Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

POLIOMYELITIS
Pembimbing :

Dr. Emilda, Sp.A

Oleh :

Prima Putri Pentana / 406182005

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


TARUMANAGARA

PERIODE 09 SEPTEMBER – 17 NOVEMBER 2019


PENDAHULUAN

– Acute Flaccid Paralysis


– Infeksi dari enterovirus, famili picornaviridae
– 4 bentuk manifestasi klinis  inapparent infection (90-95%), abortif/minor illness
(4-8%), poliomyelitis non-paralitik (meningitis aseptik), poliomyelitis paralitik (1-2%)
– Sering pada anak <5tahun (33,3%)
– 5-10%- memninggal karena terkena otot pernapasan
– Poliovirus merupakan RNA virus transmisi lewat orofekal/ air yang terkontaminasi
– Ada 3 macam serotipe type 1, type 2 dan type 3
DEFINISI DAN ETIOLOGI

– Penyakit polio adalah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus.
– Poliomielitis disebabkan oleh infeksi virus dari genus enterovirus yang dikenal
sebagai poliovirus (PV).
POLIO VIRUS
Poliovirus cukup kuat dan bisa
bertahan aktif selama beberapa
hari dengan suhu kamar, dan bias
tersimpan dalam wujud beku -
tersusun oleh satu genom RNA yang 20oC Reservoir alamiah satu-satunya ialah
terbungkus protein yang disebut capsid manusia, walaupun virus juga
Ada 3 serotipe yang telah diidentifikasi Tidak aktif bila terkena panas, terdapat pada sampah atau lalat.
yakni tipe 1 (PV1, Bruhilde), tipe 2 (PV2, formaldehid, klorin dan sinar Masa inkubasi biasanya antara 7-10
Lansing) dan tipe 3 (PV3, Leon). Masing- ultraviolet hari, tetapi kadang-kadang terdapat
masing memiliki protein capsid yang kasus dengan inkubasi antara 3-35
sedikit berbeda dapat dimusnahkan dengan cara hari
pengeringan atau dengan
pemberian zat oksidator kuat
seperti peroksida atau kalium
permanganate
EPIDEMIOLOGI

– Goar (1955) dalam uraiannya tentang poliomyelitis di Negara berkembang dengan sanitasi yang kurang baik
berkesimpulan bahwa pada daerah-daerah tersebut epidemic poliomyelitis ditemukan pada 90% anak
bawah umur 5 tahun
– Selama tahun 1953-1957 di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, dari 21 penderita, 67% diantaranya
berusia 1-5 tahun
– Dari tahun 1996 sampai tahun 2005 negara Indonesia pernah dikatakan bebas polio, tetapi pada bulan
maret tahun 2005 sebuah kasus AFP tercatat dan dalam waktu 23 minggu virus terus menyebar ke 4 provinsi
di Jawa dan 2 provinsi di Sumatra
– Pada tahun 2006 hanya ditemukan 2 kasus. Kasus terakhir (virus polio liar tipe 1) ditemukan di Kabupaten
Aceh Tenggara Provinsi Aceh dengan onset tanggal 2 Februari 2006
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
FAKTOR RESIKO

Kekurangan Infeksi dengan virus polio menimbulkan peningkatan risiko bagi


kekebalan orang dengan imunodefisiensi sel B primer

Infeksi virus liar atau strain vaksin dapat berkembang secara


atipikal, dengan masa inkubasi lebih dari 28 hari, tingkat kematian
yang tinggi setelah penyakit kronis yang panjang, dan lesi yang
tidak biasa pada sistem saraf pusat
Orang yang terinfeksi HIV berpotensi berisiko mengalami
poliomielitis liar atau terkait vaksin ketika fungsi sel B menurun
pada akhir perjalanan klinis penyakit ini
Malnutrisi Mengikuti dosis OPV, titer antibodi
penetralisir serum serupa pada anak-anak
yang kekurangan gizi dan gizi baik

Pada anak-anak yang kekurangan gizi,


antibodi sekresi IgA telah terdeteksi secara
signifikan lebih jarang, pada tingkat yang
lebih rendah
Aktivitas Orang yang mengalami lumpuh polio,
fisik intensitas aktivitas fisik dalam 48 jam pertama
setelah timbulnya kelumpuhan berkorelasi
dengan tingkat keparahan kelumpuhan

Aktivitas fisik sebelum timbulnya kelumpuhan


tidak berhubungan dengan kelumpuhan
selanjutnya
Kehamilan Di antara orang dewasa berusia 15 hingga 44 tahun,
kontak hamil dari kasus polio memiliki peningkatan
risiko kelumpuhan dibandingkan dengan kontak
wanita atau pria lainnya.

