasakan atau yang


berhubungan dengan sakit yang diderita sekarang.

4. Usaha pengobatan yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan.

Data Objektif

1. Pengkajian Fisik

a. Pengkajian segera BBL

Penilaian

• Apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan ?

• Apakah bayi bergerak dengan aktif/lemas?

• Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat/biru?

b. Pemeriksaan fisik

Langkah-langkah dalam pemeriksaan fisik pada bayi :

1) Pemeriksaan umum
Pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar kepala yang dalam keadaan
normal berkisar 32-37 cm, lingkar dada 34-36 cm, panjang badan 45-53 cm, berat
badan bayi 2500-4000 gram.

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Suhu tubuh, nadi, pernafasan bayi baru lahir bervariasi dalam berespon terhadap
lingkungan.

a) Suhu bayi

Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5-37,50 C pada pengukuran
diaxila.

b) Nadi

Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-140 kali permenit.

c) Pernafasan

Pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan, iramanya.
Pernafasannya bervariasi dari 40 sampai 60 kali permenit.

3) Pemeriksaan fisik secara sistematis (head to toe)

Pemeriksaan fisik secara sistematis pada bayi baru lahir di mulai dari:

a) Kepala

Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya
normal. Sutura yang berjarak lebar mengidentifikasikan yang preterm, moulding
yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat
tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding atau moulase.Fontanel
anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau
hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel
menonjol, hal ini diakibatkanpeningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang
cekung dapat terjadi akibat dehidrasi.Periksa adanya trauma kelahiran.
b) Telinga

Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya pada bayi cukup bulan,
tulang rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan
lengkungan yang jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga
yang letaknya rendah (low aset ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom
tertentu (Pierre-robin). Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini
dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.

c) Mata

Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa
adanya glaucoma congenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran
kemudian sebagai kekeruhan pada kornea. Katarak congenital akan mudah terlihat
yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan
bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya
defek retina.Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau
retina, adanya secret pada mata,konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat
menjadi panoftalmiadanmenyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan epichantus
melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.

d) Hidung atau mulut

Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris.bibir
dipastikan tidak adanya sumbing dan langit-langit harus tertutup. Reflek hisaf
bayi harus bagus, dan berespon terhadap rangsangan. Kaji benttuk dan lebar
hidung, pada bayi cukup bulan ebarnya harus lebih 2,5 cm.

e) Leher

Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher berselaput
berhubungan dengan abnormalitas kromosom. Periksa kesimetrisannya.
Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan
ada kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan
kerusakan pada fleksus brakhialis.lakukan perabaan untuk mengidentifikasi
adanya pembengkakan.

f) Dada

Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris. Payudara baik
pada laki-laki maupun perempuan terlihat membesar.karena pengaruh hormone
wanita dari darah ibu. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas. Apabila
tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotorik, paresis diafragma atau
hernia diafragmatika.pernafasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak
secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernafas perlu
diperhatikan.

g) Bahu, lengan dan tangan

Gerakan normal, kedua lengan harus bebas gerak, jika gerakan kurang
kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari.
Perhatikan adanya plidaktili atau sidaktili. Telapak tangan harus dapat terbuka,
garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom

h) Perut

Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menagis, perdarahan tali pusat.
Perut harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada
saat beernafas. Kaji adanya pembengkakan, jika perut sangat cekung
kemungkinan terdapat hernia diafragmatika, perut yang membuncit kemungkinan
karena hepato- splenomegali atau tumor lainnya.

i) Kelamin

Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya verniks dan smegma (kelenjar
kecil yang terletak dibawah prepusium mensekresi bahan yang seperti keju) pada
lekukan. Labia mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris. Klitoris
normalnya menonjol. Menstruasi palsu kadang ditemukan, diduga pengaruh
hormon ibu disebut juga psedomenstruasi, normalnya terdapat umbai hymen.
Pada bayi laki-laki rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua testis turun
kedalam skrotum. Meatus urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis.
Epispadia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus
berada dipermukaan dorsal. Hipospadia untuk menjelaskan kondisi meatus berada
dipermukaan ventral penis.

j) Ekstermitas atas dan bawah

Ekstermitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik dengan gerakan yang
simetris. Refleks menggengam normalnya ada. Kelemahan otot parsial atau
komlet dapat menandakan trauma pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis
normalnya ada. Ekstermitas bagian bawah normalnya pendek, bengkok dan fleksi
dengan baik. Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.

k) Punggung dan Anus

Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda


abnormalitas seperti spina bifida, apembengkakan atau cekungan, lesung atau
bercak kecil berambut yang dapat menunjukan adanya abnormalitas medulla
spinalis atau kolumna qqvertebrata.

l) Kulit

Verniks (tidak perlu dibersihkan karena untuk menjaga kehangatan tubuh bayi),
warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda-tanda lahir. Perhatikan
adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.

