Oleh :
Preseptor :
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu diharapkan saran dan kritik dalam rangka penyempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
DAFTAR GAMBAR 3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Batasan Masalah 5
1.3 Tujuan Penulisan 5
1.4 Manfaat Penulisan 5
1.5 Metode Penulisan 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Kepala 6
2.4 Etiologi 11
2.5 Epidemiologi 12
2.6 Patofisiologi 12
2.7 Gejala Klinis 14
2.8 Diagnosis 14
2.9 Pemeriksaan Radiologi 15
2.10 Diagnosis Banding 19
2.11 Tatalaksana 19
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan 20
DAFTAR PUSTAKA 21
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
1.3 Tujuan Penulisan
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan
1. Medulla Oblongata
2. Pons
3. Otak Tengah
4. Meningens
5. Otak Depan
6. Serebrum
7. Konvolusi
8. Dienchepalon
9. Serebellum
10. Hind Brain
11. Medulla Spinalis
7
- Pons Varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesenhepalon
dengan pons varoli dan cerebellum terletak di depan cerebellum
diantara otak tengah dan medulla oblongata, di sini terdapat
premotoksid yang mengatur gerakan pernafasan dan refleks.
- Medulla oblongata, bagian batang otak paling bawah yang
menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis.
-
c. Otak Kecil (cerebellum)4
- Arkhiocerebellum (vestibulocerebellum).
- Paleacerebellum (spinocerebellum).
- Neocerebellum (ponto cerebellum).
Keterangan
1. Vena-vena serebri superior.
2. Lobus frontalis.
3. Vena serebri media.
4. Vena-vena serebri inferior.
5. Rolandi.
6. Serebelum
7. Medula oblongata.
8. Lobus temporalis
8
Cairan serebrospinal adalah hasil sekresi plexus choroideus ke dalam
ventrikel – ventrikel yang ada dalam otak, cairan tersebut masuk ke dalam kanalis
sentralis sumsum tulang belakang dan juga ke dalam ruang subarachnoid.
9
Gambar 2.4. Gambaran normal CT Scan tanpa kontras otak.5
10
Gambar 2.5 MRI otak.5
2.4 Etiologi
Abses serebri dapat terjadi akibat penyebaran yang berdekatan dari sumber
lokal infeksi, penyebaran secara hematogen dari infeksi sistemik, maupun trauma.
Abses serebri akibat penyebaran langsung yaitu penyebaran bakteri dari otitis dan
infeksi sinus paranasalis. Penyebaran secara hematogen seperti pada infeksi
pulmonar, sepsis, penyalahgunaan obat-obatan, dan penyakit jantung. Abses
serebri juga dapat terjadi akibat trauma misalnya pada luka tusuk dan luka post
operasi.6
11
Bakteri yang sering ditemukan pada abses serebrimeliputi Streptococcus,
Pneumococcus, Proteus, dan E. coli.Abses serebri akibat Staphylococcus biasanya
berkembang dari penjalaran otitis media atau fraktur kranii. Abses serebri akibat
Streptococcus dan Pneumococcus seringkali merupakan komplikasi dari infeksi
paru-paru, otitis media, atau trauma kapitis. Abses serebri akibat Proteus dan E.
coli berkembang dari penjalaran otitis media atau mastoiditis. Sekitar 15% dari
abses serebri mengandung dua atau lebih kuman patogenik dan 20% dari abses
serebri mengandung kuman steril. Pada penderita penyakit jantung bawaan
(tetralogy of fallot), umumnya abses serebri yang terjadi disebabkan oleh infeksi
Streptococcus.7
Selain bakteri, abses serebri dapat pula disebabkan oleh jamur dan parasit.
Jamur yang menyebabkan abses serebri meliputi Candida, Aspergillus,
Actinomycetes, sementara parasit meliputi E. histolytica, Cystisercosis, dan
Schistosoma.8
2.5 Epidemiologi
2.6 Patofisiologi
12
yang nekrotik sehingga terbentuk abses yang tidak berbatas tegas. Pada tahap
lanjut terjadi fibrosis yang progresif sehingga terbentuk kapsul yang konsentris.
Apabila kapsul tersebut pecah, maka nanah akan sampai ke ventrikel, sehingga
hal ini dapat menimbulkan kematian.7
Pada fase ini, terjadi reaksi inflamasi lokal dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear, limfosit, dan sel plasma dengan pergeseran aliran darah tepi,
yang dimulai pada hari pertama dan meningkat pada hari ketiga. Pada tunika
adventisia, terdapat sel-sel radang yang berasal dari pembuluh darah dan
mengelilingi daerah nekrosis infeksi. Peradangan perivaskular ini disebut dengan
serebritis. Pada saat ini terjadi edema di sekitar otak dan peningkatan efek massa
karena pembesaran abses.9
13
retikulum yang tersebar membentuk kapsul kolagen. Reaksi astrosit di sekitar otak
juga mulai meningkat.9
2.8 Diagnosis
Diagnosis abses serebri ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, maupun pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, gambaran klinis abses
serebri tidak khas. Terdapat gejala infeksi seperti demam, tanda peningkatan
tekanan intrakranial yaitu sakit kepala yang semakin memberat, muntah proyektil,
penurunan kesadaran, dan tanda neurologis fokal.