Namun tidak ada bukti bahwa janin dipengaruhi oleh


infeksi maternal dengan virus polio liar atau dengan
imunisasi ibu dengan vaksin hidup yang dilemahkan
Tonsilektomi Aycock melaporkan pada tahun 1942 bahwa tonsilektomi
pada seseorang yang menginkubasi virus polio
kemungkinan mengarah pada polio; penelitian selanjutnya
menunjukkan bahwa tonsilektomi sebelumnya dapat
meningkatkan risiko bulbar poliomielitis

Dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki amandel


utuh, anak-anak seronegatif yang memiliki amandel
diangkat memiliki tingkat respon antibodi sekretori yang
lebih rendah di faring ketika diimunisasi dengan OPV
MANIFESTASI KLINIS
DIAGNOSA BANDING

– Pseudoparalisis non neurogen : tidak ada kaku kuduk, tidak ada pleiositosis.
Disebabkan oleh trauma/kontusio, demam reumatik akut, osteomielitis.
– Polyneuritis: gejala para plegi dengan gangguan sensibilitas, dapat dengan paralysis
palatum molle dan gangguan otot bola mata
– Poliradikuloneuritis (Sindrom Guillain Barre): Biasanya diawali demam, paralysis
tidak akut tapi perlahan-lahan, bilateral simetris, pada fase permulaan likuor
serebrospinalis SGB protein meningkat sedangkan Poliomielitis pleiositosis, SGB bias
sembuh tanpa gejala sisa, SGB ada gangguan sensorik
– Miopatia (kelainan progresif dari otot-otot dengan paralysis dan kelelahan disertai
rasa nyeri)
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
PP

Pengujian
Isolasi virus Analisis CSF
serologis

Pengumpulan
spesimen
TATALAKSANA

Medikamentosa
– Tidak ada antivirus untuk terapi infeksi oleh virus polio
Suportif
– Pemberian antipiretik/analgetik bila terdapat keluhan demam, nyeri kepala, atau nyeri otot
– Ventilasi mekanik seringkali diperlukan pada pasien paralisis bulbar
– Trakeostomi dilakukan pada pasien yang membutuhkan dukungan ventilasi mekanik
jangka panjang
– Rehabilitasi medis diperlukan pada kondisi paralisis untuk mencegah terjadinya
dekubitus, pneumonia akibat berbaring lama, serta latihan aktif serta pasif untuk
mencegah kontraktur
– Konstipasi diatasi dengan pemberian laksatif dan pemasangan kateter urin
– Terapi hipertensi bila terjadi ensefalopati hipertensif
Bedah
– Diperlukan bantuan bedah ortopedi bila terjadi sekuele yang mengakibatkan
displasia atau kontraktur
Diet
– Keseimbangan cairan dan elektrolit sangat diperlukan, bilamana memungkinkan diet
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
– Hindari terjadinya aspirasi
VAKSINASI

Jenis vaksin polio:


– Oral Poliovirus Vaccine (OPV) weakened strain of
live virus
– Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV) dead or inactive
virus
OPV

– OPV sering disebut sebagai vaksin polio Sabin sesuai nama penemunya, bentuk
trivalen (tOPV) untuk mencegah tiga jenis virus polio. Vaksin tOPV adalah vaksin
hidup yang dilemahkan (live- attenuated virus vaccine), diberikan tiga dosis
secara serial untuk memberikan kekebalan seumur hidup.

Vaksin polio oral lebih efektif untuk pemberantasan poliomielitis, karena virus yang dilemahkan
akan mengadakan replikasi di traktus gastrointestinalis bagian bawah.
IPV

– Vaksin polio inaktif (IPV) sebenarnya lebih dulu ditemukan daripada OPV,
disebut juga vaksin polio Salk, sesuai dengan nama penemunya Jonas Salk di
tahun 1955. Vaksin IPV berisi virus inaktif, berisi 3 tipe virus polio liar. Vaksin
yang disuntikkan akan memunculkan imunitas yang dimediasi IgG dan
mencegah terjadinya viremia serta melindungi motor neuron

Pemberian IPV pada berbagai studi dilaporkan dapat menyebabkan serokonversi terhadap ketiga
tipe virus polio sebesar 94% setelah pemberian dua dosis dan 99-100% setelah pemberian injeksi
3 dosis. Keuntungan lain IPV adalah dapat diberikan pada kasus dengan status
immunocompromised.
Jadwal imunisasi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai