Anda di halaman 1dari 50

0

GAMBARAN RADIOLOGI
NERVUS TRIGEMINUS
Oleh :
dr. Taufiq Hidayat Ridwan

Pembimbing :
dr. Farhan Anwary, Sp.Rad(K). MH.Kes

Penyanggah

: dr. Kiagus Roy

Penanya wajib

: dr. Dian Yasmiati


dr. Rusfita Aguswina

BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT DR HASAN SADIKIN BANDUNG
2014

BAB I
PENDAHULUAN

Nervus trigeminus cukup komplek, karena nervus tersebut memiliki dua fungsi
sebagai nervus sensori untuk wajah dan sebagai nervus motorik untuk
mengkontrol otot-otot masikator. Masing-masing cabang memiliki cabangcabangnya lagi.1,2
Pemahaman tentang patologi pada nervus trigeminus membutuhkan
pengetahuan yang mendalam tentang anatomi nervus kranial ini, mulai dari asal
nervus pada pons dan perjalananya melalui sisterna dan region parasella perlu
diketahui dengan baik.3
Magnetic Resonance Imaging adalah metode terpilih untuk pencitraan anatomi
dan lokasi dari nervus trigeminal. Gejala klinis tidak dapat dengan tepat
menentukan

lokasi

patologi

dari

nervus

tersebut

sehingga

pencitraan

menggunakan MRI menentukan prediksi lokasi dari lesi.3


Referat ini membahas tentang definisi, embriologi, anatomi, gambaran
radiologi normal dan gambaran radiologi kelainan pada nervus trigeminus atau
nervus V.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Nervus trigeminus cukup komplek, karena memiliki dua fungsi sebagai nervus
sensori untuk wajah dan sebagai nervus motorik untuk mengkontrol otot-otot
masikator. Kelainan pada bagian nervus sensori dari nervus trigeminus
menyebabkan kehilangan sensasi wajah atau sakit pada wajah, sedangkan
kelainan pada nervus motorik menyebabkan deviasi dari rahang menjauhi sisi
yang terkena dan kesulitan mengunyah. Kata Trigeminus sendiri berasal dari
bahasa latin artinya tiga bagian, yang berarti nervus tersebut terdiri dari tiga
bagian divisi yaitu; bagian oftalmikus, maksilaris dan mandibularis.4

2.2 Embriologi
Pada minggu keempat perkembangan embrio, nukleus dari ke 12 nukleus
kranial telah terbentuk. Nervus olfaktorius (N I) dan optikus (N II) terbentuk dari
pons, dan hanya nervus okulomotor (N III) yang timbul dari luar hindbrain. Pada
hindbrain, proliferasi pada pusat neuroepithelium terbentuklah delapan segmen
rhombomeres. Rhombomeres ini membentuk nukleus kranial IV, V, VI, VII, IX, X,
XI, dan XII. Pembentukan pola segmental ini diarahkan oleh mesoderm dan
dikumpulkan ke somitomeres neuroepitelium.5
Nukleus dari motor neuron berada di dalam pons, sementara ganglia sensorik
berada di luar otak dengan demikian organisasi dari nervus kranial homolog

dengan yang terdapat pada nervus tulang belakang, meskipun tidak semua nervus
kranial berisi serabut motorik dan serabut sensoris.5
Ganglia sensorik nervus kranial berasal dari placodes ectodermal dan sel
neural pial. Placodes ectodermal termasuk nasal dan keempat epibranchial
placodes terbentuk dari penebalan ektodermal dorsal dari lengkung faring.
Epibranchial berkontribusi membentuk ganglia untuk nervus lengkung faring (V,
VII, IX, dan X).5
Mesensepalon
Ismus Rombensepalika

Hemisfer Sereberal

Rhombik daerah
intraventrikuler
Fleksura Pontin
Medula Oblongata

Tonjolan olfactori

Diensefalon

Atap dari ventrikel ke 4

Gambar 2.1. Gambaran lateral dari vesikel otak.


Dikutip dari: Sadler T. W.5

2.3 Anatomi
Nukleus trigeminus merupakan nukleus kranial yang besar dan merupakan
nukleus sensorik kepala dan wajah, memberikan sebagian besar fungsi sensorik ke
kulit kepala, duramater, dan struktur orofasial serta nukleus motorik dari otot-otot
pengunyahan. Nervus trigeminus muncul dari sisi dekat perbatasan atas pons.1,2

N.Oftalmikus (V1)

Nervus Optikus

N.Maksilaris (V2)

A.Karotis Interna

N.Mandibularis (V3)
Ganglion Trigeminus

N.Okulomotor

Akar motorik
& Akar sensorik

Pons

N. Fasialis
N.Vestibulotroklear
SEREBELUM

Gambar 2.2. Gross anatomi nervus trigeminus.


Dikutip dari: Bartleby.2

Serabut motorik nervus trigeminus timbul dari dua nukleus superior dan
inferior. Nukleus superior terdiri dari sel-sel di sepanjang bagian lateral substansia
grisea. Nukleus inferior terletak di bagian atas pons, dekat dengan permukaan
dorsal, sepanjang garis margin lateral dari fossa rhomboid. Serat dari nukleus
superior merupakan akar mesensefalik yang turun melalui otak tengah, dan,
memasuki pons.1,2
Serabut nervus sensorik timbul dari sel-sel ganglion semilunar yang terletak di
rongga duramater dekat puncak bagian petrosa dari tulang temporal. Nervus
tersebut melewati belakang di bawah sinus petrosus superior dan tentorium
serebelum memasuki pons dan terbagi menjadi serat atas dan bawah. Serabut
bagian atas sebagian berakhir dalam nukleus yang terletak di pons lateral bawah
nukleus motorik, dan sebagian di locus caeruleus. Serabut bagian bawah turun
melalui pons dan medula oblongata, berakhir di bagian atas dari substansia
gelatinosa Rolando.1,2

Ganglia semilunar nervus trigeminus menempati rongga/cavum Meckel di


dalam duramater. Serabut motorik berjalan di depan dan medial dari serabut
sensorik, melewati bawah ganglion dan keluar dari tengkorak melalui foramen
ovale menjadi nervus mandibula.1,2
Ganglion di sisi medial menerima filamen simpatik dari pleksus karotis, keluar
cabang ke tentorium serebelum, dan duramater di middle fossa. Nervus trigeminus
terbagi menjadi tiga nervus yaitu; oftalmikus (V1), maksilaris (V2) dan
mandibularis (V3) di perbatasannya yang berbentuk cembung,.1,2
V3: Foramen Ovale
V1: Fissura Orbita Superior
V2: Foramen Rotundum

Gambar 2.3. Nervus trigeminus hubungannya dengan foramen dasar tengkorak.


Dikutip dari: Kirshenbaum D.6

Nervus oftalmikus divisi pertama dari nervus trigeminus merupakan nukleus


sensorik memasok cabang ke kornea, siliaris, dan iris ke kelenjar lakrimal dan
konjungtiva, ke bagian selaput lendir rongga nasal serta kulit kelopak mata, alis,
dahi, dan nasal. Nervus oftalmikus merupakan yang terkecil dari tiga divisi nervus
trigeminus, muncul dari bagian atas ganglion semilunar melewati depan dari
dinding lateral sinus kavernosa, di bawah okulomotor dan nervus troklear, nervus

tersebut memasuki orbita melalui fisura orbita superior dan terbagi menjadi tiga
cabang, lakrimal, frontal, dan nasosiliaris.1,2
N.Lakrimalis
N.Nasosiliari

N.Frontalis
A.Karotis Interna dan
Pleksus Karotis

N. Okulmotor atas

N.III
N.IV
Akar sensorik
Akar motorik

N.VI

N.V1

N. Okulomotor bawah

N.V2

N.V3

N.Siliaris

N. Zigomatikus

Gambar 2.4. Nukleus orbita, dan ganglion siliaris.


Dikutip dari: Henry G.1

Nervus lakrimalis merupakan nervus yang terkecil dari tiga cabang nervus
ophthalmikus, memasuki orbita melalui bagian tersempit dari fisura orbitais
superior. Di orbita nervus ini berjalan sepanjang batas atas dari rektus lateralis,
Memasuki kelenjar lakrimal dan memberikan beberapa filamen yang memasok
kelenjar dan konjungtiva, menembus septum orbita dan berakhir pada kulit
kelopak mata atas, bergabung dengan filamen nervus pada wajah.1,2
Nervus frontalis merupakan cabang terbesar dari nervus oftalmikus, memasuki
orbita melalui fisura orbitais superior berjalan diantara levator palpebra superior

dan periosteum, antara puncak dan dasar orbita terbagi menjadi dua cabang,
supratroklear dan supraorbita.1,2
Nervus supratroklear, lewat di atas dari oblik superior, memberikan cabang
bergabung dengan cabang infratroklear nukleus nasosiliaris kemudian keluar dari
orbita diantara foramen oblikus superior dan supraorbita, menjadi cabang-cabang
yang memasok kulit bagian bawah dahi dan ke konjungtiva serta kulit kelopak
mata atas.1,2
Nervus supraorbita melewati foramen supraorbital ke palpebra superior.
kemudian naik ke dahi, dan berakhir menjadi dua cabang, satu medial dan lateral,
yang memasok integumen kulit kepala hampir sejauh sutura lambdoidea.1,2
Nervus nasosiliaris memasuki orbita diantara rektus lateral dan diantara ramus
superior dan inferior dari nervus okulomotorius berjalan di bawah rektus superior
dan oblik superior ke dinding medial rongga orbita di daerah tersebut melewati
foramen etmoidalis anterior memasuki rongga tengkorak melintasi batas lateral
bagian depan cribriform tulang etmoidalis dan berjalan ke bawah melalui celah di
sisi crista galli ke dalam rongga nasal. Nervus ini mempercabangi cabang internal
nasal ke membran mukosa bagian depan dari septum dan dinding lateral rongga
nasal yang akhirnya muncul sebagai cabang nasal eksternal diantara batas bawah
tulang nasal dan tulang rawan nasal lateral kemudian melewati bawah otot nasalis
mempersarafi kulit dari ala nasi dan apex nasi.1,2
Radiks ganglion siliaris muncul dari nasosiliaris diantara dua rektus lateralis
melewati depan sisi lateral nukleus optikus memasuki sudut postero superior

ganglion siliaris bergabung dengan filamen dari pleksus kavernosus dari simpatik
dan dari ramus superior nukleus troklear.1,2
Nervus siliaris longi yang berasal dari nasosiliaris pada saat melintasi nukleus
optikus menembus bagian posterior sklera ke depan terdistribusi ke iris dan
kornea. Nervus siliaris longi mengandung serat simpatis dari ganglion servikalis
superior ke otot dilator pupil.1,2
Nervus infratroklearis berasal dari nasosiliaris sebelum memasuki foramen
etmoidalis anterior berjalan ke depan sepanjang perbatasan atas rektus medialis
bergabung dengan filamen dari nervus supratroklear kemudian melewati sudut
medial mata dan mempersarafi kulit kelopak mata, sisi nasal, konjungtiva,
kantung lakrimal, dan karankula lakrimalis.1,2
Cabang-cabang nervus etmoidalis mempersarafi sel-sel etmoidalis, cabang
posterior meninggalkan rongga orbita melalui foramen etmoidalis posterior dan
memberikan beberapa filamen ke sinus spenoidalis.1,2
Ganglion siliaris adalah ganglion simpatik terletak di bagian belakang orbita,
diantara nervus optikus dan otot rektus lateralis, seratnya terdiri dari tiga buah.
Nervus sensoriknya berasal dari nervus nasosiliaris, nervus motoriknya berasal
dari cabang nervus okulomotor oblik inferior. Serabut motoriknya mengandung
serat eferen simpatis (serabut preganglionik) membentuk sinaps dengan serat
neuron (postganglionik) otot siliaris dan otot spingter pupil. Serabut simpatisnya
merupakan filamen dari pleksus kavernosus.1,2
Cabang-cabangnya adalah nukleus siliaris yang pendek merupakan filamenfilamen halus berjalan ke depan bersama dengan arteri siliaris di bawah nervus

optikus, menembus sklera di bagian belakang bola mata, berjalan pada permukaan
bagian dalam dari sclera dan didistribusikan ke otot siliaris, iris, dan kornea.1,2
Nervus maksilaris adalah divisi kedua dari nervus trigeminus merupakan
nukleus sensorik berposisi diantara mata dan mandibula bermula dari tengah
ganglion semilunar sebagai pleksiform ke depan meninggalkan tengkorak melalui
foramen rotundum kemudian melintasi fossa pterigopalatina memasuki orbita
melalui fisura orbita inferior dan melintasi kanal infraorbita dan dinding inferior
orbita dan keluar ke wajah melalui foramen infraorbita. Nervus akhirnya terletak
di bawah quadratus superior labium dan terbagi menjadi cabang pada sisi nasal,
kelopak mata bawah dan bibir atas serta bergabung dengan filamen nukleus
wajah.1,2
N.Lakrimalis
N.Alveolaris Inferior N.V1
Ganglion
Trigeminus
N.V2

N.Zigomatikus

N.V3

N.Businator
N.Lingualis

N.Milohioid

Gambar 2.5. Distribusi maksilaris dan ganglion submaksilaris.


Dikutip dari: Henry G.1

10

Nervus medius meningeus berasal dari nervus maksilaris yang asalnya dari
ganglion semilunar mempersarafi durameter.1,2
Nervus zigomatikus keluar dari fossa pterigopalatina memasuki orbita melalui
fisura orbitais inferior, terbagi menjadi dua cabang yaitu zigomatikotemporalis
dan zigomatikofasialis.1,2
Cabang zigomatikotemporalis (ramus zigomatikotemporalis) berjalan
sepanjang dinding lateral orbita dalam alur pada tulang zigomatikus menerima
cabang komunikasi dari lakrimalis melewati foramen di tulang zigomatikus
memasuki fossa temporalis kemudian menembus fasia temporalis di atas
lengkungan zigomatikus dan didistribusikan ke kulit dahi bergabung dengan
nukleus fasialis dan dengan cabang aurikulotemporalis nukleus mandibularis.1,2
Cabang zigomatikofasialis melewati sudut infero lateral dari orbita muncul
pada wajah melalui foramen di tulang zigomatikus dan perforantes orbikularis
okuli mempersarafi kulit pada pipi. Nervus ini bergabung dengan nukleus fasialis
dan dengan cabang-cabang palpebra inferior maksilaris.1,2
Nervus spenopalatina berjumlah dua, turun ke ganglion sphenopalatina. Cabang
posterior superior timbul dari batang nukleus sebelum memasuki alur infraorbita
turun di tuberositas maksilaris dan mengeluarkan beberapa cabang nervus untuk
gusi dan selaput lendir pipi kemudian masuk ke kanal alveolaris posterior pada
permukaan infratemporal maksilaris bergabung dengan nukleus alveolaris
superior mengeluarkan cabang ke membran sinus maksilaris dan cabang untuk
gigi molar.1,2

11

Cabang alveolar (ramus superior medius alveolaris) dikeluarkan dari nukleus


bagian posterior dari kanal infraorbita berjalan dalam sebuah kanal di dinding
lateral sinus maksilaris untuk mempersarafi dua gigi premolar.1,2
Cabang alveolar superior anterior (ramus alveolaris anterior superior) sebelum
keluar dari foramen infraorbita turun di kanal dinding anterior sinus maksilaris
dan terbagi menjadi cabang yang memasok gigi insisivus dan gigi taring
bergabung dengan cabang alveolar medius superior memberikan cabang ke nasal,
melewati kanal di dinding lateral meatus inferior untuk mempersarafi selaput
lendir bagian anterior meatus inferior dan rongga nasal inferior dan bergabung
dengan cabang-cabang nasal dari ganglion sphenopalatina.1,2
Dentalis Posterior
Maksilaris

