GAMBARAN RADIOLOGI
NERVUS TRIGEMINUS
Oleh :
dr. Taufiq Hidayat Ridwan
Pembimbing :
dr. Farhan Anwary, Sp.Rad(K). MH.Kes
Penyanggah
Penanya wajib
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT DR HASAN SADIKIN BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Nervus trigeminus cukup komplek, karena nervus tersebut memiliki dua fungsi
sebagai nervus sensori untuk wajah dan sebagai nervus motorik untuk
mengkontrol otot-otot masikator. Masing-masing cabang memiliki cabangcabangnya lagi.1,2
Pemahaman tentang patologi pada nervus trigeminus membutuhkan
pengetahuan yang mendalam tentang anatomi nervus kranial ini, mulai dari asal
nervus pada pons dan perjalananya melalui sisterna dan region parasella perlu
diketahui dengan baik.3
Magnetic Resonance Imaging adalah metode terpilih untuk pencitraan anatomi
dan lokasi dari nervus trigeminal. Gejala klinis tidak dapat dengan tepat
menentukan
lokasi
patologi
dari
nervus
tersebut
sehingga
pencitraan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Nervus trigeminus cukup komplek, karena memiliki dua fungsi sebagai nervus
sensori untuk wajah dan sebagai nervus motorik untuk mengkontrol otot-otot
masikator. Kelainan pada bagian nervus sensori dari nervus trigeminus
menyebabkan kehilangan sensasi wajah atau sakit pada wajah, sedangkan
kelainan pada nervus motorik menyebabkan deviasi dari rahang menjauhi sisi
yang terkena dan kesulitan mengunyah. Kata Trigeminus sendiri berasal dari
bahasa latin artinya tiga bagian, yang berarti nervus tersebut terdiri dari tiga
bagian divisi yaitu; bagian oftalmikus, maksilaris dan mandibularis.4
2.2 Embriologi
Pada minggu keempat perkembangan embrio, nukleus dari ke 12 nukleus
kranial telah terbentuk. Nervus olfaktorius (N I) dan optikus (N II) terbentuk dari
pons, dan hanya nervus okulomotor (N III) yang timbul dari luar hindbrain. Pada
hindbrain, proliferasi pada pusat neuroepithelium terbentuklah delapan segmen
rhombomeres. Rhombomeres ini membentuk nukleus kranial IV, V, VI, VII, IX, X,
XI, dan XII. Pembentukan pola segmental ini diarahkan oleh mesoderm dan
dikumpulkan ke somitomeres neuroepitelium.5
Nukleus dari motor neuron berada di dalam pons, sementara ganglia sensorik
berada di luar otak dengan demikian organisasi dari nervus kranial homolog
dengan yang terdapat pada nervus tulang belakang, meskipun tidak semua nervus
kranial berisi serabut motorik dan serabut sensoris.5
Ganglia sensorik nervus kranial berasal dari placodes ectodermal dan sel
neural pial. Placodes ectodermal termasuk nasal dan keempat epibranchial
placodes terbentuk dari penebalan ektodermal dorsal dari lengkung faring.
