Anda di halaman 1dari 24

0

Pendahuluan
Proses kelahiran bayi merupakan keajaiban. Dalam beberapa saat, janin yang keriput
dan basah, berubah menjadi bayi yang hidup bebas. Transisi dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin merupakan hal yang vital. Janin harus dapat menghindarkan diri dari
potensi kerusakan yang terjadi saat kelahiran, beradaptasi secara fisiologis untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, dan setelah kelahiran, menghindarkan diri
dari bahaya lingkungan seperti hipotermia dan infeksi, karena dia masih rentan terhadap
bahaya tersebut. Periode intrapartum dan neonatal awal merupakan masa yang amat
berbahaya bagi bayi yang mengalami hipoksia atau malnutrisi intrauterin, lahir preterm, dan
mempunyai kelainan kongenitas mayor.


Isi
Anamnesis
Untuk bayi prematur, hal-hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis yaitu:
1

Riwayat kehamilan ibu yaitu kesehatan ibu saat kehamilan, pernah sakit atau tidak,
makan obat-obatan, atau tetanus toxoid.
Riwayat kelahiran, yaitu :
o Tanggal lahir,
o Tempat lahir,
o Ditolong oleh siapa,
o Cara kelahiran,
o Kehamilan ganda,
o Keadaan segera setelah lahir, pasca lahir, hari-hari pertama kehidupan,
o Masa kehamilan,
o Berat badan dan panjang badan lahir (apakah sesuai dengan masa kehamilan,
kurang atau besar)
Riwayat pertumbuhan, yaitu kurva berat badan dan panjang badan terhadap umur.
Riwayat perkembangan, yaitu patokan perkembangan pada bidang motor kasar, motor
halus, dan sosial-personal.
Riwayat imunisasi
Riwayat makanan
Riwayat penyakit yang pernah diderita
1

Riwayat keluarga
Corak reproduksi ibu
Data perumahan

Pemeriksaan Fisik Rutin pada Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan ukuran dan usia gestasi penting untuk memperkirakan usia gestasi janin
dan membandingkan ukuran tubuh bayi dengan rentang normal untuk usia gestasi. Riwayat
ibu akan memberi satu taksiran, tetapi mungkin salah jika ibu memiliki pola menstruasi yang
tidak teratur sebelum konsepsi. Gestasi juga dapat dinilai dari gambaran fisik bayi, yaitu
kulit, genitalia eksterna, telinga, payudara, serta dari perilaku nonmuskular.
Berat, lingkar kepala, dan panjang kepala ke tumit hendaknya ditentukan dan dicatat.
Lingkar kepala diukur pada diameter oksipital ke frontal terbesar. Panjang diukur dari puncak
kepala (verteks) sampai telapak kaki dengan tungkai bayi dalam keadaan ekstensi penuh.
Pengukuran ini kemudian dibandingkan untuk gestasi terhadap grafik pertumbuhan optimum,
sesuai untuk populasi spesifik, harus digunakan bila tersedia.
2

Pemeriksaan medis yang komprehensif dalam 24 jam setelah lahir, yaitu pemeriksaan
rutin pada bayu lahir harus dilakukan. Tujuannya adalah untuk:
2

Mendeteksi setiap kelainan suatu anomali kongenital yang signifikan terjadi saat lahir
pada usia 10-20 kasus per 1000 kelahiran hidup.
Mengkonfirmasi dan atau mempertimbangkan penatalaksanaan lebih lanjut untuk setiap
kelainan yang terdeteksi sebelum lahir.
Mempertimbangkan masalah potensial yang terkait dengan riwayat kehamilan maternal
atau gangguan familial.
Memungkinkan orang tua untuk bertanya tentang apapun dan meningkatkan perhatian
kepada bayi mereka.
Menentukan apakah terdapat perhatian khusus oleh pengasuh mengenai perawatan bayi
setelah pulang.
Memberikan promosi kesehatan, khususnya pencegahan sindrom kematian bayi
mendadak (sudden infant death syndrome,SIDS).
Persiapan
Catatan:
Periksa catatan antenatal, kelahiran, dan persalinan maternal.
Peralatan:
2

Meteran pengukur
Stetoskop
Oftalmoskop
Lingkungan:
Ruangan yang bersih.
Privasi, dengan pencahayaan yang sesuai.
Periksa bayi pada ranjang dengan alas yang kaku.
Jika mungkin kedua orangtua ikut menyaksikan.
Selalu cuci tangan dan bersihkan stetoskop sebelum setiap pemeriksaan.
Bayi:
Bayi harus telanjang selama pemeriksaan berlangsung sehingga semua bagian tubuh
dapat terlihat.
Diperlukan keadaan bayi yang nyaman dan relaks untuk pemeriksaan yang sukses.
Berikut ini adalah pemeriksaan yang merupakan pemeriksaan rutin pada bayi baru
lahir, antara lain:
2