Pada pemeriksaan fisik, digunakan Glasgow Coma Scale untuk menilai
derajat kesadaran pasien. Dapat juga dilakukan angiografi untuk menentukan
14
lokalisasi abses. Rontgen foto kepala, sinus atau mastoid serta toraks untuk
mencari sumber infeksi. Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan dan
MRI.Pada pemeriksaan darah rutin, sekitar 50-60% pada kasus abses serebri
didapatkan terjadinya leukositosis. Pada 70-95% kasus abses serebri ditemukan
peningkatan LED.8,9
15
Gambaran CT scan berdasarkan fase perkembangan abses, yaitu:
- Serebritis dini
Pada hari pertama, tampak daerah dengan gambaran yang hipodens dengan
dengan sebagian gambaran berbentuk cincin. Pada hari ketiga, gambaran cincin
lebih jelas sesuai dengan diameter serebritisnya dan didapati mengelilingi pusat
nekrosis.7
- Serebritis lanjut
Gambaran cincin sempurna 10 menit setelah pemberian kontras perinfus.
Kontras masuk ke daerah sentral dengan gambaran lesi homogen yang
menunjukkan bahwa terjadinya serebritis.7
16
Gambar 2.8. CT scan fase kapsul dini
- Pembentukan kapsul lanjut
Gambaran kapsul dari abses terlihat jelas, sedangkan daerah nekrosis tidak
diisi oleh kontras.7
17
(DWI) berfungsi untuk menunjukkan restriksi difus dengan is useful for
demonstrat-
Gambar 2.10. MRI abses serebri: a. Serebritis dini, b dan c. Serebritis lanjut
Karakteristik kapsul adalah T1 hiperintens dan T2 hipointens dengan ditandai peningkatan kontras. Peningkatan pinggiran
abses biasanya tipis, khususnya pada sisi luar. Abses cenderung berkembang secara medial menjadi bentuk oval dan
kapsul menjadi lebih tipis ke arah ventrikel dan lebih tebal ke arah korteks. MRI adalah teknik pencitraan yang paling
akurat untuk membedakan abses serebri yang disebabkan bakteri dengan massa kistik atau nekrotik di intrakranial. Selain
hiperintensitas pada FLAIR dan T1WI, pusat abses sangat cerah pada DWI dan gelap pada ADC, menggambarkan
berkurangnya difusivitas dalam bahan purulen. Abses jamur mungkin lebih heterogen, menunjukkan nilai yang lebih tinggi
pada ADC, dan melibatkan bagian substansia kelabu yang lebih dalam.
18
Pada gambar , T1WI axial menunjukkan gambaran hiperintens pada berbagai daerah dengan edema vasogenik prominent
(ditunjukkan oleh tanda panah) dan efek massa pada lobus frontal kiri. Terdapat pula gambaran seperti cincin yang
hipointens.
Lesi tersebut
menunjukkan
peningkatan
Post kontras T1WI koronal menunjukkan gambaran cincin dengan nodul eksentrik (tanda panah). Terdapat pula edema
vasogenik bilateral.
19
pada CT scan, meliputi:6
- Multipel sklerosis
- Metastasis tumor otak
- Tumor otak primer
- Tuberkulosis
- Hematoma subakut
- Aneurisma trombosis
2.11 Tatalaksana
Terapi empirik berupa pemberian sefalosporin generasi III intravena
(seftriakson 2g/12 jam i.v atau cefotaxim 2g/8 jam i.v). Terapi empirik diberikan
hingga didapatkan antibiotik yang sesuai dengan hasil tes sensitivitas kuman yang
diisolasi dari abses atau dari sumber infeksi. Jika hasil isolasi tidak ditemukan
kuman penyebab, maka terapi empirik dapat dilanjutkan hingga 6-8 minggu.
Selain itu diberikan juga anti edema seperti deksametason atau manitol sesuai
indikasi. Bila tindakan konservatif yang dilakukan gagal atau abses berdiameter
lebih atau sama dengan 2,5 cm, dilakukan tindakan pembedahan berupa aspirasi
atau eksisi abses.8
20
BAB 3
KESIMPULAN
Abses serebri dapat terjadi akibat penyebaran yang berdekatan dari sumber
lokal infeksi, penyebaran secara hematogen dari infeksi sistemik, maupun trauma.
Abses serebri akibat penyebaran langsung yaitu penyebaran bakteri dari otitis dan
infeksi sinus paranasalis. Penyebaran secara hematogen seperti pada infeksi
pulmonar, sepsis, penyalahgunaan obat-obatan, dan penyakit jantung. Abses
serebri juga dapat terjadi akibat trauma misalnya pada luka tusuk dan luka post
operasi.
21
Pada pemeriksaan CT Scan, gambaran abses berbeda berdasarkan
perkembangannya, yaitu serebritis dini, serebritis lanjut, pembentukan kapsul dini
dan kapsul lanjut. Pada MRI fase serebritis akan tampak gambaran hipointens
pada T1W1 dan hiperintens pada T2W1/FLAIRE. Pada fase lanjut serebritis akan
tampak gambaran cincin yang tidak selalu menandakan adanya pembentukan
kapsul abses. Diagnosis banding abses serebri berdasarkan dari gambaran cincin
pada CT Scan adalah multiple sklerosis, metastasis tumor, tumor otak primer,
tuberkulosis, dan aneurisma trombosis.
DAFTAR PUSTAKA
22
8. PERDOSSI. Panduan Praktik Klinis. 2016;176-6
9. Hakim AA. Abses otak. Kedokt Nusant. 2005;38:324-7
10. Victor M, Ropper AH, Adams RD. Adam and Victor’s Principles of
Neurology. 2000. 365-367p
23