Epibranchial berkontribusi membentuk ganglia untuk nervus lengkung faring (V,
VII, IX, dan X).5
Mesensepalon
Ismus Rombensepalika
Hemisfer Sereberal
Rhombik daerah
intraventrikuler
Fleksura Pontin
Medula Oblongata
Tonjolan olfactori
Diensefalon
2.3 Anatomi
Nukleus trigeminus merupakan nukleus kranial yang besar dan merupakan
nukleus sensorik kepala dan wajah, memberikan sebagian besar fungsi sensorik ke
kulit kepala, duramater, dan struktur orofasial serta nukleus motorik dari otot-otot
pengunyahan. Nervus trigeminus muncul dari sisi dekat perbatasan atas pons.1,2
N.Oftalmikus (V1)
Nervus Optikus
N.Maksilaris (V2)
A.Karotis Interna
N.Mandibularis (V3)
Ganglion Trigeminus
N.Okulomotor
Akar motorik
& Akar sensorik
Pons
N. Fasialis
N.Vestibulotroklear
SEREBELUM
Serabut motorik nervus trigeminus timbul dari dua nukleus superior dan
inferior. Nukleus superior terdiri dari sel-sel di sepanjang bagian lateral substansia
grisea. Nukleus inferior terletak di bagian atas pons, dekat dengan permukaan
dorsal, sepanjang garis margin lateral dari fossa rhomboid. Serat dari nukleus
superior merupakan akar mesensefalik yang turun melalui otak tengah, dan,
memasuki pons.1,2
Serabut nervus sensorik timbul dari sel-sel ganglion semilunar yang terletak di
rongga duramater dekat puncak bagian petrosa dari tulang temporal. Nervus
tersebut melewati belakang di bawah sinus petrosus superior dan tentorium
serebelum memasuki pons dan terbagi menjadi serat atas dan bawah. Serabut
bagian atas sebagian berakhir dalam nukleus yang terletak di pons lateral bawah
nukleus motorik, dan sebagian di locus caeruleus. Serabut bagian bawah turun
melalui pons dan medula oblongata, berakhir di bagian atas dari substansia
gelatinosa Rolando.1,2
tersebut memasuki orbita melalui fisura orbita superior dan terbagi menjadi tiga
cabang, lakrimal, frontal, dan nasosiliaris.1,2
N.Lakrimalis
N.Nasosiliari
N.Frontalis
A.Karotis Interna dan
Pleksus Karotis
N. Okulmotor atas
N.III
N.IV
Akar sensorik
Akar motorik
N.VI
N.V1
N. Okulomotor bawah
N.V2
N.V3
N.Siliaris
N. Zigomatikus
Nervus lakrimalis merupakan nervus yang terkecil dari tiga cabang nervus
ophthalmikus, memasuki orbita melalui bagian tersempit dari fisura orbitais
superior. Di orbita nervus ini berjalan sepanjang batas atas dari rektus lateralis,
Memasuki kelenjar lakrimal dan memberikan beberapa filamen yang memasok
kelenjar dan konjungtiva, menembus septum orbita dan berakhir pada kulit
kelopak mata atas, bergabung dengan filamen nervus pada wajah.1,2
Nervus frontalis merupakan cabang terbesar dari nervus oftalmikus, memasuki
orbita melalui fisura orbitais superior berjalan diantara levator palpebra superior
dan periosteum, antara puncak dan dasar orbita terbagi menjadi dua cabang,
supratroklear dan supraorbita.1,2
Nervus supratroklear, lewat di atas dari oblik superior, memberikan cabang
bergabung dengan cabang infratroklear nukleus nasosiliaris kemudian keluar dari
orbita diantara foramen oblikus superior dan supraorbita, menjadi cabang-cabang
yang memasok kulit bagian bawah dahi dan ke konjungtiva serta kulit kelopak
mata atas.1,2
Nervus supraorbita melewati foramen supraorbital ke palpebra superior.
kemudian naik ke dahi, dan berakhir menjadi dua cabang, satu medial dan lateral,
yang memasok integumen kulit kepala hampir sejauh sutura lambdoidea.1,2
Nervus nasosiliaris memasuki orbita diantara rektus lateral dan diantara ramus
superior dan inferior dari nervus okulomotorius berjalan di bawah rektus superior
dan oblik superior ke dinding medial rongga orbita di daerah tersebut melewati
foramen etmoidalis anterior memasuki rongga tengkorak melintasi batas lateral
bagian depan cribriform tulang etmoidalis dan berjalan ke bawah melalui celah di
sisi crista galli ke dalam rongga nasal. Nervus ini mempercabangi cabang internal
nasal ke membran mukosa bagian depan dari septum dan dinding lateral rongga
nasal yang akhirnya muncul sebagai cabang nasal eksternal diantara batas bawah
tulang nasal dan tulang rawan nasal lateral kemudian melewati bawah otot nasalis
mempersarafi kulit dari ala nasi dan apex nasi.1,2
Radiks ganglion siliaris muncul dari nasosiliaris diantara dua rektus lateralis
melewati depan sisi lateral nukleus optikus memasuki sudut postero superior
ganglion siliaris bergabung dengan filamen dari pleksus kavernosus dari simpatik
dan dari ramus superior nukleus troklear.1,2
Nervus siliaris longi yang berasal dari nasosiliaris pada saat melintasi nukleus
optikus menembus bagian posterior sklera ke depan terdistribusi ke iris dan
kornea. Nervus siliaris longi mengandung serat simpatis dari ganglion servikalis
superior ke otot dilator pupil.1,2
Nervus infratroklearis berasal dari nasosiliaris sebelum memasuki foramen
etmoidalis anterior berjalan ke depan sepanjang perbatasan atas rektus medialis
bergabung dengan filamen dari nervus supratroklear kemudian melewati sudut
medial mata dan mempersarafi kulit kelopak mata, sisi nasal, konjungtiva,
kantung lakrimal, dan karankula lakrimalis.1,2
Cabang-cabang nervus etmoidalis mempersarafi sel-sel etmoidalis, cabang
posterior meninggalkan rongga orbita melalui foramen etmoidalis posterior dan
memberikan beberapa filamen ke sinus spenoidalis.1,2
Ganglion siliaris adalah ganglion simpatik terletak di bagian belakang orbita,
diantara nervus optikus dan otot rektus lateralis, seratnya terdiri dari tiga buah.