Mata : periksa dengan oftalmoskop untuk melihat refleks
merah. Jika tidak ada refleks tersebut, yaitu pupil
berwarna putih (katarak, glaukoma, retinoblastoma)
maka rujuk bayi langsung ke ahli mata. Periksa juga
mata yang tampak normal, misalnya untuk koloboma,
suatu defek berbentuk kunci pada iris.
Plethora atau pucat : jika dicurigai, periksa hematokrit.
Telinga : letak rendah, malformasi atau tanda/ lubang
periaurikular.
Tangan : periksa jari tambahan, garis tangan palmar.
Ikterus : jika terjadi dalam 24 jam pertama, perlu pemeriksaan
lebih lanjut.
Jantung : auskultasi. Denyut jantung normal110-160 kali/menit
namun dapat menurun sampai 80 kali/menit selama
tidur. Murmur jantung.
Punggung & Tulang belakang : periksa dari atas sampai bawah. Kerutan sakral di
Bawah garis celah natal umum dijumpai dan jinak.
Jika terletak proksimal dari celah natal maka
memerlukan ultrasonografi untuk mengidentifikasi jika
3

terdapat jalur ke medula spinalis, walaupun jarang.
Periksa punggung untuk pertumbuhan rambut,
pembengkakan, nervus, atau lesi lain di atas tulang
belakang yang dapat menunjukkan kelainan vertebra
atau medula spinalis, misalnya spina bifida okulta atau
penyatuan medula. Jika ditemukan maka rencanakan
ultrasonografi, dan MRI mungkin diperlukan.
Nadi femoralis : menurun pada koarktasio aorta. Jika dicurigai maka
periksalah dengan mengukur tekanan darah di keempat
ekstremitas. Perbedaan > 15 mmHg dianggap
signifikan. Menguat pada duktus arteriosus paten.
Tonus otot : amati pergerakan keempat ekstremitas. Rasakan ketika
menggendong (jaga kepala ketika mengangkat bayi).
Pada posisi telungkup, bayi aterm (cukup bulan) akan
mengangkat kepalanya ke posisi horizontal.
Tampilan umum, postur, : apakah normal ?
pergerakan
Fontanel dan struktur : terasa normal
tengkorak
Wajah : setiap gambaran dismorfik misalnya trisomi 21
(sindrom down).
Langit-langit/palatum : inspeksi dan palpasi untuk mengidentifikasi celah
langit-langit.
Sianosis Lidah : jika ragu periksa saturasi oksigen dengan oksimeter
nadi.
Pernapasan dan pergerakan : amati adanya gawat napas. Peningkatan laju
dinding dada pernapasan, napas cuping hidung, grunting (napas
berbunyi), retraksi dada (sternal dan interkostal).
Abdomen : hati normal 1-2 cm di bawah tepi kosta, ujung limpa
dan ginjal kiri mungkin dapat teraba. Setiap masa
periksa lebih lanjut dengan ultrasonografi.
Panggul : periksa displasia perkembangan panggul.
Genitalia : periksa testis di dalam skrotum dan penis normal pada
4

bayi laki-laki serta anatomi normal pada bayi
perempuan.
Anus : periksa patensi.
Kaki : periksa talipes.













Gambar 1. Memeriksa Refleks Merah
2


5

Gambar 2. Pemeriksaan Rutin pada Bayi Baru Lahir
2


6

Refleks Primitif
3

Menggenggam tangan dan kaki sejak lahir hingga usia 4 bulan
Moro refleks kejut sejak lahir hingga usia 4 bulan
angkat bayi dengan menyangga kepala, dan biarkan kepala terjatuh beberapa sentimeter.
Bayi akan tampak terkejut, melemparkan tangan ke luar dan kemudian meletakkannya
kembali di badannya.
Asymmetric tonic neck reflex (ATNR) sejak lahir hingga usia 7 bulan
Saat menggelengkan kepala ke salah satu sisi, tangan dan kaki ipsilateralnya akan
bergerak ke luar.
Refleks menghisap (rooting) sejak lahir
Saat menyentuh sekitar wajah bayi, ia akan berputar, membuka mulutnya seolah-olah
akan menghisap jari.
Adanya refleks Moro dan ATNR yang persisten adalah abnormal, dan dapat menjadi indikasi
adanya palsi serebral.


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan pada bayi prematur:
3

rontgen dada untuk melihat kematangan paru-paru,
analisa gas darah,
kadar gula darah,
kadar kalsium darah,
kadar bilirubin.

APGAR
Skor Apgar atau nilai Apgar adalah sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali
pada tahun 1952 oleh seorang ahli anestesiologi, Dr. Virginia Apgar, sebagai sebuah metode
sederhana untuk segera cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir dan sekaligus
mengenali adanya tanda-tanda darurat yang memerlukan adanya tindakan segera terhadap
bayi baru lahir. Pada tahun 1962, seorang ahli anak bernama Dr. Joseph Butterfield membuat
akronim dari kata APGAR, yaitu Activity (aktivitas), Pulse (nadi), Grimace (mimik),
Appearance (tampilan kasat mata), dan Respiration (pernapasan).
4

7

Tes ini biasanya diberikan kepada bayi sebanyak dua kali, yaitu pada menit pertama
setelah lahir dan dilakukan kembali pada menit ke-5 setelah lahir. Hal-hal yang dinilai
adalah:
Tabel 1. Skor APGAR
4

Penilaian 0 1 2
Appearance (warna
kulit)
Seluruh tubuh bayi
berwarna kebiru-
biruan atau pucat
Warna kulit tubuh
normal, tetapi
tangan dan kaki
berwarna kebiruan
Warna kulit seluruh
tubuh normal
Pulse (denyut
jantung)
Tidak ada denyut
jantung
Denyut jantung
kurang dari 100 kali
per menit
Denyut jantung
lebih atau di atas
100 kali per menit
Grimace (respon
refleks)
Tidak ada respon
terhadap stimulasi
Wajah meringis saat
distimulasi
Meringis, menarik,
batuk, atau bersin
saat distimulasi
Activity (tonus otot)
Lemah, tidak ada
gerakan
Lengan dan kaki
dalam keadaan
fleksi dengan sedikit
gerakan
Bergerak aktif dan
spontan
Respiration
(pernapasan)
Tidak bernapas
Menangis lemah,
seperti merintih,
pernapasan lambat
dan tidak teratur
Menangis kuat,
pernapasan baik dan
teratur
Bayi dengan hasil total 7 atau lebih pada menit pertama setelah lahir, secara umum
berada pada keadaan sehat. Bukan berarti skor yang rendah menunjukkan bahwa bayi
tersebut tidak sehat atau tidak normal. Hasil yang rendah dalam penilaian itu, menunjukkan
bahwa anak membutuhkan tindakan yang sifatnya segera, seperti menyedot/mengeluarkan
cairan dari saluran pernapasan atau pemberian oksigen untuk membantu pernapasan, tindakan
tersebut dapat memberikan perbaikan keadaan bayi secara umum.
Pada menit ke-5 setelah lahir, penilaian kembali dilakukan, dan jika skor bayi Anda
tidak naik hingga nilai 7 atau lebih dan pertimbangan lainnya dari keadaan bayi maka dokter
dan perawat akan melanjutkan tindakan medis yang perlu untuk dilakukan, pemantauan
intensif dan penilaian ini diteruskan setiap 5 menit sampai normal atau sampai 20 menit. Jika
skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat
8

mengalami kerusakan syaraf jangka panjang.
4
Juga ada risiko kecil tapi signifikan
akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan
cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera
dan tidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.
Beberapa bayi yang lahir dengan masalah pada organ jantung dan paru-paru akan
membutuhkan tindakan medis lanjutan, sedangkan yang lain hanya membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan luar.
Jika Apgar menunjukan skor 7-10 berarti bayi normal. Skor yang agak rendah yaitu 4-6
berarti bayi memerlukan tindakan segera, dan tindakan yang lebih intensif dilakukan pada
bayi dengan skor 0-3.
4


Grafik Lubchenco

Gambar 3. Grafik Lubchenco
4



9

Diagnosis Kerja
Bayi berusia 34 minggu mengalami kelahiran kurang bulan, berat badan sesuai usia
kehamilan (NKB-SMK), dengan berat badan lahir rendah (<2500 gram), dan ikterus
fisiologis.

Etiologi
Penyebab terjadinya kelahiran prematur biasanya tidak diketahui. Lima belas persen
dari kelahiran prematur ditemukan pada kehamilan ganda (di dalam rahim terdapat lebih dari
1 janin).
5

Masalah pada ibu biasanya berupa:
5

Riwayat persalinan prematur pada kehamilan sebelumnya
Kadar alfa-fetoprotein tinggi pada trimester kedua yang penyebabnya tidak
diketahui
Penyakit atau infeksi yang tidak diobati (misalnya infeksi saluran kemih atau
infeksi selaput ketuban)
Kelainan pada rahim atau leher rahim
Ketuban pecah sebelum waktunya
Plasenta previa.
Pre-eklamsi (suatu keadaan yang bisa terjadi pada trimester kedua kehamilan,
yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, adanya protein dalam air kemih dan
pembengkakan tungkai)
Diabetes mellitus
Penyakit jantung.
Faktor resiko yang mungkin berperan dalam terjadinya persalinan prematur adalah:
5

Kehamilan usia muda (usia ibu kurang dari 18 tahun)
Pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur
Golongan sosial-ekonomi rendah
Keadaan gizi yang kurang
Penyalahgunaan obat.

Manifestasi Klinis
Gambaran fisik bayi prematur:
5

Ukuran kecil
10

Berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 kg)
Kulitnya tipis, terang, dan berwarna pink (tembus cahaya)
Vena di bawah kulit terlihat (kulitnya transparan)
Lemak bawah kulitnya sedikit sehingga kulitnya tampak keriput
Rambut yang jarang
Telinga tipis dan lunak (lembek)
Tangisannya lemah
Kepala relatif besar
Jaringan payudara belum berkembang
Otot lemah dan aktivitas fisiknya sedikit (seorang bayi prematur cenderung
belum memiliki garis tangan atau kaki seperti pada bayi cukup bulan)
Reflek menghisap dan reflek menelan yang buruk
Pernapasan yang tidak teratur
Kantung zakar kecil dan lipatannya sedikit (anak laki-laki)
Labia mayora belum menutupi labia minora (pada anak perempuan).

Bayi Berat Badan Lahir Rendah
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan prematur merupakan penyebab kematian
neonatal yang tinggi yaitu sebesar 30,3%. Neonatal dengan BBLR beresiko mengalami
kematian 6,5 kali lebih besar daripada bayi yang lahir dengan berat badan normal.
BBLR dapat berakibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak di masa yang akan
datang. Dampak dari bayi lahir dengan berat badan rendah ini adalah pertumbuhannya akan
lambat, kecenderungan memiliki penampilan intelektual yang lebih rendah daripada bayi
yang berat lahirnya normal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang
tinggi.
6

Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat kurang
dari 2500 gram atau kurang dari 5,5 pon. Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi
yang dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Berdasarkan batas timbulnya
permasalahan pada derajat prematuritas, dapat digolongkan:
6

a. Bayi yang sangat prematur, dengan masa gestasi 24 30 minggu
b. Bayi dengan derajat prematur sedang, yaitu masa gestasi 31 36 minggu
c. Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu
sampai 42 minggu (259 sampai 293 hari).
11

d. Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau
lebih (294 hari atau lebih
Dengan pengertian seperti di atas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan-
sesuai untuk masa kehamilan.
b. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin
dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian BBLR, antara lain:
6

1. Faktor Ibu
Karakteristik sosial demografi ibu (umur kurang dari 17 tahun dan umur lebih
dari 34 tahun, status sosial ekonomi yang kurang, status perkawinan yang tidah
sah, tingkat pendidikan yang rendah). Umur yang terlalu muda atau kurang dari
17 tahun dan umur yang terlalu lanjut lebih dari 34 tahun merupakan kehamilan
resiko tinggi. Disebabkan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil
(endometrium belum sempurna) pada usia dibawah 17 tahun sedangkan pada
umur diatas 35 tahun endometrium yang kurang subur serta memperbesar
kemungkinan untuk menderita kelainan kongenital, sehingga dapat berakibat
terhadap kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin dan
beresiko untuk mengalami kelahiran prematur. Angka kejadian prematuritas
tertinggi ialah pada usia kurang dari 20 tahun.
Faktor sosial ekonomi, budaya berhubungan dengan tingkat pendidikan,
pekerjaan ibu, ekonomi keluarga. Pendidikan secara tidak langsung akan
mempengaruhi hasil suatu kehamilan khususnya terhadap kejadian bayi dengan
berat badan lahir rendah. Hal ini dikaitkan dengan pengetahuan ibu dalam
memelihara kondisi kehamilan serta upaya mendapatkan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan selama kehamilan.
Ekonomi keluarga dapat menunjukkan gambaran kemampuan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan gizi ibu selama hamil yang berperan dalam pertumbuhan
janin. Keadaan sosial ekonomi sangat berperan terhadap timbulnya
12

prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan keadaan gizi yang kurang baik dan periksa hamil.
Risiko medis ibu sebelum hamil juga berperan terhadap kejadian BBLR
(paritas, berat badan dan tinggi badan, pernah melahirkan BBLR, jarak
kelahiran). Bila berat badan kurang dari 40 kg dan tinggi badan ibu kurang dari
145 cm, cacat bawaan, pernah melahirkan BBLR, abortus spontan dan faktor
genetik. Paritas adalah jumlah anak yang dikandung dan dilahirkan oleh ibu.
Paritas yang beresiko melahirkan BBLR adalah paritas nol yaitu bila ibu
pertama kali hamil dan paritas lebih dari empat. Hal ini dapat berpengaruh pada
kehamilan berikutnya karena kondisi rahim ibu belum pulih jika untuk hamil
kembali. Semakin kecil jarak antara dua kelahiran semakin besar resiko
melahirkan BBLR. Kejadian tersebut disebabkan oleh komplikasi perdarahan
antepartum, partus prematur dan anemia berat. Jarak kelahiran kurang dari 2
tahun meningkatkan risiko melahirkan BBLR 2,04 kali lebih besar daripada
jarak kelahiran lebih dari 2 tahun.
Status kesehatan reproduksi ibu berisiko terhadap BBLR (status gizi ibu, infeksi
dan penyakit selama kehamilan, riwayat kehamilan dan komplikasi kehamilan).
Bayi berat lahir rendah terjadi apabila ibu mengalami gangguan/komplikasi
selama kehamilan seperti hiperemesis gravidarum yaitu komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda bila terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi, perasaan mual ini disebabkan oleh meningkatnya kadar estrogen.
Hiperemesis yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan asupan
makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin. Penyakit yang
berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya perdarahan antepartum,
trauma fisik dan psikologis, diabetes mellitus dan penyakit infeksi menjadi salah
satu penyebab BBLR karena janin tumbuh lambat atau memperpendek usia
kehamilan ibu. Penyakit infeksi akut antara lain disebabkan oleh masuknya
mikroorganisme patogen dalam tubuh kemudian dapat menyebabkan timbulnya
tanda-tanda atau gejala penyakit. Mikroorganisme penyebab infeksi dapat
berupa bakteri, protozoa, jamur dan virus (rubella, toksoplasma). Hal tersebut
dapat menyebabkan kelainan dan penularan kongenital pada bayi sehingga bayi
yang dilahirkan prematur. Patogenesis kejadian BBLR juga diakibatkan oleh
13

penyakit TB paru, malaria, penyakit non infeksi seperti penyakit jantung, asma
dan kurang gizi (KKP) karena status gizi yang buruk. Penyakit-penyakit
tersebut dapat mengganggu proses fisiologis metabolisme dan pertukaran gas
pada janin berakibat terjadinya partus prematur sehingga beresiko BBLR.
Anemia pada ibu hamil adalah suatu keadaan yang menunjukkan kadar
haemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari nilai normal yaitu 11 g/100
ml. Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel
darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Pengaruh
anemia terhadap kehamilan yaitu dapat terjadi abortus, persalinan prematur,
perdarahan antepartum. Adanya penyakit selama hamil meningkatkan risiko 6
kali lebih besar untuk terjadi BBLR dibandingkan tidak ada penyakit. Ibu hamil
yang menderita edema tungkai dan anemia mempunyai resiko 18 kali lebih
besar untuk terjadi BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai
gangguan selama kehamilan. Faktor resiko lain yang berkembang seperti stress,
faktor fisik dan psikososial. Kondisi kejiwaan ibu juga sangat berpengaruh
kepada janin. Oleh sebab itu keadaan mental ibu selama kehamilan juga harus
dijaga dan diperhatikan, antara lain dengan cara memberikan motivasi kepada
ibu selama pemeriksaan kehamilan. Dukungan psikologis dan perhatian akan
berdampak terhadap pola kehidupan sosial pada wanita hamil, sehingga wanita
hamil merasa nyaman dan dapat menjaga emosional selama kehamilannya.
Gangguan emosional dapat mengganggu kesehatan ibu dan janin yang
dikandungnya serta menghambat asuhan neonatal pascapersalinan.
Status pelayanan antenatal (frekuensi dan kualitas pelayanan antenatal, tenaga
kesehatan tempat periksa hamil, umur kandungan saat pertama kali pemeriksaan
kehamilan) juga dapat beresiko untuk melahirkan BBLR. Jenis pelayanan
kesehatan yang harus dilakukan oleh ibu hamil adalah pemeriksaan
kehamilan/pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal harus dilakukan, sehingga
kondisi ibu dan janin dapat dikontrol dengan baik. Ibu hamil juga dianjurkan
untuk melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap
trimester sedangkan trimester terakhir sebanyak 2 kali. Kualitas pelayanan
antenatal meliputi sifat/struktur dan jenis pelayanan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan. Dalam hal ini pelayanan antenatal yang kontinu/ kadang-kadang
serta layanan antenatal yang ditujukan pada segmen kehamilan beresiko.
14

Kejadian BBLR 1,5 hingga 5 kali lebih tinggi pada ibu yang jarang atau tidak
melakukan pelayanan antenatal.
2. Faktor Janin:
6

Hidraamion/polihidramnion yaitu keadaan dimana banyaknya air ketuban
melebihi 2000 cc, pada keadaan normal banyaknya air ketuban dapat mencapai
1000 cc untuk kemudian menurun lagi setelah minggu ke 38 sehingga hanya
tinggal beberapa ratus cc saja. Hidraamnion dianggap sebagai kehamilan resiko
tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak, pada hidramnion
menyebabkan uterus regang sehingga dapat menyebabkan partus prematur.
Kondisi ini biasanya terjadi pada kehamilan ganda.
Kehamilan ganda/ kembar ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada
kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Berat badan bayi yang
umumnya baru lahir pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Frekuensi
hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal. Pada kehamilan kembar cenderung untuk terjadinya partus
prematur.
Keadaan lain yang mungkin terjadi BBLR yaitu cacat bawaan akibat kelainan
kromosom (sindroma down, turner) serta cacat bawaan karena infeksi
intrauterine (menyebabkan gangguan pada bayi dalam bentuk fetal dismaturity)
sehingga janin lahir dengan berat badan yang lebih kecil atau mati dalam
kandungan, BBLR dapat terjadi akibat ketuban pecah dini yaitu keluarnya
cairan jernih dari vagina pada kehamilan lebih dari 20 minggu sebelum proses
persalinan berlangsung. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi janin. Bila usia
kehamilan belum cukup bulan, namun ketuban sudah pecah sebelum waktunya
maka hal tersebut dapat mengakibatkan kelahiran prematur sehingga bayi yang
dilahirkan beresiko untuk BBLR.

Tabel 2. Perubahan-Perubahan Maturasional Dalam Tampilan dan Perkembangan Sesuai
Usia Kehamilan
6

Gestasi 23-25 minggu 29-31 minggu 37-42 minggu
Berat lahir Pada usia 24 minggu: Pada usia 30 minggu: Pada usia 40 minggu:
15

(persentil ke-50) Laki-laki = 700 g Laki-laki = 1,5 kg Laki-laki = 3,55 kg
Perempuan = 620 g Perempuan = 1,4 kg Perempuan - 3,4 kg
Kulit
Sangat tipis, bergelatin Ketebalan medium
Kulit tebal dan pecah-
pecah pada tangan dan
kaki
Berwarna merah gelap di
seluruh tubuh
Merah muda
Merah muda pucat, merah
muda di seluruh tubuh

Telinga, bibir, telapak
tangan, dan telapak kaik
Telinga
Daun telinga lembut
Terdapat kartilago pada
tepi daun telinga
Kartilago daun telinga
keras pada tepi daun
telinga
Tidak ada rekoil Mulai ada rekoil Mengalami rekoil segera
Payudara
Jaringan payudara tidak
teraba
Satu atau kedua
payudara membentuk
nodul berukuran 0,5-1,0
cm
Satu atau kedua payudara
membentuk nodul lebih
dari 1,0 cm


Genitalia
Laki-laki: Skrotum rata, testis
tidak teraba
Pria: skrotum =
beberapa rugae,
Laki-laki: skrotum =
rugae, testis = di skrotum
Perempuan: klitoris menonjol,
labia mayor terpisah jauh
testis = di kanalis
ingunalis
Perempuan: di labia minor
dan klitoris tertutup
Labia minor terpisah jauh
Perempuan = labia
minor dan klitoris
sebagian tertutup

Postur
Ekstensi, tidak teratur, tidak
terkoordinasi
Sedikit fleksi pada
tungkai bawah
Fleksi, pergerakan
ekstremitas halus
Penglihatan
Kelopak mata dapat tertutup
atau sebagian terbuka
Pupil bereaksi terhadap
cahaya
Melihat wajah.Mengikuti
wajah, garis melengkung
Tidak ada atau sedikit
pergerakan mata

dan kontras terang/gelap
pada semua arah
Pendengaran
Terkejut oleh suara bising

Memutar kepala dan mata
ke sumber suara

Lebih menyukai kata-kata
dan suara ibu
Pernapasan
Membutuhkan bantuan
pernapasan
Kadang-kadang
membutuhkan bantuan
pernapasan
Kebutuhan bantuan
pernapasan umum tidak
terjadi
16

Apnea belum terjadi Apnea belum terjadi Apnea jarang terjadi
Menghisap dan
menelan
Isapan tidak terkoordinasi

Terkoordinasi pada usia
gestasi 34-35 minggu
Pemberian
makan
Biasanya membutuhkan TPN
(Total parenteral nutrition)
Makan lewat selang
(nasogastrik)
Pada cukup bulan,
menangis ketika lapar