PENAMPILAN DAN PERILAKU BAYI BARU LAHIR

Pada dasarnya bayi baru lahir sudah memiliki penampilan atau ciri-ciri dan perilaku yang
khusus.

1. Bernafas dan menangis spontan, terjadi sekitar 30 detik setelah lahir dengan frekuensi 40-
60x/menit

2. Frekuensi jantung berkisar 180x/menit, kemudian turun menjadi 140-120x/menit


3. Warna kulit kemerah-merahan dan terkadang terdapat verniks casseosa

4. Lemak subkutan cukup tebal

5. Rambut lanugo dan rambut kepala tumbuh dengan baik

6. Aktiitas/gerakan aktif, ektremitas biasanya dalam keadaan fleksi

7. BB berkisar antara 2500-3000 gram

8. PB antara 50-55 cm

9. Ukuran lingkar kepala, antara lain: Fronto Oksipital 34 cm, Mento Oksipital 35 cm,
Suboksipito Bregmatika 32 cm

10. Anus (+) dalam 24 jam pertama dapat mengeluarkan meconium

11. Dalam 24 jam pertama bayi dapat BAK dengan volume 20-30 ml/hari

12. Genitalia: labia mayora menutupi labia minora, testis sudah turun ke dalam skrotum

13. Sensitif terhadap cahaya terang, yang menyebabkan mata bayi akan berkedip, dapat
mengenali pola-pola hitam putih tang tercetak tebal dan bentuk wajah manusia. Jarak
focus adalah sekitar 15-20 cm

14. Bayi akan bereaksi dengan menggerakan matanya bila mendengar suara-suara yang
nyaring. Ia lebih menyukai suara yang lembut dengan pola yang sama. Jika mendengar
suara yang tiba-tiba, bayi akan bereaksi dengan menggerakan anggota tubuhnya

15. Bayi baru lahir sudah dapat membedakam aroma susu manusia/ibunya dengan aroma
susu dari wanita lain, bereaksi secara kuat terhadap berbagai rasa dan memperlihatkan
kesukaan yang kuat pada rasa manis

16. Bayi baru lahir sangat sensitive terhadap sentuhan dan sangat menyukai kontak langsung
antara kulit dengan kulit

17. Adalah normal bila dalam 2 minggu pertama bayi banyak tidur
18. Tangisan bayi berbeda-beda disesuaikan dengan apa yang dirasakannya, seperti sakit,
merasa tidak nyaman karena basah, dingin, lapar, merasa kesepian dll.

Sedangkan beberapa perilaku bayi baru lahir diinterpretasikan dalam bentuk releks-
refleks seperti:

a. Refleks hisap : dilihat pada waktu bayi menyusu

b. Refleks genggam : dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan dengan
gentle, normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat

c. Refleks Plantar : tekan permukaan plantar kaki di bawah ibu jari, dalam keadaan
normal ibu jari akan fleksi kearah plantar.

d. Refleks moro : tangan pemeriksa menyangga bayi dan punggung posisi 45° , dalam
keadaan rileks kepala dijatuhkan 10°. Pada keadaan normal akan terjadi abduksi sendi
bahu dan ekstensi lengan.

e. Refleks Tonik neck : letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar kepala ke satu sisi
dengan badan ditahan, ekstremitas pada sisi kemana kepala diputar terekstensi, tapi
ekstremitas pada sisi lain terefleksi. Pada keadaan normal bayi akan berusaha untuk
mengembalikan kepala ketika diputar ke sisi pengujian syaraf asesori.

f. Refleks Muntah : Menunjukkan fungsi neurology glosofaringeal dan syaraf fagus


normal.

g. Refleks kedipan : merupakan respon terhadap cahaya terang yang menunjukkan


normalnya syaraf optic.

Pemberian Identitas Bayi

1. Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera pasca persalinan.
Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi baru lahir dan harus tetap
ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.

2. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di
kamar bersalin dan di ruang rawat bayi
3. Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah melukai, tidak
mudah sobek dan tidak mudah lepas

4. Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi, nyonya), tanggal lahir, nomor
bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu

5. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor
identifikasi.

RINGKASAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA NEONATUS,BAYI DAN ANAK

A. Definisi Bantuan Hidup Dasar

Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah dasar untuk menyelamatkan nyawa ketika terjadi henti
jantung. Aspek dasar dari BHD meliputi pengenalan langsung terhadap henti jantung mendadak
dan aktivasi system tanggap darurat, cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung
paru (RJP) dini, dan defibrilasi cepat dengan defibrillator eksternal otomatis/ automated external
defibrillator (AED).

B.Tujuan Bantuan Hidup Dasar

Tujuan utama dari BHD adalah suatu tindakan oksigenasi darurat untuk mempertahankan
ventilasi paru dan mendistribusikan darah-oksigenasi ke jaringan tubuh. Selain itu, ini
merupakan usaha pemberian bantuan sirkulasi sistemik, beserta ventilasi dan oksigenasi tubuh
secara efektif dan optimal sampai didapatkan kembali sirkulasi sistemik spontan atau telah tiba
bantuan dengan peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan tindakan bantuan hidup
jantung lanjutan.

C. Langkah-Langkah Bantuan Hidup Dasar

1. Pada saat tiba di lokasi kejadian

a. Amankan keadaan

b. Evaluasi ancaman bahaya

c. Evaluasi penyebab cedera atau mekanisme cedera


d. Jumlah korban

e.Meminta pertolongan

f.Evaluasi kesan awal anda.

2. Penilaian awal pada korban tidak sadarkan diri

a. Level of Conciousness (Tingkat kesadaran)

Pedoman berikut digunakan secara bertahap untuk menilai tingkat kesadaran si korban:A -
Alert/Awas: Kondisi dimana korban sadar, meskipun mungkin masih dalam keadaan bingung
terhadap apa yang terjadi.

V - Verbal/Suara: Kondisi dimana korban merespon terhadap rangsang suara yang diberikan.
Oleh karena itu, si penolong harus memberikan rangsang suara yang nyaring ketika melakukan
penilaian pada tahap ini.

P - Pain/Nyeri: Kondisi dimana korban merespon terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh
penolong. Rangsang nyeri dapat diberikan melalui penekanan dengan keras di pangkal kuku atau
penekanan dengan menggunakan sendi jari tangan yang dikepalkan pada tulang sternum/tulang
dada. Namun, pastikan bahwa tidak ada tanda cidera di daerah tersebut sebelum melakukannya.

U - Unresponsive/tidak respon: Kondisi dimana korban tidak merespon semua tahapan yang ada
di atas.

b. Airway – Breathing – Circulations (Jalan napas - Pernapasan - Sirkulasi)

Apabila korban dalam keadaan tidak respon, segera evaluasi keadaan jalan napas korban.
Pastikan bahwa korban dalam posisi telentang. Jika korban tertelungkup, penolong harus
menelentangkannya dengan hati-hati dan jangan sampai membuat atau memperparah cidera
korban. Pada korban yang tidak sadarkan diri dengan mulut yang menutup terdapat metode untuk
membuka jalan napas, yaitu Head-tilt/chin-lift technique (Teknik tekan dahi/angkat dagu)
dengan menekan dahi sambil menarik dagu hingga melewati posisi netral tetapi jangan sampai
menyebabkan hiperekstensi leher dan Jaw-thrust maneuver (manuver dorongan rahang) yang
dilakukan bila dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau tulang belakang pada korban. Lalu
membuka mulut korban. Metode ini yang biasa dikenal dengan Triple Airway Manuever.

Cara melakukannya dengan berlutut di atas kepala pasien, lalu menumpukan siku pada lantai,
meletakkan tangan pada tiap sisi kepala, meletakkan jari-jari di sekitar sudut tulang rahang
dengan ibu jari berada di sekitar mulut, lalu angkat rahang ke atas dengan jari-jari dan ibu jari
membuka mulut dengan mendorong dagu ke arah depan sambil mengangkat rahang.

3. Hasil pemeriksaan awal

Dari penilaian awal ini, dapat diperoleh informasi tentang korban apakah si korban hanya
mengalami pingsan, henti napas atau bahkan henti jantung.

a. Henti napas

Jika korban tidak bernapas tetapi didapati nadi yang adekuat, maka pasien dapat dikatakan
mengalami henti napas. Maka langkah awal yang harus dilakukan adalah mengaktifkan sistem
tanggapan darurat, kemudian penolong dapat memberikan bantuan napas. Pastikan jalan napas
bersih dari sumbatan, berikan 1 kali bantuan napas setiap 5-6 detik, dengan durasi sekitar 1 detik
untuk tiap pemberian napas. Terdapat 3 cara memberikan ventilasi yaitu dengan mouth-to-mouth
ventilation, pocket mask ventilation dan bag valve mask resuscitation.

Pastikan dada korban mengembang pada setiap pemberian napas. Periksa nadi setiap 2
menit. Pemberian napas harus dilanjutkan hingga korban mulai bernapas dengan spontan,
penolong terlatih tiba, nadi korban menghilang dimana pada kasus ini penolong harus memulai
RJP dan pasangkan AED bila tersedia serta apabila keadaan lingkungan menjadi tidak aman.

b. Henti Jantung

Jika korban tidak bernapas, nadi tidak ada dan tidak ada respon, maka pasien dapat
dikatakan mengalami henti jantung. Pada keadaan ini, langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah mengaktifkan sistem tanggapan darurat dan menghubungi pusat layanan kesehatan
darurat terdekat.

Kemudian segera melakukan RJP yang benar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
 Letakkan korban pada permukaan datar dan keras untuk memastikan bahwa
korban mendapat penekanan yang adekuat.
 Pastikan bagian dada korban terbuka untuk meyakinkan penempatan tangan yang benar
dan untuk melihat rekoil dada.
 Letakkan tangan di tengah dada korban, tupukan salah satu pangkal tangan pada daerah
separuh bawah tulang dada dan tangan yang lain di atas tangan yang bertumpu tersebut.
 Lengan harus lurus 90 derajat terhadap dada korban, dengan bahu penolong sebagai
tumpuan atas.
 Tekan dada dengan kecepatan 100-120 kali per menit, dengan kedalaman minimal 5 cm
tetapi tidak boleh lebih dari 6 cm.
 Selama melakukan penekanan, pastikan bahwa dinding dada diberikan kesempatan
untuk mengembang kembali ke bentuknya semula (rekoil penuh).
 Berikan 2 kali bantuan napas setiap selesai melakukan 30 kali penekanan dada, dengan
durasi selama 1 detik untuk tiap pemberian napas. Pastikan dada mengembang untuk
tiap pemberian bantuan napas.
 Untuk penolong yang tidak terlatih dalam melakukan RJP, disarankan untuk melakukan
penekanan dada saja secara terus-menerus.

Apabila perangkat automated external defibrilator (AED) telah tersedia, maka segera
dipasangkan. AED adalah alat elektronik portabel yang secara otomatis dapat menganalisis ritme
jantung pasien dan dapat melakukan defibrilasi. AED dapat mengindikasikan pemberikan
defibrilasi pada dua keadaan disritmia jantung, yaitu ventricular fibrilasi (VF) dan ventricular
tachycardi (VT). Cara menggunakan AED dijelaskan sebagai berikut.

 Nyalakan alat AED.


 Pastikan dada pasien terbuka dan kering.
 Letakkan pad pada dada korban.anan, dan tempatkan pad yang lain di dada kiri pada
garis tengah ketiak,
 Hubungkan konektor, dan tekan tombol analyze.
 Beritahukan pada semua orang dengan menyebutkan "clear" sebagai tanda untuk tidak
menyentuh korban selama AED menganalisis.
 Ketika "clear" disebutkan, penolong yang bertugas untuk melakukan RJP harus
menghentikan penekanan dada dan mengangkat tangannya beberapa inci di atas dada,
tapi masih berada pada posisi untuk bersiap melanjutkan penekanan dada segera setelah
kejut listrik diberikan atau AED menyarankan bahwa kejut listrik tidak diindikasikan.
 Amati analisis AED dan siapkan untuk pemberian kejut listrik bila diperlukan. Pastikan
tidak ada seorangpun yang kontak dengan pasien.
 Siapkan penolang pada posisi untuk siap melanjutkan penekanan dada segera setelah
kejut listrik diberikan.
 Berikan kejut listrik dengan menekan tombol "shock" bila ada indikasi.
 Setelah kejut listrik diberikan, segera lanjutkan penekanan dada dan lakukan selama 2
menit (sekitar 5 siklus) hingga AED menyarankan untuk melakukan analisis ulang,
adanya tanda kembalinya sirkulasi spontan, atau Anda diperintahkan oleh ketua tim atau
anggota terlatih untuk berhenti.

Anda mungkin juga menyukai