Nervus sensoriknya berasal dari nervus nasosiliaris, nervus motoriknya berasal
dari cabang nervus okulomotor oblik inferior. Serabut motoriknya mengandung
serat eferen simpatis (serabut preganglionik) membentuk sinaps dengan serat
neuron (postganglionik) otot siliaris dan otot spingter pupil. Serabut simpatisnya
merupakan filamen dari pleksus kavernosus.1,2
Cabang-cabangnya adalah nukleus siliaris yang pendek merupakan filamenfilamen halus berjalan ke depan bersama dengan arteri siliaris di bawah nervus
optikus, menembus sklera di bagian belakang bola mata, berjalan pada permukaan
bagian dalam dari sclera dan didistribusikan ke otot siliaris, iris, dan kornea.1,2
Nervus maksilaris adalah divisi kedua dari nervus trigeminus merupakan
nukleus sensorik berposisi diantara mata dan mandibula bermula dari tengah
ganglion semilunar sebagai pleksiform ke depan meninggalkan tengkorak melalui
foramen rotundum kemudian melintasi fossa pterigopalatina memasuki orbita
melalui fisura orbita inferior dan melintasi kanal infraorbita dan dinding inferior
orbita dan keluar ke wajah melalui foramen infraorbita. Nervus akhirnya terletak
di bawah quadratus superior labium dan terbagi menjadi cabang pada sisi nasal,
kelopak mata bawah dan bibir atas serta bergabung dengan filamen nukleus
wajah.1,2
N.Lakrimalis
N.Alveolaris Inferior N.V1
Ganglion
Trigeminus
N.V2
N.Zigomatikus
N.V3
N.Businator
N.Lingualis
N.Milohioid
10
Nervus medius meningeus berasal dari nervus maksilaris yang asalnya dari
ganglion semilunar mempersarafi durameter.1,2
Nervus zigomatikus keluar dari fossa pterigopalatina memasuki orbita melalui
fisura orbitais inferior, terbagi menjadi dua cabang yaitu zigomatikotemporalis
dan zigomatikofasialis.1,2
Cabang zigomatikotemporalis (ramus zigomatikotemporalis) berjalan
sepanjang dinding lateral orbita dalam alur pada tulang zigomatikus menerima
cabang komunikasi dari lakrimalis melewati foramen di tulang zigomatikus
memasuki fossa temporalis kemudian menembus fasia temporalis di atas
lengkungan zigomatikus dan didistribusikan ke kulit dahi bergabung dengan
nukleus fasialis dan dengan cabang aurikulotemporalis nukleus mandibularis.1,2
Cabang zigomatikofasialis melewati sudut infero lateral dari orbita muncul
pada wajah melalui foramen di tulang zigomatikus dan perforantes orbikularis
okuli mempersarafi kulit pada pipi. Nervus ini bergabung dengan nukleus fasialis
dan dengan cabang-cabang palpebra inferior maksilaris.1,2
Nervus spenopalatina berjumlah dua, turun ke ganglion sphenopalatina. Cabang
posterior superior timbul dari batang nukleus sebelum memasuki alur infraorbita
turun di tuberositas maksilaris dan mengeluarkan beberapa cabang nervus untuk
gusi dan selaput lendir pipi kemudian masuk ke kanal alveolaris posterior pada
permukaan infratemporal maksilaris bergabung dengan nukleus alveolaris
superior mengeluarkan cabang ke membran sinus maksilaris dan cabang untuk
gigi molar.1,2
11
Cabang Orbitalis
Ganglion Spenopalatina
Alveolaris
Medius
Alveolaris
Anterior
Pleksus
Alveolaris
Gambar 2. 6. Cabang alveolar dari nervus maksilaris superior dan ganglion dari
spenopalatina.
Dikutip dari: Henry G.1
12
13
N.V1
N.V2
Cabang nasalis
N.V3
N.Nasosiliari
Faringeal
N. Palatina Posterior
Terminasi
N.Nasopalatina
N.Palatina Medius
N.Palatina Ant
Nervus petrosus profundus keluar dari pleksus karotid, berjalan melalui lateral
kanal karotis ke arteri karotis interna, kemudian memasuki substansi tulang rawan
mengisi foramen laserum, bergabung dengan nervus petrosus superfisialis untuk
membentuk nukleus dari kanal pterigodeus.1,2
Nervus dari kanal pterigodeus yang dibentuk oleh persimpangan dua nukleus
sebelumnya didalam substansi tulang rawan mengisi foramen laserum, melalui
kanal pterigodeus, bergabung dengan cabang spenoidalis dari ganglion otik,
memasuki fossa pterigopalatina dan bergabung dengan ganglion sphenopalatina
posterior.1,2
Cabang distribusi ini dibagi menjadi empat kelompok, yaitu; orbita, palatina,
nasal superior posterior, dan faring.1,2
14
15
16
Temporalis Post.
Aurikula Anterior
Zigomatikofasialis
Cab.Meatus
Cab.Temporalis
Cab.Paroti
Artikular
Komunikasi
ke Fasialis
Businator
Fasialis
Aurikulotemporalis
Alveolaris Inferior
Mentalis
Milohioid
Lingualis
17
18
19
N.V2
N.V1
N.V3
Akar Motorik
N.Sup.Petrosus
Tensor Timpani
N.Aurikulotemporalis
Pterigodeus
Internus
20
Area Oftalmikus
N.Lakrimalis
Area Mandibularis
Area Maksilaris
N.Supratroklear
N.Supraorbitalis
Cab.Temporalis
N.Infratroklear
N.Nasalis
Cab.Malar
N.Infraorbitalis
N.Aurikulotemporalis
N.Bukalis
N.Mentalis
Gambar 2.10. Menunjukkan distribusi dari tiga divisi nukleus nervus trigeminus.
Dikutip dari: Henry G.1
21
Koronal
Axial
Koronal
Axial
Gambar 2.11. CT. Foramen spenoidalis dasar tengkorak hubungannya dengan nukleus
trigeminus. 1. Kanal optikus (nervus kranial II). 2. fisura orbita superior
(nervus kranial III, IV, VI dan V1) 3. Foramen rotundum (V2) 4. Foramen
ovale (V3, aksesori arteri meningeal). 5. Foramen spinosum (cabang
meningeal dari V3, arteri meningeal).
Dikutip dari: Cabero M.3
Nukleus Mesensefalon
N.Oftalmikus
Nukleus Sensori
N.Maksilaris
N.Mandibularis
Nukleus Motorik
Nukleus Spinalis
Gambar 2.12. Pons. Nukleus Trigeminus dan diagram MRI jalur nervus trigeminus.
Dikutip dari: Cabero M.3
22
sampai
setinggi vertebra
cervical
kedua. Nukleus
motorik dan sensorik keluar dari lateral pons berjalan anterior dan superior
melalui prepontin.7
(a)
(b)
Gambar 2.14. Aksial (a) dan koronal (b) MRI TI-WI menunjukkan segmen sisternal dari
nukleus trigeminus (panah).
Dikutip dari: Charles B.7
23
(a)
(b)
Gambar 2.15. (a) Axial T2-WI tampak intensitas sinyal tinggi (panah) di cavum Meckel
karena adanya cairan serebrospinal. Ganglion gasserian (panah) tampak
isointen dan terletak anteroinferior dalam cavum Meckel. (b) Coronal
dengan kontras TI-WI tampak intensitas sinyal yang rendah yang normal
pada cavum Meckel dan intensitas sinyal tinggi duramater sekitarnya
(panah).
Dikutip dari: Charles B.7
24
Gambar 2,16. Coronal TI-WI menunjukkan divisi maksila dari nervus trigeminus
keluar melalui foramen rotundum (panah).
Dikutip dari: Charles B.7
Gambar 2.17. Coronal TI-WI menunjukkan cavum Meckel (panah) dan nervus mandibula
lewat melalui foramen ovale (panah) untuk memasuki ruang mastikator.
Dikutip dari: Charles B.7
25
Gambar 2.18.Coronal TI-WI menunjukkan otot mastikasi normal yaitu; otot pterigodeus
medial (ALP), otot pterigodeus lateralis (LP), otot maseter (M), dan otot
temporalis (panah/T).
Dikutip dari: Charles B.7
Sekuen Steady State Free Precission (SSFP) merupakan salah satu sekuen
pencitraan dari MRI yang baik menggambarkan segmen sisternal ke 12 nervus
kranial, sekuen SSFP memberikan resolusi spasial sampai dengan submillimeter
dan memiliki resolusi kontras yang tinggi antara cairan serebrospinal dan struktur
yang solid, memungkinkan rekonstruksi gambar multiplanar yang terfokus pada
masing-masing nervus. Sekuen SSFP memberikan resolusi spasial jauh lebih
tinggi dan lebih jelas memvisualisasikan struktur nervus kranial yang kecil.
Sekuen SSFP terjadi pada sekuen gradient echo dengan flip angle yang kecil dan
waktu relaksasi yang pendek. Utilitas sekuen SSFP terletak pada kemampuannya
menghasilkan sinyal yang kuat pada jaringan yang memiliki rasio T2 tinggi,
seperti cairan serebrospinal (CSF) dan lemak. Sekuen SSFP sangat berguna untuk
memvisualisasikan segmen sisternal dari nervus kranialis karena memberikan
kontras resolusi antara CSF dan nervus yang sangat baik serta resolusi spasial
tinggi dengan ketebalan submilimeter. Keuntungan lainnya adalah total waktu
26
akuisisi sekuen SSFP lebih pendek sehingga mengurangi artefak dari CSF.
Kelemahan pencitraan SSFP adalah kurangnya resolusi kontras jaringan lunak
yang berbeda dan landmark keseluruhan mungkin buruk divisualisasikan karena
ketebalannya
yang
submillimeter.
Pencitraan
resolusi tinggi
ini
baik
(a )
(b)
Gambar 2.19. Nervus Trigeminus. (a) Axial 0.8-mm SSFP MRI menunjukkan nervus
sensorik (panah) dan motorik (panah besar) dari akar nervus trigeminus
yang menyeberangi sisterna prepontin dan masuk ke cavum Meckel (panah
kecil). (b) Koronal 0.8 mm SSFP MRI dari nervus pada cavum Meckel
menunjukkan cabang nukleus trigeminus (panah), yang bergabung ke
anterior membentuk ganglion gasserian. Tampak juga temporal horn
ventrikel lateral (kepala panah).
Dikutip dari: Sheth S.9
Sekuen Steady State (jenis sekuen gradien-echo) terjadi karena sisa magnetisasi
transversal difokuskan kembali sehingga magnetisasi longitudinal dan transversal
besarnya stabil dicapai setelah beberapa periode repetition time (TR). Setelah
steady state tercapai diproduksi dua jenis sinyal free induction decay (S +) dan
spin echo (S-). Sekuen Balanced steady state free precission (TrueFISP pada
27
(a)
(b)
Gambar 2.20. (a). Anatomi potongan axial setinggi atas CPA. Tampak nervus V yang
Normal dari pons ke cavum Meckel. Asteriks: Tempat di mana nervus V
muncul. (b). Gambaran FIESTA pada pasien normal, axial setinggi atas
CPA. Garis putus-putus merah menunjukkan cavum Meckel, daerah
hiperintens adalah cairan serebrospinal. Tampak nervus V yang normal.
Dikutip dari: Kamel H.12
(a)
(b)
Gambar 2.21. (a). Rekonstruksi koronal FIESTA tampak saluran sisternal nervus ke V
(b). Rekonstruksi parasagital dari sekuen FIESTA menunjukkan seluruh
nervus dari daerah akar nervus ke cavum meckel.
Dikutip dari: Kamel H.12
28
(a)
(b)
Gambar 2.22.(a).Penampang anatomikal. Tampak tiga cabang terminal nervus trigeminus.
(b). Koronal sekuen dari FIESTA. Tampak tiga cabang terminal nervus
trigeminus.
Dikutip dari: Kamel H.12
29
(a)
(b)
Gambar2.23.Normal sinus kavernosa (a).Koronal CISS dengan kontras menunjukkan
bilateral nervus III (panah hitam panjang), IV (panah hitam),V1 (panah putih
panjang), VI (panah hitam pendek) dan V2 kiri (panah putih). Daerah dengan
intensitas rendah inferior dari nervus VI (panah putih pendek) yang tidak
dianggap sebagai nervus karena berada di lokasi anatomis yang berbeda
dan karena tidak memiliki kontinuitas pada rekonstruksi pencitraan CISS.
(b). Koronal T1-WI MRI tampak hanya bilateral nervus III (panah hitam
panjang), nervus V2 kiri (kepala panah putih), dan bilateral nervus VI
(panah hitam pendek) ). Daerah dengan intensitas rendah inferior dari nervus
VI (panah putih pendek) yang tidak dianggap sebagai nervus seperti yang
ditunjukkan pada (a).
Dikutip dari: Yagi A.13
Gambar 2. 24. CISS dengan kontras.Potongan koronal MRI, tampak bilateral nervus III
(panah hitam panjang), IV (panah hitam), V1 (panah putih panjang), V2
(panah putih), dan VI (panah hitam pendek) yang normal dalam sinus
kavernosa. Dark spot (jaringan fibrosa) inferior dari nervus V1 dan VI
(panah putih pendek).
Dikutip dari: Yagi A.13
30
MP-RAGE adalah teknik gradien-echo tiga dimensi menghasilkan kontras T1WI yang baik dengan signal-to-noise-ratio yang tinggi dan irisan yang tipis, MPRAGE sangat baik untuk melihat struktur anatomi kecil seperti nukleus kranial
dibandingkan dengan sekuen standar. Sekuen MP-RAGE mensupresi sinyal lemak
dan mengurangi artefak, menghasilkan gambaran yang lebih baik untuk nukleus
kranial.14,15
31
32
trigeminus bukan akibat dari adanya kompresi dan plak tersebut menyebabkan
penyangatan kontras yang transient dalam waktu 1-2 bulan.16
Gambar 2.26. Aksial T2-WI FSE tampak lesi hyperinten di sisi kanan pons
(Infark)
Dikutip dari: Charles B.16
Gambar 2.27. Multiple sclerosis pada wanita 33 tahun dengan keluhan mati rasa pada
nervus oftalmikus kanan, maksilaris dan mandibula. Axial T2-WI MRI
menunjukkan multiple sclerosis (panah) di daerah nukleus sensorik utama
nukleus kranial V.
Dikutip dari: Charles B.16
33
elongasi
arteri
cerebellar
anterior
inferior,
vertebrobasilar
34
(a)
(b)
Gambar 2.28. Kompresi neurovaskular pada wanita 23 tahun dengan keluhan trigeminus
Neuralgia nervus maksilaris kiri. (a) Coronal Tl-WI menunjukkan fokal
sinyal void (panah) yang menempel pada nervus trigeminus kiri.(b)Sagital
T1-WI tampak struktur berbentuk lengkung (panah) menekan permukaan
bawah nervus kranial kelima kiri.
Dikutip dari: Charles B.16
(a)
(b)
Gambar 2.29.(a) Axial T1-WI dengan kontras media menunjukkan lesi dengan intensitas
sinyal tinggi(panah) di inferior nervus kranial kelima kiri.(b) MRI Sagital
gradient -echo menunjukkan lesi dengan intensitas sinyal tinggi (panah)
merupakan lesi vascular menekan nervus kranial kelima kiri.
Dikutip dari: Charles B.16
35
(a)
(b)
Gambar 2.30. Meningiorna pada wanita berusia 64 tahun dengan gejala trigeminus
neuralgia pada distribusi nervus mandibula. (a) Gambar MRI aksial Tl-WI
tampak luas les i isointen (panah) di sudut serebelopontin. (b). Koronal
dengan kontras TI-WI menunjukkan peningkatan intensitas lesi dan
dural tail (panah).
Dikutip dari: Charles B.16
(a)
(b)
Gambar 2.31. Kista epidernioid pada wanita 54 tahun dengan gejala trigeminus neuralgia
kiri di distribusi nervus maksila dan mandibular (a). Axial dari T2-WI
menunjukkan lesi hiperintens (panah)di sudut cerehellopontin kiri (b) Axial
Tl-WI menunjukkan lesi hipointen (panah).
Dikutip dari: Charles B.16
36
Gambar 2.32. MRI Koronal dengan kontras Tl-WI menunjukkan tumor yang tidak
menyangat dengan intensitas sinyal rendah (panah). Tampak nervus
kranial kelima (panah, V) yang terdesak ke lateral oleh epidermoid.
Dikutip dari: Charles B.16
37
Gambar 2.33. Lipoma pada seorang pria 56 tahun dengan trigeminus neuralgia pada
distribusi nervus maksilaris. Koronal T1-WI menunjukkan pergeseran
nervus kelima nukleus kranial (panah tipis, V). Lipoma (panah tebal) di
sudut serebelopontin.
Dikutip dari: Charles B.16
.
38
(a)
(b)
Gambar 2.34. Trigeminus schwannoma. Sagittal (a) dan aksial (b) kontras TI-WI tampak
lesi berbentuk dumbbell yang menyangat (panah) di sebelah kiri fossa
kranial media yang mengikuti jalannya nervus trigeminus.
Dikutip dari: Charles B.16
2.5.3 Gambaran Radiologi Kelainan pada Cavun Meckel dan pada Sinus
Kavernosa
Cavum Meckel berisi cairan cerebrospinal (CSF), ganglion trigeminus dan
trifurkasi nervus oftalmikus (V1), maxila (V2) dan mandibula (V3).
Daerah sinus kavernosus penting untuk mengevaluasi nervus oftalmikus dan
nervus mandibularis karena pada dinding lateral sinus terdapat duramater tempat
nervus kranial III, IV, V1 dan V2 berjalan.18,19,20
Sinus kavernosus paling baik digambarkan oleh sekuen coronal T2-WI dan T1WI dengan pemberian kontras. Tumor primer yang sering pada cavum Meckel dan
sinus kavernosus adalah meningioma, trigeminus schwannoma, dan kista
epiderrmoid.18,21
39
(a)
(b)
Gambar 2.35. (a). aksial T2-WI menunjukkan CSF kanan yang normal dalam cavum
Meckel (panah). Di sisi kiri, tampak masa yang hiperintens (panah).
(b).Koronal T1-WI setelah pemberian kontras, masa meningioma tampak
Menyangat homogen (panah) di cavum Meckel kiri. CSF yang normal
dalam cavum Meckel terlihat di sebelah kanan (panah).
Dikutip dari: Vande V.18
Gambar 2.36. Gambar T1-WI aksial, tampak normal tampak cavum Mecke l normal
di sisi kanan (panah). Schwannoma yang hiperinten heterogen di cavum
Meckel kiri (panah).
Dikutip dari: Vande V.18
Keganasan pada cavum Meckel dan daerah sinus kavernosus biasanya akibat
penyebaran dari araknoid, penyebaran perineural atau ekstensi langsung dari
tumor ekstrakranial. Penyebaran langsung ke leptomeningeal atau penyebaran
40
(a)
(b)
Gambar 2.37. Metastasis Colon karsinoma di cavum Meckel kiri (a) gambar Axial T2-WI
menunjukkan deposit metastasis (panah) (b) Coronal dengan kontras Tl-WI
menunjukkan lesi yang menyangat (panah) di cavum Meckel kiri.
Dikutip dari: Charles B.16
Gambar 2.38.Aaneurisma yang besar pada daerah distribusi nervus oftalmikus. Koronal
tampak massa bulat dengan Intensitas sinyal yang rendah (panah).
Dikutip dari: Charles B.16
41
Gambar. 2.39. Gambar koronal T1- WI dengan kontras tampak karsinoma adenoid kistik
dalam foramen rotundum kanan yang melebar (panah) dan kanal vidian
(panah). foramen rotundum kiri normal (panah putus-putus).
Dikutip dari: Vande V.18
42
Gambar 2.40. Aksial MRI T1-WI. Normal fossa pterigopalatina kanan (panah), fossa
pterigopalatina kiri menyempit (mata panah) karena desakan masa di
dasar tengkorak yang hypointense pada T1-WI (displasia fibrosa).
Dikutip dari: Vande V.18
43
Gambar 2.41. Gambar aksial T1-WI dengan kontras. Tampak karsinoma kistik adenoid
kelenjar ludah minor pada palatum, (panah putih ) dalam kanal nervus
palatina kiri. Kanalis yang normal di sisi kanan (kepala panah putih).
Tampak juga nervus mandibula (panah hitam).
Dikutip dari: Vande V.18
Gambar 2.42. Koronal T1-WI tampak, massa yang besar di sinus maksilarisis dan rongga
Nasal kiri yang meliputi arteri infra orbita (panah) dan nervus di kanal
infraorbita tampak kanal dan nervus infraorbita normal pada sisi kanan
(kepala panah).
Dikutip dari: Vande V.18
44
(a)
(b)
Gambar 2.43. Metastasis Colon karsinoma pada mandibula kiri Axial (a) dan coronal
dengan kontras (b) T1-WI menunjukkan deposit metastasis (panah).
Dikutip dari: Charles B.16
(a)
(b)
Gambar 2.44. Penyebaran perineural karsinoma adenoid kistik kelenjar parotid kiri.
(a). MRI aksial T1-WI menunjukkan masa yang hipointen (panah)
di kelenjar parotid kiri. (b). Koronal dengan kontras T1-WI tampak
penyangatan dan penebalan nervus mandibularis (panah) memasuki
foramen ovale ke daerah cavum meckel.
Dikutip dari: Charles B.16
45
Pembesaran dan penyangatan dari nervus tidak selalu karena infiltrasi tumor
pada perineural dapat juga disebabkan oleh inflamasi seperti neuritis virus,
sarkoidosis meningeal, dan histiositosis.20
(a)
(b)
Gambar 2.45. Viral rombensefalitis. (a dan b) Axial T1-WI setelah pemberian kontras.
Tampak penyangatan pada nervus trigeminus kiri (a) dan pada nukleus (b).
Dikutip dari: Woolfall P.20
46
BAB III
RINGKASAN
Nervus trigeminus cukup komplek, karena memiliki dua fungsi sebagai nervus
sensori untuk wajah dan sebagai nervus motorik untuk mengkontrol otot-otot
mastikator.1,2
Computed Tomography untuk mengevaluasi nervus kranialis, hanya dapat
memvisualisasi tulang saluran nervus kranialis. MRI dapat memvisualisasi
jaringan lunak dengan baik dan dapat digunakan untuk memvisualisasi nervus
kranialis. Standar sekuen pada Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat
memvisualisasikan nervus kranial yang besar.16
Utilitas sekuen SSFP terletak pada kemampuannya menghasilkan sinyal yang
kuat pada jaringan yang memiliki rasio T2 tinggi, seperti cairan serebrospinal
(CSF) dan lemak. Sekuen SSFP sangat berguna untuk memvisualisasikan segmen
sisternal dari nervus kranial karena memberikan kontras resolusi antara CSF dan
nervus yang sangat baik. serta resolusi spasial tinggi dengan ketebalan
submillimeter.
Tiga dimensi (3D) constructive interferencein steady state (CISS) dapat
memvisualisasikan struktur kecil dikelilingi oleh CSF dengan kontras tinggi dan
resolusi spasial tinggi, sangat cocok untuk memvisualisasikan nervus di dalam
sisterna.17
MP-RAGE menghasilkan kontras T1-WI yang baik dengan signal-to-noiseratio yang tinggi dan irisan yang tipis, sangat baik untuk melihat struktur anatomi
46
47
48
DAFTAR PUSTAKA
48
49