Kadang-kadang
membutuhkan TPN
Makan sesuai kebutuhan

Bernapas, menghisap, dan
menelan secara
terkoordinasi
Pengecapan

Bereaksi terhadap rasa
pahit
Membedakan manis, asam
, pahit

Lebih menyukai manis
Interaksi
Jarang bisa berinteraksi

Membuat kontak mata
dan waspada penuh
Mudah terbebani oleh
stimulus sensorik
Menangis Sangat pelan

Keras
Siklus
bangun tidur
Status tidur intermediat

Status tidur dan bangun
sangat jelas

Ikterus Fisiologis
Umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu
pertama > 2 mg/dL. Pada bayi cukup bulan yang mendapat susu formula kadar billirubin
akan mencapai puncaknya sekitar 6-8 mg/dL pada hari ke-3 kehidupan dan kemudian akan
menurun cepat selama 2-3 hari diikuti dengan penurunan yang lambat sebesar 1 mg/dL
selama 1 sampai 2 minggu. Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI kadar bilirubin
puncak akan mencapai kadar yang lebih tinggi (7-14 mg/dL) dan penurunan terjadi lebih
lambat. Bisa terjadi dalam waktu 2-4 minggu, bahkan dapat mencapai waktu 6 minggu. Pada
bayi kurang bulan yang mendapat susu formula juga akan mengalami peningkatan dengan
puncak yang lebih tinggi dan lebih lama, begitu juga dengan penurunannya jika tidak
diberikan fototerapi pencegahan. Peningkatan sampai 10-12 mg/dL masih dalam kisaran
fisiologis, bahkan hingga 15 mg/dL tanpa disertai kelainan metabolisme bilirubin. Kadar
normal bilirubin tali pusat kurang dari 2 mg/dL dan berkisar dari 1,4 sampai 1,9 mg/dL.
7

17

Ikterus fisiologis merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi kurang maupun
cukup bulan selama minggu pertama kehidupan yang frekuensinya pada bayi cukup bulan
dan kurang bulan berturut-turut adalah 50-60% dan 80%. Untuk kebanyakan bayi fenomena
ini ringan dan dapat membaik tanpa pengobatan. Ikterus fisiologis tidak disebabkan oleh
faktor tunggal tapi kombinasi dari berbagai faktor yang berhubungan dengan maturitas
fisiologis bayi baru lahir. Peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dalam sirkulasi pada
bayi baru lahir disebabkan oleh kombinasi peningkatan ketersediaan bilirubin dan penurunan
clearance bilirubin.
Peningkatan ketersediaan bilirubin merupakan hasil dari produksi bilirubin dan early
bilirubin yang lebih besar serta penurunan usia sel darah merah. Resirkulasi aktif bilirubin di
enterohepatik, yang meningkatkan kadar serum bilirubin tidak terkonjugasi, disebabkan oleh
penurunan bakteri flora normal, aktifitas -glucuronidase yang tinggi dan penurunan
motilitas usus halus.

Tabel 3. Faktor yang berhubungan dengan ikterus fisiologis.
7

Dasar Penyebab
Peningkatan bilirubin yang tersedia
- Peningkatan produksi bilirubin


- Peningkatan resirkulasi melalui
enterohepatik shunt

Penurunan bilirubin clearance
- Penurunan clearance dari plasma
- Penurunan metabolisme hepatik

Peningkatan sel darah merah
Penurunan umur sel darah merah
Peningkatan early bilirubin
Peningkatan aktifitas -glucuronidase
Tidak adanya flora bakteri
Pengeluaran mekonium yang terlambat

Defisiensi protein karier
Penurunan aktivitas UDPGT

Pada bayi yang diberi minum lebih awal atau diberi minum lebih sering dan bayi
dengan aspirasi mekonium atau pengeluaran mekonium lebih awal cenderung mempunyai
insiden yang rendah untuk terjadinya ikterus fisiologis. Pada bayi yang diberi minum susu
formula cenderung mengeluarkan bilirubin lebih banyak pada mekoniumnya selama 3 hari
pertama kehidupan dibandingkan dengan yang mendapat ASI. Bayi yang mendapat ASI,
18

kadar bilirubin cenderung lebih rendah dan defekasinya lebih sering. Bayi yang terlambat
mengeluarkan mekonium lebih sering terjadi ikterus fisiologis.
Pada bayi yang mendapat ASI terdapat dua bentuk neonatal jaundice yaitu early
(berhubungan dengan breast feeding) dan late (berhubungan dengan ASI). Bentuk early onset
diyakini berhubungan dengan proses pemberian minum. Bentuk late onset diyakini
dipengaruhi oleh kandungan ASI ibu yang mempengaruhi proses konjugasi dan ekskresi.
Penyebab late onset tidak diketahui, tetapi telah dihubungkan dengan adanya faktor spesifik
dari ASI, yaitu: 2-20-pregnanediol yang mempengaruhi aktifitas UDPGT atau pelepasan
bilirubin konjugasi dari hepatosit; peningkatan aktifitas lipoprotein lipase yang kemudian
melepaskan asam lemak bebas ke dalam usus halus; penghambatan konjugasi akibat
peningkatan asam lemak unsaturated; atau -glukuronidase atau adanya faktor lain yang
mungkin menyebabkan peningkatan jalur enterohepatik.
8


Tabel 4. Derajat Ikterus Berdasarkan Kramer dibagi
8

Derajat
ikterus
Daerah ikterus
Perkiraan kadar
bilirubin
I Kepala dan leher 5,0 mg%
II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 9,0 mg%
III
Sampai badan bawah (di bawah
umbilikus) hingga tungkai atas (di atas
lutut)
11,4 mg/dl
IV Sampai lengan, tungkai bawah lutut 12,4 mg/dl
V Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg/dl

Tatalaksana
9

Medikamentosa
Jika kemungkinan akan terjadi kelahiran prematur, biasanya diberikan obat tokolitik
untuk menghentikan kontraksi dan kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru-paru
bayi.
Makanan diberikan melalui sebuah selang yang dimasukkan ke dalam lambung bayi
karena fungsi menghisap dan menelan pada bayi prematur masih belum matang. Pada
prematur yang ekstrim, makanan diberikan melalui infus. Pada usia sekitar 34 minggu, bayi
mulai disusui ASI atau susu botol.
19

Bayi prematur sangat cepat kehilangan panas dan mengalami kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh, sehingga mereka biasanya ditempatkan di dalam suatu
inkubator. Mungkin bayi memerlukan bantuan respirator dan tambahan oksigen.

Non Medikamentosa
1. Mempertahankan Suhu Normal Bayi
Pada bayi baru lahir dengan berat badan 2500 gram atau umur kehamilan 36 pekan,
perlu penambahan kehangatan tubuh untuk mempertahankan suhu normal. Bayi tersebut
dapat dengan cepat mengalami hipotermi (suhu tubuh di bawah normal) dan perlu waktu
lebih lama untuk menghangatkannya kembali. Risiko komplikasi dan kematian meningkat
secara bermakna bila suhu lingkungannya tidak optimal. Salah satu cara untuk
mempertahankan suhu normal bayi prematur dengan metode Kanguru Mother Care (KMC)
atau Perawatan Bayi Lekat (PBL). Metode ini bermanfaat untuk menstabilkan suhu bayi
dengan berat badan 2500 gram, terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan
bayi dengan berat badan 1800 gram. KMC adalah kontak kulit di anatara ibu dan bayinya
secara dini, terus menerus, dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. KMC bisa
dimulai segera setelah bayi lahir atau setelah bayi stabil, dan dapat dilakukan di rumah
setelah bayi boleh pulang. Bayi tetap bisa dirawat dengan KMC meski belum bisa menyusu,
yaitu dengan tetap memberikan ASI peras menggunakan sendok. Cara melakukan KMC
adalah sebagai berikut:
Berilah bayi pakaian, popok, topi, dan kaos kaki yang sudah dihangatkan lebih dahulu
(misal dengan cara disetrika)
Letakkan bayi di dada ibu dengan posisi tegak dan langsung kontak ke kulit ibu dan
pastikan kepala bayi sudah terfiksasi di dada ibu. Posisikan bayi dalam frog position
yaitu tertekuk pada siku dan tungkai, sementara kepala dan dada bayi terletak di dada ibu
dengan kepala bayi agak mendongak.
Tutupi bayi dengan pakaian ibu ditambah dengan selimut yang sudah dihangatkan
sebelumnya. Tidak perlu baju khusus selama baju yang dikenakan sudah cukup hangat dan
nyaman selama kontak dengan kulit ibu.
Dapat juga menggunakan baju berukuran lebih besar dari badan ibu, kemudian bayi
diletakkan di antara payudara ibu, baju ditangkupkan, dan ibu memakai selendang yang
dililitkan ke perut ibu agar bayi tidak terjatuh.
20

Bila baju ibu tidak cukup menyokong bayi, dapat menggunakan kain lebar yang elastik atau
kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh bayi (semacam gendongan).
Ibu tetap dapat beraktivitas biasa selama KMC. Pada waktu tidur, posisi ibu setengah duduk
atau bisa juga dengan meletakkan beberapa bantal di punggung ibu. KMC sangat dianjurkan
karena memiliki banyak manfaat, yaitu dapat meningkatkan hubungan emosional antara ibu
dan bayi; menstabilkan suhu tubuh, pernafasan, dan denyut jantung bayi; meningkatkan
pertumbuhan dan berat badan bayi; mengurangi stres pada ibu dan bayi; menenangkan bayi
(sehingga tidak rewel).

2. Pemberian Asi
Bayi prematur perlu diberi susu lebih sering dibanding bayi cukup bulan karena mereka
membakar kalori lebih cepat. Makin kecil tubuhnya, makin sering nutrisi perlu
diberikan.Umumnya refleks hisap dan menelan sudah cukup baik pada bayi prematur dengan
masa kehamilan > 34 minggu (berat lahir > 2000 gram), sehingga bayi dapat dicoba langsung
menyusu pada ibunya. Bila refleks mengisap bayi sudah muncul, ia dapat langsung menetek
pada ibu. Bila belum, susu diberikan dengan sendok khusus. Bayi prematur, disesuaikan
dengan berat badannya, akan mendapatkan nutrisi secara bertahap tergantung kondisinya.
Bila ia lahir amat kecil, bayi mendapat nutrisi bertahap mulai dari selang (waktu masih di
Rumah Sakit) hingga akhirnya bisa menetek pada ibu. Agar ASI tersedia, ibu harus diajarkan
cara memompa atau memerah ASI secara teratur dan yang paling penting adalah ibu tidak
boleh stres, cukup istirahat dan makan. Ibu yang stres oleh karena bayi dipisahkan dari
ibunya, dapat menghambat produksi ASI. Pada waktu pemulangan dari rumah sakit, sebagian
besar bayi prematur membutuhkan pemberian makan paling sedikit tiap tiga jam. Ibu harus
menyusui tiap 1,5-2 jam dalam sehari pada 24-48 jam pertama setelah pulang dari rumah
sakit untuk memastikan produksi susu yang cukup. Setelah itu, bayi normalnya disususi tiap
2-3 jam atau 8-10 kali per hari. Enam sampai 8 popok basah per 24 jam menunjukkan asupan
cairan yang cukup. Bila bayi menolak disusui, ibu harus mencoba lagi dalam setengah sampai
satu jam. Ibu dapat mendorong bayi untuk menyusu dengan mengeluarkan tetes-tetes susu,
mendorong puting atau memposisikan bayi.

3. Waktu Istirahat
Bayi prematur tidur lebih banyak daripada bayi cukup bulan. Kendati demikian, bayi
prematur juga bangun lebih sering dibandingkan bayi cukup bulan. Periode tidur rata-rata
bayi prematur lebih singkat daripada bayi cukup bulan. Bayi prematur juga memerlukan
21

waktu beberapa hari atau minggu untuk dapat pindah dari lingkungan NICU (Neonatal
Intensive Care Unit) ke rumah. Mengurangi kebisingan dan meredupkan lampu secara
bertahap terbukti dapat membantu bayi tertidur lelap. Usahakan bayi tidur telentang karena
telah diketahui bahwa posisi telungkup berkaitan dengan meningkatnya resiko terjadinya
sudden infant death syndrome (SIDS). Hindari juga kasur yang terlalu empuk dan permukaan
lainnya yang dapat memerangkap udara pernapasan, karena bisa juga meningkatkan risiko
terjadinya SIDS.

4. Konsultasi pada Ahlinya
Kelahiran bayi prematur yang lebih awal dari waktunya sering menyisakan
permasalahan karena belum matangnya organ-organ tubuh. Untuk itu, orangtua dengan bayi
prematur hendaknya selalu mengamati perkembangan anaknya dan sering berkonsultasi
dengan ahlinya. Permasalahan yang biasanya muncul seperti masalah penglihatan dan
pendengaran.
Strabismus (juling) lebih sering ditemukan pada bayi prematur. Karena juling dapat
menjadi tanda kelainan di dalam mata, konsultasi dengan dokter mata umumnya diperlukan.
Pada banyak bayi berat lahir sangat rendah, juling pada usia enam minggu menghilang saat
mencapai usia 9 bulan. Juling yang timbul saat usia 9 bulan cenderung menetap. Dianjurkan
melakukan pemeriksaan awal pada usia 4-6 minggu, dengan follow-up tergantung hasil
pemeriksaan awal. Masalah pendengaran yang sering muncul pada bayi prematur adalah
ketulian, hal ini disebabkan oleh beberapa keadaan seperti hiponatremia (kadar natrium
dalam darah yang rendah), alkalosis metabolik dan penggunaan ventilator mekanik dalam
waktu lama. Penggunaan obat golongan aminoglikosida atau furosemide merupakan faktor
resiko tambahan. Orang tua harus memperhatikan adanya tanda-tanda hilangnya pendengaran
pada bayi. Respons bayi terhadap suara keras dapat diperiksa oleh dokter dan kemampuan
mengerti dan mengekspresikan bahasa dapat dinilai dengan alat pemeriksaan untuk mengukur
perkembangan. Konsultasi dengan ahli THT dapat dilakukan jika orang tua melihat tanda-
tanda hilangnya pendengaran atau jika ditemukan kelainan saat pemeriksaan.

Komplikasi
10

1. Sindroma gawat pernapasan (penyakit membran hialin).
2. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks menghisap
atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau serangan apneu.
3. Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian makanan.
22

4. Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia retrolental)
5. Displasia bronkopulmoner.
6. Penyakit jantung.
7. Jaundice.
8. Infeksi atau septikemia.
9. Anemia.
10. Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah, bisa tinggi
(hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
11. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.
12. Keterbelakangan mental dan motorik.

Pencegahan
Salah satu langkah terpenting dalam mencegah prematuritas adalah mulai melakukan
pemeriksaan kehamilan sedini mungkin dan terus melakukan pemeriksaan selama kehamilan.
Statistik menunjukkan bahwa perawatan kehamilan yang dini dan baik bisa mengurangi
angka kejadian prematuritas, kecil untuk kehamilan dan angka kesakitan akibat persalinan
dan pada masa baru lahir.

Prognosis
Prognosis bayi prematur ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal,
misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/ makin kecil berat bayi makin tinggi angka
kematian), terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatus
seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini
selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ
yang rendah dan gangguan lainnya

Kesimpulan

Daftar Pustaka
1. Lissauer T, fanaroff A. At a glance neonatology. Jakarta: Erlangga Medical Series;
2009.h. 46-137.
2. Lorna D. Pemeriksaan kesehatan bayi. Jakarta: EGC; 2011.h. 9-49.
23

3. Meadow SR, Newell SJ. Lecture notes on paediatrics. Edisi ke-7. Jakarta: Erlangga;
2004.h.59, 65.
4. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Buku ajar pediatri Rudolph. Edisi ke-20.
Jakarta: EGC; 2007.h.1065-6.
5. David H. Dasar-dasar pediatri. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2008.h.44-73.
6. Sistiarani C. Faktor maternal dan kualitas pelayanan antenatal yang berisiko terhadap
kejadian BBLR. 2008 Agustus. h. 9-29.
7. Behrman, Kliegman, Arvin, Nelson. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC; 2000.h.2146-7.
8. Richard BE. Esensi pediatri nelson. Edisi ke-4. Jakarta: EGC; 2010.h.754.
9. Kosim MS, Yunanti A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku ajar neonatalogi. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI;2010.h.147-53.
10. Tom L, Avroy F. At a Glance neonatologi. Dalam: Amalia S, penyunting. Neonatologi:
Kedokteran perianatal, bayi baru lahir yang normal, dan bayi preterm. Jakarta: Erlangga;
2009.p.33,52-3,68

Anda mungkin juga menyukai