Cabang Orbitalis
Ganglion Spenopalatina

Alveolaris
Medius
Alveolaris
Anterior

Pleksus
Alveolaris

Gambar 2. 6. Cabang alveolar dari nervus maksilaris superior dan ganglion dari
spenopalatina.
Dikutip dari: Henry G.1

12

Cabang palpebra inferior mempersarafi kulit dan konjungtiva dari kelopak


mata bawah, bergabung di sudut lateral orbita dengan nukleus wajah dan
zigomatikofasialis.1,2
Cabang nasal eksternal mempersarafi kulit sisi nasal dan septum nasi bergabung
dengan cabang terminal nukleus nasosiliaris.1,2
Cabang labial superior didistribusikan ke kulit bibir atas, selaput lendir mulut,
dan kelenjar labial. bergabung, di bawah orbita, dengan filamen dari nervus
fasialisis membentuk pleksus infraorbita.1,2
Ganglion sphenopalatina merupakan ganglion yang terbesar dari ganglia
simpatis cabang-cabang nukleus trigeminus, di fossa pterigopalatina dekat dengan
foramen sphenopalatina terletak tepat di bawah nerves maksilaris menerima
nukleus sensorik, motorik, dan cabang simpatik.1,2
Serabut sensoriknya berasal dari dua cabang sphenopalatina dari nervus
maksilarisi serabutnya langsung ke nukleus palatina. Serabut motoriknya berasal
dari nervus intermedius Dalam ganglion sphenopalatina membentuk sinaps
dengan neuron postganglionik akson, vasodilator dan serabut sekretori, ke selaput
lendir nasal, palatum mole, amandel, uvula, bibir atas dan gusi, serta bagian atas
faring. Cabang simpatiknya berasal dari pleksus karotis.1,2
Nervus petrosus superfisialis keluar dari ganglion genikular nukleus fasialis
melewati kanal hiatus fasialis memasuki rongga tengkorak berjalan di bawah
duramater dalam alur pada permukaan anterior tulang temporal. Nervus kemudian
memasuki substansi tulang rawan mengisi foramen laserum, untuk bergabung
dengan cabang petrosus dalam kanal pterigodeus.1,2

13

N.V1

N.V2

Cabang nasalis
N.V3
N.Nasosiliari

Faringeal
N. Palatina Posterior

Terminasi
N.Nasopalatina

N.Palatina Medius
N.Palatina Ant

Gambar 2.7. Ganglion sphenopalatina dan cabang-cabangnya.


Dikutip dari: Henry G.1

Nervus petrosus profundus keluar dari pleksus karotid, berjalan melalui lateral
kanal karotis ke arteri karotis interna, kemudian memasuki substansi tulang rawan
mengisi foramen laserum, bergabung dengan nervus petrosus superfisialis untuk
membentuk nukleus dari kanal pterigodeus.1,2
Nervus dari kanal pterigodeus yang dibentuk oleh persimpangan dua nukleus
sebelumnya didalam substansi tulang rawan mengisi foramen laserum, melalui
kanal pterigodeus, bergabung dengan cabang spenoidalis dari ganglion otik,
memasuki fossa pterigopalatina dan bergabung dengan ganglion sphenopalatina
posterior.1,2
Cabang distribusi ini dibagi menjadi empat kelompok, yaitu; orbita, palatina,
nasal superior posterior, dan faring.1,2

14

Cabang-cabang orbita yang masuk ke orbita melalui fisura orbita inferior


mempersarafi periosteum, pada foramen Luschka beberapa filamen melewati
sutura frontoetmoidalis untuk mempersarafi selaput lendir etmoidalis posterior
dan sinus spenoidalis.1,2
Nervus palatina didistribusikan ke langit-langit mulut, palatum mole, tonsil, dan
selaput rongga nasal sebagian besar serabutnya berasal dari cabang-cabang
sphenopalatina nervus maksilaris. Nervus tersebut dibagi tiga bagian; anterior,
media, dan posterior.1,2
Nervus anterior palatina melalui kanal pterigopalatina keluar di palatum durum
melalui foramen palatina mayor mempersarafi gusi, selaput lendir dan kelenjar
dari palatum durum, dan bergabung dengan terminal filamen nervus nasopalatina
sedangkan di kanal pterigopalatina memberikan cabang posterior inferior dari
nasal, masuk ke rongga nasal melalui lubang di tulang palatina dan bercabangcabang di atas concha nasalis inferior dan meatus medius serta inferior
didistribusikan ke permukaan palatum mole.1,2
Nervus palatina medius muncul melalui salah satu kanal di palatina minor dan
mendistribusikan cabang-cabangnya ke uvula, tonsil, dan palatum mole.1,2
Nervus palatina posterior turun melalui kanal pterigopalatina mempersarafi
palatum mole, tonsil, dan uvula. Bagian medius dan posterior palatina bergabung
dengan cabang tonsil dari glossofaringeus untuk membentuk pleksus sirkulus
tonsilaris di sekitar tonsil.1,2
Cabang nasal superior posterior didistribusikan ke septum nasi dan dinding
lateral cavum nasi. Cabang ini memasuki bagian posterior rongga nasal melalui

15

foramen sphenopalatina dan mempersarafi selaput lendir yang menutupi konka


superior dan medius dari nasal, lapisan sel etmoidalis posterior, dan bagian
posterior septum nasi. Salah satu cabang yang lebih besar, yaitu nervus
nasopalatina memasuki rongga nasal melalui foramen sphenopalatina melewati
atap rongga nasal ke septum kemudian berjalan diantara periosteum dan selaput
lendir bagian bawah septum ke langit-langit mulut melalui kanal dan bergabung
dengan nukleus yang sesuai dari sisi yang berlawanan dan dengan nukleus
anterior palatine melengkapi beberapa filamen pada membran mukosa septum
nasi.1,2
Nervus faringeal (nervus pterigopalatina) mempersarafi selaput lendir dari
bagian nasal faring.1,2
Nervus mandibularisis (nervus maksilaris inferior) memasok persarafan dari
gigi dan gusi mandibula, kulit daerah temporal, aurikula, bibir bawah, bagian
bawah wajah, dan otot-otot pengunyahan dan juga mempersarafi selaput lendir
anterior dua pertiga lidah.1,2
Nervus spinosus (cabang meningeal) memasuki tengkorak melalui foramen
spinosum terbagi menjadi dua cabang, anterior dan posterior, mempersarafi
duramater cabang posterior dan lapisan lendir sel-sel mastoid.1,2
Nervus pterigodeus internal memasuki permukaan dalam otot memberikan
persarafan ke ganglion otik.1,2
Nervus maseter (n. masetericus) melewati lateral, atas pterigodeus eksternus,
depan artikulasi temporomandibularis, belakang tendon temporalis memberikan
filamen ke sendi temporomandibularis.1,2

16

Temporalis Post.
Aurikula Anterior

Zigomatikofasialis

Cab.Meatus

Cab.Temporalis

Cab.Paroti

Artikular

Komunikasi
ke Fasialis

Businator

Fasialis
Aurikulotemporalis

Alveolaris Inferior
Mentalis
Milohioid

Lingualis

Gambar 2.8. Nukleus trifasialis divisi mandibularis.


Dikutip dari: Henry G.1

Nervus temporalis profunda terbagi dua menjadi anterior dan posterior


melewati batas atas dari pterigodeus eksternus dan masuk ke permukaan dalam
dari temporalis.1,2
Nervus businator melewati diantara pterigodeus eksternus dan melalui bagian
bawah temporalis muncul ke perbatasan anterior dari maseter bersatu dengan
cabang-cabang bukal dari nukleus fasialis memasok cabang ke pterigodeus
eksternus. Nervus businator mempersarafi kulit di atas businator dan selaput
lendir yang melapisi permukaan dalamnya.1,2

17

Nervus pterigodeus eksternus muncul dan berhubungan dengan nervus businator


memasuki permukaan dalam dari otot.1,2
Nukleus mandibularis sebagian besar sensorik tetapi menerima beberapa
filamen dari akar motorik, terbagi menjadi aurikulotemporalis dan nukleus
alveolaris inferior.1,2
Nervus aurikulotemporalis berjalan di bawah pterigodeus eksternus ke sisi
medial leher mandibularis terbagi menjadi cabang temporalis superfisial.
Cabang-cabang komunikasi nervus aurikulotemporalis adalah nukleus wajah
dan ganglion otik.1,2
Cabang-cabang nervus aurikularis anterior didistribusikan terutama untuk kulit
yang menutupi bagian depan heliks dan tragus.1,2
Cabang-cabang ke meatus akustikus eksternus memasuki meatus diantara
tulang dan tulang rawan mempersarafi kulit lapisan tersebut dan membran
timpani.1,2
Cabang-cabang artikularis terdiri dari satu atau dua cabang yang masuk ke
bagian posterior dari sendi temporomandibularis.1,2
Cabang-cabang parotis mempersarafi kelenjar parotis. Cabang-cabang
temporalis superfisial mempersarafi kulit daerah temporal dan berhubungan
dengan nukleus wajah serta zigomatikotemporalis.1,2
Nervus lingualis mempersarafi selaput lendir anterior dua pertiga dari lidah
melewati antara pterigodeus internus dan ramus mandibula melintasi sisi lidah
atas konstriktor faringeus superior dan stiloglosus akhirnya berjalan di saluran
kelenjar submaksilaris serta sepanjang ujung lidah.1,2

18

Nervus alveolaris inferior adalah cabang terbesar dari nukleus mandibularis,


pada awalnya berada di bawah pterigodeus eksternus kemudian berjalan di antara
ligamentum spenomandibularis dan ramus mandibula ke foramen mandibularis
kemudian melewati di depan saluran mandibula di bawah gigi sejauh foramen
mentalis di mana terbagi menjadi dua cabang terminal yaitu insisivus dan
mentalis.1,2
Nervus milohioid berasal dari alveolaris inferior mempersarafi otot milohioid
dan anterior digastrikus.1,2
Cabang-cabang dental mempersarafi gigi molar dan premolar, cabang
insisivus mempersarfi gigi taring dan gigi seri.1,2
Nervus mentalis muncul di foramen mentale, menjadi tiga cabang; satunya
turun ke kulit dagu, dan duanya lagi ke kulit dan selaput lendir bibir bawah.1,2
Dua ganglia kecil, otik dan submaksilaris tersebut terhubung dengan nukleus
mandibularis.1,2
Ganglion otik terletak tepat di bawah foramen ovale pada permukaan medial
dari nervus mandibular ke lateral berhubungan dengan cabang nervus
mandibularis ke medial dengan bagian tulang rawan dari tuba auditorius dan
tensor palatina veli, ke posterior dengan arteri meningeal medius.1,2
Cabang-cabang ganglion ke tensor timpanikum dan ke tensor palatina veli
terutama berasal dari nukleus pterigodeus internus.1,2
Ganglion submaksilaris terletak di bagian atas pada kelenjar submaksilaris dan
hioglosus, dekat perbatasan posterior milohioideus dan dihubungkan oleh filamen
dengan nervus lingualis. Ganglion ini menerima cabang dari nervus korda
tympanikum berjalan di selubung lingualis yang merupakan simpatik eferen
(preganglionik) dari nukleus fasialis berakhir pada ganglion submaksilaris. Serat

19

postganglionik keluar ke kelenjar submaksilaris dihubungkan dengan simpatik


oleh filamen dari pleksus simpatik.1,2
Cabang-cabangnya muncul dari bagian bawah ganglion mempersarafi selaput
lendir mulut dan saluran kelenjar submaksilaris.1,2

N.V2

N.V1

N.V3

Akar Motorik
N.Sup.Petrosus
Tensor Timpani

Tensor Palatina Veli

N.Aurikulotemporalis

Pterigodeus
Internus

Gambar 2.9. Ganglion otik dan cabang-cabangnya.


Dikutip dari: Henry G.1

20

Area Oftalmikus
N.Lakrimalis

Area Mandibularis
Area Maksilaris

N.Supratroklear
N.Supraorbitalis
Cab.Temporalis
N.Infratroklear
N.Nasalis
Cab.Malar

N.Infraorbitalis

N.Aurikulotemporalis

N.Bukalis

N.Mentalis

Gambar 2.10. Menunjukkan distribusi dari tiga divisi nukleus nervus trigeminus.
Dikutip dari: Henry G.1

2.4. Gambaran Radiologi Nervus Trigeminus


Computed Tomography (CT) untuk mengevaluasi nervus kranialis, hanya dapat
memvisualisasi tulang saluran nervus kranialis sedangkan Magnetic Resonance
Imaging (MRI) dapat memvisualisasi jaringan lunak dengan baik dan dapat
digunakan untuk memvisualisasi nervus kranialis. Standar sekuen pada MRI dapat
memvisualisasikan nervus kranialis yang besar.7
Pencitraan MRI dapat memvisualisasikan nervus trigeminus atau nervus
kranial kelima (V), dimana nukleus trigeminus mempunyai empat nukleus pada
pons yaitu; nukleus mesensefalik untuk propriosepsi, nukleus sensorik utama
untuk sensasi taktil dan nukleus motorik yang memberikan persarafan motorik
serta nukleus pada tulang belakang yang memberikan sensasi nyeri dan suhu.7

21

Koronal

Axial

Koronal

Axial

Gambar 2.11. CT. Foramen spenoidalis dasar tengkorak hubungannya dengan nukleus
trigeminus. 1. Kanal optikus (nervus kranial II). 2. fisura orbita superior
(nervus kranial III, IV, VI dan V1) 3. Foramen rotundum (V2) 4. Foramen
ovale (V3, aksesori arteri meningeal). 5. Foramen spinosum (cabang
meningeal dari V3, arteri meningeal).
Dikutip dari: Cabero M.3

Nukleus Mesensefalon
N.Oftalmikus
Nukleus Sensori

N.Maksilaris

N.Mandibularis

Nukleus Motorik
Nukleus Spinalis

Gambar 2.12. Pons. Nukleus Trigeminus dan diagram MRI jalur nervus trigeminus.
Dikutip dari: Cabero M.3

22

Gambar 2.13. Pons. Distribusi nukleus nervus kranial V


Dikutip dari: Cabero M.3

Nukleus trigeminus terutama terletak di tegmentum pons lateral sepanjang


aspek anterolateral dari ventrikel keempat. Dari daerah pons, nukleus
mesensefalik berjalan cephalad ke tingkat kolikulus inferior dan nukleus pada
spinal berjalan kaudal

sampai

setinggi vertebra

cervical

kedua. Nukleus

motorik dan sensorik keluar dari lateral pons berjalan anterior dan superior
melalui prepontin.7

(a)

(b)

Gambar 2.14. Aksial (a) dan koronal (b) MRI TI-WI menunjukkan segmen sisternal dari
nukleus trigeminus (panah).
Dikutip dari: Charles B.7

23

(a)
(b)
Gambar 2.15. (a) Axial T2-WI tampak intensitas sinyal tinggi (panah) di cavum Meckel
karena adanya cairan serebrospinal. Ganglion gasserian (panah) tampak
isointen dan terletak anteroinferior dalam cavum Meckel. (b) Coronal
dengan kontras TI-WI tampak intensitas sinyal yang rendah yang normal
pada cavum Meckel dan intensitas sinyal tinggi duramater sekitarnya
(panah).
Dikutip dari: Charles B.7

Nukleus kranial V atau disebut juga nukleus trigeminus memasuki cavum


Meckel melalui sebuah lubang pada duramater (porus trigeminus) pada cavum
Meckel nervus trigeminus menjadi ganglion gasserian (ganglion trigeminus) dan
pada distal dari gasserian ganglion ini nervus trigeminus menjadi tiga cabang,
dimana cabang-cabangnya yaitu; nervus oftalmikus (V1), nervus maksilaris (V2),
dan nervus mandibularis (V3).7
Nervus oftalmikus di lateral dinding sinus kavernosus keluar tengkorak melalui
fisura orbita superior sedangkan nervus maksilaris berjalan diantara dinding
duramater sinus cavernosus dan dasar tengkorak, keluar melalui foramen
rotundum. Memasuki fossa pterigopalatina, dan cabang utamanya yaitu nervus
infraorbita berjalan ke anterior melalui kanal infraorbitalis. Nervus mandibularis
keluar melalui foramen ovale dan memasuki ruang mastikator tanpa melintasi

24

sinus kavernosus. Nervus mandibula menginervasi empat otot dari mastikasi


(maseter, temporalis, medial dan pterigodeus lateral), otot milohioid, otot
digastrikus anterior belly, dan otot tensor timpani serta otot tensor veli palatina.7,8

Gambar 2,16. Coronal TI-WI menunjukkan divisi maksila dari nervus trigeminus
keluar melalui foramen rotundum (panah).
Dikutip dari: Charles B.7

Gambar 2.17. Coronal TI-WI menunjukkan cavum Meckel (panah) dan nervus mandibula
lewat melalui foramen ovale (panah) untuk memasuki ruang mastikator.
Dikutip dari: Charles B.7

25

Gambar 2.18.Coronal TI-WI menunjukkan otot mastikasi normal yaitu; otot pterigodeus
medial (ALP), otot pterigodeus lateralis (LP), otot maseter (M), dan otot
temporalis (panah/T).
Dikutip dari: Charles B.7

Sekuen Steady State Free Precission (SSFP) merupakan salah satu sekuen
pencitraan dari MRI yang baik menggambarkan segmen sisternal ke 12 nervus
kranial, sekuen SSFP memberikan resolusi spasial sampai dengan submillimeter
dan memiliki resolusi kontras yang tinggi antara cairan serebrospinal dan struktur
yang solid, memungkinkan rekonstruksi gambar multiplanar yang terfokus pada
masing-masing nervus. Sekuen SSFP memberikan resolusi spasial jauh lebih
tinggi dan lebih jelas memvisualisasikan struktur nervus kranial yang kecil.
Sekuen SSFP terjadi pada sekuen gradient echo dengan flip angle yang kecil dan
waktu relaksasi yang pendek. Utilitas sekuen SSFP terletak pada kemampuannya
menghasilkan sinyal yang kuat pada jaringan yang memiliki rasio T2 tinggi,
seperti cairan serebrospinal (CSF) dan lemak. Sekuen SSFP sangat berguna untuk
memvisualisasikan segmen sisternal dari nervus kranialis karena memberikan
kontras resolusi antara CSF dan nervus yang sangat baik serta resolusi spasial
tinggi dengan ketebalan submilimeter. Keuntungan lainnya adalah total waktu

26

akuisisi sekuen SSFP lebih pendek sehingga mengurangi artefak dari CSF.
Kelemahan pencitraan SSFP adalah kurangnya resolusi kontras jaringan lunak
yang berbeda dan landmark keseluruhan mungkin buruk divisualisasikan karena
ketebalannya

yang

submillimeter.

Pencitraan

resolusi tinggi

ini

baik

memvisualisasikan nervus trigeminus yang membentuk sebuah meshlike web


dalam cavum Meckel (sebuah kantong yang mengandung CSF).9

(a )
(b)
Gambar 2.19. Nervus Trigeminus. (a) Axial 0.8-mm SSFP MRI menunjukkan nervus
sensorik (panah) dan motorik (panah besar) dari akar nervus trigeminus
yang menyeberangi sisterna prepontin dan masuk ke cavum Meckel (panah
kecil). (b) Koronal 0.8 mm SSFP MRI dari nervus pada cavum Meckel
menunjukkan cabang nukleus trigeminus (panah), yang bergabung ke
anterior membentuk ganglion gasserian. Tampak juga temporal horn
ventrikel lateral (kepala panah).
Dikutip dari: Sheth S.9

Sekuen Steady State (jenis sekuen gradien-echo) terjadi karena sisa magnetisasi
transversal difokuskan kembali sehingga magnetisasi longitudinal dan transversal
besarnya stabil dicapai setelah beberapa periode repetition time (TR). Setelah
steady state tercapai diproduksi dua jenis sinyal free induction decay (S +) dan
spin echo (S-). Sekuen Balanced steady state free precission (TrueFISP pada

27

Siemens, FIESTA pada GE dan TFE seimbang Philips) menggunakan kedua


sinyal tersebut (S + dan S-) untuk pembentukan citra.10,11

(a)
(b)
Gambar 2.20. (a). Anatomi potongan axial setinggi atas CPA. Tampak nervus V yang
Normal dari pons ke cavum Meckel. Asteriks: Tempat di mana nervus V
muncul. (b). Gambaran FIESTA pada pasien normal, axial setinggi atas
CPA. Garis putus-putus merah menunjukkan cavum Meckel, daerah
hiperintens adalah cairan serebrospinal. Tampak nervus V yang normal.
Dikutip dari: Kamel H.12

(a)
(b)
Gambar 2.21. (a). Rekonstruksi koronal FIESTA tampak saluran sisternal nervus ke V
(b). Rekonstruksi parasagital dari sekuen FIESTA menunjukkan seluruh
nervus dari daerah akar nervus ke cavum meckel.
Dikutip dari: Kamel H.12

28

(a)
(b)
Gambar 2.22.(a).Penampang anatomikal. Tampak tiga cabang terminal nervus trigeminus.
(b). Koronal sekuen dari FIESTA. Tampak tiga cabang terminal nervus
trigeminus.
Dikutip dari: Kamel H.12

Constructive Interferencein Steady State (CISS) merupakan modifikasi dari


TrueFISP. 3D balanced steady-state free precission, + dan - dan dengan pulse
yang konstan digabungkan menghasilkan gambar CISS bebas artefak yang
diperoleh dengan proyeksi intensitas maksimum antara dua set data tersebut.10,11
Tiga dimensi (3D) constructive interferencein steady state (CISS) dapat
memvisualisasikan struktur kecil dikelilingi oleh CSF dengan kontras tinggi dan
resolusi spasial tinggi, sangat cocok untuk memvisualisasikan nervus di dalam
sisterna. 3D CISS memberikan tampilan heavy T2-WI. Karena kontras dari CISS
sebanding dengan waktu relaksasi T2 sehingga intensitas sinyal cairan serebro
spinal pada CISS lebih tinggi dari parenkim otak. Gambar CISS memiliki
penampilan mirip dengan gambar T2-WI namun pada 3D CISS. Pencitraan 3D
CISS setelah injeksi kontras media, pleksus vena akan menyangat dan nervus
akan terlihat hipointens tidak menyangat.13

29

(a)

(b)
Gambar2.23.Normal sinus kavernosa (a).Koronal CISS dengan kontras menunjukkan
bilateral nervus III (panah hitam panjang), IV (panah hitam),V1 (panah putih
panjang), VI (panah hitam pendek) dan V2 kiri (panah putih). Daerah dengan
intensitas rendah inferior dari nervus VI (panah putih pendek) yang tidak
dianggap sebagai nervus karena berada di lokasi anatomis yang berbeda
dan karena tidak memiliki kontinuitas pada rekonstruksi pencitraan CISS.
(b). Koronal T1-WI MRI tampak hanya bilateral nervus III (panah hitam
panjang), nervus V2 kiri (kepala panah putih), dan bilateral nervus VI
(panah hitam pendek) ). Daerah dengan intensitas rendah inferior dari nervus
VI (panah putih pendek) yang tidak dianggap sebagai nervus seperti yang
ditunjukkan pada (a).
Dikutip dari: Yagi A.13

Gambar 2. 24. CISS dengan kontras.Potongan koronal MRI, tampak bilateral nervus III
(panah hitam panjang), IV (panah hitam), V1 (panah putih panjang), V2
(panah putih), dan VI (panah hitam pendek) yang normal dalam sinus
kavernosa. Dark spot (jaringan fibrosa) inferior dari nervus V1 dan VI
(panah putih pendek).
Dikutip dari: Yagi A.13

30

MP-RAGE adalah teknik gradien-echo tiga dimensi menghasilkan kontras T1WI yang baik dengan signal-to-noise-ratio yang tinggi dan irisan yang tipis, MPRAGE sangat baik untuk melihat struktur anatomi kecil seperti nukleus kranial
dibandingkan dengan sekuen standar. Sekuen MP-RAGE mensupresi sinyal lemak
dan mengurangi artefak, menghasilkan gambaran yang lebih baik untuk nukleus
kranial.14,15

Gambar 2. 25. T1-WI MP RAGE terlihat nervus trigeminus normal.


Dikutip dari: Held P.15

2.5. Gambaran Radiologi Kelainan pada Nervus Trigeminus


Penyakit pada nervus trigeminus atau didaerah nervus trigeminus dapat
menyebabkan neuralgia trigeminus atau kehilangan indera atau fungsi motorik
dari nervus trigeminus. Pasien dengan neuropati trigeminus mungkin mengeluh
nyeri wajah, mati rasa dan kelemahan otot-otot pengunyahan, dan bahkan trismus.
Pada pemeriksaan fisik, berkurang atau tidak adanya refleks kornea, menurunnya
sensasi nyeri, sentuhan, dan suhu serta atrofi otot-otot pengunyahan dan refleks
rahang yang abnormal.16

31

Pemeriksaan klinis tidak dapat menentukan lokasi lesi dengan akurat,


pemeriksaan MRI T2-WI dari seluruh otak dengan ketebalan 3-mm baik aksial
dan koronal T1-WI dari dasar tengkorak sebelum dan setelah pemberian intravena
kontras dapat digunakan untuk memvisualisasikan nervus trigeminus dari nukleus
dalam pons sampai cabangnya dan menentukan lokasi lesi.16,17
T1-WI harus diperluas dari dasar tengkorak ke mandibula inferior jika
kemungkinan lesi mengenai nervus mandibula.16,17
Sagital T1-WI, 3D gradien-echo dan MR angiogram sangat membantu untuk
memperlihatkan neurovaskular yang mengkompresi nervus pada kasus trigeminus
neuralgia.16,17
Diagnostik patologi yang melibatkan nervus trigeminus dapat dibagi menurut
lokasi anatomi sebagai berikut; pada nukleus/brain stem, prepontine cistern,
cavum meckel/sinus cavernosus dan ekstrakranial.16

2.5.1 Gambaran Radiologi Kelainan pada Nukleus/Pons


Lesi nervus trigeminus pada pons biasanya disebabkan karena penyakit lokal
(misalnya, pembuluh darah atau neoplastik) atau penyakit general seperti multipel
sklerosis. Penyakit serebrovaskular merupakan penyebab tersering dari hilangnya
sensasi nervus trigeminus, pasien biasanya memiliki tanda-tanda klinis lain.16
Prevalensi trigeminus neuralgia akibat multipel sclerosis berkisar 1-8%.
Trigeminus neuralgia pada multipel sclerosis biasanya bilateral dan lebih sering
pada usia muda. Plak multipel sclerosis menyebabkan demielinisasi dari nervus

32

trigeminus bukan akibat dari adanya kompresi dan plak tersebut menyebabkan
penyangatan kontras yang transient dalam waktu 1-2 bulan.16

Gambar 2.26. Aksial T2-WI FSE tampak lesi hyperinten di sisi kanan pons
(Infark)
Dikutip dari: Charles B.16

Gambar 2.27. Multiple sclerosis pada wanita 33 tahun dengan keluhan mati rasa pada
nervus oftalmikus kanan, maksilaris dan mandibula. Axial T2-WI MRI
menunjukkan multiple sclerosis (panah) di daerah nukleus sensorik utama
nukleus kranial V.
Dikutip dari: Charles B.16

2.5.2 Gambaran Radiologi Kelainan pada Sisterna Prepontin

33

Trigeminus neuropati yang disebabkan lesi daerah sisterna biasanya


disebabkan oleh lesi vaskular, neoplastik, atau inflamasi. Neurovaskular kompresi
pada nervus V merupakan penyebab tersering dari trigeminus neuralgia gejalanya
terdiri dari nyeri wajah paroksismal yang melibatkan nervus trigeminus kedua
(V2) dan ketiga (V3) serta kadang kala nervus trigeminus pertama (V1), kompresi
disebabkan oleh arteri cerebellar yang tortous dan elongasi ke superior, dapat juga
disebabkan

elongasi

arteri

cerebellar

anterior

inferior,

vertebrobasilar

dolichoectasia atau kompresi vena.16


Meningiornas merupakan tumor kedua yang paling sering terjadi di sudut
cerebellopontin, berkisar 10% - 15% dari semua tumor yang sering terjadi pada
usia paruh baya sekitar 45-55 tahun. Meningioma memiliki karakteristik intensitas
sinyal mirip dengan akustik schwannomas, dalam beberapa kasus, mungkin
terdapat kalsifikasi, intensitas sinyal T2-WInya menurun, pada pemberian kontras
margin meningioma menjadi jelas. Fitur karakteristiknya adalah infiltrasi ke
duramater yang berdekatan.16
Kista epidermoid hanya sekitar 0,2% - 1 dari semua tumor intrakranial. Sudut
serebelopontin adalah lokasi yang paling sering untuk kista epiderrnoid, mencapai
sekitar 5% -9% dari seluruh massa sudut serebelopontin, biasanya terjadi pada
usia 4 dan 5 dekade kehidupan. Kista epiderrnoid biasanya memiliki intensitas
sinyal rendah sampai sedang pada T1-WI. Pada T2-WI hiperintens, mirip dengan
atau lebih besar dari intensitas sinyal cairan serebrospinal dan biasanya memiliki
gambaran berlobusi.16

34

(a)
(b)
Gambar 2.28. Kompresi neurovaskular pada wanita 23 tahun dengan keluhan trigeminus
Neuralgia nervus maksilaris kiri. (a) Coronal Tl-WI menunjukkan fokal
sinyal void (panah) yang menempel pada nervus trigeminus kiri.(b)Sagital
T1-WI tampak struktur berbentuk lengkung (panah) menekan permukaan
bawah nervus kranial kelima kiri.
Dikutip dari: Charles B.16

(a)
(b)
Gambar 2.29.(a) Axial T1-WI dengan kontras media menunjukkan lesi dengan intensitas
sinyal tinggi(panah) di inferior nervus kranial kelima kiri.(b) MRI Sagital
gradient -echo menunjukkan lesi dengan intensitas sinyal tinggi (panah)
merupakan lesi vascular menekan nervus kranial kelima kiri.
Dikutip dari: Charles B.16

35

(a)
(b)
Gambar 2.30. Meningiorna pada wanita berusia 64 tahun dengan gejala trigeminus
neuralgia pada distribusi nervus mandibula. (a) Gambar MRI aksial Tl-WI
tampak luas les i isointen (panah) di sudut serebelopontin. (b). Koronal
dengan kontras TI-WI menunjukkan peningkatan intensitas lesi dan
dural tail (panah).
Dikutip dari: Charles B.16

(a)
(b)
Gambar 2.31. Kista epidernioid pada wanita 54 tahun dengan gejala trigeminus neuralgia
kiri di distribusi nervus maksila dan mandibular (a). Axial dari T2-WI
menunjukkan lesi hiperintens (panah)di sudut cerehellopontin kiri (b) Axial
Tl-WI menunjukkan lesi hipointen (panah).
Dikutip dari: Charles B.16

36

Gambar 2.32. MRI Koronal dengan kontras Tl-WI menunjukkan tumor yang tidak
menyangat dengan intensitas sinyal rendah (panah). Tampak nervus
kranial kelima (panah, V) yang terdesak ke lateral oleh epidermoid.
Dikutip dari: Charles B.16

Lipoma biasanya terletak di ruang subaraknoid dan paling sering ditemukan di


sisterna pericallosal, dapat ditemukan di sudut cerehellopontine sekitar kurang
dari 1% dari massa di sudut serebelopontin . Intensitas sinyal MRI dari lipoma
relatif isointen dibanding orbita dan lemak subkutan pada T1 dan T2. TI-WI
lipoma adalah hiperintens homogen dapat berisi nodul isointen karena adanya
unsur-unsur nonlipomatous dalam lesi. T2-WI lipoma adalah hipointen.16
Akustik Schwannoma berkisar 10% dari semua tumor intrakranial dan 80%
-90% dari semua tumor sudut serebelopontin. Gejala terjadi pada lesi besar yang
menekan ke atas pada segmen sisternal nervus trigeminus. Temuan klinis yang
paling umum adalah terganggunya fungsi sensorik nervus kranial kelima: mati
rasa, hypesthesia, hypalgesia, dan refleks kornea berkurang atau tidak ada.
Kelemahan otot-otot pengunyahan atau nyeri pada wajah jarang terjadi.
Schwannoma Trigeminus mayoritas berkembang di ganglion gasserian yang

37

biasanya mengikuti jalannya nukleus kranial kelima dan memiliki konfigurasi


berbentuk dumbbell. Tumor ini isointense relatif pada T1_WI dan hiperintens
pada T2 WI. Tumor kecil biasanya homogen sedangkan yang besar dapat
memiliki intensitas sinyal heterogen akibat pembentukan kista dan degenerasi
lemak.16
Lesi metastase pada sudut serebelopontin dilaporkan berkisar 0,2% -2% dari
semua tumor pada sudut serebelopontin. Gejala neurologisnya progresif dan
cepat. Lesi pada T1-WI isointen berukuran relatif kecil.16

Gambar 2.33. Lipoma pada seorang pria 56 tahun dengan trigeminus neuralgia pada
distribusi nervus maksilaris. Koronal T1-WI menunjukkan pergeseran
nervus kelima nukleus kranial (panah tipis, V). Lipoma (panah tebal) di
sudut serebelopontin.
Dikutip dari: Charles B.16
.

38

(a)
(b)
Gambar 2.34. Trigeminus schwannoma. Sagittal (a) dan aksial (b) kontras TI-WI tampak
lesi berbentuk dumbbell yang menyangat (panah) di sebelah kiri fossa
kranial media yang mengikuti jalannya nervus trigeminus.
Dikutip dari: Charles B.16

2.5.3 Gambaran Radiologi Kelainan pada Cavun Meckel dan pada Sinus
Kavernosa
Cavum Meckel berisi cairan cerebrospinal (CSF), ganglion trigeminus dan
trifurkasi nervus oftalmikus (V1), maxila (V2) dan mandibula (V3).
Daerah sinus kavernosus penting untuk mengevaluasi nervus oftalmikus dan
nervus mandibularis karena pada dinding lateral sinus terdapat duramater tempat
nervus kranial III, IV, V1 dan V2 berjalan.18,19,20
Sinus kavernosus paling baik digambarkan oleh sekuen coronal T2-WI dan T1WI dengan pemberian kontras. Tumor primer yang sering pada cavum Meckel dan
sinus kavernosus adalah meningioma, trigeminus schwannoma, dan kista
epiderrmoid.18,21

39

(a)
(b)
Gambar 2.35. (a). aksial T2-WI menunjukkan CSF kanan yang normal dalam cavum
Meckel (panah). Di sisi kiri, tampak masa yang hiperintens (panah).
(b).Koronal T1-WI setelah pemberian kontras, masa meningioma tampak
Menyangat homogen (panah) di cavum Meckel kiri. CSF yang normal
dalam cavum Meckel terlihat di sebelah kanan (panah).
Dikutip dari: Vande V.18

Gambar 2.36. Gambar T1-WI aksial, tampak normal tampak cavum Mecke l normal
di sisi kanan (panah). Schwannoma yang hiperinten heterogen di cavum
Meckel kiri (panah).
Dikutip dari: Vande V.18

Keganasan pada cavum Meckel dan daerah sinus kavernosus biasanya akibat
penyebaran dari araknoid, penyebaran perineural atau ekstensi langsung dari
tumor ekstrakranial. Penyebaran langsung ke leptomeningeal atau penyebaran

40

melalui cairan serebrospinal merupakan sebuah metastase ke cavum Meckel. Lesi


pada cavum Meckel baik dilihat pada T2-WI sehingga dapat memperlihatkan lesi
diantara cairan cerebrospinal. Trigeminus neuropati dapat juga disebabkan oleh
aneurisma karotis kavernosus besar yang tampak flow void pada MRI.16

(a)
(b)
Gambar 2.37. Metastasis Colon karsinoma di cavum Meckel kiri (a) gambar Axial T2-WI
menunjukkan deposit metastasis (panah) (b) Coronal dengan kontras Tl-WI
menunjukkan lesi yang menyangat (panah) di cavum Meckel kiri.
Dikutip dari: Charles B.16

Gambar 2.38.Aaneurisma yang besar pada daerah distribusi nervus oftalmikus. Koronal
tampak massa bulat dengan Intensitas sinyal yang rendah (panah).
Dikutip dari: Charles B.16

2.5.4 Gambaran Radiologi Kelainan Nervus Trigeminus Pada Dasar


tengkorak dan Fossa pterigopalatina

41

Cabang-cabang nukleus trigeminus keluar tengkorak melalui tiga foramen


berbeda. Nervus oftalmikus (V1) melalui fisura orbita superior, nervus maxilla
(V2) melalui foramen rotundum memasuki fossa pterigopalatina.18
Foramen rotundum terlihat dengan jelas pada koronal T1-WI, pada MRI fossa
pterigopalatina terlihat hiperintens pada T1-WI karena kandungan lemak dan
terdapat beberapa gambaran linier hipointen dari nervus dan arteri maksilaris serta
ganglion pterigopalatina.18

Gambar. 2.39. Gambar koronal T1- WI dengan kontras tampak karsinoma adenoid kistik
dalam foramen rotundum kanan yang melebar (panah) dan kanal vidian
(panah). foramen rotundum kiri normal (panah putus-putus).
Dikutip dari: Vande V.18

42

Gambar 2.40. Aksial MRI T1-WI. Normal fossa pterigopalatina kanan (panah), fossa
pterigopalatina kiri menyempit (mata panah) karena desakan masa di
dasar tengkorak yang hypointense pada T1-WI (displasia fibrosa).
Dikutip dari: Vande V.18

2.5.5 Gambaran Radiologi Kelainan pada Ekstrakranial


Nukleus oftalmikus atau V1 terbagi menjadi 3 cabang utama: lakrimal, frontal,
dan nukleus nasosiliaris. Sebagian besar cabang-cabangnya terlampau kecil untuk
dapat dilihat pada MRI nervus maxilaris memiliki cabang di tengkorak (cabang
meningeal media) di fossa pterigopalatina (zigomatikus, sphenopalatina dan
cabang posterior alveolar superior), di kanalis infraorbita (cabang anterior dan
media alveolar superior) dan pada wajah (palpebral inferior, nasal eksternal dan
cabang labial superior) sedangkan pada MRI hanya cabang infraorbita dan
palatina yang jelas terlihat. Lesi neoplastik biasanya mengenai cabang
ekstrakranial dari nervus trigeminus. Tumor primer neurogenik sendiri termasuk
jarang terjadi, biasanya melibatkan nervus perifer. Penyebaran langsung atau

43

metastasis dari kanker dapat menyebabkan neuropati trigeminus karena kompresi


lokal dari cabang-cabang nervus cranial kelima.18

Gambar 2.41. Gambar aksial T1-WI dengan kontras. Tampak karsinoma kistik adenoid
kelenjar ludah minor pada palatum, (panah putih ) dalam kanal nervus
palatina kiri. Kanalis yang normal di sisi kanan (kepala panah putih).
Tampak juga nervus mandibula (panah hitam).
Dikutip dari: Vande V.18

Gambar 2.42. Koronal T1-WI tampak, massa yang besar di sinus maksilarisis dan rongga
Nasal kiri yang meliputi arteri infra orbita (panah) dan nervus di kanal
infraorbita tampak kanal dan nervus infraorbita normal pada sisi kanan
(kepala panah).
Dikutip dari: Vande V.18

44

(a)
(b)
Gambar 2.43. Metastasis Colon karsinoma pada mandibula kiri Axial (a) dan coronal
dengan kontras (b) T1-WI menunjukkan deposit metastasis (panah).
Dikutip dari: Charles B.16

(a)
(b)
Gambar 2.44. Penyebaran perineural karsinoma adenoid kistik kelenjar parotid kiri.
(a). MRI aksial T1-WI menunjukkan masa yang hipointen (panah)
di kelenjar parotid kiri. (b). Koronal dengan kontras T1-WI tampak
penyangatan dan penebalan nervus mandibularis (panah) memasuki
foramen ovale ke daerah cavum meckel.
Dikutip dari: Charles B.16

45

Pembesaran dan penyangatan dari nervus tidak selalu karena infiltrasi tumor
pada perineural dapat juga disebabkan oleh inflamasi seperti neuritis virus,
sarkoidosis meningeal, dan histiositosis.20

(a)
(b)
Gambar 2.45. Viral rombensefalitis. (a dan b) Axial T1-WI setelah pemberian kontras.
Tampak penyangatan pada nervus trigeminus kiri (a) dan pada nukleus (b).
Dikutip dari: Woolfall P.20

46

BAB III
RINGKASAN

Nervus trigeminus cukup komplek, karena memiliki dua fungsi sebagai nervus
sensori untuk wajah dan sebagai nervus motorik untuk mengkontrol otot-otot
mastikator.1,2
Computed Tomography untuk mengevaluasi nervus kranialis, hanya dapat
memvisualisasi tulang saluran nervus kranialis. MRI dapat memvisualisasi
jaringan lunak dengan baik dan dapat digunakan untuk memvisualisasi nervus
kranialis. Standar sekuen pada Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat
memvisualisasikan nervus kranial yang besar.16
Utilitas sekuen SSFP terletak pada kemampuannya menghasilkan sinyal yang
kuat pada jaringan yang memiliki rasio T2 tinggi, seperti cairan serebrospinal
(CSF) dan lemak. Sekuen SSFP sangat berguna untuk memvisualisasikan segmen
sisternal dari nervus kranial karena memberikan kontras resolusi antara CSF dan
nervus yang sangat baik. serta resolusi spasial tinggi dengan ketebalan
submillimeter.
Tiga dimensi (3D) constructive interferencein steady state (CISS) dapat
memvisualisasikan struktur kecil dikelilingi oleh CSF dengan kontras tinggi dan
resolusi spasial tinggi, sangat cocok untuk memvisualisasikan nervus di dalam
sisterna.17
MP-RAGE menghasilkan kontras T1-WI yang baik dengan signal-to-noiseratio yang tinggi dan irisan yang tipis, sangat baik untuk melihat struktur anatomi
46

47

nukleus kranial dibandingkan dengan sekuen standar. menghasilkan gambaran


yang lebih baik untuk nukleus kranial.14,15
Diagnostik patologi yang melibatkan nervus trigeminus dapat dibagi menurut
lokasi anatomi sebagai berikut; pada nukleus/brain stem, prepontine cistern,
cavum meckel/sinus cavernosus dan ekstrakranial.16

48

DAFTAR PUSTAKA

1. Henry G. Anatomy of The Human Body; 1918 (diunduh 8 Agustus 2014).


Tersedia dari: http//archive.org/stream/anatomyofhumanbo1918gray
2. Bartleby. Trigeminal Nerve. Bartleby.com; 2014 (diunduh 9 Agustus
2014). Tersedia dari: http://www.bartleby.com/107/200.html
3. Cabero M, Carvajal A, Rovira A. Trigeminal nerve: imaging of normal
anatomy and pathologic conditions. European Society of Radiology. ECR;
2014.
4. MedicineNet. Definition of Cranial nerve V. (diunduh 26 Agustus 2014).
Tersedia dari: http://www.medterm.com/script/main/
5. Sadler T. W. Langmans Medical Embryology. Cranial Nerves. Edisi ke-8;
2009. hlm. 472.
6. Kirshenbaum D. Cranial Nerve. Gross Anatomy; 2007
7. Charles B, Majoie M. Trigeminal Neuropathy: Evaluation with MR
Imaging. RadioGraphics. 1995; 15: 795-811.
8. Leblanc A. Trigeminal nerve (V).. Anatomy and imaging of the cranial
nerves. Edisi ke-1. Springer, 1992; 59-153.
9. Sheth S, Barton F. Branstetter IV, Edward J. Escott, Verbeeten B,.
Appearance of Normal Cranial Nerves on Steady-State Free Precession
MR Images. RadioGraphics. 2009; 29: 10451055.
10. Kesavadas C. Applications of 3D CISS sequence for problem solving in
neuroimaging. Indian Journal of Radiology and Imaging. 2011; 21.
11. Scheffler K, Lehnhardt S. Principles and applications of balanced
SSFP technique. Eur Radiol. 2003; 13: 2409-2418.
12. Kamel H, Toland J. Trigeminal Nerve Anatomy: Illustrated Using
Examples of Abnormalities. AJR. 2001:176.
13. Yagi A, Sato N, Taketomi A, Nakajima T, Morita H, Koyama Y, Aoki J,
Endo K. Normal Cranial Nerves in the CavernousSinuses: ContrastEnhanced Three-Dimensional Constructive Interference in the Steady
State MR Imaging. AJNR Am J Neuroradiol. 2005; 26: 946950.

48

49

14. Klebermass N, Fellner F, Roeper-Kelmayr J, Floery D, Ginthoer, Doerfler


A, Bradley W. Visualizing facial nerve palsy with Gd-enhanced MPRAGE. European Society of Radiology. ECR; 2010.
15. Held P, Fellner C, Fellner F. MRI of inner ear and facial nerve pathology
using 3D MP-RAGE and 3D CISS sequences. The British Journal of
Radiology. 1997; 70: 558-566
16. Charles B, Majoie M, Verbeeten B, Johan A, Frans L. Peeters M.
Trigeminal Neuropathy: Evaluation with MR Imaging. RadioGraphics.
1995; 15: 795-811
17. Hutchins LG, Harnsberger HR, Hardin CW, Dillon WP, Smoker WR,
Osborn AG. The radiologic assessment of tnigeminal neuropathy. AJNR.
1989; 10: 1031-1038.
18. Vande V, Lemmerling M, Hecke V, Verstraete K. MRI Findings of The
Normal and Diseased Trigeminal Nerve Ganglion and Branches: A
Pictorial Review. JBRBTR. 2007; 90: 272-277.
19. Williams L.S., Schmalfuss I.M.,Sistrom C.L. MR imaging of the
trigeminal ganglion, nerve, and the perineural vascular plexus: normal
appearance and variants with correlation to cadaver specimens. AJNR.
2003; 24: 1317-1323.
20. Woolfall P, Coulthard A. Pictorial review: Trigeminal nerve: anatomy and
pathology. Br J Radiol. 2001; 74: 458-467.
21. Daniels D, Pech P, Pojunas K. Trigeminal nerve: anatomic correlation with
MR imaging. Radiology. 1986; 159: 577-583.

Anda mungkin juga menyukai