A. Pengumpulan Data
Sebagai bahan pengkajian, maka ada atau tidaknya keluhan harus dicatat
Keluhan untuk bahan pengkajian
Riwayat Riwayat kesehatan dapat dikaji dari faktor material atau Ibu dan
Kesehatan pranatal. sebab kedua hal tersebut memiliki pengaruh terhadap
kehamilan, proses persalinan, dan kelahiran bayi
Riwayat kesehatan yang harus diperhatikan diantaranya, yaitu adanya
penyakit jantung, diabetes, ginjal, lifer, hipertensi, adanya
penganiayaan, adanya penyakit kelamin, adanya riwayat abortus, dan
riwayat kehamilan persalinan
Apabila ibu hamil rajin kontrol maka keadaan janin baik. imunisasi TT selama
Pemeriksaan
ibu hamil juga mempengaruhi. Apabila sudah mendapat imunisasi TT, maka
Kehamilan bayi akan terhindar dari penyakit tetanus neonatorum.
Proses tumbuh kembang bayi dapat optimal apabila memenuhi hal-hal, yaitu
selama persalinan tidak terdapat komplikasi tidak terdapat cacat bawaan pada
Proses
bayi, berat badan lebih dari batas minimal, dan umur kehamilan ibu yang
Persalinan cukup bulan
b) Data Objek
Data objek terdiri atas beberapa hal yang harus diperhatikan. Data objek di dapatkan
melalui langkah pengambilan data dan keterangannya. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.
Langkah
Pengambilan Keterangan
Data
Pemeriksaan bayi secara sistematis urutannya, yaitu pemeriksaan
mulai dari kepala, muka, lengan, dan tangan. Selanjutnya
pemeriksaan dada
Pemeriksaan
Pemeriksaan abdomen terakhir, yaitu tangkai, kaki spina, dan
Sistematis genetalia
Identifikasi warna dan keaktifan bayi, ukuran lingkar kepala, dan berat
badan serta tinggi badan bayi
Mengenali kurangnya respon terhadap lingkungan berupa rangsangan sakit
Responsif atau suara keras yang mengejutkan atau suara mainan
Informasi Bayi
Jenis Data Keterangan
Tanda- Suhu:
tanda vital
Kondisi suhu normal yaitu 36, to6 - 37,5. Apabila kondisi suhu melebihi dari
36,5 maka dapat diidentifikasi merupakan gejala awal hipotermia. apabila
kondisi Suhu lebih dari 37,5 maka dapat diidentifikasi merupakan gejala
awal hipertermia
Nadi: kondisi denyut nadi normal nya 120 kali per menit hingga 160 kali per
menit
Pernapasan: kondisi pernapasan normal berada pada 40 hingga 60 kali per
menit. kondisi pernapasan kurang dari 40 kali per menit atau lebih dari 60
kali per menit dapat dikatakan bayi sulit bernafas
Berat Badan: Berat badan normalnya adalah 2500 hingga 3000 gram
Panjang Badan: Panjang badan normal pada bayi baru lahir kurang dari 48
hingga 50 cm
Lingkar Kepala: Berikut ini lingkar kepala bayi baru lahir yang harus
diperhatikan, yaitu Cirkum ferentia sub ocsipito bregmatika 32 cm. Cirkum
ferentia fronto occipitalis 34 cm, circum ferentia mento occipitalis 35 cm
Inpeksi Kepala:
Pada bayi baru lahir terdapat perkembangan refleks yang harus terus
diperhatikan dan dipantau. Beberapa perkembangan refleks bayi baru lahir diuraikan
sebagai berikut.
a) Rooting Reflek
Aktivitas bayi baru lahir mencari puting susu ibunya muncul pada saat lahir sampai
usia 2 bulan.
b) Grassping Reflek
Aktivitas menggenggam yang dilakukan bayi lahir muncul pada saat lahir sampai usia
2 bulan,
c) Morro Reflek
Reflek terkejut merupakan reflek bayi yang muncul pada saat lahir dan hilang kurang
lebih pada usia 2-3 bulan.
d) Tonick Neck Reflek
Tonus leher muncul pada bayi saat lahir dan hilang kurang lebih pada saat usia bayi 2-
3 bulan
e) Sucking Reflek
Aktivitas menghisap yang dilakukan oleh bayi baru lahir muncul pada saat lahir dan
hilang sekitar usia 2-3 Bulan
f) Babynsky Reflek
Babynsky refiek muncul pada saat lahir dan hilang sampai usia 2-3 bulan.
g) Stapping Reflek
Aktivitas menapak pada bayi baru lahir muncul pada saat lahir dan hilang sampai usia
2 bulan
2. Diagnosa Kebidanan
3. Diagnosa Potensial
Menjaga suhu tubuh bayi dengan cara mengganti popok atau kain
yang basah. mendapatkan bayi tidur pada suhu yang hangat.
Menyelimuti bayi dan melindungi kepala bayi
Melakukan observasi jalan nafas bayi untuk mengetahui apakah
terjadi sumbatan pada jalan nafas
Melakukan observasi TTV dilakukan setiap jam pada 6 jam pertama
untuk mengetahui perubahan-perubahan vital yang lebih dini
Membantu kontak Dini ibu dengan baik agar terjalin bounding
attachment
Invertensi
Memotivasi ibu untuk menyusui bayi sesering mungkin dan
mengajarkan Ibu cara menyusui yang benar agar kebutuhan ASI
eksklusif terpenuhi
Mbservasi tanda infeksi pada tali pusat untuk mendeteksi dini
terjadinya infeksi pada tali pusat
Menjaga kebersihan terutama kebersihan tali pusat untuk mencegah
terjadinya invasi kuman dari luar tubuh
Ibu harus mengerti cara perawatan tali pusat yang tepat dan
mencegah terjadinya infeksi
Langkah pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh secara efisien dan aman
Melaksanakan
Perencanaan
Langkah ini sebagai pengecekan Apakah rencana asuhan tersebut benar
efektif dalam pelaksanaannya. di dalam pendokumentasian atau catatan
asuhan dapat diterapkan dalam sebuah SOAP
Contoh
S Terdiri dari data subjektif dan tidak ada data yang mendukung
O terdiri dari data objektif, diantaranya suhu 36,5 - 37,5, nadi 120 -
Evaluasi 160 kali/menit, pernapasan 40-60 kali/menit gerakan aktif, dan
kemampuan menghisap kuat
A atau assessment adalah bayi baru lahir fisiologi umur 2 jam dalam
masa transisi
P atau Rencana terdiri atas perawatan tali pusat, memandikan bayi
setelah 6 jam lahir, dan ibu dilanjutkan menyusui bayi sesering
mungkin
2. Asuhan Kebidanan pada Balita
Asuhan pada balita mencakup proses pertumbuhan dan perkembangan balita.
Penjelasan mengenai asuhan kebidanan pada balita diuraikan sebagai berikut.
A. Fase Pertumbuhan
Bertambahnya ukuran jumlah sel dan jaringan interselular merupakan dua hal yang
menandai proses pertumbuhan pada balita. Selain itu, bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh sebagian atau keseluruhan pada balita juga merupakan tanda balita
sedang mengalami pertumbuhan. Rangsangan atau stimulasi sangat dibutuhkan bagi
balita. Stimulasi merupakan kegiatan merangsang kemampuan dasar anak pada usia 0-
6 tahun. Tujuan pemberian stimulasi atau rangsangan agar anak tumbuh dan
berkembang secara optimal. Bidan harus memberikan panduan kepada ibu atau
keluarga untuk aktif mencatat segala yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak.
Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan bertujuan untuk menentukan status gizi
anak, normal, kurus, kurus sekali, atau gemuk. Jadwal pengukuran disesuaikan
dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang bayi dan balita. Dalam pengukuran berat
badan terhadap tinggi badan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan
timbangan bayi dan menggunakan timbangan injak. Untuk lebih jelasnya perhatikan
tabel berikut ini.
Alat
Langkah Kerja
Pengukur
Timbangan bayi hanya dapat digunakan oleh bayi baru lahir hingga usia
menginjak 2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring atau duduk
tenang
Timbangan dapat diletakkan pada meja yang datar. hindari meja yang
mudah bergoyang
Sebaiknya bayi ditimbang dalam keadaan telanjang, tanpa topi, kaos kaki,
dan sarung tangan
Timbangan
Posisi jarum atau angka harus menunjukkan angka 0. Selanjutnya, bidan
Bayi dapat membaringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan. Kemudian,
Lihatlah jarum timbangan sampai berhenti
Bidan dapat membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau
angka timbangan
Jika bayi merengek atau tidak bisa diam atau terus-menerus bergerak,
Bidang dapat memperhatikan gerakan jarum. Bidan dapat membaca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri
Timbangan Timbangan dapat diletakkan di lantai yang datar. Tujuannya adalah
Injak timbangan tidak mudah bergerak
Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas
kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu
Posisi jarum atau angka harus menunjuk ke arah angka 0. kemudian, anak
diminta berdiri diatas timbangan tanpa dipegangi
Bidan Dapat Melihat jarum timbangan sampai berhenti
Selanjutnya, bidan membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum
timbangan atau angka timbangan
Apabila anak terus-menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri
Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu posisi berbaring dan
posisi berdiri. Berikut ini merupakan langkah-langkah pengukuran tinggi badan.
Cara
Langkah Kerja
Pengukuran
Pengukuran tinggi badan dengan posisi anak berbaring sebaiknya
dilakukan oleh dua petugas
Bidan memberikan bayi dengan posisi tele asntang pada alas yang datar
dengan kepala bayi menempel pada pembatas angka 0
Posisi
Kedua tangan petugas 1, Memegang kepala bayi agar tetap menempel
Berbaring pada pembatas angka 0 (batas kelapa)
Tangan kiri petugas 2 menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
Menekan batas kaki ke telapak kaki, petugas 2 membaca angka di tepi
luar pengukur
Bidan membimbing anak untuk melepas sandal atau sepatu nya
Bidan meminta anak berdiri tegak menghadap ke depan dengan
Posisi Berdiri punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur
Bidan menurunkan pembatas atas pengukur sampai menempel di ubun-
ubun, selanjutnya membaca angka pada batas tersebut
D. Fase Perkembangan
Aspek gerak kasar berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan
sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
a. Terjadinya Perubahan
Salah satu faktor pendorong tumbuh kembang balita adalah terjadinya proses
penyesuaian secara bertahap. Tahap awal pertumbuhan dan perkembangan balita akan
menentukan tumbuh kembang pada tahap selanjutnya. Seorang anak tidak akan bisa
berjalan sebelum ia bisa berdiri.
Setiap anak memiliki perbedaan dalam tumbuh kembangnya. Ada anak yang cepat
menguasai aspek-aspek tumbuh kembang. Namun, ada juga anak yang dalam proses
tumbuh kembangnya berjalan pelan. Meskipun tingkat kecepatan tumbuh kembang
tidak sama, namun memiliki pola yang tetap.
Gizi
Racun atau Radiasi
Eksternal
Hormon
TBC
Anemia
Infeksi
Jantung bawaan dan lain sebagainya.
Keluarga
Lingkungan Sekolah
Pengasuhan Masyarakat
a. Keterlambatan Bicara
b. Keterlambatan Berpikir
Keterlambatan berpikir ditandai dengan proses tumbuh kembang anak yang lebih
lambat dari anak lain yang normal. Dengan demikian, keterampilan untuk menolong
diri sendiri juga kurang. Orang tua wajib membantu anak dengan cara yang tepat.
Bidan dapat memberi bimbingan mengenai hal ini.
c. Perawakan Pendek
Seringkali anak yang berperawakan pendek memiliki sikap yang minder dan kurang
percaya diri. Penyebab perawakan pendek di antaranya adalah varisasi normal,
gangguan gizi, kelainan sel atau kromosom, penyakit infeksi atau karena kelainan
hormon. Dengan demikian, orang tua dan bidan dapat memberikan pengertian kepada
anak. Terus memotivasi untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
d. Autisme
Autisme merupakan gangguan perkembangan yang mencakup seluruh faktor
perkembangan yang mempengaruhi anak. Autisme merupakan gangguan hubungan
sosial, komunikasi, dan perilaku anak. Autisme dapat diatasi dengan melakukan terapi
pada anak.